Di Indonesia penelitian penyebaran hewan erat hubungannya dengan sejarah geologic . jadi akan
erat zaman es. Selain itu untuk mengetahui penyebaran binatang itu harus digabungkan dengan
teori zaman es dengan adanya teori gerakan daratan serta teori mengenai evolusi dan jutasi serta
seleksi dari hewan.
Pada daerah dangkalan Sunda terdapat binatang-binatang yang erat hubungannya dengan
binatang Asia seperti kera, harimau, macan tutul, kancil, badak, gajah dan lain-lain diantara
binatanbinatang yang terdapat di Indonesia bagian barat ini adalah juga mempunyai perbedaan ,
tetapi perbedaan itu tidak besar. Sehingga dapat disimpulkan bagian barat Indonesia mempunyai
hubungan dengan Asia.
Ke Timur corak Asia makin berkurang , sedangkan pada suatu tempat terdapat daerah transisi
dimana terdapat corak asia bersama-sama corak Australia dan makin ke timur corak Australia
makin bertambah, bagian tengah merupakan tempat terdapatnya binatang endemic sebagai relict
dari binatang yang sudah tua, misalnya anoa , babi, rusa di Sulawesi, komodo di pulau Komodo.
Orang pertama yang melihatadanya hubungan penyebaran binatang dengan adanya dangkalan-
dangkalan ialah seorang geolog Earle(1845)dengan bukunya On The Physical Srtucture and
Arangement of the Indian Arrchipelago. Sejak itu diketemukan teori dangkalan Sunda. Dan Earle
adalah salah seorang pengikut ekspedisi Siboga tapi pada waktu itu kurang mendapat perhatian
orang .Pada tahun 1860 Wallace mengemukakan pendapat tentang adanya sifat dualistic dari
pada margastwa Indonesia Barat yang meliputi Sunda Besar dan Bali dan margasatwa Indonesia
Timur yang sebetulnya pendapat ini telah dirintis oleh Earley pada tahun 1845.
Perhatian ditujukan pada batas ter Timur dari binatang Asia yaitu Selat Makasar yang kemudian
diteruskan ke Selatan melalui Selat Lombok yang kemudian batas ini dikenal dengan garis
Wallace, penamaannya diberikan oleh Huxley.Tapi akhirnya Wallace sendiri melepaskan
pendapat ini, karena dalam penyelidikannya makin nyata baginya bahwa garis itu bukan
merupakan garis mutlak . Sekarang garis itu bergeser ke Timur mulai dari Philipina ke Selat
Makasar terus ke Selatan.
Di Bagian Timur diadakan batas yang mula-mula diselidiki oleh max Weber . la mengambil
batas sesuai dengan batas selatan dangkalan sahul dan garis itu dikenal dengan garis Weber.
Disebabkan adanya binatang-binatang yang menunjukkan adanya hubungan antara Asia
Australia di bagian Tengah Indonesia.
Dengan demikian kita menganggap bahwa sebelum zaman es pernah ada hubungan antara Asia
dengan bagian Tengah Indonesia bersama dengan Australia, sedangkan hubungan itu tidak
sekaligus. Pada daerah peralihan ini, hewan mendatangi melalui 4 jalan yaitu;
1. Melalui Jawa ke Sulawesi
2. Melalui Philiphina ke Sulawesi
3. Melalui Flores ke Sulawesi
4. Melalui Australia –Irian-Maluku
Fauna dari kepulauan ini merupakan campuran antara elemen Oriental dan Australia yang kedua
merupakan golongan yang sangat berbeda baik dalam species maupun asal-aslinya , yaitu yang
satu berasal dari Barat dan yang lain dari Timur. Terutama gejala tersebut terdapat di pulau
Sulawesi merupakan pulau terbesar di daerah transisi ini dan pulau ini mendapatkan fauna dari
macam-macam jalan yaitu dibagian Selatan berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara. Rupanya
hubungan yang paling tua dengan Philipina ini dibuktikan dengan banyaknya genus endemis
yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan fauna Orientalis terutama dengan Philipina
seperti kerbau dari pulau Mindora dan Siwalik. Babi rusa juga dianggap oleh Deniger sekaligus
dengan babi (merycopetanus) dari Siwalik dan demikian juga kera endemis yaitu Cynopithecus
Niger mungkin juga termasuk kera yang berasal dari Utara (pilipina). Anoa dan babi rusa telah
didapatkan di Sulawesi Selatan demikian juga hanya dengan gajah (yang sekarang telah
musnah), menunjukkan berasal dari Philipina.
Umumnya binatang menyusui di Sulawesi itu sedikit sekali, hanya beberapa species yang berasal
dari pulau-pulau Sunda besarlainnya, yang menyebarkan seperti rusa, babi hutan tikus-tikus,
landak Jawa bajing, kus-kus yang mungkin berasal dari Timur adanya campuran antara elemen-
elemen Orientalis dan Australis.
Dikemukakan oleh Sarasin bahwa Sulawesi tidak ada binatang yang biasanya di Kalimantan
sehingga tidak ada binatang bukti bahwa, dahulu telah pernah menjadi hubungan antara kedua
pulau tersebut. Dengan demikian maka Selat Makasar dianggap sebagai batas pemisah antara
kedua pulau tersebut dari sejak dahulu.
Pendapat Wallance tentang sejarah fauna kepulauan Indonesia Australia mulai dari antara
formusa dan Philipina, kemudian dari sebelah Barat dari kepulauan Philipina terus ditarik ke arah
Selatan, melaui Selat Makasar dan Selat Lombok garis itu disebut garis wallance.
Wallance sendiri mengubah garis ini karena menganggap Philipina lebih bisa dimasukkan ke
Oriental region dari pada ke region Australia, tapi hal ini merupakan soal yang kurang penting,
karena perhatian utama ditunjukkan sebelah Selatan Philipina itu sendiri untuk menentukan
kedua macam fauna tersebut.
Bagian selatan garis wallance tidak memisahkan dua pulau yang betul-betul berbeda faunanya
seperti Kalimantan dan Sulawesi karena itu sebagian besar pars penyanggah menyerang garis
wallance ini terutama bagian keselatannya.
Keterangan:
1. Binatang Asiatis
(Indonesia Bagian Barat)
2. Binatang Peralihan
(Indonesia bagian
Tengah)
3. Binatang Australis
(Indonesia Bagian Timur)