Anda di halaman 1dari 40

ETNOGRAFI

“SISTEM KEBUDAYAAN BALI”

Dosen pengampu :
Laxmi S.sos. MA

Di susun oleh kelompok 4 :


Putra Lintang Saris (N1A122021)
Adelia Aswal Bazumbul (N1A122030)

Novita (N1A122018)
Rakadzaki Bagas Wirawananda (N1A122023)
Musdayanti (N1A122004)

JURUSAN ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALUOLEO
2023
1. Lokasi, lingkungan alam dan demografi
Suku Bali, wong Bali atau krama Bali adalah suku bangsa mayoritas di pulau Bali, yang
menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Ada kurang lebih 3,3 juta orang bali
tinggal di provinsi Bali dan sisanya terdapat di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah,
Lampung, Bengkulu dan daerah penempatan transmigrasi asal Bali

Bali merupakan salah satu dari untaian pulau-pulau di Nusantara yang membentang dari
barat ke timur, yakni dari Sumatra hingga Timor-timor. Untaian pulau-pulau tersebut meyerupai
jembatan sehingga memudahkan manusia dan hewan menyebrang dari satu pulau ke pulau
lain pada zaman dahulu.

Di tengah Pulau Bali terbentang pegunungan arah barat-timur yang membagi pulau ini
menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Bentangan pegunungan vulkanis yang terletak di
bagian tengah Pulau Bali merupakan kelanjutan dari Kompleks Vulkanis Zone Solo di Pulau
Jawa ke arah timur. Dataran rendah di Bali Selatan yang membentang dari pegunungan
vulkanis tersebut ke arah selatan merupakan lapisan kulovial dan aluvial yang terbentuk dari
sedimen gunung vulkanis sehingga kondisinya sangat subur.

Dataran rendah di Bali Selatan terdiri atas tiga bagan, yakni dataran Jembrana di bagian
barat yang membentang di antara Sungai Daya dan Sungai Embang yang mencapai panjang
sekitar 24 km dan lebarnya 7 km. bagian tengah terdapat dataran rendah yang mencakup
wilayah Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Klungkung. Dataran rendah bagian tengah ini disela
oleh Pegunungan Sidemen yang mencapai ketinggian 826 km sehingga memisahkannya
dengan dataran Karangasem di bagian timur. Di bagian utara Pulau Bali terdapat dataran
rendah yang sangat sempit, dan mencapai lebar maksimum sekitar 7 km di antara
Kubutambahan dan Godol.

Di bagian selatan Pulau Bali merupakan pegunungan kapur (kars) yang terbentuk pada
masa Akhir Pleistosin hingga Awal Holosin. Pegunungan kapur ini sangat penting dalam orises
terbentuknya hunian dan perkembangan kebudayaan manusia pada masa pra sejarah yang
terkait dengan budaya Mesolitik dan Neolitik di Indonesia pada umumnya dan di Bali
khususnya.

Bali terdapat empat buah danau bekas kaldera gunung berapi yaitu Danau Batur sekitar
1030 m d iatas permukaan laut (dpl), Danau Beratam (1246 m dpl), Danau Buyan (1214 m
dpl), dan Danau Tamblingan (1214 mdpl). Keempat danau tersebut merupakan sumber air dari
sistem irigasi pertanian di Bali.

1
Iklim di Bali dipengaruhi oleh angin musim. Angin Musim Tenggara berhembus dari timur
dan tenggara pada bulan April sampai bulan Oktober. Puncak Angin Musim Tenggara ini terjadi
pada bulan Juni, Juli, dan Agustus yang menyebabkan musim kemarau di Bali. Pantai utara Bali
sangat kering pada musim ini meskipun di Bali Selatan kadang-kadang masih turun hujan.
Angin musim Barat Laut terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret. Angin Musim Barat
Laut ini membawa musim hujan di Bali. Curah hujan paling lebat terjadi di Bali Selatan pada
bulan Desember, dan bulan Januari hingga bulan Februari di Bali Utara.

Pantai timur laut Bali merupakan kawasan yang paling kering antara 7-8 bulan dalam
setahun. Kawasan ini merupakan zona iklim tropis sedang yang membentang dari Filiphina
bagian barat terus ke Sulawesi dan Maluku, Jawa, Bali, dan Kepulauan Nussa Tenggara Barat
maupun Timur. Zona ini semakin menyempit di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, dan
menyebar ke arah timur sampai bagian Selatan New Gunea

Pada masa Pleistosin dan Holosin Awal, Bali merupakan salah satu jembatan migrasi
sehingga memudahkan manusia dan hewan menyebrangi dari satu pulau ke pulau yang lain
terutama di sepanjang sisi selatan Nysantara dari Sumatera hingga Australia. Kondisi ini
menjadikan Pulau Bali pemberi kontribusi yang besar terkait migrasi manusia dan hewan pada
zaman dahulu kala.

Pulau Jawa telah menghasilkan bukti-bukti tertua mengenai keberadaan manusia purba di
Indonesia. Bukti-bukti fosil manusia purba menunjukkan bahwa Pulau Jawa tampaknya telah di
huni Homo erectus setidaknta sekitar 0.7 hingga 1.8 juta tahun yang lalu. Perkembangan Homo
erectus hingga Homo sapien juga di temukan bukti-buktinya di Pulau Jawa.

Secara geografis, Pulau Bali terletak berseblahan dengan Pulau Jawa sehingga
memunculkan dugaan bahwa pulau ini tampaknya telah dihuni ratusan atau puluhan ribu tahun
yang lalu. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa sejumlah artefak dari batu dan tulang
telah ditemukan pada beberapa situs di Bali antara lain, Sembiran, Truyan, Gua Karang Boma
di Jimbaran, dan beberapa situs gua sekitar kampus Unud di Bukit,Jimbaran.

Seperti diketahui bahwa Pulau Jawa telah menghasilkan bukti-bukti tertua mengenai
keberadaan manusia purba di Indonesia. Bukti-bukti fosil-fosil manusia purba menunjukkan
bahwa Pulau Jawa tampakna telah dihuni Homo erectus setidaknya sekitar 0.7 hingga 1.8 juta
tahun yang lalu. Perkembangan Homo erectus hingga homo sapien juga di temukan bukti-
buktinya di Pulau Jawa.

2
Di Pulau Bali belum ditemukan fosil-fosil manusia yang umurnya sezaman dengan temuan
di Pulau Jawa. Namun demikian, sejumlah artefak yang berasal dari masa Pleistosin Tengah
hingga Pleistosin Akhir juga di temukan di Pulau Bali.

Artefak arkeologis yang di temukan di Pulau Bali mengindikasikan bahwa Pulau Bali telah di
huni puluhan ribu tahun yang lalu. Bukti-bukti arkeologis beryupa alat batu yang lazim dikenal
sebagai kapak genggam dan kapak perimbas telah ditemukan oleh R.P Soejono di Sembiran,
dan di tepi bagian timur, serta tenggara Danay Batur,Kintamani. Berdasarkan berdasarkan
bentuknya, maka pembuatan artefak tersebut tampaknya masih kasar dan tidak dilakukan
penazaman pada bagian sisi yang di gunakan sebagai alat untuk memotong.

Kehidupan manusia di Pulau Bali tampaknya berlangsung terus. Penelitian atau ekskavasi
arkeologis yang dilakukan oleh R.P. Soejono pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu,
Badung telah berhasil menemukan alat-alat dari tulang.

2. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

Asal usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang migrasi: gelombang
pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di Nusantara selama
zaman prasejarah; gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan
agama Hindu di Nusantara; gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang berasal dari
Jawa,

Ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15—seiring dengan Islamisasi yang terjadi di Jawa—
sejumlah rakyat Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga
membentuk sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.

Bali telah dihuni oleh bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 sebelum Masehi yang
bermigrasi dan berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara. Budaya dan bahasa dari
Orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari kepulauan Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan Oseania. Alat-alat batu yang berasal dari saat itu telah ditemukan di dekat desa
Cekik di sebelah barat pulau Bali.

Pada masa Bali kuno, terdapat sembilan sekte Hindu yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa
Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Setiap sekte menghormati
dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya. Budaya Bali sangat dipengaruhi oleh budaya
India, Cina, dan khususnya Hindu, mulai sekitar abad 1 Masehi.

3
Nama Bali Dwipa (“pulau Bali”) telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk pilar prasasti
Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 Masehi yang menyebutkan
“Walidwipa”.

Pada masa itu sistem irigasi Subak yang kompleks sudah dikembangkan untuk menanam
padi. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya masih ada sampai saat ini dan dapat ditelusuri
kembali pada masa itu. Kerajaan Hindu Majapahit (1293-1520 Masehi) di Jawa Timur
mendirikan sebuah koloni di Bali pada tahun 1343. Ketika masa kejayaan sudah menurun, ada
eksodus besar-besaran dari intelektual, seniman, pendeta, dan musisi dari Jawa ke Bali pada
abad ke-15.

Bangsa ini juga memiliki kehidupan yang teratur dan membentuk suatu persekutuan hukum
yang dinamakan thana atau dusun yang terdiri dari beberapa thani atau banua. Persekutuan
hukum inilah yang diperkirakan menjadi cikal-bakal desa-desa di Bali. Bangsa inilah yang
kemudian menurunkan penduduk asli pulau Bali yang disebut Orang Bali Mula atau ada juga
yang menyebutnya Bali Aga.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku asli Bali ialah suku Aga yakni salah satu
subsuku bangsa Bali yang bermukim di Desa Trunyan.Masyarakat Bali Aga dianggap sebagai
orang gunung yang bodoh. Karena masyarakatnya tinggal di pegunungan yang sangat terpencil
dan pedalaman sekali serta belum terjamah oleh teknologi sama sekali.

Penduduk asli suku Bali Aga ini bermukim di pegunungan karena masyarakatnya menutup
diri dari pendatang yang mereka sebut dengan Bali Hindu, yakni penduduk keturunan
Majapahit.Selain itu, masyarakatnya juga menganggap bahwa daerah di pegunungan ialah
tempat suci karena daerah tersebut banyak sekali puri dan kuil yang dianggapBaal, J. van edit
suci oleh masyarakat Bali.

Selain suku Aga yang ada di Bali, ada pula suku Bali Majapahit.Suku ini berasal dari
pendatang Jawa yang sebagian besar tinggal di Pulau Bali khususnya berada di dataran
rendah.Masyarakat suku Bali ini berasal dari masyarakat Jawa pada kerajaan Majapahit yang
menganut agama Hindu.Mata pencaharian dari masyarakat suku ini ialah bercocok tanam.Suku
ini juga menjadi salah satu pengaruh dari sejarah suku Bali.

