Anda di halaman 1dari 10

GEOMORFOLOGI INDONESIA

GEOMORFOLOGI PAPUA MALUKU

Dosen Pengampu:

Dr. Nevy Farista Aristin, M.Sc.

Disusun Oleh:

Nur Hadhirah Nafisah

(2110115120017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan limpahan-Nya lah Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang ‘GEOMORFOLOGI PAPUA MALUKU’ dalam memenuhi tugas
Geomorfologi Indonesia.

Saya menyadari ssepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan Saya untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari Ibu sangat Saya Harapkan.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk
Saya, tetapi juga untuk kita semua.

Banjarmasin, Mei 2023

Nur Hadhirah Nafisah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 130° 19’BT –
150° 48’ BT dan 10° 19’ LS – 10° 43’ LS. Pulau ini terletak di bagian paling
timur Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan
Papua Nugini. Irian Jaya merupakan ekspresi permukaan dari batas utara
deformasi blok Kontinen Australia dan Lempeng Pasifik.
Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang
terbang ke arah barat dengan mulut terbuka. Pulau papua merupakan daerah
yang sangat kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2
lempeng, yaitu lempeng Australia dan lempeng Pasifik. Struktur tertua di
Papua berasal dari pergerakan lempeng pada Zaman Paleozoikum dan hanya
terdapat sedikit data yang terekam yang dapat menjelaskna fase tektonik pulau
tersebut. Geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling
bertumbukan dan serentak aktif pada zaman Kenozoikum. Adanya aktivitas
tektonik pada zaman Miosen Akhir menyebabkan pola struktur pada pulau ini
menjadi sangat rumit dan khas. Fase tektonik pada zaman tersebut
menyebabkan terjadinya orogenesa melanesia dan telah membentuk fisiografi
Papua yang ada saat ini.
Secara fisiografis, Van Bemmelen (1949) membagi Papua menjadi 3
bagian utama yaitu: Bagian Kepala Burung, bagian Tubuh Burung dan bagian
Ekor Burung dan beberapa pendapat lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah geomorfologi Pulau Papua ?
2. Bagaimanakah geomorfologi Kepulauan Aru dan Crhistmast ?
3. Bagaimana morfoekologi pulau papua ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Geomorfologi Papua
Secara astronomis, Pulau Papua terletak pada 0°19' LU – 10°43' LS
dan 130°45' – 150°48' BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km.
Secara administratif pulau ini terdiri dari Papua sebagai wilayah RI dan Papua
Nugini yang terletak di bagian timur.
Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan
Pasifik yang menghasilkan bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies
(1987), Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara Lempeng Australia yang
berada di bagian timur Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga
sekarang.
B. Morfologi Kepulauan Aru dan Pulau Natal
Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil
disekelilingnya. Kepulauan ini terletak di laut Arafura (dangkalan Sahul),
tetapi merupakan pengecualikan, karena pemebtukan kepulauan ini
dipengaruhi oleh proses-proses orogenetik termuda di Indonesia. Luas
keseluruhan kepulauan ini kurang lebih 8000 km2  sedangkan panjangnya dari
arah timur laut hingga barat daya sekitar 183 km dan lebarnya 92 km. Pulau-
pulau tersebut muncul secara perlahan dari kedalaman 20 m. Sekitar 30 km
arah barat kepulauan ini, dasar lautnya turun dengan curam sampai kedalaman
1000 m dan turun lagi sampai basin Aru yang mempunyai kedalaman 3650 m.
Pulau-pulau ini mempunyai permukaan yang datar dengan ketinggian
beberapa puluh meter dari permukaan laut. Bentang alam yang paling unik
dari empat pulau besar adalah terdapatnya kanal-kanal yang memisahkan
pulau-pulau tersebut.
Pada bagian pantai timur pulau-pulau besar dijumpai rumbai-rumbai
karang besar denganlebar sekitar 40 km, sedangkan di pantai barat hanya
dijumpai pada tempat-tempat tertentu.
Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan
Pulau Jawa. Pulau ini mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan
diameter 14.5 – 19 km dan luas 161 km2  Pulau mempunyai cliff abrasi pada
semua pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah laut,
yang muncul dari kedalaman 4500-5000 m. Karena letak dan kedalamannya
yang berupa pengunungan bawah laut (timur ke barat), maka pulau ini
membatasi palung Jawa sampai ke selatan dan merupakan bagian dari struktur
Kepulauan Indonesia. Pulau-pulau kecil dan pulau Cocos yang termasuk
deretan punggung palung samudra yang membatasi basin Australia barat
sampai ke arah barat laut. Oleh Bemmelen dimasukkan pada bagian sirkum
Australia, karena munculnya dasar laut ini merupakan sebagian dari
punggungan sirkum Australia
C. Morfoekologi Pulau Papua
a. Sejarah Pulau Papua
Pulau Papua atau Guinea Baru (bahasa Inggris: New Guinea, bahasa
Indonesia: Nugini) atau yang dulu disebut dengan Pulau Irian, adalah
pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di
sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang
bagian baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya
merupakan negara Papua Nugini. Di pulau yang bentuknya
menyerupai burung cendrawasih ini terletak gunung tertinggi di
Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).
Nama Irian digunakan dalam Bahasa Indonesia untuk mengacu
terhadap pulau ini juga terhadap provinsi, sebagaimana "Provinsi Irian
Jaya". Nama ini diusulkan pada tahun 1945 oleh Marcus Kaisiepo,
saudara dari Gubernur yang akan datang Frans Kaisiepo. Nama ini
diambil dari Bahasa Biak yang berarti beruap, atau semangat untuk
bangkit. Nama ini juga digunakan dalam bahasa pribumi lain seperti
Bahasa Serui, Bahasa Merauke dan Bahasa Waropen. Nama ini
digunakan sampai tahun 2001 di mana pulau beserta provinsinya
kembali dinamakan Papua. Nama Irian yang awalnya disukai oleh
penduduk asli Papua, sekarang dianggap sebagai nama yang diberikan
oleh Jakarta.
"Nugini" berasal dari kata New Guinea, nama yang diberikan oleh
orang Barat, yang di-Indonesiakan. Mereka dahulu berpendapat bahwa
tanah Papua mirip Guinea, sebuah wilayah di Afrika dan akhirnya
pulau ini disebut Guinea baru.
Istilah "Papua" digunakan untuk merujuk kepada pulau ini secara
keseluruhan. Istilah "Papua" sekarang juga digunakan untuk merujuk
kepada dua provinsi di Papua bagian barat yang termasuk dalam
wilayah pemerintahan negara Indonesia, yaitu Papua dan Papua Barat.
Namun beberapa publikasi (lihat misalnya Kartikasari et al. 2007[2])
membatasi penggunaan nama "Papua" untuk bagian barat Pulau
Nugini.
b. Keadaan Iklim Pulau Papua
Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah.
Pada saat musim panas di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober)
Australia mengalami musim dingin, sehingga terjadi tekanan udara
dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah yang rendah (Asia)
melintasi pulau Papua sehingga terjadi musim kering terutama Papua
bagian selatan (Merauke).
Sedikitnya pada saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan
Oktober dan Maret) membawa uap air yang menyebabkan musim
hujan, terutama Papua bagian utara, dibagian selatan tidak mendapat
banyak hujan karena banyak tertampung di bagian utara.
Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah
hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.
Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai dari 1.500 mm sampai
dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian utara dan tengah
rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang tahun). cuaca hujan di
bagian selatan kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering
rata-rata 7 (tujuh) bulan.
Jumlah hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak
215, Enarotali 250, Manokwari 140 dan Merauke 100.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Geomorfologi P. Irian Jaya / Papua dapat dibagi menjadi 3, yaitu
(1) Bagian kepala dan leher burung
(2) Bagian batang / daratan
(3) Bagian ekor burung
Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil
disekelilingnya. Kepulauan ini terletak di laut Arafura (dangkalan Sahul),
tetapi merupakan pengecualikan, karena pemebtukan kepulauan ini
dipengaruhi oleh proses-proses orogenetik termuda di Indonesia.
Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan Pulau
Jawa. Pulau ini mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan diameter
14.5 – 19 km dan luas 161 km2  Pulau mempunyai cliff abrasi pada semua
pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah laut, yang
muncul dari kedalaman 4500-5000 m.
DAFTAR PUSTAKA

