Anda di halaman 1dari 16

Periode Miosen berlangsung dalam kurun waktu 23,8 juta sampai dengan 5,3 juta tahun

yang lalu.

Pada periode Miosen ini suhu Bumi belum begitu hangat dan hampir mempunyai
kemiripan dengan periode Oligosen dan periode Pliosen. Periode Miosen bahkanmembuat
Antartika dan Amerika Selatan bersatu.

Jenis tanaman alga besar berwarna coklat yang disebut kelp telah berhasil menyangga
proses kehidupan dan evolusi di lautan. Tanaman ini dengan segera menjadi salah satu
ekosistem paling produktif di Bumi.

Iklim sedikit hangat memasuki pertengahan periode Miosen. Perubahan iklim kemudian
diikuti oleh turunnya suhu dan dianggap telah bertanggung jawab atas ekosistem tropis,
perluasan hutan konifer di bagian utara bumi, dan bertambahnya jumlah musim
Beberapa jenis mamalia dan kelompok burung secara khusus telah berkembang menjadi
jenis yang baru, menjadi herbivora yang berlari cepat, burung predator, dan jenis burung kecil
serta mamalia pengerat.

Kuda yang telah muncul di awal periode Eosen sebagai herbivora yang hanya memakan
vegetasi berdaun, Pada saat rerumputan kasar menutupi daerah hutan selama periode Oligosen
beberapa spesies kemudian mengembangkan rahang mereka menjadi lebih besar dengan gigi-
gigi yang berakar kuat.

Mereka juga telah memiliki bagian saluran pencernaan yang lebih besar dan dapat
mencerna rumput dengan jumlah lebih banyak. Kuda pada periode Oligosen menjadi lebih besar
dengan bagian kaki yang lebih kuat dan bagian tapal yang dapat memungkinkan mereka berlari
lebih cepat dari hewan lainnya yang memiliki bantalan kaki.

Mamalia ini dengan cepat telah menyebar ke Amerika Utara, Eropa dan wilayah Asia
juga ke Afrika. Pada perkembangannya beberapa spesies berevolusi menjadi kuda masa kini.
Kera muncul dan diversifikasi selama periode Miosen dan mulai tersebar luas di Dunia.
Pada akhir periode ini nenek moyang manusia mungkin telah memisahkan diri dari nenek
moyang simpanse untuk mengikuti jalur evolusi mereka sendiri.

Periode Miosen menarik para geologi sebagai dasar utama terbentuknya Himalaya yang
telah terjadi selama periode Miosen. Terbentuknya Himalaya ini memengaruhi pola musiman di
Asia, yang saling terkait dengan glasial di belahan bumi utara.
Pliosen berlangsung setelah Miosen dan diikuti oleh kala Pleistosen.Zaman Pliosen
merujuk pada fauna laut moluska yang relatif modern yang hidup pada zaman ini.

Penyejukan dan pengeringan alam sekitar global menyumbang kepada penyebaran besar
padang rumput savanna
Jambatan darat Panama antara Amerika Utara dan Amerika Selatan Terbentuk.
Mendorong penghijrahan tumbuhan dan haiwan ke habitat baru.

Dataran tinggi terbentuk pada zaman ini.contohnya Grand Canyon di Colorado, Amerika
Syarikat.
Zaman Pleistosen

Pleistosen (Dilluvium) berlangsung kira-kira 600 riu tahun yang lalu dan ditandai dengan
adanya manusia purba.

Zaman ini sering disebut zaman ais (zaman glasial) yang ditandai dengan mulai
mencairnya es yang bertumpuk di Kutub Utara karena terjadi perubahan iklim global hingga
menutupi sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara.

Jika suhu panas turun maka ais itu akan makin menjadi luas yang mengakibatkan air laut
menjadi turun (zaman glasial). Sebaliknya, jika suhu panas naik maka ais akan mencair sehingga
daerah yang diliputih ais menjadi semakin berkurang dan permukaan air laut menjadi naik

Pada masa ini, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan (Indonesia bagian barat) masih menyatu
dengan daratan Asia, sedangkan Pulau Papua dan sekitarnya (Indonesia bahagian timur)
terhubung dengan Australia.

Mencairnya ais di kutup telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia dipisahkan oleh


lautan baik dengan Asia maupun Australia. Daratan yang menghubungkan Indonesia bahagian
barat dengan daratan Asia disebut Paparan Sunda (Sunda Shelf). dan sekitarnya dengan
Australia disebut Paparan Sahul. (Sahul Shelf). Kedua paparan tersebut dipisahkan oleh Zona
Wallace.