Pendapat lain mengatakan bahwa, asal-usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau
gelombang migrasi yakni sebagai berikut :

4
1. Gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di
Nusantara selama zaman prasejarah
2. Gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan agama Hindu di
Nusantara
3. Gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang berasal dari Jawa, ketika Majapahit
runtuh pada abad ke-15 seiring dengan Islamisasi yang terjadi di Jawa sejumlah rakyat
Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya di Bali, sehingga membentuk
sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.

3. Bahasa

Bahasa daerah Bali merupakan salah satu bahasa yang hingga kini masih terus terjaga
kelestariannya. Bahasa bali ialah bahasa awal untuk sebagian warga bali dan dipakai secara
luas sebagai media komunikasi dalam kehidupan sosial.Bahasa Bali berasal dari kata“ Bal”
dalam bahasa sansekerta yang maksudnya“ kekuatan”, jadi kata“ Bali” berarti“ pengorbanan”
yang berarti agar kita tidak melupakan kekuatan kita. Agar kita senantiasa siap berkorban.

Bahasa daerah bali ialah peninggalan budaya bali yang sangat berarti serta wajib
dilindungi, dilestarikan serta dibesarkan. Perihal ini sebaiknya dijadikan kewajiban untuk segala
generasi warga bali kedepannya buat menguasai arti yang tercantum dari dalam bahasa bali itu
sendiri.

Peradaban warga bali dari dahulu hingga saat ini biasanya senantiasa memakai bahasa
wilayah bali. Dari segi historis bahasa daerah bali memahami 3 periodesasi yakni:

1. Bahasa Bali kuno

Ini merupakan bahasa bali yang digunakan oleh raja raja pada jaman bali kuno.
Sejumlah prasasti prasasti bali kuno baik itu lontar yang berisikan huruf ataupun bahasa jawa
kuno masih bisa kita jumpai.

2. Bahasa Bali Tengahan

Yaitu bahasa bali yang sering digunakan untuk menuliskan karya-karya sastra.
Misalnya, kidung- kidung, babad, wariga, usada, usana serta karya sastra lainnya.

3. Bahasa Bali Kepara ataupun bahasa bali lumrah

5
Bahasa ini merupakan bahasa bali yang masih sering dipakai oleh warga dalam
berkomunikasi sehari-hari. Bila dilihat dalam konsumsinya bahasa ini mempunya system
tingkatan tingkatan.

Warga bali, dalam etika pergaulannya senantiasa dilandasi dengan sopan santun, yang
terpola yang biasa diucap dengan“ manyama braya”. Bahasa ini bagaikan wujud kepribadian
serta pola pikir orang bali.

Seperti daerah- daerah yang lain di bermacam belahan dunia, Bali juga mempunyai
bahasa yang digunakan untuk membangun komunikasi antara sesama masyarakatnya ataupun
antara warga dekat dengan turis yang datang dari bermacam belahan dunia.

Warga Bali walaupun mendiami satu daerah, tetapi mempunyai tingkatan keragaman bahasa
serta budaya yang multikulturalistik.

Bahasa Bali tidak hanya terdapat di Pulau Bali, bahasa wilayah Bali ini pula menyebar ke
wilayah dekat pulau Bali, Nusa Tenggara Barat serta Jawa Timur.

Bahasa Bali juga terdapat di Provinsi Lampung serta menyeberang sampai Sulawesi Tenggara
serta Kalimantan Tengah.

Dialek

Dialek Bahasa Bali terdapat 2 tipe, yaitu dialek Bali Aga/ Bali Mula dan dialek Bali dataran.

• Dialek Bali Aga

Bahasa Bali dialek Aga maksudnya Bahasa Bali yang dituturkan oleh warga Bali yang terdapat
di dataran besar Pulau Bali.

• Dialek Bali Dataran

Bahasa Bali dialek Dataran kebalikannya. Penuturnya merupakan penduduk Bali yang terletak
di dataran rendah Pulau Dewata. Kota Denpasar salah satunya yang memakai dialek Bali
Dataran.

Nama bahasa bali

Apa nama bahasa di daerah Bali? Bahasa yang digunakan di daerah Bali adalah bahasa Bali.
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa yang digunakan di pulau Bali, Indonesia. Bahasa Bali
merupakan bahasa Austronesia dan termasuk dalam sub bahasa bahasa Bali-Sasak. Bahasa

6
Bali sendiri dibagi menjadi beberapa dialek yaitu dialek Bali timur, Bali Tengah, Bali Barat, Bali
Utara dan Bali Selatan.

Bahasa Bali merupakan bahasa yang sangat penting bagi masyarakat Bali, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kebudayaan dan ritual yang ada di pulau Bali. Bahasa
Bali digunakan dalam berbagai situasi seperti percakapan sehari-hari, pernikahan, upacara
keagamaan, serta dalam seni dan budaya Bali.

Bahasa Bali juga digunakan dalam pendidikan di beberapa sekolah di Bali, tetapi
bahasa Indonesia masih merupakan bahasa utama dalam pendidikan di Bali. Walaupun
demikian, dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa upaya untuk meningkatkan pemakaian
bahasa Bali di dalam pendidikan.

Beberapa contoh dialek bahasa Bali yang digunakan di daerah-daerah di Bali adalah:

Dialek Bali Timur: digunakan di wilayah Klungkung, Karangasem, dan sekitarnya.

Dialek Bali Tengah: digunakan di wilayah Gianyar, Bangli, dan sekitarnya.

Dialek Bali Barat: digunakan di wilayah Jembrana, Tabanan, dan sekitarnya.

Dialek Bali Utara: digunakan di wilayah Buleleng, Singaraja, dan sekitarnya.

Dialek Bali Selatan: digunakan di wilayah Badung, Denpasar, Kuta dan sekitarnya.

Meskipun ada perbedaan dalam dialek bahasa Bali yang digunakan di tiap daerah, masyarakat
Bali secara umum masih dapat saling memahami satu sama lain. Namun beberapa perbedaan
bahasa tersebut dapat ditemukan dalam struktur kalimat, vocabularies, dan pronaunciation.

Sebagai contoh perbedaan dialek bahasa Bali antara daerah Bali Timur, Bali Tengah, Bali
Barat, Bali Utara dan Bali Selatan:

Contoh dalam dialek Bali Timur : “Ngurah” atau “Ngura” digunakan untuk menyebut “rumah”,
sedangkan di daerah lain digunakan “Ibu” atau “Banjar”

Contoh dalam dialek Bali Tengah : “Paing” digunakan untuk menyebut “teman”, sedangkan di
daerah lain digunakan “Sangga” atau “Sawang”

Contoh dalam dialek Bali Barat : “Sikat” digunakan untuk menyebut “kucing”, sedangkan di
daerah lain digunakan “Pusak”

7
Contoh dalam dialek Bali Utara : “Kuring” digunakan untuk menyebut “saya”, sedangkan di
daerah lain digunakan “kita”

Contoh dalam dialek Bali Selatan : “Kecak” digunakan untuk menyebut “tari”, sedangkan di
daerah lain digunakan “Sanghyang”

Namun perlu diingat bahwa ini hanyalah contoh dari perbedaan dialek yang mungkin ada, dan
tidak mencakup semua perbedaan yang mungkin terjadi di tiap-tiap daerah di Bali.

Nama bahasa daerah bali

Daerah yang ada di kepulauan Nusa Tenggara itu memiliki budaya dan tradisi istiadat yang
bermacam.

Tidak kecuali nama bahasa daerah Bali. Ada beberapa nama bahasa daerah di Bali yang
umum dipakai warga untuk berbicara setiap hari.

Bermacam bahasa ini menambahkan sarana kebudayaan di propinsi yang kerap didatangi
wisatawan dari luar negeri itu.

Berikut daftar nama bahasa daerah Bali yang penting kamu kenali:

1. Bahasa Bali

Bahasa ini datang dari Propinsi Bali atau bahasa daerah Bali.

Bahasa Bali dipisah jadi dua tipe, aksen Bali Aga atau Bali Mula dan aksen Bali daratan.

Aksen Aga sebagai bahasa Bali yang dipakai setiap hari oleh warga Bali di daratan tinggi Pulau
Bali.

Tebaran aksen Bali Aga mencakup beberapa daerah di Kabupaten Karangasem, beberapa
Kabupaten Tabanan, beberapa Kabupaten Buleleng dan beberapa Kabupaten Jembrana.

Dan aksen daratan kebalikannya, aksen ini diucap oleh warga Bali yang tinggal di daratan
rendah.

Aksen ini menebar di beberapa daerah Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten
Jembrana, Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Bangli dan
Kabupaten Buleleng.

Bahasa Bali ini bukan hanya dipakai di Pulau Dewata saja. Tetapi menebar ke beberapa daerah
sekitaran Bali, seperti Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.

8
Bahkan juga bahasa ini menebar ke beberapa daerah Lampung, Sulawesi tengah sampai
Kalimantan tengah.

2. Bahasa Sasak Bali

Sebetulnya bahasa Sasak sebagai bahasa dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Bahasa ini selanjutnya berkembang ke daerah sekelilingnya, terhitung Propinsi Bali. Bahasa
sasak di Bali terdiri jadi dua aksen, yaitu aksen Bukit Tabuan dan aksen Celuk Bawang.

Aksen Bukit Tabuan biasa dikatakan oleh warga yang tinggal di Dusun Tianyar, Kecamatan
Tim, Kabupaten Karangasem.

Dan aksen Celukan Bawang dikatakan masyarakat di Dusun Celukan Bawang, Kecamatan
Grokgak, Kabupaten Singaraja.

Di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, ada 26 daerah Sasak yang menyebar di


tiga dusun, yaitu Dusun Subagan, Dusun Tumbu dan Dusun Kota.

Warga di Daerah Sasak Dusun Subagan menggunakan bahasa Bali, dan warga di Dusun
Tumbu menggunakan bahasa Sasak Bali seperti Dusun Tianyar.

3. Bahasa Jawa

Bahasa Jawa sebagai bahasa yang dari Pulau Jawa. Warga Bali yang memakai atau
menjelaskan bahasa ini tinggal di Kabupaten Buleleng.

Isolek Jawa di Bali sebagai bahasa yang lain jika dibanding dengan bahasa di paling dekatnya,
misalkan bahasa Bali, Sasak Bali, Melayu, Madura.

Bila dihitung dengan aksentometri, isolek Jawa di Bali ialah bahasa yang lain dengan
prosentase ketidaksamaan capai lebih dari 51 % dibanding pemakaian bahasa Jawa di Pulau
Jawa, terutamanya aksen Yogyakarta dan Solo.

4. Bahasa Madura

Walau bahasa ini datang dari Pulau Madura, bahasa ini dipakai beberapa warga Bali.
Karena bahasa Madura menebar ke Propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat.

Bahasa Madura biasa dikatakan oleh warga Bali yang tinggal di Dusun Celukan Bawang,
kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

9
Bahasa Madura sebagai bahasa dengan prosentase ketidaksamaan di atas 90 % bila dibanding
bahasa Bali, Melayu, Jawa dan Sasak Bali yang dipakai di Propinsi Bali.

