Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH TERBENTUKNYA MAKHLUK HIDUP DI BUMI

Secaraumum, kendati telah memungkinkan muncul dan berkembangnya manusia purba pertama
keadaan alam (bumi) pada kala Pleistosen (masa Neozoikum) belum sepenuhnya stabil. Meski
demikian, perkembangannya jauh lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya.Ketidakstabilan
itu disebabkan tiga faktor utama, yaitu; (i) adanya perubahan bentuk daratan akibat gerakan (tenaga)
endogen dan eksogen; (ii) perubahan iklim berupa es yang mencair dan/atau membeku yang
mengakibatkan perubahan suhu bumi dan luas daratan-itulah alasannya kala Pleistosen disebut juga
zaman es atau zaman glasial, dan (iii) letusan gunung api.

Gabungan ketiga faktor tersebut, terutama gerakan (tenaga) endogen berupa pergerakan lempeng
tektonik, juga ikut membentuk Kepulauan Indonesia seperti yang kita diami sekarang ini.

1.Tenaga Endogen: Pergerakan Lempeng Tektonik

Pergerakan lempeng tektonik diyakini memberikan pengaruh paling besar terhadap terbentuknya
Kepulauan Indonesia. Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik itu sudah dimulai pada
masa Mesozoikum sekitar 60 juta tahun yang lalu, dan terus berlanjut pada masa Neozoikum.
Dengan demikian, terbentuknya Kepulauan Indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu itu.
Sebelumnya, wilayah yang disebut Kepulauan Indonesia masih merupakan bagian dari samudera
yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh bumi.

Lempeng apa sajakah yang membentuk Kepulauan Indonesia? Indonesia dibentuk oleh tiga
lempeng besar dunia, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Di
samping itu, terdapat juga Lempeng Filipina yang lebih kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah
gerakan yang berbeda. Lempeng Eurasia yang berada di bagian utara Indonesia bergerak ke arah
selatan-tenggara Indonesia. Lempeng Indo- Australia bergerak ke arah timur laut Indonesia, dan
lempeng Pasifik ke arah barat-barat daya Indonesia. Sementara itu, lempeng Filipina bergerak ke arah
barat daya Indonesia. Kecepatan gerakan lempeng berkisar antara 7 sampai 9 cm per tahun. Kegiatan
tektonis atau disebut orogenesa laramy itu sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-
Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Pergerakan itu kemudian bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona subduksi.
Tumbukan pada zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-
pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk
Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan
Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak
ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Maluku
Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan kedua benua tersebut telah mengakibatkan
wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Proses yang berlangsung selama berpuluh juta tahun
itulah yang membentuk Gugusan Kepulauan Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini.
Pergerakan subduksi antara dua lempeng juga menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi
dan parit (palung) samudera. Subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia,
misalnya, menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di
Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit
samudera yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).

2.Tenaga Eksogen
Sementara itu, tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga
eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau
tebing yang terbentuk karena proses gerakan endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah
bentuk permukaan bumi.

Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber: (i) atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin;
(ii) air, yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan sebagainya;
(iii) organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.

3.Perubahan Iklim

Perubahan iklim berupa turunnya muka laut sekitar 60-70 meter di bawah muka semula karena
bagian terbesar air di dunia membeku (zaman glasial), terutama di bagian bumi utara dan selatan.
Laut-laut yang dangkal itu kemudian berubah menjadi daratan.

Kondisi yang berlangsung pada kala Pleistosen antara 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu ini
disebut juga dengan zaman es atau zaman glasial. Disebut zaman glasial karena bumi pada saat itu
temperaturnya menjadi sangat rendah dan gletser yang berada di wilayah Kutub Utara mencair
hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia, Eropa, dan Amerika. Selanjutnya,
pecahan-pecahan es tersebut menyebar ke daerah-daerah sekeliling benua tersebut. Meluasnya
permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut. Turunnya air laut sampai mencapai
kedalaman antara 100-150 meter dari permukaan semula memunculkan daratan baru, yang
memudahkan makhluk hidup berpindah tempat dalam rangka mendapatkan makanan atau
mempertahankan hidup.

Pada kala Pleistosen, bagian barat Kepulauan Indonesia yang sudah mulai stabil pernah terhubung
dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan bagian timur seperti Pulau Papua dan sekitarnya pernah
terhubung dengan daratan Australia. Daratan di wilayah barat yang menghubungkan Indonesia
dengan daratan Asia Tenggara kemudian disebut Paparan Sunda (Sunda Shelf), sedangkan di wilayah
timur daratan yang menghubungkan Pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia
disebut Paparan Sahul (Sahul Shelf).

Hal itu dibuktikan dengan hasil kajian yang dikembangkan oleh A.R. Wallace yang menyelidiki
tentang persebaran fauna (zoogeografi) di Kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah
Paparan Sunda, yaitu daerah-daerah Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, mempunyai kesamaan dengan
fauna yang terdapat di daratan Asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah Paparan Sahul, yaitu
daerah Papua (Irian) dan sekitarnya mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di Australia.
Wallace menyimpulkan bahwa Selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis daerah
zoogeografi di Indonesia. Di sebelah barat garis tersebut terdapat fauna Asia, sedangkan di timurnya
terdapat fauna Australia. “Garis pemisah fauna ini kemudian oleh Huxley diberi nama “Garis
Wallace”. Selanjutnya menurut Wallace, persebaran itu menjangkau lebih jauh ke arah utara, yaitu
dimulai dari Selat Lombok sampai Selat Makassar dan terus lagi ke utara melewati selat antara
Kepulauan Sangir dan Mindanao (Filipina).

Akan tetapi, dalam perkembangannya terjadi lagi kenaikan suhu bumi. Hal ini mengakibatkan
mencairnya es di Kutub Utara, yang membentuk lautan luas dan membuat sebagian dataran rendah
yang telah terbentuk tadi tenggelam kembali. Maka, dataran-dataran yang menghubungkan
Indonesia dengan Australia, ataupun yang menghubungkan Indonesia dengan Asia Tenggara pun
turut tenggelam. Dengan demikian, wilayah Indonesia bagian barat terpisah dengan Asia Tenggara
dan bagian timur terpisah dengan Australia. Terjadinya perubahan alam di dunia ini memunculkan
banyak teori tentang kemunculan manusia purba di Indonesia. Ilmuwan Belanda Eugene Dubois
berpendapat bahwa manusia purba menyukai hidup di daerah tropis yang iklimnya mulai stabil.
Pendapat ini dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia purba di daerah Trinil, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur.

4.Letusan Gunung Api

Keadaan alam yang belum stabil tampak dari adanya letusan gunung api. Hal ini juga dapat
dijelaskan sebagai btsunami

Lempeng tektonik itu berupa massa batuan itu sangat besar, dan karena itu energinya besar pula.
Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini pada suatu saat mengalami gesekan atau benturan yang
cukup keras, yang dapat menimbulkan gempa, tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke
permukaan bumi. Itulah juga sebabnya Kepulauan Indonesia rentan mengalami kejadian gunung
meletus, gempa bumi, dan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai