Anda di halaman 1dari 28

MODUL 2

MENELUSURI PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN


INDONESIA

A. Asal Usul Bumi Dan Makhluk Hidup

Para ilmuwan meyakini asal


mula terbentuknya alam semesta
adalah terjadinya BIGBANG
(Dentuman Dahsyat) sekitar 13,7
miliyar juta tahun yang lalu. Ledakan
dahsyat itu menimbulkan gelembung-
gelembung alam semesta yang
menyebar dan menggembung ke
seluruh penjuru, sehingga membentuk
galaksi, bintang-bintang, matahari,
planet-planet, bumi, bulan dan
meteorit. Bumi kita hanyalah salah
satu titik kecil saja di antara tata surya
yang mengisi jagad semesta.
Gambar: Ilustrasi Teori Big Bang

Di samping itu banyak planet lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit
yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi.
Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antarbintang berjauhan
letaknya di angkasa.
Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak
ubahnya seperti sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. Jadi
di mana ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Seperti halnya dengan anak-anak ayam,
bintang-bintang di angkasa tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan
bintang lainnya. Sistem alam semesta dengan semua benda langit sudah tersusun secara
menakjubkan dan masing-masing beredar secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-
masing.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 1
Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang
sangat lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan
memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap
waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti
munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana.
Menurut teori geologi,yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi
secara keseluruhan, proses perkembangan bumi dibagi menjadi empat tahapan masa, yaitu:
1. Azoikum (Yunani: a= tidak; zoon= hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan.
Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih
dari satu miliar tahun lalu.
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora
dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia(menyusui),
hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira
140.000.000 tahun.
4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu.
Masa ini dibedakan menjadi dua zaman yaitu :
1). Zaman Tersier
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Hal yang terpenting adalah
munculnya jenis primata seperti kera
2). Zaman Kuarter
Zaman ini dibagi menjadi dua kala, Yaitu kala Pleistosen / Divilium dan kala
Holosen/Aluvium. pada kala Pleistosen diperkirakan anusia purba mulai muncul
dan kala Holosen manusia telah berkembang menjadi lebih sempurna yaitu jenis
Homo sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang

B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia


Sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit.
Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan fauna yang
masih sangat kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani evolusi terus-menerus untuk
menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi
alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang biak mengikuti
seleksi alam.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 2
Gugusan kepulauan ataupun wilayah maritim seperti yang kita temukan sekarang
ini terletak di antara dua benua dan dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia
di selatan, antara Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. Faktor
letak ini memainkan peran strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum
itu marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur
geologi atau unsurunsur geodinamika yang sangat berperan dalam pembentukan
Kepulauan Indonesia
Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas
tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa
lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada
suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian dalam
bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak
mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan
tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi
lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada
suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak
benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma
dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan
tektonis.
Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga
lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan
Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempenglempeng tersebut dapat berupa subduksi
(pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi
(tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan)
lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut
masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut
menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah menyebabkan wilayah
Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga
rawan gempa sepanjang waktu.
Pada masa Paleozoikum(masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan
Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan
bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya,
yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu
menjadi sangat aktif menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 3
Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan
daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan
lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan
Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak
ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian
Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah
mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat
aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar
65 juta tahun lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi
laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi.
Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke
utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan
dengan terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosensekitar lima juta tahun lalu,
terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses
pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan
tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti
perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif
sepanjang gugusan perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal
masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis
ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.

Gambar : Proses terbentuknya kepulauan Indonesia

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 4
Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta tahun yang lalu) sebagian Kepulauan Indonesia
(Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) masih berada dan menyatu dengan Benua Eurasia di
utara, sedangkan sebagian kepulauan lainnya (Papua) masih menyatu dengan Benua
Australia di Selatan.
Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian
barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan
Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk
Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah
berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-
pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga
tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya
menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi.
Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari
bangsabangsa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang
paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi
Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun
floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah
barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang
merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar
ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut
denganIndo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region.
Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.
Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan manusia di muka bumi dimulai pada
zaman Quater sekitar 600.000 tahun lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es
karena selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar
permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara. Peristiwa itu terjadi
karena panas bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika ukuran panas
bumi turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan
turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka es akan
mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial. Zaman Glacial
dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen).
Hal ini menimbulkan berbagai perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 5
mempengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia,
sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu
hingga sekarang ini.
Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan
manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan
berpikirnya. Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan
keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan
kebudayaan.

Gambar: Peta Zoogeografi Kepulauan Indonesia

Penilaian

Instrumen soal tes essay :


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Teori Big Bang?
2. Mengapa zaman paleozoikum disebut sebagai zaman primer?
3. Buatlah analisis mengapa hewan-hewan reptilia raksasa mengalami kepunahan?
4. Mengapa kehidupan awal manusia purba disebut zaman praaksara?
5. Mengapa wilayah Indonesia sekarang ini dibagi menjadi dua wilayah flora dan
fauna?