5. Bahasa Melayu

Di Pulau Dewata, bahasa Melayu diucap oleh warga yang tinggal di Kelurahan Loloan
Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.

Hingga bahasa ini kerap disebutkan dengan bahasa Melayu Loloan. Isolek Melayu di Bali
sebagai bahasa yang serupa dengan bahasa Melayu di Riau. Ketidaksamaanya sejumlah 78,50
%, hingga berbeda aksen.

Nach, itu lah beberapa macam nama bahasa daerah bali atau nama bahasa daerah di Propinsi
Bali. Saat kamu bertandang ke situ apa kamu ingin coba bahasa-bahasa itu untuk berbicara
dengan masyarakat Bali?

Apa nama bahasa daerah Bali?

Bahasa Bali terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Bali Aga atau Bali Mula yang dituturkan oleh
penduduk Bali di daerah dataran tinggi di Bali dan (2) dialek Bali Dataran yang dituturkan oleh
penduduk yang pada umumnya berdiam di daerah dataran rendah di Bali.

Contoh bahasa daerah Bali

bahasa daerah bali

bahasa daerah bali

1. Rahajeng Semeng

Rahajeng Semeng artinya ialah sapaan dalam bahasa Bali. Maksudnya Selamat Pagi.
Rahajeng berarti selamat serta semeng berarti pagi . Sehingga rahajeng semeng artinya adalah
selamat pagi. Selanjutnya bahasa Bali untuk perkataan selamat siang yakni “rahajeng tengai”.
Tengai berarti siang, jadi rahajeng tengai berarti selamat siang. Seterusnya untuk perkataan
selamat sore dengan bahasa Bali dapat memanfaatkan “rahajeng sande”. Sande berarti sore
dengan bahasa lembut. Disamping sande, sore dapat juga memanfaatkan kata sanja (dibaca
sanje, lantaran huruf a ada di belakang dibaca e) sebagai bahasa biasa/menengah. Serta
paling akhir untuk selamat malam dengan bahasa Bali yakni “rahajeng wengi”. Wengi berarti
malam. Disamping wengi, malam dengan bahasa Bali dapat juga memanfaatkan kata peteng
yang berarti malam / gelap. Sekianlah bahasa Bali untuk perkataan selamat pagi, selamat

10
siang, selamat sore serta selamat malam. Mudah-mudahan berguna untuk menjawab
pertanyaan rahajeng semeng artinya apa.

2. Kenken Kabare

Kalimat ini mempunyai makna Apa Kabarnya. Kala memperoleh persoalan semacam ini,
kalian dapat jawab becik- becik yang dalam bahasa Indonesia” baik- baik”.

3. Matur Suksma

Dalam bahasa Bali Matur Suksma maksudnya Terima Kasih. Kalian pula dapat
menyingkat jadi Suksma. Jangan kurang ingat bilang ini ya sehabis menemukan dorongan di
Bali!

4. Tiang Tresna Ajak Adi

Nah, jika kalian jatuh cinta sama wanita di Bali dapat coba kalimat ini. Ini ialah perkata
bahasa bali buat pacar, maksudnya” Saya cinta sama kalian( adik).

5. Aji Kuda Niki

Bahasa Bali ini sangat bermanfaat dikala tengah berbelanja. Aji Kuda Niki maksudnya
Berapa biayanya ini ataupun kalian dapat menyingkat jadi Kuda niki?

6. Ngudiang

Bila mau sedikit basa- basi dengan sahabat, kalian dapat menanyakan Lagi mengapa?
ataupun dalam bahasa Bali Ngudiang. Apabila sahabat lagi jalan- jalan tentu dia hendak
menanggapi melali yang maksudnya jalan- jalan.

7. Dija

Mau menanyakan posisi sahabat kalian dalam bahasa Bali? Coba tanya dengan kata
Dija? yang maksudnya Di mana. Dipastikan dia hendak menanggapi lokasinya dikala itu pula.
(*)

Bahasa Bali menjadi satu diantaranya bahasa serta alat rekam budaya Bali paling penting untuk
dipiara. Perawatan bahasa Bali pun diinginkan untuk menjaga taksu Bali.

Di Bali ada kelas(anggah-ungguhin basa) berbahasa yang mengakibatkan adanya


pengelompokan sosial dalam orang Bali.

11
Kapabilitas satu orang dalam gunakan bahasa Bali mempertunjukkan posisi sosial serta
norma orang itu dalam berbahasa. Lalu ada pertanyaan di saat orang Bali berkata ke bahasa
Bali tanpa kuasai jenjang bahasa. Untuk kondisi santun serta seirama, pengucap bahasa Bali
diinginkan dapat gunakan bahasa yang benar sesuai sama jenjang berbahasa (sama sama
singgihang).

Bahasa Bali menjadi sarana kebudayaan Bali kelihatannya terus alami pengubahan di satu segi
serta usaha konservasi disebelah yang lainnya.

4. Sistem Teknologi
a) Teknologi sistem komunikasi

Di era modern seperti saat ini, terjadi perubahan yang sangat pesat dalam bidang teknologi.
Berbagai teknologi baru terus ditemukan sebagai upaya untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Perkembangan teknologi tersebut mengakibatkan keterbatasan- keterbatasan yang
ada bukan lagi sebagai halangan. Dengan adanya perkembangan teknologi, berbagai kesulitan
dipermudah, seperti misalnya dalam bidang komunikasi dan informasi. Jaman dulu, orang
berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol atau sandi, kemudian beralih dengan
komunikasi dengan media surat. Butuh waktu yang tidak singkat dalam penyampaian infomasi
melalui surat. Belum lagi, surat yang mungkin salah alamat.

Perkembangan teknologi menolong manusia untuk mempermudah komunikasi dan


penyampaian informasi. Bahkan dewasa ini kita malah dapat berkomunikasi tatap muka,
melihat wajah orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita juga dapat memperoleh informasi dari
berbagai belahan dunia dengan cepat, bahkan bisa dikatakan up to date. Hal tersebut terjadi
karena adanya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi sungguh memiliki banyak
dampak positif terhadap kehidupan manusia.

Perkembangan teknologi juga telah merambah berbagai wilayah di Bali. Sebagai tempat
destinasi wisata dunia, masyarakat dan kebudayaan Bali bukanlah suatu pengecualian
terhadap dampak perkembangan teknologi tersebut.

b) Teknologi sistem sumber daya alam


 Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak
yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah Selain menunjukan
kemajuan dalam bidang pengetahuan, Subak dalam peradaban Bali juga menunjukan

12
sebuah kemajuan teknologi yang sudah maju. Terbukti struktur pembuatan terasering di
sawah Bali sangat tertata rapi, sistematis
 Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan
bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan
perlambang komunikatif dan edukatif.
 Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela
diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat
menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.
 Juga tercermin dalam pengaturan tata letak ruang dan bangunan, yang dimulai dari
gapura, lalu paling depan ada pura, hingga ke rumah utama serta ruangan ruangan lain
yang memiliki simbol dan filosofi sendiri. Sistem peralatan hidup di Bali juga tercermin
dari penemuan peninggalan gerabah Arikamedu dari India. Yang dapat dikatakan bahwa
sistem peralatan hidup di Bali sudah modern.
5. Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat Bali terdiri dari pertanian,industri, dan jasa.
Pola perkampungan penduduk Bali pada umumnya dipengaruhioleh beberapa faktor. Faktor
tata nilai ritual yang menempatkan zona sakral dibagian angin (timur) sebagai arah terbitnya
matahari sebagai yang diutamakan.Faktor kondisi dan potensi alam, menempatkan nilia utama
ke arah kaja (gunung)dan sebaliknya menganggap rendah arah kelod (laut). Faktor ekonomi,
menempatkan nilai utama pada tempat bekerja seperti desa nelayan menghadap kelaut, desa
pertanian menghadap ke arah sawah atau perkebunan.Seperti pada umumnya daerah lain di
Indonesia, penduduk Bali sebagianbesar hidup dari pertanian. Penduduk yang bertempat
tinggal di daerah pesisirbiasanya mereka hidup sebagai nelayan. Selain itu juga ada yang
sebagai senimandan Pulau Bali terkenal sama keseniannya.

System mata pencaharian suku bali adalah sebagai berikut :

1. PERIKANAN

Bali adalah pulau kecil hanya dengan luas hanya 5,682 km persegi dengantingkat kepadatan
penduduk yang relatif tinggi yakni 565 orang per km persegi.Bali di kelilingi wilayah pesisir
dengan panjang 430 km . karena wilayahnyadikelilingi oleh laut Mayoritas masyarakat Bali
bermata pencaharian sebagai nelayan, mayoritas terdapat di daerah Singaraja, Kabupaten
Buleleng, Bali.Dari segi matapencaharian dalam bidang perikanan , komoditi ikan tuna dari Bali
dikenal di pasar dunia. Tuna hasil tangkapan masyarakat Bali mampumenembus pasar ekspor.

13
Beberapa negara yang cukup besar mengimpor tuna dari Bali adalah Jepang, Taiwan, Cina,
dan Korea.

2. BERTANI

Bali sebagai salah satu Propinsi di Nusantara Indonesia, masyarakatnya adalah agraris atau
bermatapencaharian sebagai petani dengan wilayah yang relatifsempit yaitu 563.666 hektar,
terdiri dari 80.765 hektar lahan persawahan dansisanya 482.901 hektar lahan bukan sawah .Di
wilayah Pulau Bali yangKhususnya daerah persawahan terkenal dengan organisasi yang
disebutSubak yaitu organisasi yang mengatur pengairan di sawah. Masyarakat petanidalam
melakukan aktivitas pertanian di sawah dengan memanfaatkan alat-alattradisional yang paling
popular disebut bajak, yang mana dalam pengolahantanah dibagi dalam tahapan-tahapan
kegiatan yaitu untuk menggemburkantanah memakai bajak tenggala , untuk membersihkan
tanah dari gulma-gulmamemakai bajak jangkar, untuk melumatkan tanah menjadi lumpur
memakaibajak lampit slau dan terakhir untuk menghaluskan tanah memakai bajakplasah.

3. BERKEBUN

Selain bertani masyarakat Bali juga membuka lahan untuk berkebun. Tanamanperekebunan
yang menjadi mata pencaharian masyarakat Bali meliputitanaman perkebunan karet, kopi
(arabika dan robusta), tembakau (rakyat danvirginia), kakao, lada, vanili dan kelapa dalam.