Pada masa ini haiwan-haiwan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu
tebal) mampu bertahan hidup, sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis.
Perpindahan haiwan dari daratan Asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. Pertama melalui
Malaysia ke Sumatera dan Jawa, Kedua Melalui Taiwan, Filipina ke Kalimantan, dan Jawa.
Pada zaman ini, terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu
Pithecanthropus Erectus (ditemukan di Trinil) yang sama dengan Sinyathropus Pekinensis.
Demikian juga dengan hasil kebudayaan Pacitan yang banyak ditemukan di Cina, Malaysia,
Burma. Homo Wajakenensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar
dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia (bangsa
Aborigin).

(Paparan Sunda dan Paparan Sahul)

Oleh para ahli, zaman pleistosen ini dibagi menjadi zaman pleistosen awal, pleistosen
tengah dan plesitosen akhir. Pada zaman pleistosen, ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang
memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia masa itu. Peristiwap eristiwa itu antara
lain adalah meluasnya ais ke sebagian permukaan bumi, perubahan iklim, munculnya daratan-
daratan baru, letusan-letusan gunung berapi, dan timbul tenggelamnya daratan-daratan karena
turun naiknya air laut. Semua peristiwa itu, tidak saja berpengaruh besar terhadap cara manusia,
tetapi juga berpengaruh terhadap semua makhluk dan tumbuhtumbuhan di muka bumi.
Jenis manusia yang hidup pada masa akhir Plestosen ini adalah ras manusia
Australomelanosoid dan Mongoloid. Ciri-ciri ras Australomelanosoid, antara lain berbadan lebih
tinggi dibandingkan ras Mongoloid, tengkoraknya relatif kecil dan dahi agak miring, bentuk
tengkoraknya agak lonjong atau sedang dan rahangnya agak menonjol ke depan. Adapun ciri-ciri
ras Mongoloid, antara lain bentuk badannya tidak selebar ras Australomelanosoid dan pada
umumnya badannya lebih kecil, tengkoraknya bundar dan isi tengkoraknya lebih besar, mukanya
lebar dan datar, hidung lebar, tidak mancung, serta bagian mulutnya agak menonjol ke depan.
Berdasarkan hasil temuan rangka manusia pada masa itu, dapat diketahui bahwa kedua ras
tersebut sudah menyebar di kepulauan Indonesia.

Di wilayah barat dan wilayah utara Indonesia ciri-ciri ras Australomelanosoid tampak
dominan dan beberapa di antaranya terdapat sedikit campuran Mongoloid. Di Jawa juga
demikian, ras Australomelanosoid sangat dominan dan terdapat sedikit campuran Mongoloid. Di
Nusa Tenggara terdapat ras Australomelanosoid dan tidak ditemukan ras Mongoloid. Sementara
itu, di Sulawesi Selatan lebih banyak dihuni ras mongoloid.

Manusia telah tahu cara membuat api


Manusia hidup berpindah randah, mengutip buah-buahan, akar kayu dan memburu
untuk mendapatkan makanan.
ZAMAN HOLOSEN

Zaman terakhir dari periode Kuaterner (Quaternary), mulai dari akhir masa Pleistosen (10.000
tahun lalu) sampai sekarang termasuk dalam zaman Holosen. ..

pada kala holosen sebagian besar es di kutub sudah mulai lenyap sehingga permukaan air laut
naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah paparan sunda dan paparan sahul tergenang air dan menjadi
laut transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap dan
muncullah manusia cerdas (Homo Sapiens) seperti manusia sekarang

Periode Holosen, zaman Holosen dimulai kira-kira 12.000 Sebelum Masehi dan berlanjut sampai
hari ini. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud baru yaitu merujuk kepada
kondisi dan perubahan alam yang berbeda dari sebelumnya, lebih hangat dan layak huni.

Ada juga yang berpendapat Holosen, lebih merujuk kepada bentuk fosil dan kehidupan manusia
yang secara menyeluruh telah terjadi pembaharuan secara besar-besaran.

Periode
Holosen juga sering dikaitkan dengan periode terakhir dari zaman es yang dimulai dari akhir
Pleistosen yaitu 11.500 tahun yang lalu saat sebagian bumi mendapat pasokan kehangatan yang
cukup, saat gletser-glester itu mencair, lalu tundra memberi jalan bagi terciptanya hutan.

