Anda di halaman 1dari 5

Paparan Sunda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Secara geologi, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan lempeng


benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarya.[1] Area ini meliputi
kawasan seluas 1,85 juta km2.[2] Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang
sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter, hal ini
mengakibatkan kuatnya erosi dasar laut akibat gelombang laut.[3] Tebing curam bawah laut
memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Cakupan
 2 Sistem sungai purba
 3 Lihat juga
 4 Referensi
 5 Pranala luar

Cakupan[sunting | sunting sumber]


Secara biogeografi, kawasan ini dikenal sebagai Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah
yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara
yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah
pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya,Kepulauan Sunda
Besar termasuk Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut
Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan. Tebing
curam dasar laut membatasi batas timur Tanah Sunda yang sama dengan batas Garis Wallace,
dicetuskan oleh Alfred Russel Wallace, yang menandai perbatasan timur persebaran mamalia
benua Asia, juga merupakan perbatasan antara zona ekologi Indomalaya dan Australasia. Bukti
bahwa pulau-pulau Sunda Besar pernah bersatu dengan benua Asia adalah sebaran
jenis mamalia Asia seperti beberapa jenis kera, gajah, macan dan harimau yang ditemukan di
benua Asia, Sumatera, Jawa, dan Bali; serta adanya Orangutan baik di Sumatera dan
Kalimantan.
Paparan ini terbentuk akibat aktivitas vulkanik beribu-ribu tahun dan erosi massa benua Asia,
serta terbentuknya konsolidasi runtuhan batu di pesisir seiring naik dan turunnya permukaan
laut.[4]
Lautan di antara pulau-pulai ini relatif stabil berupa dataran purba yang bercirikan rendahnya
aktivitas gempa, anomali gravitasi isostatik yang rendah, serta tanpa adanya aktivitas gunung
berapi, kecuali bagian pulau Sumatera, Jawa dan Bali yang terhubung dengan paparan Sunda,
yang termasuk kawasan geologi muda sistem orogenikPelengkung Sunda (atau Sistem
Pegunungan Sunda).[2] Pada zaman es, permukaan laut turun, dan kawasan luas Paparan
Sunda terbuka dan muncul di atas permukaan air dalam bentuk dataran rawa yang amat luas.
Naiknya permukaan air laut pada saat gelombang es di kutub mencair sebanyak 14,6 sampai
14,3 kbp menaikan permukaan laut setinggi 16 meter dalam jangka waktu 300 tahun.[5]

Sistem sungai purba[sunting | sunting sumber]


Naiknya permukaan laut ini menenggelamkan sistem sungai Molengraaf era Pleistosen — tiga
sistem sungai yang luas mengaliri Tanah Sunda pada puncak masa akhir zaman es, sekitar
18.000 sampai 20.000 tahun lalu.[6] Secara umum, sungai purba ini adalah perpanjangan sungai
yang ada kini dan dapat ditafsirkan mengikuti topografi dengan arah menurun. Pada masa paling
kering era Pleistosen, daerah tangkapan air di Kalimantan Barat dan sebagian besar sungai dari
Sumatera menyambung dengan sungai besar yang disebut Sungai Sunda Besar yang mengalir
di antara pulau Belitung dan pesisir Kalimantan Barat di sepanjang selat Karimata terus
mengarah ke utara dan timur laut dengan muara terletak di sekitar Kepulauan
Natuna.[7] Kawasan tangkapan air hujan di Jawa bagian utara dan Kalimantan bagian Selatan
bergabung membentuk sungai besar di dasar laut Jawa dengan arah aliran menuju ke timur
dengan muara di antara Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.[8] Bukti pernah adanya sistem
sungai yang mempersatukan pulau-pulau Sunda Besar dan benua Asia adalah ditemukannya
bebagai spesies ikan air tawar Asia Tenggara di berbagai pulau yang kini terpisah oleh laut,
misalnya ikan mas,gurame, dan ikan gabus.

Paparan Sahul
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Papaan Sahul dan Paparan Sunda kini. Daerah di antaranya disebut "Wallacea".

Paparan Sahul ( /səˈhuːl/) adalah bagian dari lempeng landas kontinen benua Sahul (benua
Australia — Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan selatan pulau Papua.
Paparan Sahul membentang dari Australia utara, meliputi Laut Timor menyambung ke Timur
di laut Arafura yang menyambung dengan Pulau Papua. Kepulauan Aru menonjol di atas
paparan Sahul. Paparan Sahul juga mencakup Paparan Rowley yang terletak di sisi Samudra
Hindia di Barat Laut Australia membentang hingga tanjung di barat laut Australia.
Ketika permukan air laut turun pada zaman es Pleistosen, termasuk zaman es maksimum
terakhir, sekitar 18.000 tahun yang lalu, Paparan Sahul adalah dataran terbuka di atas
permukaan laut. Bukti tepi pantai pada masa ini ditandai dengan lokasi yang kini terletak pada
kedalaman antara 100 sampai 140 meter di bawah permukaan laut.[1] Paparan Sahul juga
disebut Paparan Arafura, membentuk jembatan daratan antara Australia dengan pulau Papua,
serta Kepulauan Aru. Kawasan ini merupakan habitat penyebaran marsupial(hewan mamalia
berkantung), burung darat yang tak dapat terbang seperti emu dan kasuari, serta ikan air tawar
yang sama jenisnya. Garis Lydekker adalah garis biogeografi yang ditarik di tepi perbatasan
Paparan Sahul dimana dasar laut turun curam di kawasan biogeografi Wallacea. Wallacea
terletak antara celah yang terbentuk antara Paparan Sahul dengan Paparan Sunda, bagian dari
paparan benua Asia Tenggara.[2]