Munawaroh, Moony. 2011. Geomorfologi Papua, (online),


(https://id.GEOMORFOLOGI%20INDONESIA/geomorfologi%20papua/be%20a
%20GEOGRAPH%20%20GEOMORFOLOGI%20PAPUA.htm), diakses 8 Februari
2016.

Rauf, Cindra. 2015. Geomorfologi Pulau Papua, (online), (https://id./geomorfologi


%20papua/Cindra%20Rauf%20%20geomorfologi%20pulau%20papua.htm), diakses
10 Februari 2016.

Abrauw, RD. 2012. TEKTONISME DAN GEOMORFOLOGI PAPUA, (online),


(https://id./GEOMORFOLOGI%20INDONESIA/geomorfologi%20papua/Geographe
r%20%20TEKTONISME%20&%20GEOMORFOLOGI%20PAPUA.htm), diakses
10 Februari 2016

Mega. 2013. Geologi dan Geomorfologi Pulau Papua, (online),


(https://id.GEOMORFOLOGI%20INDONESIA/geomorfologi%20papua/mega
%20%20geologi%20dan%20geomorfologi%20pulau%20papua.htm), diakses 12
Februari 2016
Anggara Mukti, Riza. 2014. Geomorfologi Papua, (online),
(https://id.GEOMORFOLOGI%20INDONESIA/geomorfologi%20papua/Rizal
%20Anggara%20Mukti%20%20Geomorfologi%20Papua.htm), diakses 15 Februari
2016

Tozpenk, Supriadi. 2011. Tentang Papua, (online), (https://id./GEOMORFOLOGI


%20INDONESIA/geomorfologi%20papua/Goresan%20Pena%20di%20Tanah
%20Papua%20%20Tentang%20Papua.htm), diakses 17 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai