Anda di halaman 1dari 13

BOOKCHAPTER

GEOMORFOLOGI INDONESIA
“PULAU PAPUA”

Dosen Pengampu:
Ismail, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelas 3C
Ardiansyah (12111311459)
Septia Wulandari (12111320215)
Silvi (12111321798)
Siti Aisyah (12111323385)

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
A. Letak, Luas, dan Batas

Gambar 1. Peta papua

Papua adalah merupakan provinsi yang paling luas wilayahnya dibandingkan


dengan seluruh provinsi di Indonesia. Luas wilayahnya kurang lebih seluas 418.707,7
km² atau merupakan kurang lebih merupakan 21% dari luas wilayah Negara Indonesia.
Secara geografis, pulau Papua berada pada garis meridian 0° 19’ - 10° 45’ LS serta
antara garis bujur 130° 45’ - 141° 48’ BT yang membentang dari wilayah barat ke timur
dengan silang 11° atau 1200 km.
Letak astronomis Pulau Papua ada di 0º 20’ Lintang Selatan sampai 10º 42’
Lintang Selatan. Membentang dari 131º Bujur Timur hingga 151º Bujur Timur.
Adapun batas wilayah Pulau Papua adalah sebagai berikut ini.
- Bagian barat berbatasan dengan Laut Arafuru serta laut banda
- Bagian timur berbatasan dengan negara Papua Nugini
- Bagian selatan berbatasan dengan samudra Hindia
- Bagian utara berbatasan dengan laut Filipina

B. Kondisi Iklim, Hidrologis, Jenis Tanah, Dan Geologi Pulau Papua


1. Iklim
Iklim di Provinsi Papua tergolong iklim tropis dengan curah hujan
bervariasi tiap daerahnya. Variasi curah hujan antara 45-255 mm/thn dengan
jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148-175 hari hujan/thn. Suhu rata-
rata 29° C - 31,8° C. Musim hujan dan musim kemarau tidak teratur.
Kelembaban udara rata- rata bervariasi antara 79% - 81% di lingkungan
perkotaan sampai daerah pinggiran kota.1
2. Hidrologis
a. Sungai Baliem (Jaya Wijaya)
Sungai Baliem (Sungai Vriendschaps) adalah sebuah sungai di
bagian tengah pulau Papua yang mengalir di wilayah provinsi Papua
Pegunungan, Indonesia.

Gambar 2. Sungai baliem


b. Sungai Digul (Boven Digoel)
Sungai Digul adalah sungai yang terdapat di bagian selatan
Provinsi Papua. Sungai Digul tepatnya berada di Kabupaten Mappi.

Gambar 3. Sungai digul

1
https://papua.go.id/view-detail-kabupaten-274/keadaan-topografi-dan-iklim.html
c. Sungai Bian
Sungai Bian atau disebut dengan Mbian letaknya di Papua Barat.
Sungai Bian dan Muting sering dijuluki sebagai Baliem alternatif.
Maksudnya adalah apabila kita belum sempat atau mampu menjelajah
lembah Baliem dapat berkunjung ke dua sungai tersebut untuk melihat
kehidupan asli suku Papua.

Gambar 4. Sungai
d. Sungai Kamundan
Sungai Kamundan masih alami dengan hulu yang berada di
kabupaten Manokwari dan muaranya di perbatasan Teluk Bintuni dan
kabupaten Sorong Selatan. Sungai Kamundan tenang dengan
pepohonan di kiri dan kanan sungai.
Sungai Kamundan masih alami dengan hulu yang berada di
kabupaten Manokwari dan muaranya di perbatasan Teluk Bintuni dan
kabupaten Sorong Selatan. Sungai Kamundan tenang dengan
pepohonan di kiri dan kanan sungai.
Gambar 5. Sungai kamundan
e. Sungai Lorentz
Sungai ini sering disebut juga dengan sungai Unir atau Undir.
Berhulu di pedalaman Papua, lalu melewati hutan alami dan dataran
rendah yang akhirnya bemuara di Teluk Flamingo
- Sungai Mamberamo
- Sungai Torsi
- Sungai Merauke
3. Jenis Tanah
Tanah di Provinsi Papua yang dimanfaatkan ialah sekitar 100.000 Ha
dari total 410.660 Km². Tanahnya berasal dari batuan sedimen yang kaya akan
mineral, kapur dan kwarsa. Permukaan tanahnya didominasi lereng dan tebing.
10 jenis utama tanah di Provinsi Papua ialah tanah organosol, alluvial, litosol,
hidromorf kelabu, resina, medeteren merah kuning, latosol, podsolik merah
kuning, podsolik merah kelabu, podsol.
Lima faktor pembentukan tanah yaitu bahan induk, iklim, topografi,
vegetasi dan waktu. faktor-faktor ini akan menbentuk berbagai jenis tanah yang
berbeda sifatnya. secara garis besar jenis tanah di Kabupaten Jayapura dapat
digolongkan menjadi 5 yaitu: Podsolik merah kuning, meditran,
organosal/Aluvial, latosol dan podsolik Coklat kelabu. Luas masing-masing
tanah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. 2