4. PETERNAKAN

Usaha peternakan di Provinsi Bali sebagian besar masih dilakukan secaratradisional oleh
masyarakat. Usaha ini merupakan usaha sambilan atausebagai pelengkap usaha lainnya.
Sementara itu, populasi ternak dalambahasan ini mencakup sapi potong, sapi perah, kambing,
domba, babi, ayamburas, ayam petelur, ayam pedaging dan itik

5. PERDAGANGAN

Perdagangan di Bali sekarang sudah menjadi mata pencaharian mayoritasmasyarakat Bali,


Karena Bali adalah Kota pariwisata maka masyarakat Balimemanfaatkan segala sarana dan
fasilitas untuk berdagang sehinggamemenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Bali.

6. Organisasi Sosial dan sistem kekerabatan

DESA

14
Merupakan bentuk lembaga masyarakat tradisional yang berdasarkan satukesatuan wilayah
disebut.

•Desa Adat

Desa adat Merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah Baliyang
mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidupmasyarakat umat Hindu secara
turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga, yang mempunyai wilayah tertentu dan harta
kekayaan tersendiriserta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.Menurut strukturnya, Desa
Adat diklasikasikan pada dua pola yaituDesa Adat yang memiliki pola sentralisasi dan Desa
Adat yang memilikipola desentralisasi. !ada pola pertama posisi dan "ungsi Desa Adat
sangatsentral, sedangkan pada pola kedua Desa Adat terbagi-bagi ke dalam beberapa
kesatuan wilayah di bawah desa (sub desa) yang disebut Banjar.

•Desa Dinas

Desa dinas Adalah satu kesatuan wilayah administratif di bawah wilayah Kecamatan.

BANJAR

Merupakan suatu bentuk kesatuan sosial wilayah. Kesatuan sosial ini dilakukan dengan
pelaksanaan upacara keagamaan yang keramat. Banjar dikepalai oleh seorang kepala yang
disebut kelian banjar. Kelian banjar mempunyai tugas tidak hanya dalam kehidupan sosial
suatu komunitas tetapi juga dalam hal kehidupan keagamaan, bahkan terkadang juga
mengurus hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. pada umumnya di dalam
satu Banjar memiliki rata-rata anggota 50 sampai 100 kepala keluarga. Setiap Banjar memiliki
tempat atau pusat pertemuan yang disebut Balai Bajar

SUBAK

Merupakan salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali yang bersifat
tradisional dan yang dibentuk secara turun- temurun oleh masyarakat umat Hindu Bali.Subak
berfungsi sebagai satu kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah yang
menerima air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan satu
kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.

SEKEKAH

Merupakan lembaga sukarela yang dibentuk atas dasar tujuan-tujuan tertentu. Dalam
kehidupan masyarakat Bali terdapat organisasi yang bersifat turun-temurun dan sementara.

15
•Sekaha bersigat turun-temurun adalah yang berfungsi untuk menyelenggarakan upacara adat
desa misalnya sekaha baris, yaitu perkumpulan tari baris. Sekaha teruna teruni, sekaha
tersebut sifatnya permanen.

•Sekaha bersifat sementara merupakan sekaha yang di bentuk berdasarkan suatu kebutuhan
tertentu seperti:

1. Sekaha memula yaitu suatu perkumpulan atau kelompok menanam.

2. Sekahamayi, yaitu suatu perkumpulan atau kelompok menuai.

3. Sekaha gong yaitu suatu perkumpulan gamelan.

GOTONG ROYONG

Kehidupan sosial di masyarakat Bali mengenal sistem gotong royong misalnya dalam mengolah
sawah, memperbaiki atap rumah, membuat sumur dan lain sebagainya. semua itu di dasari
oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan
serupa.selain itu terdapat pula gotong royong antar sekaha yang disebut dengan
ngendeng.Misalnya suatu perkumpulan gamelan diminta untuk ikut dalam penyelenggaraan
suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan.

SISTEM KEKERABATAN

Klen (Clean) yang sering pula di sebut "kerabat luas" atau "keluarga besar". Klen merupakan
suatu kesatuan keturunan ( genealogis), kesatuan kepercayaan ( religiomagis) dan kesatuan
adat (tradisi), merupakan sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang
sama baik melalui garis ayah ( patrilineal ) maupun garis ibu ( matrilineal ).

SISTEM PERKAWINAN

Dalam adat lama perkawinan dipengaruhi sistem klen ( dadia ) dan sistem kasta ( wangsa ).
perkawinan sedapat mungkin dilakukan diantara warga se klen atau setidak-tidaknya antara
orang-orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Hal ini disebut indogami.

•Sistim Mapadik/Meminang/Meminta

Pihak calon suami meminta datang kerumah calon istri untuk mengadakan perkawinan.

•Sistim Ngerorod / Rangkat ( kawin lari )

16
Bentuk perkawinan cinta sama cinta berjalan berdua/beserta keluarga laki secara resmi tak
diketahui keluarga perempuan karena:

1. Tidak medapat restu dari salah satu pihak orang tua kedua mempelai.
2. Tidak mendapat restu dari kedua pihak orang tua kedua mempelai.
3. Dilaksanakan Sistim perkawinan ini berdasarkan pemikiran efisiensi pelaksanaan dan
pembiayaan.
4. Dilaksanakan sistim perkawinan ini, berdasarkan pemikiran bahwa dari kedua belah
pihak tidak lagi memiliki sanak keluarga atau salah satu pihak tidak memiliki sanak
keluarga.

•Sistim Nyentana / Nyeburin ( selarian )

Bentuk perkawinan berdasarkan perubahan status sebagai purusa dari pihak wanita dan
sebagai pradana dari pihak laki.sistem perkawinan ini, ada yang berdasarkan cinta sama cinta
dari kedua mempelai, ada yang tidak berdasarkan cinta sama cinta. Hanya atas kemauan serta
persetujuan dari kedua pihak keluarga. Karena berdasarkan kebutuhan penerus pewaris di
pihak mempelai wanita. Oleh karena bentuk pewaris untuk dibali adalah purusa ( patrelineal ).

•Sistim Melegandang / secara paksa tanpa rasa cinta Bentuk perkawinan secara paksa tidak
didasarkancinta sama cinta.

•Perkawinan yang dicita-citakan adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara
laki-laki.

•Dahulu anak wanita dari kasta tinggi jangan sampaikawin dengan pria yang lebih rendah
derajat kastanya. yang melanggar akan buang ( maselong ) untuk beberapa lama.

•Perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami kawin dengan saudara laki-laki dari
isteri ( makedenganngad ) adalah pantang, karena perkawinan demikian itu di anggap
mendatangkan bencana ( panes ).

•Perkawinan yang pantang adalah. perkawinan seorang ayah dengan anak kandungnya.
perkawinan dengan saudara sekandungnya atau saudara tirinya. perkawinan dengan
keponakannya.

Penentuan garis keturunan dan hak waris ditentukan oleh tempat di mana suami-isteri itu
menetap setelah menikah, ada tiga cara.

17
•Virilokal komit ditempat tinggal di komplek sperumahan ( uma ) orang tua si suam keturunan
laki-laki, mereka akan diperhitungkan secara patrilineal (purusa),menjadi warga dari dadia
( sisuami ) dan mewarisi harta pusaka.

•Neolokal Mencari atau membangun rumah baru.

•Uxorilokal Berdiam di kompleks perumahan dari si isteri ( ngeburia); garis keturunan akan di
perhitungkan secara matrilineal. Keturunannya akan menjadi warga dadia si isteri. Dalam hal
inikedudukan si isteri sebagai sentana ( pelan'jutketurunan ).

PEMBERIAN NAMA

Nama orang Bali umumnya diawali dengan sebutan yang mencirikan urutan kelahiran.

•Anak pertama ( wayan )

Nama Wayan berasal dari kata "Wayahan" bahasa Bali yang artinya yang paling matang. Selain
itu ada juga nama Putu, Gede, Luh khusus wanita. jadi dasar pemberian namanya ( jenis
kelamin + wayan/putu/Gede ).catatan nama anak pertama ada juga dibariskan seperti Ni Luh
Putu Wayan Eka Widyasari ( perempuan ).

•Anak Kedua ( Made )

Titel anak kedua adalah Made yang berakar dari kata Madya ( sansekerta ) yang artinya
tengah. Tetapi ada sinonim dari nama Made itu, yakni Kadek ,dan Kade yang merupakan
serapan Adi dan kemudian menjadi Adek yang berarti adik.

•Anak Ketiga ( 5yoman )

Anak ketiga dipanggil Nyoman yang secara etimologis berasal dari kata Uman yang bermakna
sisa atau akhir . Jauh sebelum program Keluarga berencana di galakan masyarakat sudah
memperhitungkan tentang resiko dari program keturunan. ideal dalam sebuah keluarga
mempunyai anak cukup dua saja bila ada tiga, maka itu di anggap sisa-sisa. Nyoman juga
mempunyai sinonim yaitu Komang.

•Anak Keempat ( Ketut )

Anak keempat dari keluarga Bali di panggil Ketut, yang berasal dari kata Kitut ( Jawa
kuna ) yang artinya buntut atau pengikut, ekor dan akhir.Namun Ketut tidak mempunyai sinonim
nama seperti yang lain, karena dianggap ekor itu hanya satu, dirasa sangat istemewa dan
pelengkap bila keluarga dalam suku Bali mempunyai anak yang bernama Ketut makalengkap

18
sudah silsilah keluarga tersebut.Bila mempunyai anak Kelima dan seterusnya maka kembali ke
Wayan, Made,Nyoman dan Ketut kembali. Ada orang tua yang sengaja menambahkan kata
"Balik" setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah
anak yang keempat. Contohnya I Wayan Balik suandra. Jadi nama depannya adalah Wayan
Balik yang menandakan bahwa dia Adalah anak kelima, atau anak yang lahir setelah putaran 1
sampai 4.

Selama ini, kalau seseorang sudah menggunakan nama depan Made, Komang atau
Ketut, bisa dipastikan sebagai orang jaba-kecuali untuk kelompok Brahmana di desa
BudaKeling, Karangasem yang masih mempertahankan tradisi pemakaian nama Ida Wayan,
Ida Made dan seterusnya.selanjutnya, untuk membedakan jenis kelamin, orang bali mengawali
setiap nama dengan menambah satu kata lagi,yaitu:

•Awalan " I " untuk anak lelaki

•Awalan " Ni " untuk anak perempuan Tapi tidak semua kasta ( wangsa ) orang Bali
menggunakankata I atau Ni. Misalnya dari golongan Anak Agung semuanyaakan diawali
dengan kata Anak Agung, "cokorda" dll.

