Anda di halaman 1dari 18

MASYARAKAT KESENIAN SULAWESI

Disusun oleh :
Nama : Rizal Renaldy (2111004)
Firli Indriani (2111009)
Abellio Lintang Pawestri (211005)
Mata Kuliah : Masyarakat & Kesenian.

Dosen Pengampu : Firma Pradesta Amanah, M.Pd.

PRODI SASTRA INGGRIS


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS SATU NUSA LAMPUNG

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Sulawesi adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di antara Pulau
Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Dengan luas wilayah sebesar 174 km², menjadikan
Sulawesi sebagai pulau terbesar ke-11 sedunia. Sulawesi merupakan pulau terbesar kelima di
Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 227 kilometer
persegi. Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi yaitu provinsi Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Barat, dan Gorontalo.
Beberapa suku bangsa masih mendiami wilayah keenam provinsi tersebut. Salah satu
suku yang paling dominan adalah Suku Bugis. Suku Bugis dapat ditemukan di seluruh daerah
yang terdapat di Pulau Sulawesi. Selain Suku Bugis, masih terdapat suku-suku lainnya yang
juga masih kental akan adat istiadat dan budayanya.
1.2 Rumusan Masalah

A. Apa yang mendasari lahirnya Sulawesi?


B. Suku apa saja yang ada di dalamnya?
C. Bagaimana perkembangan budaya di daerah itu?
D. Bagimana keadaan masyarakat di Sulawesi?
E Tradisi apa saja yang berkembang di dalamnya?

1.3 Tujuan

A. Mengenal budaya nusantara khususnya di daerah Sulawesi


B. Mengetahui kebudayaan yang berkembang di daerah Sulawesi
C. Mengetahui adat istiadat dan tradisi di Sulawesi
D Mengetahui pandangan hidup,cara berfikir dan keadaan mansyarakat Sulawesi
E. Menambah wawasan budaya nusantara mahasiswa

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh adalah makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran materi Masyarakat dan Kesenian juga dapat menambah
pengetahuan pembaca terhadap keberagaman Kesenian dan Kebudayaan yang ada di
Pulau Sulawesi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pulau Sulawesi

Dikutip dalam artikel makalah "On the Name Celebes" yang terbit pada 1974 Sabtu,
24 September 2022 oleh Lombokinsider.com, ia menulis bahwa namanya berasal dari
gabungan dua kosa kata lokal. Yakni sula ("pulau") dan besi yang merujuk pada salah satu
mineral. Menurut Watuseke, kata besi ini diduga merujuk pada kandungan besi yang berada
di sekitar Danau Matano, Kabupaten Luwu Timur. Bassi sendiri adalah bahasa Bugis untuk
"besi." Tapi, kata "sula" sulit ditemukan asalnya dalam bahasa lokal, mengingat sebutannya
di lidah orang Bugis adalah "libukeng." Namun, keberadaan nama Pulau Sulabes di Maluku
Utara bisa menjadi petunjuk tentang asal muasal nama Sulawesi.
Dalam artikel ilmiah lain yang ditulis Wahyu Kusdyantono berjudul Terbentuknya
Sulawesi, Alfred Russel Wallace dan Misteri Sulawesi yang Menghantuinya Selama 150
Tahun, di laman resmi Universitas Gajah Mada (UGM), kata Sulawesi juga memiliki makna
besi dalam bahasa Jawa. Sulawesi disebut merupakan penggabungan dua kata yaitu Sula dan
Wesi. Dalam bahasa Jawa, Sula berarti besi dan Wesi, juga bermakna besi.
Orang-orang tua (pakada tomatua) dulu menyebut, pada awalnya tidak ada pulau
Sulawesi, yang ada hanyalah laut di antara dua pulau. Namun kemudian dua pulau tersebut
bertabrakan hingga membentuk pulau Sulawesi yang ada saat ini. Dalam penelitian geologi,
hal itulah yang menjadi sebab pulau Sulawesi memiliki banyak gunung, banyak aliran sungai
dan banyak besi serta emas. Kejadian yang menurut pakada tomatua yang dianggap sebagai
tabrakan memanglah benar adanya. Sebab bentukan pulau Sulawesi saat ini merupakan hasil
dari proses geologi yang sangat kompleks.
Pulau Sulawesi ditemukan pertama kali oleh Alferd Russel Wallace. Wallace adalah
seorang berkebangsaan Inggris yang melakukan perjalanan mengelilingi Indonesia yang
dimulai dari pulau Borneo sampai ke pulau Iria, termasuk ke pulau Sulawesi pada tahun 1856
sampai pada tahun 1862. Ketika Wallace melakukan perjalanan di Sulawesi, perjalanan
pertamanya dimulai dari Ujung Pandang (Makassar) pada bulan September-Desember tahun
1856. Wallace kemudian melanjutkan perjalanannya ke Manado dan Minahasa serta pulau-
pulau kecil disekitarnya pada tahun 1859.
Setelah melakukan perjalanan, Wallace menyatakan bawa posisi Sulawesi lebih
mudah menerima imgran dari semua sisi dibandingkan dengan pulau Jawa. Hal ini
disebabkan oleh letak Sulawesi yang berada di tengah-tengah kepulauan yang sebelah
utaranya berbatasan dengan Filipina, sebelah barat dengan Borneo, sebelah timur dengan
pulau Maluku dan sebelah selatan dengan kelompok Timor.