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 6
Jawaban! Jika jawaban tidak cukup dapat ditulis di kertas.

Catatan Guru Nilai Ttd Guru TtdOrtu

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 7
C. Manusia Purba di Indonesia
Manusia purba juga disebut dengan Prehistoric People (Manusia Prasejarah)
merupakan jenis manusia yang hidup pada zaman belum mengenal tulisan. Para pakar ahli
sejarah sangat meyakini bahwa manusia purba telah hidup mendiami bumi ini semenjak 4
juta tahun yang lalu.
Jika dilihat dari cirinya manusia purba juga mempunyai volume otak yang lebih
besar dibanding manusia modern zaman sekarang. Untuk mengetahui kehidupan manusia
purba di Indonesia, kita dapat melakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Melalui sisa-sisa tulang manusia, hewan, tumbuhan yang telah menjadi batu atau
menjadi fosil.
2. Melalui peninggalan peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh manusia purba
sebagai hasil budaya manusia, seperti peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, dan
perhiasan.

Bawah :
Megantropus Paleojavanicus

Tengah :
Manusia kala Pleistosen Pithecantropus Erectus
Pithecantropus Mojokertensis

Atas: Homo wajakensis&soloensis

1. Meganthropus paleojavanicus

Gambar: Rekonstruksi Meganthropus paleojavanicus

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 8
Meganthropus paleojavanicus ditemukan pada tahun 1936 ditemukan pertama kali
oleh Gustav von Koenigswald di Sangiran, provinsi Jawa Tengah, meganthropus yang
berarti "manusia bertubuh besar" merupakan genus pertama kali yang dipublikasikan
secara formal pada tahun 1950. Paleo berarti kuno atau hidup padamasa lampau. Javanicus
merujuk pada salah satu set fosil saat ditemukannya pada wilayah tersebut yaitu Jawa.
Meganthropus hidup sekitar 1,9 juta tahun sampai dengan 300.000 tahun yang lalu dan
memiliki rentang dari Afrika ke Eurasia.
Meganthropus paleojavanicus hidup pada zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua).
Pada zamannya pola kehidupan manusia purba Meganthropus Paleojavanicus yaitu hanya
mengandalkan hasil alam ketika ditemuinya, kerena mereka hidup dengan berpindah-
pindah tempat(nomaden). Walaupun individu tersebut masih vegetarian atau memakan
tumbuh-tumbuhan dan buah, mereka hidup dengan berkelompok.
Berikut ciri-ciri fisik manusia purba Meganthropus paleojavanicus:
 Tidak memiliki dagu sedangkan bagian mulut menonjol
 Memakan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan (vegetarian)
 Bagian tulang ubun-ubun pendek
 Bagian belakang kepala menonjol
 Bentuk hidung melebar
 Memiliki tonjolan dibagian kening muka
 Mempunyai tulang pipi yang menebal
 Memiliki postur tubuh tegap dan besar
 Memiliki gigi dan rahang yang kuat dan besar

2. Pithecanthropus erectus
Pengertian Pithecanthropus erectus adalah manusia purba berasal dari bahasa Latin
yang artinya phithecos yaitu kera, anthropus artinya manusia, erectus berarti berdiri tegak.
Jadi Pithecanthropus erectus artinya manusia kera yang berdiri tegak. Mereka telah punah
dan kini termasuk genus Homo erectus.
Manusia purba Pithecanthropus erectus hidup pada zaman batu tua (palaeolithikum),
manusia kera ini ditemukan pertama kalinya oleh Eugène Dubois pada tahun 1891. Fosil
tertua dan pertama di Indonesia ditemukan di daerah Trinil (Ngawi). Penemuan di area
tersebut di gali, ditemukan berupa tulang kaki, tulang rahang (hanya bagian atasnya saja)
dan geraham.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 9
Gambar: Rekonstruksi Pithecanthropus erectus

Pithecanthropus erectus hidup sekitar 500 ribu - 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia
kaya akan sumber daya alam, sehingga banyak kehidupan yang berkembang di sini.
Seperti manusia purba pithecanthropus, jenis ini memiliki bentuk muka mirip seperti kera.
Berikut ciri fisik Pithecanthropus erectus yaitu:
 Memiliki volume otak sekitar 900 cc.
 Tinggi badan 165 sampai 180 cm
 Memiliki berat badan sekitar 80 kg sampai dengan 110 kg
 Bentuk wajahnya menyerupai kera
 Memiliki dagu yang kecil sedangkan bagian mulut menonjol
 Memakan tumbuh tumbuhan
 Bagian ubun-ubun pendek
 Bagian belakang kepala menonjol
 Memiliki tonjolan dibagian kening dan melintang sepanjang pelipis
 Mempunyai tulang pipi yang menebal
 Memiliki postur tubuh tegap
 Memiliki gigi dan rahang yang kuat dan besar
 Mempunyai hidung yang tebal