2
https://www.papua.go.id/view-detail-page-79/undefined
4. Geologi
Secara umum terbentuknya Pulau Papua (dulunya Irian Jaya)
dipengaruhi oleh dua lempeng yang dominan yaitu lempeng benua Australia di
bagian selatan dan lempeng Pasifik di bagian utara. Pulau Papua pada awalnya
diperkirakan merupakan semenanjung utara dari Australia namun karena
adanya pergerakan lempeng benua Australia yang bergeser ke arah utara
mendekati Asia kira - kira 45 juta tahun yang lalu memungkinkan masuknya air
laut ke celah daratan sehingga Papua dan Australia menjadi terpisah. Geologi
Papua sangat kompleks melibatkan interaksi antara lempeng Australia dengan
lempeng Pasifik. Hampir seluruh evolusi tektonik Kenozoikum merupakan
hasil interaksi konvergen antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik
(Hamilton, 1979; Dow et al., 1988).
Pulau Papua dapat dibagi ke dalam 3 daerah tektonik yaitu:
- Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)
- New Guinea Mobile Belt (NGMB)
- Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ofiolit Papua)
Kerak kontinen lempeng Australia yang berada di bawah laut Arafura
dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan pegunungan tengah
Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan sedimen paparan berumur
paleozoik sampai kuarter tengah (Visser dan Hermes, 1962, Dow dan Sukamto,
1984).
Daerah tektonik dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa yang
didasari oleh batuan sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km
dan berumur eosen sampai miosen tengah, ditutupi oleh batu gamping berumur
pliosen plistisen (Dow dan Sukamto, 1984). Lebar dataran ini membentang
sepanjang 300 km.
Masuk lebih ke dalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan
yang terlipat kuat dan mengalami penyesesaran intensif yang dikenal dengan
sebutan New Gunea Mobil Belt (Dow, 1977). Kerak kontinen lempeng Australia
yang ditutupi oleh sedimen paparan yang berada pada bagian ini telah
mengalami pengangkatan dan terdeformasi selebar 100 km berupa perlipatan
dan persesaran. Bagian ini menempati bagian ketiga dari Mobile Belt.
Kompresi, deformasi, dan pengangkatan dari pegunungan tengah
disebut oleh Dow dan Sukamto (1984) sebagai orogenesa melanesia. Proses
orogenesa dimulai pada awal miosen hingga miosen akhir dan mencapai
puncaknya selama pliosen akhir hingga awal pleistosen. Geometri struktur jalur
lipatan ini mengarah ke barat laut (Minster dan Jordan, 1978), selanjutnya Dow
dan Sukamto (1984) memperkirakan mengarah 55° dari selatan ke arah barat
dan relatif konstan sepanjang orogenesa berlangsung. Batuan dasar dan sedimen
paparan terangkat secara bersamaan sepajang kompleks sistem struktur yang
mengarah ke barat laut tersebut. Sebagai akibatnya bagian sedimen yang ada
pada daerah tersebut mengalami penyesaran dan terkoyak, perlipatan yang kuat
pada bagian selatan dari antiklin sering mengalami pembalikkan sepanjang
struktur utama yang mengalami pergeseran mendatar ke arah kiri (Dow dan
Sukamto, 1984).
Di Papua bagian utara atau bagian ke dua dari New Guinea Mobile Belt
tersusun oleh batuan vulkanik afanitik yang merupakan bagian tepi utara
lempeng Australia yang terjadi selama periode tumbukan kontinen dengan
busur kepulauan pada waktu oligosen (Jaques dan Robinson, 1997; Dow, 1977).
Bagian dari mobile belt ini tersusun oleh batuan ultramafik mesozoik sampai
Tersier dan mendasari batuan intrusif dari sabuk ofiolit Papua di bagian utara
yang dibatasi oleh suatu endapan gunung api bawah laut yang berumur tersier.
Endapan dari gunungapi bawah laut ini tumpang tindih dengan sedimen klastik
hasil erosi selama pengangkatan pegunungan tengah yang diendapkan di
cekungan pantai utara (Visser dan Hermes, 1962). Sabuk ofiolit ini di bagian
selatan dibatasi oleh suatu seri dari komplek patahan terbalikkan sehingga
mendekatkan sabuk ofiolit untuk berhadapan dengan sedimen dari jalur
pegunungan tengah. Pergerakan dari kerak samudera pasifik sekarang
mempunyai batas di sebelah utara pantai pulau ini. Formasi stratigrafi yang
menyusun daerah ini diterobos oleh suatu grup magma intermediate berumur
pliosen berupa kalk alkali stock dan batolit yang menempati sepanjang jalur
struktur regional utama.
Secara regional, Papua terdiri dari dua lempeng, yaitu lempeng benua
Australia di bagian selatan dan lempeng samudera Pasifik di bagian utara.
Sedangkan di antara kedua lempeng adalah lajur sesar Anjak dan lipatan
pegunungan tengah atau New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977). Lempeng
Benua Australia tersusun oleh batuan sedimen klastik, yang berumur
Mesozoikum yang disebut sebagai kelompok kembelangan. Batu gamping yang
berumur eosin-miosen tengah, yang disebut sebagai kelompok batu gamping
New Guinea dan batuan sedimen klastik plio-plistosen.

