Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UAS

KKAJIAN BAHASA DAN BUDAYA SASAK

Dosen Pengampu

Dr. Baiq Rismarini Nursaly S.S, M.Hum

Disusun Oleh:

Ahsanul Aini (210201002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA, SENI, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023
A. ANALISIS MATERI
1. Bahasa Sasak
Bahasa Sasak Lombok adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sasak
untuk berkomunikasi sehari-hari yang menjadi bahasa ibu bagi masyarakat
Sasak. Bahasa Sasak terdiri atas empat dialek, yaitu (1) dialek Ngeno Ngene,
(2) dialek Meno Mene, (3) dialek Ngeto Ngete, dan (4) dialekMering Meriku.
Salah satu di antara empat dialek itu disepakati sebagai Bahasa Sasak Umum
oleh para peserta Seminar Ejaan Bahasa Sasak yang diadakan di Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan kebudayaan Nusa Tenggara Barat,
Mataram 1990. Dialek yang disepakati sebagai bahasa Sasak Umum adalah
dialek Ngeno Ngene.

Dalam bidang sintaksis, bahasa Sasak Umum mengenal frasa dan alimat. Ciri
frasa dapat dikelompokkan menjadi (1) ciri arti, (2) cirien dan (3) ciri intonasi.
Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsurnya, frasa dibagi menjadi (1) frasa
nominal, (2) frasa adjektival,dan (3) frasa partikel. Tipe-tipe konstruksi firasa
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tipe konstruksi frasa endosentris dan
tipe konstruksi frasa eksosentris.

Untuk sementara di dalam bahasa Sasak Umum ditemukan empat macam proses
sintaksis, yaitu (1) perluasan yang menghasilkan kalimat luas berbentuk tunggal
(kalimat luas tunggal) dan kalimat luas majmeuk,yaitu kalimat majemuk
bertingkat, (2) penggabungan, yang menghasilkan kalimat majemuk secara dan
kalimat majemuk rapatan, (3) penghilangan,yang menghasilkan kalimat minor
atau kalimat elips. Kalimat minor meliputi: kalimat perintah yang terdiri atas
predikat tanpa subjek, kalimat pendek yang mengatakan seruan, dan kalimat
perintah yang berbentuk pendek biasanya terdiri atas predikat verba, dan
kalimat perintah yang berbentuk pendek dan biasanya terdiri atas predikat
verba, dan (4)pemindahan yang menghasilkan kalimat variasi.

2. Suku Sasak
Suku Sasak Lombok adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan
menggunakan bahasa Sasak Dengan jumlah penduduk sekitar 3 juta jiwa dari
sekitar 4,49 juta jiwa penduduk NTB.

Masyarakat Sasak sebenarnya adalah masyarakat yang rajin. Ketika memiliki


kesempatan bekerja, dijalankannya dengan ketekunan. Mari kita lihat contoh
sebenarnya masyarakat Sasak, yang walaupun hanya memiliki kesempatan
sedikit, mau mengerjakan pekerjaan yang mungkin tidak pernah dicita-citakan
saat masuk Sekolah Dasar dulu. Para petani atau buruh tani Sasak pada pagi-
pagi hari, bahkan ketika ayam atau penduduk lainnya belum bangun, mereka
sudah berada di sawah untuk memanen padi mereka atau padi pemilik sawah.
Penulis sendiri tidak bisa membayangkan, bangun pagi-pagi, di tengah-tengah
dingin dan embun pagi, yang meliputi daun-daun dari padi yang hendak
dipanen, sungguh membutuhkan kesabaran dan kemauan keras demi
menghidupi diri dan keluarga sehari dua hari.

Adalah pantas, dengan demikian, kalau rizki mereka, para petani, (mungkin)
lebih berkah. Belum lagi para peternak, terutama peternak sapi dan kambing,
yang setiap hari harus menyediakan rumput untuk makanan sapi yang sering
sulit didapat, lebih-lebih pada musim kemarau. Tapi mereka tidak putus asa,
hingga rela mencari rumput atau dedaunan lainnya ke tempat lain yang
terkadang membutuhkan pengorbanan tidak hanya tenaga dan waktu tapi juga
uang untuk membayar angkutan. Tidak hanya itu, sejumlah masyarakat Sasak
juga ada yang bekerja hingga ke daerah lain seperti Bali menjadi buruh pasir,
Sumbawa menjadi buruh panen saat musim panen padi.

3. Adat Sasak
Sasak memiliki kebudaya atau tradisi yang cukup asing untuk didengarkan di
telinga masyarakat umum, sebagai contoh kebudayaan atau tradisi bau nyale,
peresean. Bahkan ada tradisi yang unik, kendaraan dilarang masuk pulau dan
yang diperbolehkan hanyalah sepeda, andong yang disebut sikar dan cidomo
kalau di Lombok, tradisi ini ada di pulau 3 Gili yaitu (Gili Air, Gili Meno, Gili
Trawangan) atau yang lebih dikenal dengan disebutan 3 Island In Lombok, dan
masih banyak lagi tradisi unik lainnya.