3
2.2 Persebaran Masyarakat dan Kebudayaan di Pulau Sulawesi

2.2.1 Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi Selatan


tergabung dengan Sulawesi Tenggara di dalam Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara.
Pembentukan provinsi ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964,

Periode terpenting sejarah Sulawesi Selatan adalah pada abad ke 14. Pada saat itu
berdiri kerajaan-kerajaan yang cukup terkenal, seperti Kerajaan Luwu di bawah pemerintahan
dinasti Tomanurung Simpuru Siang, Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone di bawah dinasti
ManurungE, Kerajaan Soppeng di bawah pemerintahan Raja To Manurung Eri Dekkannyili,
dan Kerajaan Tallo dengaraja pertamanya Kara Eng Loeri Sero.

Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan
adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik. Lagu daerah propinsi Sulawesi
Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal
dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri.
Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina
Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.

1. Tarian

Beberapa tarian yang ada di sulawesi selatan :

Tari Pakkarena

Menurut Munasih Nadjamuddin yang seniman Pakarena, tarian Pakarena berawal dari
kisah mitos perpisahan penghuni boting langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino
(bumi) zaman dulu. Sebelum detik-detik perpisahan, boting langi mengajarkan penghuni lino
mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak hingga cara berburu lewat gerakan-
gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual
saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni boting langi.

Tari Angin Mamiri

menceritakan seorang perempuan yang berada di pantai, sedang menunggu kekasihnya yang
berada di laut untuk mencari ikan.

4
Tari Paddupa

merupakan tari tradisional Bugis Makassar yang ditujukan untuk memberikan sambutan
kepada tamu atau pejabat yang hadir dalam suatu acara. Tari Paddupa adalah perwujudan
cipta rasa dan karsa suku Bugis Makassar yang melambangkan penghormatan, keterbukaan
terhadap perkembangn zaman akan tetapi tetap memelihara adat kesopanan sebagai suku
Bugis Makassar.

2. Bahasa daerah

Bahasa Makasar, juga disebut sebagai bahasa Makassar atau Mangkasara' adalah
bahasa yang dituturkan oleh suku Makassar, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa
ini dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya merupakan bagian
dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa
Austronesia.

3. Pakaian daerah

Pakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu.

4. Rumah adat
Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari
Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut
hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga
rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah
adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah,
misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

5. Senjata tradisional

Senjata tradisional dari Sulawesi Selatan adalah badik, pisau yang dirancang
melengkung, dan diberi gagang kayu / besi ukiran khas Makasar.

5
6. Perkawinan

Tata cara upacara pernikahan adat Bugis Makassar melalui berberapa tahapan yaitu:

A'jagang-jagang/Ma'manu-manu
Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar
belakang pihak calon mempelai wanita.

A'suro/Massuro
Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita.

Appa'nasa/Patenre Ada. Usai acara pinangan, dilakukan appa'nasa/patenre ada yaitu


menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas
kawin dan uang belanja

Appanai Leko Lompo (erang-erang). Setelah pinangan diterima secara resmi, maka
dilakukan pertunangan yang disebut A'bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki
mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis)

A'barumbung (mappesau). Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan


acara Mappasikarawa (saling menyentuh).

Alleka bunting (marolla).Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu.

7. Upacara adat

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah
Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan
upacara dukacita/kematian). Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai
ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.

2.2.2 Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara

Provinsi Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang
sebelum daerah yang berada paling ujung utara nusantara ini menjadi Provinsi Daerah
Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus
Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi.

Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah Administrasi


Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya, iaitu : Kabupaten

6
Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud, Boalemo serta Kotamadya
Manado, Bitung dan Gorontalo Selanjutnya seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi
Daerah, maka telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo
sebagai hasil pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang No. 38
Tahun 2000. Ibu kota propinsi Sulawesi Utara adalah Manado.

1. Tarian

Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan.


Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.
Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.

2. Bahasa daerah
Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi dengan logat yang khas.
Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari Bahasa Belanda dan Portugis karena daerah
ini merupakan wilayah jajahan Belanda dan Portugis.
3. Pakaian daerah
Pakaian adat dari Sulawesi Utara sering disebut dengan pakaian Sangihe.Pakaian adat
suku bangsa Sangihe Talaud sejak dulu menggunakan bahan serat kofo.Kofo atau fami
manila adalah sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh di daerah Sangihe talaud yang
berikim tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan benang kofo.Benang kofo ditenun
dengan alat tenun yang disebut “kahuwang”.Pakaian adapt Sangihe Talaud disebut “laku
tepu”.Laku artinya pakaian ,sedang tepu artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian
lehernya agak sempit atau tidak terbuka.

4. Rumah adat.
Dulunya, rumah adat Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. Kalau pun
harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan atau tali ijuk saja, yang kemudian
digantungkan tikar. Sekarang ini, Rumah Pewaris  memiliki beberapa ruang. Misalnya,
Setup Emperan  yang digunakan untuk menerima tamu. Pores , untuk ruang tidur orang tua
dan anak perempuan. Dan sangkor  yang digunakan sebagai lumbung padi.

5. Senjata tradisional
Jenis senjata tradisional khas Sulawesi Utara antara lain adalah, keris, peda, sabel.

7
6. Perkawinan
Proses Pernikahan adat yang selama ini dilakukan di tanah Minahasa telah mengalami
penyesuaian seiring dengan perkembangan jaman. Misalnya ketika proses perawatan calon
pengantin serta acara "Posanan" (Pingitan) tidak lagi dilakukan sebulan sebelum perkawinan,
tapi sehari sebelum perkawinan pada saat "Malam Gagaren" atau malam muda-mudi. Acara
mandi di pancuran air saat ini jelas tidak dapat dilaksanakan lagi, karena tidak ada lagi
pancuran air di kota-kota besar. Yang dapat dilakukan saat ini adalah mandi adat "Lumelek"
(menginjak batu) dan "Bacoho" karena dilakukan di kamar mandi di rumah calon pengantin.
Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan sekarang ini, semua acara / upacara
perkawinan dipadatkan dan dilaksanakan dalam satu hari saja. Pagi hari memandikan
pengantin, merias wajah, memakai busana pengantin, memakai mahkota dan topi pengantin
untuk upacara "maso minta" (toki pintu). Siang hari kedua pengantin pergi ke catatan sipil
atau Departemen Agama dan melaksanakan pengesahan/pemberkatan nikah (di Gereja), yang
kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Pada acara in biasanya dilakukan upacara
perkawinan ada, diikuti dengan acara melempar bunga tangan dan acara bebas tari-tarian
dengan iringan musik tradisional, seperti tarian Maengket, Katrili, Polineis, diriringi Musik
Bambu dan Musik Kolintang.

7. Upacara adat

Upacara Adat Mamu'a Ton'na

Upacara ini merupakan ucapan syukur dan doa permohonan pada Tuhan Yang Maha
Kuasa agar diberi kedamaian, keberuntungan, dan keselamatan di dalam menjalani kehidupan
di tahun yang baru.

Tradisi Mamu’a Ton’na atau Mamu’a berarti membuka dan Ton’na berarti tahun,
bermakna simbolis kaitannya dengan tradisi Mangunsi’n Ton’na atau Mangunsi’n berarti
mengunci dan Ton’na berarti tahun.

Mangunsi’n Ton’na mengandung pengertian meninggalkan tahun lama, sedangkan


Mamu’a Ton’na mengandung pengertian memasuki tahun baru. Kata mangunsi’n dan kata
mamu’a berkonotasi pintu/jalan hidup yang menunjuk pada bumi tempat berpijak atau tempat
kehidupan manusia dimana ada jalan menuju pada kebaikan dan juga ada jalan menuju
kepada kesengsaraan.