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 10
Dilihat dari segi fisik Pithecanthropus erectus, manusia purba ini memiliki perawakan
seperti kera. Mereka berkontribusi besar bagi perkembangan evolusi manusia. Walaupun,
dari penelitian mereka sekarang sudah dimasukan kedalam genus "homo", manusia purba
ini dahulunya tinggal dikawasan Pulau Jawa. Cara hidupnya yaitu dengan melakukan
sistem nomaden atau berpindah-pindah tempat tinggal. Dengan sistem ini, jalan hidup
mereka dipenuhi dengan melakukan perburuan dan mengumpulkan makanan yang
ditemuinya.
Mampu menciptakan alat-alat yang membantu dalam aktivitas kesehariannya. Model
alat ini menggunakan bahan baku berupa batu dan tulang, yang buat sedemikian rupa.
Berikut contoh hasil budaya pithecanthropus erectus yaitu:
 Alat-alat dari tulang
 Kapak perimbas
 Kapak penetak
 Kapak gengam
 Pahat gengam
 Alat serpih

Dengan hidup berpindah-pindah mereka harus bersinergi dengan alam. Manusia purba
Pithecanthropus erectus hidup dengan berkelompok dalam satu keluarga, pengaturan
mengenai pembagian tugas dilakukan dalam kehidupan mereka. Tugas manusia purba laki-
laki dewasa yaitu berburu hewan di zona mereka tinggal sedangkan wanita dan lansia
bertugas untuk food gathering (mengumpulkan makanan) dan mengasuh anak-anak
mereka.

3. Pithecanthropus mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis merupakan
manusia purba yang fosilnya ditemukan didaerah
Mojokerto, Jawa Timur. Penemu fosil ini yaitu Gustav
Heinrich Ralph Von Koenigswald yang ditemukan
ditahun 1936 sampai dengan 1941. Menurut istilah
Pithecanthropus mojokertensis secara etimologis
berasal dari bahasa Latin, yaitu phithecos yang berarti
kera, anthropus yaitu manusia, mojokertensis artinya
tempat ditemukannya fosil manusia purba tersebut

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 11
yang pernah mendiami kawasan Mojokerto. Jadi Pithecanthropus
mojokertensis artinya manusia kera yang berasal dari Mojokerto.
Pithecanthropus merupakan jenis manusia purba yang fosilnya paling
banyak ditemukan di Indonesia. Berikut ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus
Mojokertensis:
 Berdiri tegak
 Memiliki tinggi badan diantara 165 sampai 180 cm
 Bagian muka tidak menonjol ke depan, sedangkan di bagian dahi menjorok
kebelakang
 Dibagian kening menonjol
 Tidak memiliki dagu
 Kapasitas volume otak berkisar 750 sampai 1. 300 cc
 Otot bagian tengkuk kecil
 Memiliki gigi pengunyah (geraham) kuat dan telah memakan segalanya
 Memiliki rahang yang kuat
 Memiliki tulang ubun tengkorak yang tebal dan berbentuk menonjol keatas
 Hidup secara berkelompok
 Bentuk fisik tubuh atau badan kekar dan tegap
 Bentuk hidung yang lebar
 Bagian tulang pipi menonjol

Manusia purba Pithecanthropus mojokertensis dahulunya menempati didaerah


mojokerto. Pemberian nama tersebut dikarenakan pada mulanya fosil manusia purba
tersebut ditemukan di mojokerto yang dijadikan nama ilmiah.
Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan makanan yang
ditemuinya karena mereka hidup dengan berpindah-pindah lokasi atau tidak menetap.
Dengan sistem nomaden (tidak menetap disuatu wilayah) mereka dapat memperoleh
makanan dengan adanya bahan yang disediakan oleh alam. Mencari makanan dengan
berpindah tempat maka akan lebih cepat menemukan apa yang mereka cari. Namun,
apabila bahan makanan dari alam sukar didapat mereka mencari makanan dengan cara
berburu hewan yang mereka jumpai atau menangkap ikan disungai.
Spesies ini belum memahami cara memasak, jadi mereka memakan hewan
buruan mentah. Kebanyakan mereka mencari makanan dikawasan disepanjang lembah
dan disekitar hantaran sungai. Dalam berburu mereka membuat alat/hasil budaya

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 12
seperti kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, kapak penetak, kapak perimbas
dan alat-alat tulang. Kegunaan alat tersebut untuk berburu, menguliti hewan buruan
dan lain-lainnya.
Mereka hidup dengan berkelompok dengan satu pemimpin. Pemimpin
kelompok memiliki usia lebih tua dan berjenis kelamin laki-laki, bertugas untuk
mengarahkan dan mencari makan dan lokasi tinggal berikutnya. Kelompok ini terdiri
dari 4-15 individu yang saling berdampingan.