Penelitian tehadap inti es menunjukkan bahwa selama periode Holosen suhu yang relatif lebih
hangat. Perubahan yang besar ini berdampak kepada kehidupan di muka bumi.

Mamalia yang sangat besar yang telah lama beradaptasi dengan dingin yang ekstirm, seperti
halnya Mammoth dan badak berbulu perlahan namun pasti mulai menghilang, punah.
Manusia yang memerlukan makanan dan tergantung kepada hewan-hewan besar pada periode
sebelumnya yang telah punah, mencoba beralih ke hal yang kecil, bahkan sangat kecil, karena
kita beralih untuk tergantung kepada biji-bijian dari rumput.

Manusia tidak lagi menjadi pemburu dan pengumpul, tapi mereka diam dalam kelompok-
kelompok kecil untuk bercocok tanam. Populasi manusia mulai meningkat dan perlahan namun
pasti manusia pada masa itu mulai menciptakan perubahan-perubahan yang mengubah planet ini
selamanya.

Zaman atau Periode Holosen ini kadang disebut juga sebagai zaman bangsa manusia. Jika dimaknai
bahwa pada masa ini manusia baru muncul, tentu ini adalah penyataan yang keliru karena manusia
modern telah terlebih dahulu hadir dan telah menyebar ke seluruh planet bumi ini, justru terjadi
sebelum periode Holosen dimulai.

Akan tetapi, jika diterjemahkan dengan kemunculan peradaban pertama manusia yaitu dimana
manusia telah berhasil mempengaruhi lingkungan alam secara global yang berbeda dengan
aktivitas yang dilakukan oleh organisme lainnya, maka sebutan zaman bangsa manusia itu bisa
dikatakan tepat.

Pertanian merupakan hal yang utama yang dilakukan oleh manusia yang telah berdampak kepada
bumi dan keadaan manusia selanjutnya.

8.000 Sebelum Masehi, budidaya gandum, Padi, jagung, kacang-kacangan dan tanaman lainnya
telah menjadi dasar dari peradaban umat manusia. Domestikasi, sapi, Kambing, domba mungkin
telah dimulai pada periode yang sama.
Sumber makanan yang dihasilkan oleh pertanian mungkin telah menciptakan perdagangan
tradisional (barter), populasi manusia semakin besar.

Di mulai sekitar abad pertama Masehi, pertanian telah benar-benar meningkatkan jumlah orang
bahkan melampaui jumlah yang dapat didukung oleh planet ini.

Ada sekitar 170 juta orang di Bumi pada akhir abad pertama, pada abad ke-17 jumlah manusia
mencapai lebih dari 1 miliar. Memasuki revolusi Industri, pada abad ke-19 populasi manusia
semakin tumbuh secara eksponensial.

Jumlah makanan, kesehatan dan hidup semakin baik, sementara kelahiran terus meningkat di
sebagian besar belahan dunia.

Kemajuan berpikir, penemuan teknologi, dan pengembangan pengetahuan telah meningkatkan


manusia dalam memahami bumi, tapi sayangnya itu tidak bisa memperbesar ukuran bumi.

Tekanan dari ledakan populasi manusia ternyata memiliki efek yang serius pada
keanekaragaman hayati di planet ini. Bumi kita ini setidaknya telah mengalami lima kali
peristiwa kepunahan massal.

Kebanyakan dari kita mungkin hanya ingat tentang kepunahan massal pada periode Kretaceous
65 juta tahun yang lalu yaitu kepunahan para dinosaurus.

Beberapa organisme pada periode Holosen ini telah mempengaruhi lebih banyak dari periode
sebelumnya, sebagian besarnya memang telah mengubah kondisi dunia.

Lebih jauh lagi, para ilmuwan berpendapat bahwa sebanyak 20% jumlah tanaman dan juga
hewan pada periode ini kemungkinan akan punah atau hilang pada tahun 2025 Masehi dan 30%
akan punah pada tahun 2100 Masehi.

Informasi ini belum final, setidaknya perlu lebih banyak lagi informasi untuk menyimpulkan
apakah kepunahan yang akan terjadi nantinya atau yang sekarang sudah terjadi itu berada dalam
kategori alami.