Gambar 6. Peta geologi papua

Geologi Papua merupakan periode endapan sedimentasi dengan masa


yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif yang berawal pada
zaman karbon sampai tersier akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari
lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan
klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh kelompok batu gamping New Guinea yang berumur
miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter. Pada masa
oligosen terjadi aktivitas tektonik yang besar pertama di Papua, yang
merupakan akibat dari tumbukan lempeng Australia dengan busur kepulauan
pada lempeng Pasifik. Sedangkan peristiwa tektonik penting kedua yang
melibatkan Papua adalah orogenesa melanesia yang berawal dipertengahan
miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan kraton Australia dengan
lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat
batuan sedimen karbon-miosen (CT), dan membentuk jalur aktif papua.
Kelompok batu gamping New Guinea kini terletak pada pegunungan tengah.
Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan kemiringan ke arah utara,
sesar naik yang mengarah ke selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan
sayap ke arah selatan orogenesa melanesia ini diperkirakan mencapai
puncaknya pada pliosen tengah.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur oligosen dan terdapat dalam lingkungan metamorfik
derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir
dalam kelompok kembelangan pada sisi selatan patahan orogenesa melanesia
derewo yang berumur miosen akhir sampai miosen awal. magmatisme termuda
dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh
suatu patahan yang aktif mulai pliosen tengah sampai kini. Batuan-batuan
intrusi tersebut menerobos hingga mencapai kelompok batu gamping New
Guinea, di mana endapan porfiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di Tembagapura
dan Ok Tedi di Papua Nugini. Tumbukan kraton Australia dengan lempeng
Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan
dalam cekungan molase tersebut.
Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon,
1990, data tidak dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan Ok Tedi berumur
Pliosen akhir pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun.

C. Fisiografis Dan Morfologi Pulau Papua


1. Fisiografis
Pulau papua memiliki bentuk yang menarik, dilihat dari bentuknya
pulau Papua diibaratkan berbentuk seperti burung. Pulau Papua (New Guinea
Island) berada pada posisi 130° 19’ BT - 150° 48’ BT dan 00° 19’ LS - 10° 43’
LS. Pulau tersebut memiliki panjang sekitar 2400 km dan lebar sekitar 660 km.
Secara umum Fisiografi Pulau Papua dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Van,
Bemmelen (1949):
a. Bagian Peninsula Barat (kepala burung), yang terhubung dengan bagian
badan utama dari pulau tersebut oleh bentuk leher yang menyempit.
Terletak pada 130° - 135° BT (panjang).
b. Bagian Daratan Utama (badan), yang terletak pada 135° - 143,5° BT
(panjang).
c. Bagian Timur (ekor burung), yang terletak pada 143,5° – 151°
(panjang).
Bentuk tersebut diyakini akibat adanya tumbukan antara Lempeng
Australia dan Lempeng Pasifik yang diduga berawal pada awal tersier dan
berlangsung hingga sekarang. Wilayah itu dikenal dengan sebutan “Orogen
Melanesia.”