4. Homo Wajakensis
Penemuan fosil manusia purba homo wajakensis ditemukan oleh van Riestchoten pada
tahun 1889 di daerah Wajak, Tulungagung,Jawa Timur. Dalam pemberian nama homo
wajakensis sesuai lokasi ditemukannya fosil tersebut yaitu di daerah Wajak sebagai
penamaan latin manusia purba tersebut. Manusia wajak ini penemuan fosilnya ditemukan
di lereng pegunungan di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.

Penemuan fosil manusia purba homo wajakensis ke


dua ditemukan ditempat yang berdekatan daerah tersebut
oleh Eugene Dubois selang satu tahun dari penemuan
fosil pertama yaitu pada tahun 1890. Penemuan
mengenai manusia purba homo wajakensis berupa tulang
tengkorak dan tulang leher.
Manusia purba ini memenuhi kebutuhan hidup
dengan berburu. Mereka telah mampu mengolah
makanan mentahnya dengan cara dimasak walaupun
sangat sederhana.
Gambar: Rekonstruksi manusia purba Homo wajakensis

Berikut ciri-ciri manusia purba Homo wajakensis


 Memiliki muka yang lebar dan mendatar
 Memiliki dahi yang menjorok ke dalam
 Terdapat tulang alis yang membujur
 Memiliki pipi yang menonjol ke bagian samping
 Mempunyai kapasitas otak +1300 cc dan volume otak berkisar 1350cc sampai 1450cc
 Memiliki berat badan 30 kg sampai 150 kg
 Tinggi badan 1,30 m sampai 2,10 m
 Hidung antara mulut mempunyai jarak cukup jauh

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 13
 Memiliki otot yang kuat dan tulang besar
 Memakan makanan yang sudah dimasak

5. Homo soloensis

Gambar: Rekonstruksi manusia purba Homo soloensis

Fosil Homo Soloensis ditemukan oleh beberapa peneliti luar negeri seperti von
Koenigswald, Oppenoorth, dan Ter Haar pada tahun 1931 sampai tahun 1933 didaerah
Ngandong (Blora), Kecamatan Sambungmacan (Sragen) dan Sangiran. Penemuan fosil ini
ditemukan pada lapisan Pleistosen Atas, dalam penggalian area tersebut ditemukan
kerangka tulang dan artefak kuno. Penemuan dari penggalian tersebut ditemukan
diantaranya tulang tengkorak anak-anak, mamalia, dan berbagai benda peralatan kuno.
Alat-alat yang digunakan pada masa tersebut menggunakan kebudayan Ngandong
yang bercirikan penggunaan bebatuan yang diruncingkan, pemakaian duri ikan pari, dan
tulang binatang. Bahan-bahan tersebut menjadi sebuah hasil budaya yang berguna untuk
membantu aktivitas mereka seperti: belati, kapak, dan tombak.
Peralatan tersebut digunakan mereka untuk berburu, berkebun dan mengumpulkan
makanan. Mereka telah memiliki sistem kepercayaan yang mengatur kehidupan mereka.
Dalam kecerdasan Homo soloensis memiliki ukuran otak terbesar dari genus homo dan
volume otaknya hampir menyamai manusia seperti kita. Berikut ciri - ciri manusia purba
Homo Soloensis:
 Berjalan lebih sempurna
 Berdiri tegak
 Memiliki tinggi badan diantara 130 cm sampai 210 cm
 Bagian muka sudah tidak menonjol ke depan mirip manusia modern
 Dibagian pelipis alis menonjol
 Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 cm³ sampai 1.251 cm³
 Otot dibagian tengkuk mengalami penyusutan dan berkurang
 Bagian tulang tengkorak berukuran besar apabila dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus
 Pada bagian dahi miring kebelakang

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 14
Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologi mirip dengan
manusia modern. Dalam bentuk struktur muka manusia purba dari jaman ke jaman
hingga sekarang yaitu penyusutan dan pelebaran. Banyak penyusutan di bagian rona
mata dan hidung yang menyusut dan mengalami penurunan kebawah, sehingga
dibagian dahi mengalami pelebaran. Pada bagian samping alis atau bagian pelipis
mengalami pengurangan tonjolan.

Penilaian

Instrumen soal tes essay :


1. Mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai?
2. Terkait dengan teori evolusi manusia, apa yang dimaksud dengan missing link?
3. Menurut pendapat kamu, bagaimana manusia purba bisa menyebar ke dalam wilayah
Kepulauan Indonesia bahkan sampai ke luar wilayah Kepulauan Indonesia?

Jawaban! Jika jawaban tidak cukup dapat ditulis di kertas.