Selain menunjukkan urutan kelahiran, ada nama depan tertentu yang menunjukkan kasta di
bali.penamaan berdasarkan Kasta ini merupakan gelar warisan turun temurun yang melekat
pada keturunan orang Bali yang dulunya memiliki kelas tersendiri berdasarkan profesinya:

1. Brahmana

Diberi gelar Ida Bagus untuk pria dan Ida Ayu untuk wanita. Namun pemberian gelar itu juga di
barengi dengan urutan nama. Rumusnya ( gelar+urutan lahir+nama pemberian orang tua )

•Ida Bagus putu widyana Ida Ayu putu Maharani ( bagi anakpertama )

•Ida bagus Made Iriawan/ Ida Ayu Made Indriani ( bagi anakkedua )

•Ida Bagus Nyoman Mahendra / Ida Ayu Komang Widyadari ( bagi anak ketiga )

•Ida Bagus Ketut Budiawan / Ida Ayu Ketut Apsari Dewi (bagi anak keempat )

2. Ksatrya

Ksatrya di beri gelar Anak Agung ( laki-laki )dan Anak Agung Ayu ( Perempuan ), sekarang ini di
ikuti dengan urutan kelahiran dalam sebuah keluarga. Rumusnya ( gelar?urutan lahir?nama
pemberian orangtua ).

19
contoh :

•Anak Agung putu =idyana / Anak Agung Ayu Maharani ( bagi anak pertama )

•Anak Agung Made Iriawan / Anak Agung Ayu made, Indriani ( bagi anak kedua )

•Anak Agung Nyoman Mahendra / Anak Agung Ayu Komang Widyadari ( bagi anak ketiga )

•Anak Agung Ketut / Anak Agung Ayu Ketut ApsariDewi ( bagi anak keempat )

3. Waysa

Waysa Ada sumber yang menulis gelar waysa itu adalah I gusti, namun dari I /usti sendiri
mereka menggolongkan dirinya kedalam warna Ksatrya. pemberian namanya yakni ( urutan
kelahiran keluarga?nama pemberian nama).

7. Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan masyarakat Bali bersumber dari Agama Hindu dan budaya India
melalui media Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.
Sistem Pengobatan (ausadha)
Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu
pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu Bali/ Siwasidhanta.
Sukantra (1992) menyatakan, usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang sumber
ajarannya terdapat pada lontar.
Pembangunan rumah (hastakosalakosali dan hastabhumi) Asta Kosala Kosali merupakan
sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan Bangunan
biasanya menggunakan anatomi tubuh manusia.
Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang
menghadap ke atas),
Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan
sampai ujung jari tengah yang terbuka)
Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke
kanan)
Konsep penataan Rumah di Bali juga didasarkan oleh Buana Agung (Makrokosmos) dan
Buana Alit (Mikrokosmos). Yaitu sebagai berikut:
- Bhur, alam nista yang menjadi simbolis keberadaan setan dan nafsu yang selalu menggoda
manusia untuk berbuat menyimpang dari dharma.alam semesta,

20
- Bwah, alam manusia dan kehidupan keseharian yang penuh dengan godaan duniawi, yang
berhubungan dengan materialisme
- Swah, Sorga alam dewa-dewi dan Brahman, alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa (atman) yang
bathinnya bersih dan suci serta hidupnya penuh welas asih dan dharma kebaikan.
Sistem pengetahuan masyarakat Bali bersumber dari Agama Hindu dan budaya India
melalui media Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.
Pengelolaan Sumber Daya Alam

Kaitannya dengan pemanfaatan, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam tropika
dan kelestarian alam/ lingkungan, masyarakat adat/tradisional Subak ini dengan indigenous
environmental knowledge yang dimilikinya secara turun-temurun, dengan kekuatan memegang
hukum adatnya.

dengan kemampuan cosmological spiritualnya, dengan kuat nya religi yang dianutnya, mereka
secara lebih arif mengorganisasikan seluruh kekuatannya itu melakukan pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya pertanian padi sawah.

Bukti sejarah mengindikasikan bahwa sejak abad ke-11, semua petani yang lahannya terairi
dari saluran irigasi yang sama menjadi satu kelompok kerjasama irigasi atau termasuk di dalam
satu Subak.

Ini merupakan sebuah lembaga adat (lembaga tradisional) yang mengatur pembangunan dan
pemeliharaan bangunan pengairan, dan suplai air irigasi yang didistribusikan secara adil.
Peraturan demikian sangat esensial untuk mengefisienkan penanaman padi-sawah di Bali, di
mana air mengalir melalui jurang yang sangat dalam dan menyebrangi teras-teras dalam
perjalanannya dari gunung ke laut.

Setiap orang yang memiliki lahan pertanian padi atau sawah bergabung pada Subak
setempat, yang selanjutnya menjamin setiap anggotanya mendapatkan air irigasi yang
didistribusikan secara adil.

Secara tradisi kepala Subak memiliki sawah pada bagian yang paling bawah dari
bukit/pegunungan, sehingga air harus mengalir melalui sawah-sawah yang lain sebelum
mencapai sawah miliknya.

Subak bertanggung-jawab terhadap koordinasi kegiatan penanaman benih dan


pemindahan bibit untuk mencapai kondisi di mana tanaman tumbuh secara optimal; demikian
juga bertanggung jawab dalam upacara persembahan dan perayaan di pura subak.

21
Seluruh anggota diundang untuk Masyarakat tradisional Bali percaya bahwa
kelangsungan hidup komunitasnya juga bergantung dari integritas terhadap budayanya.
berpartisipasi pada kegiatant-kegiatan tersebut khususnya pada upacara persembahan kepada
Dewi Bhatari Sri.

Pertanian padi sawah dengan sistem Subak disakralkan karena mereka percaya pada
eksistensi dewi-padi (Dewi Bhatari Sri, Sanghyang Sri) yang senantiasa memberi kemakmuran
selama manusia masih loyal kepadanya.

Untuk menjaga hubungan dengannya, setiap tahap kegiatan pertanian, sebelumnya


diadakan upacara ritual untuk memohon izin dengan menyampaikan persembahan, karena itu
melaksanakan pekerjaan di sawah dipertimbangkan sebagai bagian dari kewajiban masyarakat
tradisional/adat Bali dan diwajibkan mengikuti aturan yang telah ditetapkan (hukum adat).

Untuk melindungi norma, kepercayaan, dan budayanya dari kekuatan exogenous,


beberapa aturan dan larangan pada aspek sosial dan budaya ditekankan dan dilegalkan dalam
ketetapan hukum adat. Untuk menegakkan hukum adatnya terdapat mekanisme pengendalian
yang disebut “Karma” (consequences).

Mereka percaya bahwa ia akan mengalami hal-hal yang buruk apabila melakukan
perbuatan buruk, dan sebaliknya. Mekanisme pengendalian lainnya yakni kontrol sosial berupa
eksekusi hukuman (punishment) bagi yang melakukan pelanggaran, eksekusi dilakukan oleh
Ketua Subak dan/atau Kelian Banjar.

Ketentuan dan Tradisi Dalam Sistem Subak :

1. Petak-petak sawah dibuat dalam bentuk terasering mengikuti kontur.


2. Menggunakan benih padi pada varietas lokal.
3. Dewi Bhatari Sri tidak menyukai ( alergi ) bahan kimia sehingga pupuk kimiawi ( Urea,
NPK, TSP )dan pestisida kimia ( DDT, Dieldrin, Endrin ) tidak digunakan.
4. Setiap tahapan kegiatan pertanin terlebih dahulu dilakukan upacara ritual untuk
memohon izin kepada Dewi Bhatara Sri.
5. Dewi Bhatara Sri menyukai keindahan, sehingga jarak tanam padi harus teratur, rapih.
6. Mengistirahatkan padi dengan rotasi jenis tanaman palawija.
7. Upacara ritual di Pura Subak menyambut panen berhasil.

Interprestasi/Jastifikasi :

1. Untuk kelancara air. Menghindari terjadinya erosi dan longsor.

22
2. Resisten terhadap hama Nilaparphata ligens. Memelihara plasma nutfah jenis tumbuhan
lokal.
3. Menjamin sumber daya alam tidak terkontaminasi dan menjamin tidak terjadi
pencemaran lingkungan karena limbah B3 ( Bahan Beracun dan Berbahaya ).
4. Kalender kegiatan pertanian disesuaikan dengan iklim. Keseragaman dalam tahapan
kegiatan pertanian dapat memutuskan siklus hidup hama padi tertentu.
5. Efisien dalam penggunaan sumber daya alam. Memudahkan dalam pekerjaan
penyiangan.
6. Memutuskan siklus hidup hama padi tertentu. Memperbaiki struktur tanah dan
kesuburan tanah
7. integritas budaya tradisional.
8. Kesenian

Keberadaan kesenian rakyat seperti seni-seni tradisional di Bali, menjadi aset penting
yang mendukung perkembangan pariwisata di pulau Dewata Bali. Walaupun waktu terus
berlalu, perkembangan jaman dan modernisasi terus melaju dengan pesat.

Termasuk juga hiburan-hiburan high tech yang berkembang di masyarakat begitu


beragam, apalagi Bali yang merupakan tujuan wisata dunia, banyak pengaruh-pengaruh asing
yang berkembang di kalangan masyarakat, baik itu budaya dan kesenian.

Laju modernisasi yang tak terbendung, tidak lantas membuat kesenian rakyat tradisional
tersebut menjadi punah, masyarakat Bali tetap bisa menjaga berbagai budaya serta kreatifitas
seni sampai saat ini.

Di bidang seni, sejumlah kesenian rakyat tradisional seperti seni tari tradisional, juga ikut
berinovasi menyesuaikan dengan perkembangan jaman dengan tidak mengubah identitasnya,
sehingga sejumlah kesenian rakyat di Bali, masih berkembang dengan cukup baik dan diminati
oleh masyarakat.

Tidak bisa dipungkiri sejumlah kesenian rakyat di Bali ada beberapa diantaranya bisa
berkembang dengan baik ada juga yang tidak berkembang karena kalah bersaing dengan
kesenian-kesenian modern sekarang ini. Apalagi realitanya sekarang terlalu banyak media yang
bisa menawarkan hiburan yang disukai oleh anak-anak maupun dewasa.

23
Faktor aktivitas yang padat dari warga, sehingga tidak sempat menikmati kesenian yang
ditawarkan, atau malah banyak yang mulai tidak tertarik dengan kesenian rakyat yang menjadi
warisan budaya dan seni orang Bali.

Anggota keluarga terkadang memiliki kesibukan dan cara sendiri untuk mengisi serta menikmati
hiburan-hiburan yang sekarang banyak di sediakan via internet.

• Kesenian Rakyat Bali

Kesenian Rakyat Bali Yang Populer Saat Ini

Namun demikian di tengahh ketatnya persaingan dunia hiburan saat ini, sejumlah
kesenian rakyat tradisional Bali, bisa menjadi hiburan anda di sela-sela liburan anda bersama
keluarga, ataupun ketika bersantai di rumah, sambil memperkenalkan seni tradisional rakyat
yang sekarang keberadaanya cukup jarang diperkenalkan ke dunia anak-anak.