Kategori alami bisa dihubungkan dengan bagian dari pergantian spesies, atau proses
kepunahan ini justru dipercepat karena kegiatan dari manusia, misalnya; berburu, polusi udara,
kebakaran hutan, dan penebangan liar (deforestasi) karena jika hal ini benar maka apa yang
disebut sebagai kepunahan massal keenam akan benar-benar terjadi.

Yang mencengangkan adalah hal ini seperti menjadi rahasia umum, ya kita semua tahu bahwa
perusakan habitat alami yang dipercaya menjadi penyebab utama banyaknya kepunahan spesies
lain itu disebabkan oleh ulah satu spesies yang bernama manusia.
Banyak ilmuwan percaya bahwa kita berada di tengah-tengah rentang waktu menuju kepunahan
massal keenam yang disebabkan oleh ulah kita sendiri.

Umumnya para peneliti sepakat bahwa aktivitas yang dilakukan manusia bertanggung jawab atau
mempercepat pemanasan global.

Ini berarti naiknya suhu temperatur global yang seakan masih berlanjut hingga saat ini akan
menimbulkan sebuah gejala dan efek yang tidak akan terduga.

Para peneliti kemudian ada yang beranggapan bahwa kondisi dari suhu bumi pada masa yang
hangat ini bersifat sementara. Kita sekarang berada dalam sebuah periode interglasial zaman es.

Pada tahun 1350 Masehi atau kira-kira antara tahun 1200 sampai dengan 1700 Masehi, pernah
terjadi sebuah masa bernama Little Ice yang kabarnya sangat dingin. Periode Holosen ini
menjadi saksi dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan serta teknologi umat manusia.

Teknologi-teknologi ini telah membantu dalam memahami perubahan serta gejala yang kita
ketahui hingga dapat memprediksi apa akibat yang akan terjadi dan mencoba untuk
menghentikan kerusakan yang semakin parah terhadap bumi dan juga hal lainnya yang
berpengaruh terhadap populasi bangsa manusia.

Paleontologi dapat mengambil peran dalam upaya untuk memahami perubahan bumi. Fosil-fosil
itu sesungguhnya juga menyediakan banyak data tentang bagaimana iklim dan lingkungan pada
masa lalu.

Lebih jauh, palaentologi dapat berkontribusi dalam memahami bagaimana perubahan lingkungan
yang terjadi di masa depan itu memengaruhi hidup bangsa manusia di bumi.

Tidak ada satu pun yang sanggup mengubah dunia secepat atau sebanyak seperti yang spesies
kita lakukan. Tapi sayangnya kita sangat lambat dalam usaha perbaikan.

Mampukah manusia bertahan?


#

Masa Holosen

Manusia prasejarah yang hidup di masa Holosen diperkirakan telah menggunakan alat abntu untuk mencari
makan dan mempertahankan hidupnya dari serangan binatang buas. Alat-alat bantu ini masih sangat sederhana
dan mungkin masih mendekati bentuk aslinya.
Jenis alat-alat yang digunakan manusia prasejarah pada masa ini adalah:
* Batu gumpal-gumpal (kerakal atau serpihan bantu besar)
Ini digunakan untuk menumbuk makanan atau benda. Batuan tersebut dikenal dengan istilah core - tools
* Alat-alat bantu yang terdiri dari batu, kayu, tulang, atau tanduk
Alat-alat ini dibuat dengan cara dipukul-pulul untuk mendapatkan bentuk yang lebih baik. Ada sisi yang dibuat
lebih tajam untuk mengiris binatang buruan. Alat ini digolongkan sebagai kapak walaupun bentuknya masih
sangat sederhana.
* Alat-alat bantu yang terbuat dari gumpalan batu
Berbeda dengan core - tools, alat ini telah mempunyai bentuk yang lebih sempurna, lebih kecil, dan dipakai
untuk pekerjaan yang lebih ringan, seperti: memotong daging dan membelah tulang.
Pasca masa PLeistosen dan masa Holosen, kehidupan manusia prasejarah masih memenuhi kebutuhan
pangannya dengan cara berburu binatang dan mengumpulkan makanan, seperti umbi-umbian, kerang,
dll. Kehidupan manusia prasejarah ini diperkirakan muncul sekitar 6.000 tahun sebelum masehi. Susunan
tugas pada masa kehidupan manusia prasejarah juga telah tertata sesuai dengan jenis kelamin. Kaum pria
berburu, sedangkan kaum wanita mengumpulkan makanan. Begitu pula dalam kehidupan spiritual terutama
dalam upacara pemujaan arwah nenek moyang.

Anda mungkin juga menyukai