Catatan Guru Nilai Ttd Guru TtdOrtu

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 15
D. Corak Kehidupan dan Hasil-Hasil Budaya Manusia pada Masa Praaksara

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peninggalan-peninggalan masa


lampau/artefak. Berdasarkan benda-benda peninggalannya, zaman praaksara dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu zaman batu dan zaman logam.
1. ZAMAN BATU
Zaman batu terbagi menjadi empat zaman sebagai berikut:
a. Zaman paleolotikum
Zaman paleolotikum berarti zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan
perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri – ciri kehidupan manusia pada
zaman ini yaitu hidup berkelompok (tinggal disekitar aliran sungai,gua atau di atas pohon)
dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta
berburu. Oleh karena itu,manusia purba selalu berpindah – pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain (nomaden). Jenis manusia purba Indonesia yang hidup pada zaman ini
antara lain Pithecanthropus erectus dan Meganthropus palaeojavanicus. Selanjutnya hidup
berbagai jenis homo (manusia) diantaranya Homo soloensis dan Homo wajakensis.
Berdasarkan tempat penemuannya, zaman batu tua terbagi atas kebudyaaan pacitan
dan kebudayaan ngandong.
1) Kebudayaan pacitan
Peralatan yang dihasilkan kebudayana Pacitan adalah kapak genggam dan alat
penetak (chopper), kebudayaan pacitan ditemukan oleh Ralph von koenigswald pada
tahun 1935, alat-alat tersebut ditemukan pula di beberapa daerah di Indonesia, seperti
Pacitan, Sukabumi (Jawa Barat), Gombong (Jawa Tengah), Lahat (Sumatera Selatan),
Lampung, Bali, Sumbawa, Flores, dan Sulawesi Selatan. Alat-alat tersebut ditemukan pada
lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecanthropus Erectus.

Gambar: Kapak genggam Gambar: Kapak penetak

2) Kebudayaan Ngandong
Peralatan yang dihasilkan kebudayaan Ngandong adalah Flakes (alat serpih)
berupa pisau atau alat penusuk. Selain itu, ditemukan pula peralatan dari tulang dan
tanduk berupa belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi, tanduk
menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan pari yang diruncingkan. Alat-alat tersebut
juga diemukan di daerah lain, seperti sangiran dan sragen (Jawa Tengah). Manusia
pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo Wajakensis.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 16
Gambar: Alat serpih (Flakes)
b. Zaman Mesolitikum
Zaman mesolitikum disebut juga zaman batu madya / tengah. Zaman ini disebut pula
zaman mengumpulkan makanan ( food gathering ) tingkat lanjut, yang dimulai pada akhir
zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada
zaman ini adalah bangsa melanesoid yang menyerupai nenek moyang orang
Papua,Sakai,Aeta,dan Aborigin. Seperti halnya zaman palaeolitikum,zaman mesolitikum
mendapat makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua – gua di
bawah bukit karang (abris soucheroche) ,tepi pantai dan ceruk pegunungan. Gua ini
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Kebudayaan Indonesia zaman Mesolitikum terbagi dalam dua bagian, yaitu :
1). Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti "dapur"
dan modding berarti "sampah". Jadi, Kjokkenmoddinger ini merupakan sampah-sampah
dapur. Kjokkenmoddinger ini adalah timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung.
Di dalam Kjokkenmoddinger, ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda
dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Paleolitikum).
Sampah dapur ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels di tahun 1925 dan
berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya, kehidupan manusia pada saat itu
bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang, karena ditemukan sampah kedua
hewan tersebut setinggi 7 (tujuh) meter.
Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan sudah mengalami proses
pembentukan yang cukup lama, yakni mencapai ratusan tahun bahkan hingga ribuan
tahun. Di antara tumpukan sampah juga ditemukan batu penggiling beserta dengan
landasannya yang digunakan sebagai penghalus cat merah. Cat itu diperkirakan
digunakan dalam acara keagamaan atau dalam ilmu sihir.
2). Abris Sous Roche
Manusia purba menjadikan gua menjadi rumah. Kehidupan yang ada di dalam
gua cukup lama meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dari mereka. Abris Sous
Roche merupakan kebudayaan yang ditemukan di dalam gua-gua. Peradaban ini
ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, banyak ditemukan alat-alat
seperti contohnya flake, kapak, batu penggilingan, dan beberapa alat yang terbuat dari
tulang. Karena pada gua tersebut banyak ditemukan peralatan yang berasal dari tulang,
disebut dengan nama Sampung Bone Culture. Selain di Sampung, gua-gua sebagai Abris
Sous Roche juga terdapat di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 17
Gambar: Lukisan cap tangan di dinding gua

c. Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum berarti zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Ciri-ciri zaman batu baru antara lain :
 sudah hidup menetap
 makanan diproduksi sendiri dan telah diolah (food producing),serta hidup dari hasil
bercocok tanam
 Peralatan pada zaman Batu mulai telah diasah halus
 Pada zaman ini terjadi revolusi kehidupan, yaitu perubahan dari kehidupan nomaden
dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing
 Menurut hasil penelitian, manusia purba pada zaman ini telah berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Melayu Polinesia.
 Pada akhir zaman ini telah dikenal sistem kepercayaan dalam bentuk animism
(kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan
dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib).
Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah mati. Oleh karena itu, mereka
mengadakan berbagai upacara terutama untuk kepala suku. Mayat yang dikubur disertai
dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain. Selain itu dibangun berbagai
monument sebagai peringatan. Monumen tersebut rutin diebri sesajen agar arwah
leluhur yang meninggal melindungi dan ikan kesejahteraan bagi sukunya.