1. Kesenian Wayang Kulit

Kesenian Rakyat Bali - Wayang Kulit

Kesenian rakyat tradisional di Bali yang berkembang dengan baik sekarang ini adalah
seni wayang kulit, kesenian rakyat ini sangat begitu populer di kalangan masyarakat kelas
bawah, menengah dan kalangan kelas atas. Walaupun tema yang ditawarkan belum
menyentuh dunia anak-anak, namun demikian inivasi wayang kulit saat ini, dengan berbagai
sentuhan baru, terasa sangat menarik untuk dinikmati.

Pada masanya wayang kulit pernah mengalami kejayaan, kemudian terkesan meredup
dalam beberapa dekade, namun sekarang ini kesenian wayang kulit ini menemukan rohnya
kembali, dikemas dengan baik serta inovatif, disertai dengan guyonan-guyonan sekedar dari
fenomena sosial sekarang ini, mudah dimengerti dan dicerna, berisi petuah-petuah sehingga
sangat digemari oleh semua kalangan.

24
Ada sejumlah dalang wayang kulit yang cukup populer dalam pementasan kesenian
rakyat tradisional di Bali ini, pada saat-saat upacara tertentu, seni wayang kulit tersebut menjadi
tontonan rakyat yang cukup menarik, populer dan hits sekarang ini.

Bahkan pada even-even tertentu seperti upacara manusia Yadnya, Pitra Yadnya bahkan
Dewa Yadnya kita bisa mendengar celoteh dalang yang menyelipkan banyolan-banyolan
mengadopsi situasi masa kini di masyarakat sehingga mudah dicerna., wayang kulit masa kini
dikemas lebih kreatif dalam segi penataan atau iringan tabuh dan juga tata cahaya lampu,
sehingga terkesan lebih inovatif dan atraktif.

2. Seni Tari Tradisional Joged Bumbung

Tari Joged Bumbung di Bali

Kesenian rakyat tradisional di Bali yang cukup populer lainnya adalah kesenian Joged
Bumbung, kesenian ini memang sangat merakyat, karena penonton diajak langsung
berinteraksi dengan ikut menari dengan penarinya langsung, penarinya perempuan dan sangat
disukai oleh kaum laki-laki, merupakan sebuah tari pergaulan yang sangat diminati.

Seiring dalam perkembangan jaman dan masa transisi, terkadang kesenian ini
disalahgunakan dengan mementaskan penari-penari yang erotis dan melenceng dari jati
dirinya, sehingga terkesan porno, erotis, tidak beretika dan menyimpang dari norma yang
mungkin banyak

ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Sehingga hiburan rakyat tradisional Bali saat ini tidak
cocok untuk hiburan keluarga terutama anak-anak, lebih cenderug ke hiburan orang dewasa.

Kesenian ini memang terkesan sangat merakyat, pada saat-saat tertentu untuk
memeriahkan suatu upacara keagamaan seperti saat upacara perkawinan, ulang tahun suatu
perusahaan ataupun saat upacara 3 bulanan, sering penyelenggara sewa grup tari joged
Bumbung, karena di sini penonton (pengibing) ikut dilibatkan dalam sebuah tarian, terkadang

25
penyelenggara dalam hajatan-hajatan di masyarakat ini sengaja mengundang grup tari yang
mementaskan penari yang erotis.

Namun tidak semua tari Joged Bumbung seperti itu, grup pementasan kesenian rakyat
ini masih banyak memegang etika dan estetika dalam pementasan seni mereka, apalagi saat
pementasan dalam Pesta Kesenian Bali disini anda bisa menyaksikan kesenian rakyat ini
dipentaskan sesungguhnya. Banyak Sekaa (perkumpulan) tari Jogen Bumbung yang menjaga
etika baik, tergantung penyelengaranya saja.

3. Seni Tari Janger

Tari Janger di Bali

Kesenian rakyat Bali yang masih sering kita jumpai adalah tari Janger, tarian ini
diciptakan sekitar tahun 1930-an, dikenal sebagai tari pergaulan yang biasanya ditarikan oleh
sekelompok pasangan muda-mudi, dalam pementasan tarian ini mereka penari sambil
bernyanyi bersahut-sahutan. Hiburan rakyat berupa tari Janger ini ideal untuk semua kalangan,
termasuk untuk hiburan keluarga dan anak-anak.

Tarian tradisional Janger ini ini masih sering dipentaskan dalam acara-acara sekolah TK
dan SD, tari janger memiliki gerakan sederhana yang mudah ditiru dipadu dengan suara vokal
dalam bentuk nyanyian koor, sehingga kesenian rakyat ini identik juga dengan seni tari anak-
anak. Ditarikan berkelompok sekitar 10-16 orang, penari prianya bernama Kecak dan penari
wanita dinamakan Janger.

Di pulau Dewata Bali ada sejumlah kelompok tari atau sekaa yang konsisten menjaga
eksistensi kesenian rakyat tradisional tersebut diantaranya Janger Kedaton Denpasar dan
Singapadu Gianyar. Sedangkan ada sejumlah varian Janger lain yang ada dan berkembang di
Bali diantaranya Janger desa Metra, Bangli menampilkan keunikan tersendiri yang mana
penarinya trans (kesurupan) mereka menari sambil menginjak bara api.

Janger Tabanan dalam pementasanya muncul seorang tokoh tentara Belanda yang
bertugas memberi aba-aba kepada penari, Tari Janger di Sibang Badung dalam

26
pementasannya diiringi gamelan gong kebyar dan terakhir ada Janger desa Bulian Buleleng,
terbilang cukup unik juga dipentaskan oleh warga desa yang mengalami tuna wicara.

4. Seni Tari Tradisional Genjek

Tari Genjek di Bali

Tari Genjek sebuah kesenian rakyat Bali yang masih berkembang sampai sekarang,
tarian Genjek ini lebih didominasi oleh kaum laki-laki perkembangannya mulai dari kumpul
bersama kelompok lelaki sambil minum alkohol, karena mulai mabuk dan hilang kendali,
mereka bernyanyi dan diikuti oleh peserta lainnya dengan menirukan suara gamelan. Kesenian
ini lebih banyak berkembang di Kabupaten Karangasem.

Kemudian genjek ini berkembang mengalami inovasi dan lebih atraktif tidak hanya
digelar saat penarinya hilang kendali, walaupun tidak bisa dipungkiri, saat minum alkohol
bersama tari genjek tersebut selalu ada. Kini tari genjek tersebut sering dipentaskan dalam
even-even tertentu dengan menyertakan vokal wanita dan sejumlah suara gamelan, sehingga
terdengar indah dan terlihat unik. Sepintas alunan suara vokal, seperti pada tarian Janger dan
Kecak.

Kesenian rakyat tradisional berupa Genjek ini, berkembang cukup baik sering dalam
ajang tahunan Pesta Kesenian Bali, bahkan oleh untuk menjaga kesenian rakyat tradisional ini,
sempat diselenggarakan tari Genjek kolosal di objek wisata Taman Ujung Karangasem. Tari
Genjek di Bali merupakan tari pergaulan, sangat universal, sangat menyesuaikan dengan
suasana dan perkembangan terkini, tidak terpaku pada gerakan atau olah vokal yang baku,
mereka bebas berkreasi.

Seorang pembawa lagu (gending) bahkan bebas secara spontan menciptakan lagu
sendiri atau mengenalkan lagu baru tersebut, yang menuntut kemahiran teman lainnya untuk
mengikutinya dengan suara vokal yang sesuai termasuk kekompakan vokal pengiring. Tema

27
lagu yang dibawakan biasanya berisi nasehat, rayuan, kritik, motivasi, pujian bahkan sindiran
yang sangat komunikatif.

5. Kesenian Drama Tari Calonarang

Salah satu kostum Calonarang

Cerita Calonarang adalah tema atau judul dalam sebuah pementasan seni tari,
pementasan kesenian rakyat ini berbau magis atau mistis, Calonarang adalah tokoh yang
berwajah seram dan memiliki sifat menyakiti. Cerita-cerita calonarang ini tidak tergolong hal
baru, hampirs semua masyarakat luas pernah mendengar cerita tersebut. Pementasan
Calonarang selain sebagai hiburan yang cukup populer dan menarik di pulau Dewata Bali.

Kesenian rakyat tradisional ini bertemakan horor, tarian inipun tidak dipentaskan di
sembarang tempat, dipentaskan saat-saat ada upacara pujawali, seperti dipentaskan di sebuah
pura Dalem dalam sebuah desa Pakraman, pura Dalem sendiri diyakini sebagai tempat
berstananya Dewa Siwa dan juga Dewi Durga sebagai yang menaungi kekuatan baik dan jahat,
tarian tersebut dipentaskan dan dikemas dalam pementasan Drama Calonarang pada sebuah
pura Dalem dekat kuburan dan pada tengah malam, sehingga aura mistis akan terasa sangat
kental.

Kesenian rakyat Tari Calonarang ini cukup populer di bali, yang biasanya mementaskan
cerita Calonarang tersebut diantaranya pertunjukan drama gong, arja, joged pingitan, barong
ket ,wayang kulit,dan tari legong Keratopn Sudarsana. Dilihat dari varian pementasan seni tari
tersebut baik itu klasik, prembon atau kontemporer pertunjukan tersebut adalah pertunjukan
horor dan adegan ilmu kekebalan yang kental membalut kisah yang dipertunjukkan, terkesan
unik pada masa kini.

Hindu Bali percaya dengan Rwa Bhineda adanya kekuatan mistis ilmu hitam tersebut
yang berupa Calonarang diseimbangkan oleh kekuatan ilmu putih, yang mana dua hal berbeda

28
yang selalu berdampingan seperti juga baik – jahat, plus – minus yang nantinya bisa
menyeimbangkan kehidupan di dunia.

Tempat Pementasan Kesenian Rakyat Tradisional Bali

Selain, wayang kulit, joged bumbung, tari janger, genjek dan calonarang sejumlah
kesenian rakyat Bali yang terkadang masih bisa kita temukan adalah drama gong, bondres,
sendratari dan arja. Lalu dimana anda bisa menyaksikan pementasan kesenian rakyat Bali
tersebut?

Tempat pementasan tersebut bisa dimana saja, sesuai panitia penyelengara, bisa saja
dirumah warga yang sedang melakukan hajatan ataupun membayar kaul. Jadi waktu dan
tempat pementasan tidak pasti.

9. Sistem Religi

Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu- Bali. Mereka percaya adanya
satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:

1. Dewa Brahma

Merupakan salah satu dari tiga dewa Tri Murti dalam kepercayaan agama Hindu.
Dewa Brahma menempati posisi pertama sebagai pencipta, Wisnu sebagai dewa Pemeliharan,
dan siwa sebagai dewa Pelebur (pralina). Ketiga dewa ini tidak bisa dipisahkan karena memiliki
tugas yang sangat penting. Andaikan sepeda, jika salah satu bannya tidak ada, maka tidak bisa
berjalan dengan baik. Sama halya dengan Tri Murti, jika salah satunya tidak ada maka alam
semesta akan tidak seimbang.