8
2.2.3 Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai jenis kesenian yang potensial sehingga
memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Jenis-jenis kesenian tersebut adalah seni tari,
seni ukir dan seni lukis serta seni suara dan seni bunyi. Seni tari, merupakan tarian
masyarakat yang dipersembahkan pada setiap upacara tradisional maupun menjemput tamu-
tamu agung yang diiringi oleh alat musik tradisional antara lain gong, kecapi dan alat tiupan
suling bambu.

Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan dialek yang
berbeda-beda. Perbedaan dialek ini memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Ibukota
propinsi Sulawesi Tenggara adalah Kendari.

1. Tarian

Jenis-jenis seni tari di Sulawesi Tengah adalah :

Tari Umoara

Tari MowindahakoTari Molulo

Tari Ore-ore

Tari Linda

Tari Dimba-dimba

Tari Moide-moide

Tari Honari

2. Bahasa daerah

Kelompok bahasa daerah di Sulawesi Tenggara dan dialeknya masing-masing adalah


sebagai berikut:
Kelompok Bahasa Tolaki, Kelompok Bahasa Muna, Kelompok Bahasa Pongana, Kelompok
Bahasa Walio (Buton), Kelompok Bahasa Walio (Buton), Kelompok Bahasa Cia-Cia,
Kelompok Bahasa Suai.

9
3. Pakaian daerah
Bagi para pemangku adat, pejabat pemerintahan, atau para bangsawan suku Sulawesi
Barat tersebut memiliki pakaian khas yang dikenal dengan nama pakaian Tana' Bulawan.
Sementara bagi masyarakat umum suku Mamasa kerap mengenakan pakaian tradisional
Pellembangan.
4. Rumah adat
Laikas merupakan rumah adat yang terdiri dari tiga lantai, lantai pertama merupakan
tempat kediaman raja, lantai kedua untuk tempat keluargadan ketiga untuk tempat sholat,
pada kiri dan kanan lantai dua terdapat ruangan tempat menenun kain yang bernama bane.

5. Senjata tradisional
Senjata tradisional khas propinsi Sulawesi Tenggara adalah keris.

6. Perkawinan

Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara, dimana di sulawesi
tenggara terdapat 4 suku yaitu Muna, Buton, Tolaki dan Wolio.

Suku Tolaki mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe.
Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. Masyarakat Tolaki umumnya merupakan
peladang dan petani yang handal, hidup dari hasil ladang dan persawahan yang di buat secara
gotong-royong keluarga. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari).

Mowindahako dapat diterjemahkan pesta perkawinan, setelah tiba hari yang telah
disepakati, maka diantarlah pengantin laki-laki ketempat upacara perkawinan dengan
usungan (Sinamba Ulu) atau kendaraan lain.

7. Upacara adat

Tradisi upacara Posuo yang berkembang di Sulawesi Tenggara (Buton) sudah


berlangsung sejak zaman kesultanan Buton. Upacara Posuo diadakan sebagai sarana untuk
peralihan status seorang gadis dari remaja (labuabua) menjadi dewasa (kalambe), serta untuk

10
mempersiapkan mentalnya. Upacara tersebut dilaksanakan selama delapan hari delapan
malam dalam ruangan khusus yang oleh masyarakat setempat disebut dengan suo.

2.2.4 Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi
yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam
beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.

Sehubungan banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula
banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam
masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur
dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur
pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek
daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ibukota dari Propinsi Sulawesi Utara adalah Palu.

1. Tarian

Tarian “Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona, Sulawesi Tengah.


Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang berarti “berputar” dan “pio” yang
berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti “angin berputar”. Makna yang terkandung dalam
ungkapan tersebut adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis
dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda cinta kasih, sehingga
tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta kasih sebenarnya bukan hanya untuk
sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan,
seperti: cinta tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu)
dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antarsesama remaja atau
muda-mudi, sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi.

11
2. Bahasa daerah

Masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara
suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

3. Pakaian daerah

Baju Nggembe adalah busana yang dipakai oleh remaja putri untuk Upacara Adat
atau pesta. Baju Nggembe berbentuk segi empat, berkerah bulat berlengan selebar kain,
panjang blus sampai pinggang dan berbentuk longgar.

4. Rumah adat

Rumah adat atau rumah tradisional khas Sulawesi Tengah adalah Souraja, yakni
bangunan rumah tradisional  yang merupakan tempat tinggal para bangsawan.  Souraja juga
sering disebut Banua Mbaso atau rumah besar yakni  rumah kediaman tidak resmi dari
manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya.