Berdasarkan peralatannya, kebudayaan zaman batu baru dibedakan menjadi


kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong, penanaman tersebut berasal dari Heine
Geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong.
Kebudayaa kapak persegi didukung oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua) yang
bermigrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 SM. Kapak lonjong
sering disebut dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas didaerah Papua
dan dipakai oleh bangsa Papua Melanosoid. Kapak lonjong umumnya terbuat dari batu kali
yang berwarna kehitam-hitaman.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 18
Gambar: Kapak persegi Gambar: Kapak lonjong

d. Zaman Megalitikum
Disebut zaman Megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang terbuat
dari batu – batu besar. Zaman batu besar berlangsung dari zaman batu baru hingga zaman
perunggu. Manusia pada zaman ini mulai mengenal sistem kepercayaan. Hasil peninggalan
zaman Batu Besar, antara lain sebagai berikut :

1). Menhir adalah tiang / tugu batu besar sebagai tanda peringatan untuk menghormati roh
nenek moyang,. Menhir ditemukan di Pasemah (Riau), Bada (Sulawesi Tengah), Banten,
Bali, NTT, Jawa Timur dan Kalimantan.

Gambar: Menhir Gambar: Dolmen

2). Dolmen adalah meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji. Ditemukan di Sumba
dan Sumatera Selatan.
3). Peti Kubur Batu adalah tempat mengubur mayat yang etrdiri atas papan-papan batu yang
ditanam dalam tanah dan diberi tutup. Biasanya batu yang digunakan adalah batu pipih.
4). Waruga adalah peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan tertutup ditemukan
di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 19
Gambar: Peti kubur batu Gambar: Waruga

5). Sarkofagus (keranda) adalah lesung batu yang dipergunakan sebagai tempat mayat dan
diberi tutup. Ditemukan di Jawa Timur
6). Punden berundak adlaah bangunan yang berbentuk teras, makin ke atas makin kecil
sebagai tempat pemujaan. Punden berundak ditemukan di Lebak sibedug, Banten.
Punden berundak percaya sebagai cikal bakal pembuatan candi di Indonesia
7). Arca adalah bangunan dari batu yang berbentuk binatang dan manusia. Ditemukan di
Dataran Tinggi Pasemah, Bangkinan, dan Sumatera Selatan.

Gambar: Sarkofgus Gambar: Punden berundak

2. ZAMAN LOGAM (PERUNDAGIAN)


Zaman logam merupakan masa dimana kehidupan masyarakatnya sudah semakin maju
dan masyarakatnya sudah mengenal teknik – teknik pengolahan logam. Mereka sudah mampu
membuat alat – alat dari logam dan menjadi sangat terampil. Perkembangan ini tentunya
menunjukkan bahwa taraf kehidupan sudah meningkat. Kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks tentunya membutuhkan orang – orang yang terampil (undagi) di bidangnya masing –
masing. Berikut ciri – ciri zaman logam:
 Kegiatan perdagangan berkembang semakin pesat pada masa ini dimana perdagangan sudah
dilakukan dari pulau ke pulau di Indonesia bahkan antara kepulauan Indonesia dengan
kawasan Asia Tenggara melalui sistem barter. Sistem barter adalah sistem perdagangan
menggunakan pertukaran barang yang mana barang tersebut dapat berupa nekara
perunggu, manik – manik , rempah – rempah, kayu, moko dan timah.
 Pada masa ini, penguburan jenazah dilakukan dengan dua cara yakni secara langsung dan
tidak langsung. Penguburan langsung dilakukan dengan menguburkan jenazah langsung di
dalam tanah atau diletakkan pada sebuah peti di dalam tanah. Sedangkan, penguburan tidak
langsung dilakukan dengan menguburkan jenazah di dalam tanah atau peti kayu berbentuk

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 20
perahu. Namun, setelah jenazahnya menjadi rangka maka rangka tersebut akan diambil dan
dibersihkan, lalu dikuburkan kembali dalam tempayan atau kubur batu.
 Mahir dalam pengolah logam, hal itu dapat dilihat dari peninggalan – peninggalan berbahan
dasar logam seperti cincin, kalung, anting – anting, gelang tangan, gelang kaki, candrasa, arca
perunggu, kapak corong, dan nekara.
 Kebudayaannya sudah semakin tinggi dan maju.
 Kemajuan juga dirasakan dalam bidang pertanian yang sudah menggunakan sistem
persawahan yang lebih efektif dan efisien dari sistem ladang.