Menilik salah satu daerah di kecamatan Bayan Lombok Utara, tepatnya


dibagian ujung timur dari Ibukota Lombok Utara yaitu Tanjung. Di daerah
Bayan ini adalah sentral dari suku sasak yang sebenarnya yang ada di Lombok,
karena masyarakat yang ada disana masih mempercayai dan meyakini tradisi
yang dibawa oleh nenek moyang pada zaman dulu, dan masih di lestarikan
sampai saat ini. Sebenarnya di Lombok bagian barat dan timur juga masih
mempercayai tradisi itu, tetapi tidak sekental yang ada di daerah Bayan tersebut.
Bayan sering disebut daerah tertua di Pulau Lombok, yang juga merupakan
pusat berkembangnya budaya yang menyebar ke seluruh pulau Lombok. Seperti
kutipan dari naskah lontar kuno “Adat Saking Gumi Bayan” yang berarti “adat
masyarakat Lombok berpusat dari Gumi Bayan”.

4. Budaya Sasak

Kebudayaan suku Sasak salah satunya adalah Bau Nyale. Tradisi ini merupakan
identitas suku Sasak, sehingga sampai sekarang tradisi unik ini masih
dilaksanakan. Bau Nyale biasa dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal
di daerah pantai di pulau Lombok selatan.

5. Kesenian Sasak
Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Suku Sasak,
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kesenian ini memiliki arti sangat penting dan
penuh makna, karena dahulu diciptakan untuk menyambut kemenangan
pasukan perang pada era kerajaan Lombok.

Seiring berkembangnya waktu, kesenian tradisional ini akhirnya digunakan


untuk memeriahkan arak-arakan dalam acara pernikahan ataupun khitanan.
Karena dalam tradisi masyarakat Lombok, acara pernikahan dan khitanan pasti
disambut dengan sebuah arak-arakan.

Tak hanya arak-arakan, kesenian tradisional ini juga digunakan untuk


menyambut tamu-tamu penting lainnya dan sebagai ajang memperkenalkan
kesenian tradisional tersebut.

6. Kearifan lokal Sasak


Pulau Lombok yang dihuni mayoritas etnis Sasak memiliki keragaman kearifan
lokal. Sejatinya local wisdom itu hingga kini masih dipegang teguh dan cukup
berperan dalam mengatur kehidupan masyarakat di “Gumi Sasak”.

Kearifan lokal itu cukup berperan dakan mengatur sistem sosial


kemasyarakatan etnis Sasak yang mendiami Pulau Lombok. Sasak yang berasal
dari frasa “Sak-Sak” bermakna jalan lurus atau jalan sejati yang harus dilalui
demi keselamatan dunia dan akhirat.

“Gumi Sasak” bermakna yang menjadi tempat tinggal etnis Sasak. Pada
masyarakat Sasak, kearifan lokal merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dengan agama dan adat budaya. Karenanya denyut nadi kehidupan masyarakat
sasak memerlukan cara-cara yang arif dan bijaksana.

Kearifan lokal dalam kehidupan enis Sasak juga tercermin dalam khazanah seni
dan budaya. Karena itu pesan moral kebaikan dari kearifan lokal itu terasa
kental dalam kehidupan berkesenian dan kebudayaan yang tetap lestari dalam
kehidupan masyarakat etnis Sasak di Pulau Lombok.

7. Aksara Sasak
Aksara sasak dibedakan atas tiga kelompok yaitu Aksara Carakan, Aksara
Swalalita, dan Aksara Rekan. Asal usul aksara sasak adalah dari aksara jawa
yang dari segi pelafalan berjumlah 20 buah dengan urutan ha, na, ca, ra, ka, da,
ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Namun, yang diserap ke
dalam aksara sasak hanya 18 buah saja dan disebut aksara baluq olas dengan
urutan ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya.

B. Ketujuh istilah ini tertuju pada orang, situasi dan keadaan yang mengarah pada sebuah
pulau yang bernama pulau Lombok karena ketujuh istilah ini akan menggambarkan
bagaimana pulau Lombok dengan suku yang bernama suku Sasak.
Bahasa Sasak adalah bahasa keseharian bagi penduduk Lombok suku Sasak, maka
sudah tentu bahasa Sasak akan menunjukkan bagaimana orang Sasak Lombok
berbahasa dalam sehari-hari.

Begitu pula dengan suku Sasak yang kebanyakan bertempat dan menghuni pulau yang
bernama pulau Lombok. Suku ini tinggal di pulau Lombok dan kebanyakan pulau
Lombok dihuni oleh suku Sasak.

Adat dan budaya Sasak juga sudah demikian berlangsung di Lombok seperti adat
nyongkola yang hanya dapat kita temukan di Lombok. Budaya bau nyale juga hanya
ada di Lombok.

Aksara Sasak juga digunakan hanya di pulau Lombok jadi sudah tentu akan mengacu
pada pulau Lombok.

C. Yang menjadi benang merah yang menghubungkan ketujuh istilah ini adalah Sasak.
Kata Sasak akan kita cermati mengacu pada bahasa, suku, adat, budaya, kesenian,
kearifan lokal dan aksara Sasak. Semuanya terdapat kata Sasak. Jadi yang menyatukan
ketujuh istilah tersebut adalah kata Sasak.

Anda mungkin juga menyukai