Pengertian Dewa Brahma, Mantra, Tugas, Kendaraan, Senjata, dan Istrinya

 Pengertian Dewa Brahma

29
Secara etimologi Dewa Brahma berasal dari bahasa sanskerta dari kata Brahmā
yang memiliki arti Mantera Suci (Brahma), Pencipta (Utpati), Api (Bromo/Brama).
Dalam Buku Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu (Titib. 2003;189)
dijelaskan bahwa Dewa Brahma adalah salah satu dari manifestasi utama Tuhan
Yang Maha Esa adalah Brahma, Tuhan Yang Maha Kuasa Sebagai pencipta alam
semesta dan sebagai isinya.”Sakti dewa Brahma adalah Sarasvati, dewi ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan. Brahma juga memiliki arti yang tumbuh, yang
berevolusi, berkembang, yang bertamba besar, dan yang meluap dari dirinya.

 Mantra Dewa Brahma

Untuk memuja dewa Brahma bisa mengguakan mantra sebagai berikut:

"Om brahma prajapatih srethah

Svayambhuur varado guruh

Padmayonis catur vaktro

Brahmaa sakalam ucyate"

Artinya:

"Oh keseluruhan yang lengkap dan sempurna, sebagai prajapatih, yang


mengadakan dirinya sendiri, guru yang muncul dari bunga teratai, memiliki empat
muka dalam satu badan, maha sempurna, oh Brahma".

 Tugas Dewa Brahma

Dalam Konsep Tri Murti Dewa Brahma menempati posisi sebagai dewa pertama
yakni Pencipta alam semesta dan segala isinya. Umat Hindu percaya bahwa segala
yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan dari dewa Brahma. Dalam Veda, Brahma
adalah Trimurti yang bertugas menciptakan semesta dari ketiadaan atau
menciptakan ulang dunia pasca dihancurkan oleh Siwa. Terkadang saat ‘sandhya’ -
kehancuran parsial-yang terjadi terlalu parah(misalnya saat dunia diterjang banjir
besar pada masa Satya-Yuga), Brahma akan datang untuk menciptakan bagian-
bagian dunia yang hancur atau perlu ‘diperbaiki’. Ia akan terus melakukan ini selama
dirinya masih hidup. Brahma akan hidup selama 72.000 kalpa atau setara dengan
311.040.000.000.000 tahun. Setelah itu, seluruh semesta akan bersatu kembali
kepada Brahman (Keberadaan Yang Mahatinggi).

30
 Kendaraan dan Senjata Dewa Brahma

Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok orang tua yang berkepala empat (Catur
Muka) membawa senjata Gada dengan kendaraan Angsa. Catur muka dewa
Brahma menghadap ke empat penjuru melambangkankekuasaan terhadap Catur
Weda, Catur Yuga (empat siklus waktu), Catur Warna (empat pembagian
masyarakat berdasarkan keterampilan). Dia juga dilambangkan seorang pria tua
bertangan empat membawa Aksamala/tasbih sebagai simbol tiada awal dan tiada
akhir. Kamandalu (kendi) sebagai simbol dari keabadian. Pustaka yang merupakan
simbol dari Ilmu Pengetahuan, dan Sruk (sendok besar), dan Surva(sendok biasa)
simbol dari upacara yadnya.

 Istri atau Pasangan Dewa Brahma

Istri atau pasangan Dewa Brahma adalah Dewi Saraswati yaitu dewi Ilmu
pengetahuan dalam agama Hindu. Dia dilambangkan sebagai sosok wanita yang
sangat cantik dengan kulit halus dan bersih, sebagai perlambang bahwa ilmu
pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri (inner beauty kalau orang
modern bilang). Saraswati kadang digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga
teratai, atau angsa, atau burung merak, atau digambarkan bersama ketiga-tiganya.
Wahananya sama dengan Brahma yakni angsa, meski kadang ia juga menunggangi
merak. Untuk lebih jelasnya mengenai Dewi Saraswati bisa dibaca pada link di
bawah.

Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai dewi Ilmu


Pengetahuan. Hal ini merupakan sebuah makna tersirat bahwa suatu penciptaan
atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia-sia.

2. Dewa Wisnu

31
Dalam umat agama hindu kita pasti sudah mengenal nama nya dewa wisnu . Tapi
terkadang banyak yang kurang tahu dewa wisnu itu sebagai apa . Nah di dalam artikel ini kita
akan membahas tentang dewa wisnu secara terperinci supaya orang-orang yang belum
mengetahui nya bisa mengetahui nya . Di dalam agama hindu di jelaskan bahwa dewa wisnu
atau kadang di sebut narayana adalah dewa yang bertugas untuk memelihara (striti) seluruh
alam semesta baik itu bhuana agung maupun bhuana alit yang telah di ciptakan oleh dewa
brahma .

Di dalam kitab purana dewa wisnu sering muncul dan menjelma ke dunia untuk
menyelamatkan bumi dari kehancuran yang sering di sebut awatara seperti misal nya sri rama
dan sri kresna yang muncul dalam itihasa . Di dalam penitisan nya atau penjelmaannya dewi
laksmi pun ikut menjelma ke dunia . Dewi laksmi sendiri adalah sakti nya atau istri nya dewa
wisnu . Di dalam kitab bhagawan gita di jelaskan bahwa dewa wisnu menjelma menjadi sri
kresna menjadi kusir kereta nya arjuna saat perang baratha yudha di kurusetra dan
menampakan wujud semesta nya kepada arjuna (Putra ke 3 dari pandu dengan dewi kunti ).

Dewa wisnu juga termasuk ke dalam salah satu penguasa penjuru di dalam dewata
nawa sanga . Beliau penguasa arah utara dan memiliki urip 4 dengan bersenjatakan cakra
sudarsana . Warna beliau adalah warna hitam dengan aksara u (Ung) dan berwahana
(Kendaraan) burung garuda . Di pulau dewata yaitu pulau bali , dewa wisnu di sembah di
wilayah pura ulun danu batur terletak di kabupaten bangli . Dewa wisnu juga termasuk dalam 3
dewa tertinggi atau di sebut tri murti yang sangat berperan dalam kestabilan bumi .

3. Dewa siwa

Siwa, jadi salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu.Siwa adalah dewa yang
memiliki peranan penting dalam agama Hindu. Dewa Siwa termasuk dalam tiga dewa tertinggi
atau utama dan paling dimuliakan daripada dewa lainnya, yang disebut Trimurti. Ketiga dewa ini
ialah dewa Brahma (pencipta), dewa Wisnu (pemelihara), dan dewa Siwa (penghancur).

32
Dewa Siwa dikenal sebagai dewa penghancur, perusak, dan nafsu. Meski memiliki
kesan negatif, sejatinya dia adalah pengubah dan pencipta ulang. Dewa Siwa menghabiskan
waktunya untuk bermeditasi di Himalaya di atas permadani kulit harimau. Sering terlihat
mengolesi dirinya dengan abu dan mengunjungi tempat kremasi.

Menurut tradisi Hinduisme Siwa, Siwa berdiri sebagai dewa tertinggi dan lahir sendiri
(svayambhu), tanpa ibu atau ayah. Ia menikah dengan dewi gunung, Parvati, dan memiliki dua
putra, Ganesha berkepala gajah dan Skanda, dewa perang.

Siwa sering digambarkan memegang trisula (trishula) dan menunggang bantengnya,


Nandi. Dia adalah dewa lawan, sekaligus pertapa dan erotis, dewa yang menyia-nyiakan dunia
sehingga ciptaan dapat tumbuh kembali secara utuh. Pernah menjadi dewa maskulin, ia
berfungsi sebagai pasangan jantan dari kekuatan feminin (shakti) istrinya, Parvati. Dia dikaitkan
dengan Soma ambrosia ilahi dan simbol lingga seperti ular dan lingga.

Kelahiran dan Pemenggalan Kepala Ganesha

Siwa tidak sepenuhnya meninggalkan pertapaannya setelah menikah dengan dewi


Parvati. Suatu ketika, ketika sang dewa sedang pergi ke salah satu dari banyak tempat
meditasinya di pegunungan, Parvati menginginkan seorang pelayan surgawi yang akan
melayani Parvati dan Siwa dengan sempurna. Dia kemudian menyeka kotoran dari tubuhnya
saat mandi dan membentuk patung.

Dewi Parwati lantas bermeditasi sambil berkata, “Kamu adalah putraku. Kamu
adalah milikku. Saya tidak punya orang lain untuk disebut milik saya.” Hiduplah patung itu dan
diberi nama Ganesha.

Tidak seperti anak lainnya yang harus melewati fase seorang bayi, Ganesha sudah
langsung Dengan dewa yang baru lahir sudah lengkap dan berpakaian, dia mengirimnya untuk
melayani sebagai penjaga gerbang rumah dan menyuruhnya untuk tidak membiarkan siapa pun
masuk ke kamarnya.

Beberapa waktu kemudian, Siwa tiba-tiba kembali dari meditasinya. Ganesha


mengikuti perintah ibunya dan menolak masuk. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan
memukul Siwa dengan tongkat untuk mengusirnya. Bahkan setelah Shiva memberi tahu bocah
itu bahwa dia adalah suami Parvati, Ganesha menolak untuk mengalah dan memukul Shiva lagi
dengan tongkatnya. Maklum, marah karena diusir dari rumahnya sendiri, Siwa memenggal
kepala Ganesha dengan trisulanya.

33
Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah sebagai berikut

1.Atman : roh yang abadi

“Atman (Jiwa) Dalam Agama Hindu”. Para orang suci Hindu menemukan bahwa hidup
manusia bukanlah sebuah kecelakaan atau kebetulan, Tuhan juga tidak bertanggung jawab
atas ketidak- samaan di antara manusia. Menurut agama Hindu, hidup adalah suatu aliran
tanpa henti, tanpa awal tanpa akhir. Segala sesuatu adalah bagian tak terpisahkan dari
keberadaan ini. Segalanya ada dari satu kehidupan kepada kehidupan lain, sampai ia mencapai
pengetahuan yang benar mengenai dirinya sendiri atau sampai terjadi persatuan antara jiwa
individu dengan Tuhan. Menurut ajaran Hindu, Atman atau jiwa berasal dari percikan kecil dari
Brahman yang berada di dalam setiap makhluk hidup.

Atman menurut ajaran Hindu adalah Brahman atau Tuhan yang ada dalam diri manusia.
Atman juga menganut paham hukum sebab akibat. Jika orang di dunia ini berbuat baik, maka
Atmannya akan menuju surga. Sebaliknya jika Atmannya berbuat jahat, maka akan jatuh ke
dalam neraka. Atman yang masuk dalam neraka akan mengalami siksaan sesuai dengan hasil
perbuatannya. Karena itu, Atman menurut ajaran Hindu, terjadi penjelmaan terus menerus
sampai jiwatman sadar akan hakekat dirinya sebagai Atman.