Gambar 7. Peta pembagian fisipgrafis

Pada peta diatas, tampak pembagian dari fisiografis regional dari pulau
Irian Jaya (New Guinea) yang tampak seperti seekor burung. Pulau ini terbagi
menjadi bagian-bagian seperti bagian kepala, leher, badan dan ekor.
Irian Jaya (sekarang Papua) merupakan bagian dari pulau Irian (New
Guinea) yang terdiri dari Irian Barat dan Irian Timur (Papua). Struktur tertua di
Papua dihasilkan dari pergerakan bumi pada massa palezoikum namun hanya
sedikit data yang diperoleh dan kurang memberikan pengaruh pada fasa
tektonik pulau itu. Adanya aktivitas tektonik pada Miosen Akhir yang
menghasilkan orogen Melanesia, menyebabkan pola struktur pulau tersebut
menjadi sangat rumit dan khas. Oleh karena itu, proses orogenesa tersebut telah
menentukan fisiografi Papua seperti yang terlihat sekarang (Dow dan Sukamto,
1984; op cit Darman dan Sidi, 2000).
Keunikan bentuk seperti burung dari pulau itu memberikan konfigurasi
pada gaya deformasi yang berbeda secara lengkap dari kerak benua antara
Papua barat dan Papua timur.
- Di Papua Timur, deformasi diihasilkan pada jalur deformasi dengan lebar
300 km, dengan arah barat - timur yang meluas sampai ke Papua Nugini
dan mencakup hampir semua pegunungan yang menyusun badan burung.
Jalur ini disebut New Guinea Mobile Belt.
- Di Papua Barat, terdapat penyesuaian kerak sepanjang rekahan kerak utama
yang melewati jalur sesar naik (mobile belt).
2. Morfologi
a. Keadaan penduduk pulau papua
Penduduk asli yang mendiami pulau papua sebagian besar
termasuk ras suku Melanesian, karena ciri-ciri seperti warna kulit,
rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di bagian utara,
tengah dan selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut.
Di bagian barat (Sorong dan fak fak) penduduk didaerah pantai
mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di kepulauan Maluku,
sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan
penduduk asli di bagian tengah dan selatan & Selain penduduk asli di
Papua terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lainnya
seperti; Jawa, Sumatera, Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara dan
Maluku: yang berada di papua sebagai pegawai Negeri, ABRI,
Pengusaha, Pedagang, Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga ada
yang dari luar Indonesia, misalnya Amerika, Perancis, Jerman dan lain-
lain yang berada dipapua sebagai Missionaris dan Turis.
b. Flora di papua
Dari seluruh daerah Papua ± 75% tanah daratanya ditumbuhi
oleh hutan-hutan tropis yang tebal serta mengandung ragam jenis kayu
yang terbesar secara heterogen. Sebagian besar dari hutan tersebut
sesuai topografi daerah belum pernah dijamah oleh manusia.
Jenis flora di Papua ada persamaan dengan jenis flora di benua
Australia. Adapun jenis flora yang terdapat di Papua adalah Auranlaris,
librocolnus, grevillea, ebny-dium dan lain-lain.
Sekitar 31 Juta ha di Papua penata gunanya belum ditetapkan
secara pasti Hutan lindung diperkirakan seluas ± 12.750.000 ha. Hutan
produksi diperkirakan ± 12.858.000 ha. Areal pengawetan dan
perlindungan diperkirakan ± 5.000.000 ha. Daerah Inclove diperkirakan
± 114.000 ha, daerah rawa-rawa dan lain-lain diperkirakan ± 2478.000
ha.
Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang dalam
pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis
anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di
dunia.
Anggrek alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa
sampai ke pegunungan. Umumnya hidup sebagai epihite menembel
pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah,
humus di bawah hutan primer.
c. Fauna di papua
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-
macam dalam dunia hewan misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak
sama dengan jenis hewan di daerah-daerah di Indonesia lainnya seperti
Kangguru, kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula sebaliknya
jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di
Papua seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.
Fauna di Papua terdapat persamaan dengan fauna di Australia,
misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain. Burung Cendrawasih
merupakan burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua.
Selain burung Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti
Mambruk, Kasuari, Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak
tersendiri untuk keindahan daerah ini. Hewan-hewan yang langka dan
dilindungi adalah burung Kakatua Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri,
Mambruk dan lain-lain yang termasuk burung Cendrawasih Jenis fauna
laut Papua juga banyak dan beraneka ragam, misalnya ikan Cakalang,
ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqidatul Izza. (2016). “Geomorfologi Papua”. Diakses pada 12 Desember, 2022, dari
Academia.edu website:
https://www.academia.edu/25157698/GEOMORFOLOGI_PAPUA

“Fisiografi Pulau Papua”. (2013). Diakses pada 12 Desember, 2022, dari Blogspot.com
website: https://suarageologi.blogspot.com/2013/12/fisiografi-pulau-papua.html

Rizal Anggara Mukti. (2014). “Geomorfologi Papua”. Diakses pada 12 Desember, 2022,
dari Blogspot.com website:
http://rizalanggaramukti.blogspot.com/2014/03/geomorfologi-papua.html

Anda mungkin juga menyukai