Zaman logam terdiri atas tiga zaman yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi. Pada
pembahasan kali ini, kita hanya membahas tentang zaman logam di Indonesia, tetapi
berdasarkan teori para ahli, zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia.
1. Zaman Perunggu
Zaman perunggu merupakan zaman dimana manusia membuat peralatan dari
perunggu. Di Indonesia sendiri, ditemukan peninggalan – peninggalan sejarah dari zaman
perunggu yaitu :
 Candrasa
Candrasa merupakan sejenis kapak yang menyerupai senjata tapi tidak cocok sebagai
peralatan perang / pertanian karena tidak kuat dan kokoh. Candrasa ditemukan di
Bandung dan diperkirakan digunakan untuk keperluan upacara.
 Kapak Corong
Kapak Corong atau Kapak Sepatu merupakan alat kebesaran dan upacara adat yang
berbentuk seperti corong. Kapak Corong ditemukan di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tengah.

Gambar: Nekara Gambar: Candrasa


 Nekara
Nekara adalah genderang besar untuk upacara ritual, khususnya sebagai pengiring
upacara kematian, upacara memanggil hujan, dan sebagai genderang perang dengan
penyempitan dibagian pinggangnya. Nekara “The Moon of Pejeng” yang merupakan
nekara terbesar di Indonesia terdapat di Bali.
 Moko
Moko merupakan sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil yang berfungsi sebagai benda
pusaka seorang kepala suku, benda yang diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku dan
juga mas kawin. Moko lebih banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai (Pulau Flores)
 Bejana Perunggu
Bejana Perunggu memiliki bentuk seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Di Indonesia,
bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura. Kedua bejana
yang sudah ditemukan memiliki hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar –
gambar geometri dan pilin – pilin yang mirip huruf J.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 21
 Arca Perunggu
Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, adapula yang berbentuk binatang. Arca
perunggu, umumnya, berbentuk kecil dan terdapat cincin pada bagian atasnya. Dimana
cincin tersebut digunakan sebagai alat untuk menggantungkan arca itu karena itulah arca
juga digunakan sebagai liontin. Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di Bangkinang
(Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

2. Zaman Besi
Zaman besi merupakan zaman dimana manusia telah mampu membuat peralatan dari
besi yang lebih sempurna daripada tembaga ataupun perunggu. Dengan cara, meleburkan besi
dari bijihnya lalu menuangkan cairan besi tersebut ke dalam cetakan.
Adapun hasil peninggalan dari zaman besi yang sudah ditemukan di Indonesia antara
lain mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul, dan sebagainya. Mata kapang
digunakan untuk membelah kayu sedangkan mata sabit digunakan untuk menyabit tumbuh –
tumbuhan. Di Indonesia, benda – benda tersebut telah ditemukan di Gunung Kidul
(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).

Penilaian

Instrumen soal tes essay :


1. Pembukaan lahan yang dilakukan oleh nenek moyang kita dengan penebangan
pohon sebenarnya termasuk kearifan lokal yang perlu dijadikan pelajaran. Bagaimana
pendapat dan sikap kamu tentang pernyataan tersebut? Bagaimana pula pendapat
kamu tentang aktivitas pembukaan lahan dengan membakar hutan seperti yang
dilakukan sekarang ini?
2. Buatlah analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocok
tanam!
3. Mengapa manusia purba itu banyak yang tinggal di tepi sungai?
4. Jelaskan pola kehidupan nomaden manusia purba!
5. Manusia purba juga memasuki fase bertempat tinggal sementara, misalnya di gua,
mengapa demikian?
6. Apa kira-kira alasan bagi manusia purba memilih tinggal di tepi pantai?
7. Jelaskan kaitan antara manusia yang sudah bertempat tinggal tetap dengan adanya
sistem kepercayaan!
8. Adakah hubungan antara sistem kepercayaan masyarakat dengan pola mata
pencaharian? Jelaskan!

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 22
Jawaban! Jika jawaban tidak cukup dapat ditulis di kertas.

Catatan Guru Nilai Ttd Guru TtdOrtu

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 23
E. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Beberapa ahli sejarah mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia. Beberapa pendapat tersebut antara lain sebagai berikut:

Menurut Drs. Moh. Ali: menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan. Nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia yang datang ke Indonesia
secara bergelombang. Gelombang pertama dari tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan
Neolitikum dengan perahu bercadik satu. Gelombang yang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM
dengan ciri-ciri menggunakan perahu bercadik dua.

Menurut Moens: berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak
oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Akibatnya mereka menyebar ke arah selatan hingga sampai
ke wilayah Indonesia.