Etimologi dan Sejarah[sunting | sunting sumber]


Nama "Sahull" atau "Sahoel" muncul pertama kali pada peta yang dibuat orang Belanda pada
abad ke-17 yang menandai timbunan pasir dangkal bawah laut antara Australia dan pulau Timor.
Pada peta tahun 1803,Matthew Flinders mencatat "Laut Dangkal Sahul Besar" tempat di mana
orang Makassar menangkap teripang (timun laut).[3]
Keberadaan Paparan Sahul yang lebih besar diajukan pada 1845 oleh G.W. Earl yang
menyebutnya "Tepian Australia Besar" dan mencatat Macropodidae ("kanguru") selain
ditemukan di Australia, juga ditemukan di Pulau Papua dan Kepulauan Aru. Earl juga menyadari
keberadaan Paparan Sunda yang disebutnya "Tepian Asia Besar".[4] Nama Paparan Sahul dan
Paparan Sunda diberikan oleh G.A.F. Molengraaff dan Max Wilhelm Carl Weber pada 1919.[3]

Tuesday, April 23, 2013

Pulau Jawa TANAH YANG SUBUR

Itulah sebuah pertanyaan sederhana yang keluar dari mulut salah satu teman saya yang asli
Sulawesi (Toraja). Dia (sebut saja namanya Andre) bukan penasaran karena di Jawalah Ibu Kota
berada, atau di sanalah pulau yang konon terpadat penduduknya di dunia. Akan tetapi dia penasaran
dengan Pulau Jawa karena konon katanya memiliki tanah yang subur. Bagaimana tidak, sebagian
besar hasil pertanian seperti beras, sayuran, dan buah-buahan yang ada di Kalimantan (baca
Balikpapan) ini berasal dari sana (Jawa).

Bahkan menurut pengamatannya, setiap ada kejadian apa saja yang ada di Jawa selalu memiliki
dampak bagi kami yang tinggal di Kalimantan. Misalnya saja di Jawa ada musibah banjir atau
bencana alam lain, sudah bisa dipastikan keesokkan harinya harga-harga barang kebutuhan pokok di
pasar naik. Saya pribadi belum pernah mengamati hal tersebut. Namun si Andre selalu mengaku
ketakutan jika melihat ada berita mengenai bencana alam atau berita kerusuhan yang terjadi di Jawa.

Sebegitu dasyatkah pengaruh pulau Jawa terhadap pulau lain (seperti Kalimantan)?

Jawa memang sebuah pulau yang sangat subur. Hal ini terjadi karena adanya jajaran gunung berapi
yang membentang dari barat ke timur Pulau Jawa. Gunung-gunung inilah yang menyebabkan tanah
di Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.

Bahkan dengan kesuburan tanahnya ini, Jawa konon memasok lebih kurang 53% kebutuhan pangan
Indonesia. Pertanian padi memang sangat banyak terdapat di pulau ini. Tak salah jika Jawa disebut
sebagai lumbung berasnya Indonesia.

Jadi tidak salah jika ada kerusuhan atau bencana alam yang menimpa pulau Jawa, maka secara
langsung atau tidak akan berpengaruh pada pulau-pulau lain di Indonesia. Bahkan menurut
Wikipedia, Pulau Jawa berdampak sangat besar terhadap kehidupan sosial, politik, dan ekonomi
Indonesia.

kompasiana.com

Manfaat Vulkanisme
Kegiatan gunung berapi memiliki banyak manfaat bagi mahluk hidup khususnya manusia. Manfaat
tersebut di antaranya:

1. Menyuburkan tanah
Pernahkah Anda berfikir kenapa penduduk Indonesia sebagian besar berada di pulau Jawa? Salah
satu alasannya adalah pulau Jawa tanahnya subur. Kesuburan tanah ini diakibatkan oleh
banyaknya gunung api yang terdapat di pulau Jawa. Ini barangkali salah satu manfaat kegiatan
vulkanisme. Kenapa gunung api bisa menyuburkan tanah?

Ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi
daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua
tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa
puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara
yang menyuburkan tanah.

2. Bahan galian
Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan gunung api. Pada saat gunung api masih
aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung, dan
sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat dihasilkan bahan tambang
seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan
malihan akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan
mineral baru yang lebih berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas.

3. Obyek wisata
Jika Anda pernah mengunjungi kawah Gunung Bromo di Jawa Timur atau Gunung Tangkuban
Perahu di Jawa Barat tentunya Anda akan bisa berceritera indahnya gunung api. Memang
gunung api bisa menjadi obyek wisata alam yang menarik. Di sini kita bisa menyaksikan
kepundan yang menarik, pemandangan yang indah, hawa yang sejuk dan segar, aroma bau
belerang, atau keanehan dan keindahan lain yang hanya bisa ditemukan di sekitar gunung api.

4. Penangkap air hujan


Gunung api juga bermanfaat sebagai penangkap hujan yang baik. Dengan tanahnya yang subur,
berakibat pada tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan hutan yang lebat. Ini berarti gunung
berapi menjadi tempat reservoir air tanah yang sangat baik. Hutan lebat ini bisa menghasilkan
mata air yang sangat berguna terutama sebagai sumber air di musim kemarau. Sedangkan
musim hujan, hutan dapat menyerap air dan menahan erosi/longsor sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir.

Anda mungkin juga menyukai