5. Senjata tradisional
Salah satu jenis senjata tradisional yang terkenal di Sulawesi Tengah adalah pasatimpo,
yaitu sejenis parang yang hulunya bengkok dan sarungnya diberi tali, selain jenis parang
adapula berupa tombakyang terdiri atas kanjae dan surampa (bermata tiga seperti senjata
trisula), serta sumpit.

6. Perkawinan

Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang sesuai tahapan atau
Lenggota Lo Nikah. Tahapan pertama disebut Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua
dari priamendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan
anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan
Tolobalango atau Peminangan.Pada malam sehari sebelum akad nikah digelar serangkaian
acara Mopotilandthu (malam pertunangan).

12
7. Upacara adat

Metimbe adalah upacara adat penyembelihan kerbau, yang bertujuan untuk memohon
kepada sang pencipta, agar diberikan keberkahan dan dijauhkan dari marabahaya dan
bencana. Ritual Metimbe berasal dari suku Kulawi.

2.2.5 Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang
dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah
Mamuju. Luas wilayah sekitar 16,796.19 km². dan terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja
(13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%).

”. n 1. Tarian

Potensi Tarian Daerah antara lain  seperti rincian di bawah ini :

 Tari Bamba Manurung


 Tari Ma Bundu
 Tari Motaro
 Tari Bulu Londong
 Tari Tuduq Mandar Pembolongatta
 Tari Tuduq Kumba

2. Bahasa daerah

Bahasa yang menjadi budaya Sulawesi Barat di antaranya bahasa Mandar, bahasa
Toraja, Bugis, Makasar, Jawa serta bahasa Bali.

3. Rumah adat

Rumah Adat Mandar di Sulawesi Barat (Sulbar) biasa disebut sebagai rumah Boyang.
Rumah berbentuk panggung ini terbuat dari bahan kayu terbaik dengan tiang-tiang penopang
yang tinggi menjulang.

4. Upacara adat

13
Pesta Adat Sayyang Pattudu diadakan dalam rangka untuk mensyukuri anak-anak yang
khatam (tamat) Al-Qurâan. Bagi warga suku Mandar, tamatnya anak-anak mereka membaca
30 juz Al-Quran merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu disyukuri secara
khusus dengan mengadakan pesta adat Sayyang Pattudu. Pesta ini biasanya digelar sekali
dalam setahun, bertepatan dengan bulan Maulid Awwal (kalender Hijriyah). Pesta tersebut
menampilkan atraksi kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak-anak yang
mengikuti acara tersebut.

2.2.6 Kebudayaan Provinsi Gorontalo

Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %). Islam
masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar
tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai
dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju Panggola’ di Kelurahan Dembe I,
Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas dalam masyarakat
Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat kebanyakan (tuangolipu),
dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas ini semakin hilang seiring dengan semakin
besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi
rendah dari satu pihak terhadap pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan
sosial seperti ini semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan, gelar, pendidikan,
dan kekayaan ekonomi.

1. Tarian

Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari
Danadana, Zamrah, dan Tari Langga.  Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup
dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat
Kelahiranku), Ambikoko, Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang),
Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung).

2. Bahasa daerah

Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek

14
Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek
Gorontalo.

3. Pakaian daerah

Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan,
khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk
upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau  Paluawala. Pakaian
adat ini  umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau.

4. Rumah adat

Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Pomboide dan
Dulohupa. Rumah adat ini terletak di tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal
Sudirman, Limboto. Dulohupa terletak di di Kelurahan Limba U-2, Kecamatan Kota Selatan,
Kota Gorontalo. Akan tetapi, rumah adat Dulohupa yang satu ini kini tinggal kenangan
karena sudah diratakan dengan tanah. Rumah adat ini digunakan sebagai tempat
bermusyawarat  kerabat kerajaan pada masa lampau.

5. Senjata tradisional

Senjata tradisional dari propinsi Gorontalo adalah senjata tavalla.

6. Perkawinan

Hiasan untuk upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya menggunakan empat


warna utama di atas (merah, hijau, kuning emas, dan ungu). Sebagaimana disebutkan di atas,
masyarakat Gorontalo memiliki pakaian khas tersendiri untuk berbagai upacara adat baik
perkawinan, pengkhitanan, pembaitan, dan penyambutan tamu. Pakaian adat pengantin
disebut Paluawala atau Bili’u.  Pada waktu akad nikah pengantin mengenakan pakaian adapt
yang disebut Wolimomo dan Payungga. Saat itu pengantin pria berada di kamar adat yang
disebut Huwali Lo Humbiya. Paluwala artinya polunete unggala’a to delemo pohla’a,  yakni
suatu ikatan keluarga pada keluarga besar: Duluwo lou limo lo pohala’a Gorontalo, Limboto,
Suwawa, Bolango, dan Atinggola.