Jika Atman sampai pada kesadaran dirinya sebagai Atman, maka ia terlepas dari
awidya dan mencapai kebahagiaan dan kedamaian yang abadi serta kembali bersatu dengan
asalnya atau Moksa. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), oleh
karena itu data yang diperlukan diperoleh melalui berbagai literatur yang ada relevansinya
dengan masalah yang dibahas, mekanisme penyajian dilakukan dengan penelaahan buku-buku
yang berhubungan dengan pembahasan tentang Atman dalam Hindu. Untuk menyelesaikan
persoalan permasalahan tersebut, maka sumber data primer diambil dari penafsiran Atman
dalam Bhagavad Gita. Selain itu juga sumber data juga diambil dari kitab Upanishad.

Manakala data sekunder diambil dari buku-buku dan sumber bacaan lainnya. Temuan
penelitian adalah bahwa orang yang Atmannya lepas bebas dari duniawi, ia memperoleh
kebahagiaan batin dan mencapai kebahagiaan abadi. Namun jika jiwa mengalami dosa atau
terbelenggu, maka Atman tidak akan kembali kepada Brahman.Karmaphala atau karmapala
yaitu salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu agama Dharma.
Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berfaedah "perbuatan", "aksi", dan phala
berfaedah "buah", "hasil". Karmaphala berfaedah "buah dari perbuatan", patut yang telah
dilakukan maupun yang akan dilakukan.

34
2. Karmapala : buah dari setiap perbuatan

Karmaphala memberi optimisme untuk setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup.
Dalam nasihat ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Apapun yang kita perbuat,
seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima yaitu yang berbuat, dan efeknya
untuk orang lain. Karma Phala yaitu suatu Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan
mendatangkan hasil. Dalam pemikiran Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melewati
pikiran, perbuatan melewati perkataan, dan perbuatan melewati tingkah laku, Ketiganya lah
yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Jikalau perbuatannya patut, hasilnya pasti
patut, demikian pula sebaliknya. Karma Phala terbagi atas tiga, yaitu:

 Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas
perbuatannya di kehidupan sebelumnya)
 Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehikupan kala ini dan
Phalanya akan diterima pada kehidupan kala ini juga)
 Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan kala ini, namun
Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang)masa lampau.

3. Purnabawa : kelahiran kembali jiwa

Kata punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu "punar" (lagi) dan "bhawa"
(menjelma). Jadi Punarbhawa ialah keyakinan terhadap kelahiran yang berulang- ulang yang
disebut juga penitisan atau samsara. Dalam Pustaka suci Weda tersebut dinyatakan bahwa
penjelmaan jiwatman berulang- ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut
samsara. Kelahirannya yang berulang- ulang ini membawa akibat suka dan duka.

Punarbhawa atau samsara terjadi oleh karena jiwatman masih dipengaruhi oleh Wisaya
dan Awidya sehingga kematiannya akan diikuti oleh kelahiran kembali.

Dalam Bhagavad-Gita Sang Krisna berkata:

”Wahai Arjuna, kamu dan Aku telah lahir berulang- ulang sebelum ini, hanya Aku yang tahu
sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan
diikuti oleh kelahiran”.

Segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) pada jiwatma. Bekas-
bekas perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam- macam, jika yang melekat bekas- bekas
keduniawian maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh hal- hal
keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali.

35
Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda, sebagai berikut:

1. Pura Besakih: sifatnya umum untuk semua golongan

Pura Agung Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, berada di lereng
sebelah barat daya Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali. Akses dari Kota
Denpasar untuk mencapai tempat ini berjarak sekitar 25 km ke arah utara dari Kota
Semarapura – Kabupaten Klungkung.

Perjalanan menuju Pura Besakih melewati panorama Bukit Jambul yang juga merupakan salah
satu obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Karangasem.

Letak Pura Besakih sengaja dipilih di desa yang dianggap suci karena letaknya yang
tinggi, yang disebut Hulundang Basukih yang kemudian menjadi Desa Besakih. Nama Besakih
diambildari Bahasa Sansekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti
selamat. Selain itu, nama Pura Besakih didasari pula oleh mithologi Naga Basuki sebagai
penyeimbang Gunung Mandara.

Banyaknya peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras
pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih menunjukkan bahwa sebagai tempat yang
disucikan nampaknya Besakih berasal dari zaman yang sangat tua, jauh sebelum adanya
pengaruh Agama Hindu.

Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri
Hita Karana, dimana penataannya disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur
bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut.
Masing-masing-masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang
disebut “Dewa Catur Lokapala” dimana mandala tengah sebagai porosnya, sehingga kelima
mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.

Penjabaran struktur bangunan Pura Besakih berdasarkan konsep arah mata angin tersebut,
adalah :

1. Pura Penataran Agung Besakih sebagai pusat mandala di arah Tengah dan merupakan
pura terbesar dari kelompok pura yang ada, yang ditujukan untuk memuja Dewa Çiwa;
2. Pura Gelap pada arah Timur untuk memuja Dewa Içwara;
3. Pura Kiduling Kereteg pada arah Selatan untuk memuja Dewa Brahma;
4. Pura Ulun Kulkul pada arah Barat untuk memuja Dewa Mahadewa;

36
5. Pura Batumadeg pada arah Utara untuk memuja Dewa Wisnu.Masyarakat tradisional
Bali selaku kelompok masyarakat budaya dalam mengatur desa selaku daerah
pemukiman .

2. Pura Desa ( kayangan tiga ): khusus untuk kelompok sosial setempat

Pura Desa menjadi tempat pusat kegiatan pelaksanaan upacara untuk kepentingan
desa seperti upacara Ngusaba Desa, pasamuhan batara setelah upacara melis yang
dilaksanakan sebelum upacara Panyepian.

Pada beberapa daerah di Bali, Pura Desa disebut pula dengan nama Pura Bale Agung
atau pura( kayangan tiga ). Nama ini kemungkinan diambil dari nama bangunan Bale Agung
yang terdapat pada bagian halaman pertama dari pura tersebut.

Pura Desa/Bale Agung Desa Pakraman Guliang Kangin, berada di sebelah barat Pura
Puseh, Pura ini didirikan tahun 2001 sebelum pemekaran Banjar Adat Guliang Kangin menjadi
Desa Pakraman Guliang Kangin. Setelah pura ini rampung langsung dilaksanakan Karya
Ngenteg Linggih bersamaan dengan Pura Puseh.

3. Sanggar : khusus untuk leluhur

Sanggar adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan.

1. Selama ini suatu tempat dengan nama "sanggar" biasa digunakan untuk kegiatan
sebagai berikut:
2. Sanggar ibadah: tempat untuk beribadah biasanya di halaman belakang rumah (tradisi
masyarakat Jawa zaman dulu).
3. Sanggar seni: tempat untuk belajar seni (lukis, tari, teater, musik, kriya/kerajinan dll).
4. Sanggar kerja: tempat untuk bertukar fikiran tentang suatu pekerjaan.
5. Sanggar anak: tempat untuk anak-anak belajar suatu hal tertentu di luar kegiatan
sekolah, dll.

Selain sanggar kursus juga merupakan salah satu lembaga pelatihan yang termasuk ke
dalam jenis pendidikan nonformal, sehingga hal ini kadang menimbulkan kerancuan
pemahaman tentang sanggar dan kursus, untuk membedakan hal tersebut dapat kita lihat
dalam penjelasan di bawah ini:

37
~Sanggar dan kursus adalah sama-sama merupakan lembaga pelatihan dan keduanya
termasuk kedalam jenis pendidikan nonformal, tetapi antara sanggar dan kursus memiliki
perbedaan, adapun perbedaan tersebut adalah:

Kursus biasanya hanya mencakup proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar,
sedangkan sanggar mencakup seluruh proses dari awal hingga akhir yaitu mencakup proses
pengenalan (biasanya melalui workshop/pelatihan singkat),pembelajaran, penciptaan atau
membuat karya, dan produksi. contoh: pembelajaran melukis, membuat karya lukis kemudian
pameran, penjualan/pelelangan semua dilakukan di dalam sanggar. Untuk sertifikat sebagian
besar sanggar biasanya tidak memberikan sertifikat, kecuali pada sanggar-sanggar tertentu
yang memang memiliki program untuk memberikan sertifikat pada peserta didiknya.

Kursus biasanya menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam waktu singkat


(kursus menjahit, selama 3 bulan/ 50 jam) jadi pesrta pelatihan dalam lembaga kursus tersebut
hanya menjadi anggota selama 3 bulan saja, setelah itu peserta mendapat sertifikat dan
keanggotaan kursus berakhir, sedangkan pada sanggar seni memiliki masa keanggotaan lebih
lama bahkan terkesan tidak ada batas waktu keanggotaan.

Di Bali terdapat beribu-ribu pura dan sanggah. Masing-masing pura dan sanggah memiliki
tanggal perayaan yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut.

1) Tanggalan Hindu–Bali

Tanggalan Hindu–Bali terdiri atas 12 bulan yang lamanya 355 hari. Sistem perhitungan
dengan sistem Hindu disebut Syuklapaksa. Tahun baru Saka (Nyepi) jatuh pada tanggal satu
bulan kesepuluh.

2) Tanggalan Jawa–Bali

Tanggalan Jawa–Bali terdiri atas 30 wuku. Tiap wuku terdiri atas tujuh hari. Perayaan
yang didasarkan atas perhitungan penanggalan Jawa-Bali misalnya hari raya Galungan dan
Kuningan. Selain itu juga digunakan untuk upacara-upacara sebagai berikut.

a) Manusia yadnya, adalah upacara siklus hidup masa anak-anak sampai dewasa.

b) Dewa yadnya, adalah upacara pada kuil-kuil umum dan keluarga.

c) Resi yadnya, adalah upacara pentahbisan pendeta (mediksa).

d) Buta yadnya, adalah upacara untuk kala dan buta yaitu roh-roh penunggu.

38
DAFTAR PUSTAKA

Baal, J.van editor

1969 Bali, futher studies in life, Thounght and ritual, The Hauge,

Bagus, I Gusti Ngurah

1965 Antropologi dan segi segi pembangunan di Bali Denpasar (stensil)

1965 “sistem pola menetap masyarakat Bali” Denpasar (stensil)

Bateson, G., M. Mead

1942 Balinese character. New York, transations of the New York

Adademy of sciences

“By Bali Tours Club”

Pengantar ilmu Antropologi, Koentjaraningrat

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA, Porf.Dr. Koentjaraningrat

Bulletin. Penataanruang. Net

“Mela Potter Granger Weasley”

Compasiana com

Rimbakita.com

Gurupendidikan.co,id

Luluandhia.blogspot.com/2019

Taribali.baliprov,go,id/

39

Anda mungkin juga menyukai