Anda di halaman 1dari 4

Nama : Achad Hamidi

Nim :3211419032
Prodi : Geografi

Garis Wallace dan garis weber

Indonesia atau yang dahulu dikenal sebagai Hindia merupakan negara kepulauan yang
sangat luas. Dari luasnya daratan Asia yang membentang dari utara hingga selatan, Indonesia
berada pada bagian tenggara benua ini. Dari sisi geografis, letak Indonesia berada di garis
khatulistiwa dan diapit oleh dua benua, Autralia dan Asia. Dengan letaknya yang strategis
dan diapit oleh dua benua, menjadikan Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati
yang terhampar dari ujung pulau Sumatera hingga batas wilayah Papua. Perbedaan dan
keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia telah membuat Alfred Russel Wallce (1823-
1913) terkesima ketika ia datang dan menjelajah wilayah Hindia Timur dan Hindia Barat.
Alfred Russel Wallace sendiri adalah seorang geografis, arkeologis, dan paleontologis yang
memelopori penyeledikan secara modern tentang geografi hewan terlepas dari teori Darwin.
Berdasarkan penjelajahan selama kurang lebih enam tahun di daratan Hindia, berdasarkan
penelitian disimpulkan bahwa keanekaragaman di Indonesia berbeda antara wilayah
Indonesia bagian barat dan wilayah Indonesia bagian timur. Menurutnya, keanekaragaman
tersebut berkaitan dengan pola persebaran fauna Asiatis dan Australis yang terjadi beberapa
ribu tahun yang lalu. Wallace mendalihkan suatu garis khayal sebagai pemisah antara dunia
hewan Asiatis dan Australis yang ada di Indonesia. Batas garis ini memanjang dari utara
hingga ke selatan, tepatnya memanjang dari Selat Makassar hingga perbatasan antara Bali
dan Lombok. Oleh sebab itu garis batas antara wilayah Selat Makassar hingga selat antara
Bali dan Lombok dinamakan garis Wallace.

Garis Wallace dan Weber yang Memisahkan Persebaran Fauna Indonesia Berdasarkan
Penjelajahan yang Dilakukan Bertahun-bertahun Di Daratan Hindia
.

Disamping itu, seorang peneliti berkebangsaan Belanda kelahiran Jerman, Max Wilhelm Carl Weber
(1852-1937) juga telah melakukan penelitian persebaran fauna di Indonesia untuk melihat dan mendalami
persebaran fauna Oriental/Asiatis dengan Australis. Teorinya dalam biogeografi adalah tentang garis
Weber, yang menandai perbatasan fauna Australasia. Selama melakukan ekspedisi Siboga dari Maret 1899
hingga Februari 1900, Weber telah menemukan banyak hal yang menurutnya sedikit kontradiktif dengan
garis Wallace. Sebagaimana yang ditengarai pada tumbuhan, survei-survei fauna memperlihatkan bahwa
untuk kelompok-kelompok vertebrata –kecuali burung– garis Wallace bukan merupakan perbatasan
biogeografis yang paling signifikan. Alih-alih selat Lombok, adalah Kepulauan Tanimbar yang dilalui
garis batas antara fauna Oriental dan Australasia, khususnya mamalia dan kelompok vertebrata terestrial
lainnya. Demikian pula, untuk kebanyakan invertebrata, kupu-kupu, dan juga burung, garis Weber yang
lebih tepat menggambarkan perbatasan itu ketimbang garis Wallace. Di wilayah Indonesia bagian tengah
adalah wilayah Wallacea. Wallacea adalah nama yang diberikan untuk wilayah di Indonesia bagian tengah
yang meliputi Sulawesi, sebagian Nusa Tenggara, dan Halmahera. Wilayah ini adalah tempat fauna dan
flora bertransisi dari tipe Asiatic ke Australian, dan sebaliknya. Daerah Wallacea dibatasi di sebelah barat
oleh garis Wallace dan di sebelah timur dibatasi oleh garis Lydekker.