Sedangkan Bili’u berasal dari kata bilowato artinya ‘yang diangkat’, yakni sang gadis

15
diangkat dengan memperlihatkan ayuwa  (sikap)  dan popoli  (tingkah laku), termasuk sifat
dan pembawaanya di lingkungan keluarga. Pakaian ini dipakai pada waktu pengantin duduk
bersanding di pelaminan yang disebuat pu’ade atau tempat pelaminan. Kemudian pengantin
mengenakan pakaian Madipungu dan Payunga Tilambi'o,  yaitu pakaian pengantin wanita
tanpa Bayalo Bo”Ute atau hiasan kepala, cukup pakai konde dengan hiasan sunthi dan pria
memakai Payunga Tilambi’o.

7. Upacara adat

Upacara adat tidak akan terlepas dari setiap individu dimanapun  berada. Upacara
tersebut berbeda satu sama lain. Di Gorontalo misalnya, upacara “pambeatan” masih sangat
kental dan masih sering  di lakukan . Hal ini dikarenakan , sudah menjadi tradisi seorang
perempuan ketika memasuki masa remaja melakukan pembeatan atau perjanjian. Pembeatan
juga dapat dilakukan menjelang akad nikah. Menurut Sumakno Katili (47 th) pembeatan
wajib dilakukan bagi seorang gadis yang memasuki akil baligh. Upacara pembeatan ini
terdiri dari beberapa prosesi, diantaranya: Prosesi “Monopolihu lolimu” , Tepuk mayang,
Memecahkan telur, Berjalan di atas piring.

16
BAB III
PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, sebagai berikut;
Budaya yang berkembang di daerah Sulawesi sangat beragam. Pada setiap bagiannya
terdapat banyak suku adat, namun ada suku mayoritas yang menguasai kebudayaan pada
daerah tersebut. Semuanya memiliki karekteristik dan keunikan budaya tersendiri. Mulai dari
pakaian adat, rumah adat, trdisi keagamaan , upacara adat, upacara pemakaman ataupun
pernikahan, perayaan tahunan, dan kesenian daerah berbeda. Tingkat pengetahuan dan
teknologi setiap daerah pun juga berbeda. Semua itu tidak terlepas dari macam-macam
pengaruh yang masuk dalam masyarakat tersebut seperti kepercayan atau agama yang dianut,
cara berfikir dan organisasi massa yang ada dalam masyarakat tesebut.
Kepulauan Sulawesi memiliki beragam seni budaya yang memperkaya khazanah
kebudayaan Indonesia. Sayangnya, pesona seni budaya di kepulauan Sulawesi yang begitu
berpotensi mulai pudar karena tidak adanya perhatian baik dari pemerintahan dan
masyarakat.

4.1.2 Saran
Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik harus menetahui keanekaragaman yang
ada dalam Indonesia. Keanekaragaman budaya harus selalu dijaga dan dilestarikan karena
merupakan asset Negara yang tak ternilai harganya. Namun jangan sampai Karena
keanekaragaman budaya tersebut menjadikan timbulnya konflik atau pun perpecahan dalam
kehidupan bernegara. Sikap saling menghomati dan toleransi harus selalu diterapkan agar
kehidupan menjadi damai.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asis, Abdul. 2010. Persebaran Masyarakat dan Kebudayaann di Sulawesi. Maakassar:


Program Pascasarjana UNM.
Dewi, Gemala. 2010. Nilai Budaya Sulawesi. Depok: Universitas Indonesia.
Syani, Abdullah. 1995. Sosilogi dan Perubahaan Masyarakat. Bandar Lampung:
Pustaka Jaya.
Whitten, A.J.Mustafa, F. dan G.Hendersen. 1987. Kebudayaan Sulawesi. Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
http://rintikhujan111.blogspot.com/2017/05/makalah-kebudayaan-sulawesi.html.
Diakses pada 04 Desember 2022
https://www.scribd.com/doc/202449544/budaya-sulawesi. Diakses pada 04 Desember 2022.

18

Anda mungkin juga menyukai