Menurut Prof. H. Kroom : menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah
karena pada daerah Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar ke
wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM sampai tahun 1500 SM.

Menurut Moh. Yamin : berpendapat bahwa asal bangsa Indonesia adalah dari Indonesia sendiri.
Bahkan bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Asia berasal dari Indonesia. Pendapat Moh. Yamin
didukung oleh suatu pernyataannya tentang Blood Und Breden Unchiroyang berarti adalah
daerah dan tanah bangsa Indonesia adalah berasal dari Indonesia sendiri. Ia menyatakan bahwa
fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan
daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenis Homo
soloensis dan Homo wajakensis.

Maka dapat disimpulkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Asia
Tenggara (Indochina/Yunnan) yangbermigrasi ke Nusantara melalui dua periode.

Gambar: Peta Persebaran Nenek Moyang Indonesia

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 24
3. Bangsa Proto Melayu ( Melayu Tua )
Bangsa Proto melayu ini merupakan orang - orang austronesia yang datang ke Indonesia
Membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Baru), Salah satu hasil kebudayaan pada zaman itu
adalah Kapak Persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia Barat yang meliputi Sumatera,
Bali, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Selatan, dari hampir semua hasil kebudayaan yang dibawa
Bangsa Proto melayu ini adalah Batu yang sudah dihaluskan.

4. Bangsa Deutro Melayu ( Melayu Muda)


Bangsa Deutro Melayu merupakan Bangsa Austronesia yang datang pada gelombang
kedua ke Nusantara. Bangsa Deutro Melayu diketahui mempunyai kebudayaan lebih maju dari
pendahulunya yaitu Bangsa Proto Melayu karna mereka telah berhasil membuat barang barang
dari Perunggu dan Besi, barang barang yang dihasilkan Bangsa Deutro Melayu adalah kapak
corong, kapak serpatu, dan nekara, serta menhir, dolmen, sarkopagus, kubur batu, dan punden
berundak-undak, dll . Mereka datang melewati jalur barat yang rute nya dari Yunan (Teluk Tonkin)
melewati Vietnam, Malaysia, dan akhirnya mereka sampai di Nusantara.

F. Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praaksara Tingkat Lanjut: Tradisi Lisan

Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum
mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya. Jenis-jenis
tradisi lisan:
a. Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun
temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan
cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri folklor:
a. Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
b. Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif
tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit
2 generasi).
c. Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah
tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya
(tidak diketahui penciptanya)

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 25
d. Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
e. Folklor terdiri atas banyak versi
f. Mengandung pesan moral
g. Mempunyai bentuk/berpola
h. Bersifat pralogis
i. Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat
dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam
hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang
panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti,
peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung
satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya
sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan,
mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun
(dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan
melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir
kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga
dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika
karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan
praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa
bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai
ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan
perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan
secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor
bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
(b) Kerajinan tangan rakyat
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
b. Mitologi

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 26
Mitologi cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat
sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan
umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa. Contoh:
 Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali
 Nyai Pohaci dari Jawa Barat
 Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
 Mado-Mado (lowalangi) dari Nias
 Wahadi dari Timor.
c. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda diwariskan secara turun temurun,
biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda
dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu
sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan
pedoman bagi generasi selanjutnya. Contoh Legenda:
(1) Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi).
Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya
masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh: Legenda Wali Songo.
(2) Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami
seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat.
Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-
tempat gaib.
(3) Legenda Setempat
Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk
topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh: terbentuknya Danau Toba.
(4) Legenda Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita
benar-benar pernah terjadi.
Contoh: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan
dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”
d. Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita.
Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan.
Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan
pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang
Merah dan Bawang Putih.
Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Contoh :
“Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini
cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.
e. Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah
adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 27
f. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan).
Contoh:
Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan
upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.

Penilaian
Instrumen soal tes essay :

1. Coba kamu diskusikan, mengapa manusia purba membuat peralatan dari bahan batu,
kayu, dan tulang?
2. Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dapat digunakan sebagai alat
serba guna, coba jelaskan dan beri contoh!
3. Apa saja bukti-bukti yang menunjukkan bahwa masyarakat praaksara telah mengenal
sistem kepercayaan?
4. Dengan munculnya hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik (abstrak) menjelang
berakhirnya zaman praaksara, apakah itu berarti hasil-hasil budaya yang bersifat fisik
(konkret) tidak lagi menjadi perhatian masyarakat praaksara? Jelaskan.
5. Menurut kalian apa yang harus dilakukan agar tradisi lisan terus dijaga dan dinikmati
generasi berikutnya?

Jawaban! Jika jawaban tidak cukup dapat ditulis di kert

Catatan Guru Nilai Ttd Guru TtdOrtu

Sejarah Indonesia X
Dwi Fitriawati, S.Pd 28

Anda mungkin juga menyukai