\\

Garis Wallace dan Lydekker

Garis Weber dan Wallace yang membagi wilayah Indonesia berdasarkan persebaran flora dan
fauna memiliki arti geologi. Hewan-hewan yang berada di Oriental dan Australis memiliki
batas pertemuan yang berada di Indonesia. Misal saja, di wilayah Indonesia bagian barat,
yaitu daerah dangkalan Sunda, fauna Asiatis yang ada di wilayah ini antara lain adalah gajah
India, badak bercula satu, orangutan, dan beberapa reptil serta jenis burung. Sedangkan fauna
yang berada pada wilayah Indonesia bagian tengah merupakan fauna endemik, misal saja
anoa dan komodo. Pada wilayah Indonesia bagian timur, yaitu dangkalan Sahul, terdapat
mamalia berkantung seperti halnya mamalia yang ada di Australia, seperti halnya walabi,
landak irian, kuskus, kanguru pohon, dan kasuari. Dari keanekaragaman ini, dapat diketahui
bahwa dahulunya wilayah Indonesia bagian barat merupakan bagian dari daratan Asia dan
wilayah Indonesia bagian timur pernah menjadi satu bagian dengan Australia.

Beragam Hewan Endemik yang Berada Di Wilayah Wallacea.


Sumber: commons.wikimedia.org

Pada Jurasic Akhir (150 juta tahun lalu), Blok Sunda yang sebelumnya bergabung dengan
Gondwana terpisah dan terus berkembang hingga terbawa ke wilayah tenggara Asia. Pada
wilayah Indonesia bagian timur, sekitar 45 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah), Australia
dan Papua mulai bergerak dengan cepat menjauhi Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar
daerah Sulawesi dan Filipina serta jalur subduksi yang mengarah ke selatan pada area Laut
Cina Selatan. Pada 15 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah), bagian kerak samudra pada
Blok Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang lalu mencapai jalur subduksi
pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas lempeng sampai bagian
selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat ke posisi sekarang ini dan lengan-
lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Pada 5 juta tahun yang lalu jalur-jalur subduksi dan
gunung berapi berkembang hampir mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua terus
bergerak ke utara.

Sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah seperti halnya Sulawesi adalah wilayah
peralihan. Sulawesi secara tektonik merupakan wilayah yang disusun oleh benturan dua
massa kerak benua yaitu Sundaland, yang menyusun Sulawesi Barat dan Australoid,
yang menyusun sebagian Sulawesi sebelah timur (Banggai‐Sula) dan tenggara (Buton).
Terjepit di tengahnya adalah kerak oseanik yang kini menjadi ofiolit. Pola‐
pola tektonik benturan, distribusi daratan, dan lautan akibat proses amalgamasi Sulawesi ini
akan memengaruhi penghunian Sulawesi oleh fauna asal Asia dan Australia. Oleh karenanya
di Sulawesi telah ditemukan perbenturan antara dua massa kerak bumi antara Sundaland dan
Australoid, juga perbenturan dua dunia fauna antara fauna Asiatik dan fauna Australian. Hal
itu bisa terjadi, sebab fauna Asiatik adalah penumpang massa kerak Sundaland, sementara
fauna Australia adalah penumpang massa kerak Australoid. Setelah itu, mereka mengalami
endemisme tersendiri di tempatnya sekarang. Selain karena pergerakan tektonik, persebaran
fauna di Indonesia juga berkaitan dengan zaman es yang terjadi sekitar lima puluh ribu tahun
yang lalu. Ketika zaman es melanda, dangkalan Sunda menjadi satu dengan benua Asia dan
dangkalan Sahul menjadi satu, itu berarti bahwa Jawa, Kalimantan, dan Sumatera menjadi
satu daratan dengan Asia, sedangkan Papua dan Maluku menjadi satu daratan dengan
Australia. Hal ini disebabkan lautan menyusut sampai tujuh puluh meter. Sulawesi terisolasi
dikarenakan dikelilingi oleh laut yang dalam. Hal ini membuat flora dan fauna di Sulawesi
mengalami isolasi dan mengalami fase evolusi, hal itulah yang membuat Sulawesi dan
beberapa pulau di Nusa Tenggara memiliki fauna yang berbeda dengan wilayah barat dan
timur Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai