Kelompok III
1. Ayu Lestari
2. Bella Kardina
3. Dena Eka Putri
4. Gusmalinda
5. Loren Septivani
6. Mega Septia
7. Olan Lifra
8. Restia Noviandari
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun.
Penyusunan Makalah Keperawatan Intensif “Kekritisan Sistem Hematologi”
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Intensif pada semester tiga
(ganjil) tahun pelajaran 2023 di STIKES SYEDZA SAINTIKA. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada :
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari duan bagian besar
yaitu plasma darah dan bagian copuskuli.
Spesimen darah sering digunakan untuk pemeriksaan rutin dan lengkap yang
mencakup sel-sel darah dan bagian – bagian lain dari darah, yang meliputi
pemeriksaan hemoglonin, jumlah eritrosit, hematokrit, leukosit, trombosit dan
lainnya. Pada pemeriksaan hematologi rutin selalu menggunakan sample darah
segar.
Darah segar merupakan control yang ideal untuk pemeriksaan darah lengkap
karena secara fisik dan biolgi identik dengan material yang akan digunakan (Van
Dun, 2007). Darah sebagai system transportasi tidak hanya mendistribusikan zat –
zat nutrisi ke jaringan tubuh, lebih dari itu, darah berfungsi mendistribusikan
oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida dari
seluruh tubuh ke paru – paru, serta membawa sisa – sisa metabolisme ke organ
ereksi.
Kelainan pada setiap system elemen darah dapat menimbulkan gangguan
pada fungi – fungsi yang terkait di atas. Pada pembelajaran kali ini, mahasiawa
akan mempelajari lebih lanjut tentang gangguan atau penyakit pada system
hematologi.
B. Tujuan Penulisan
Ada 2 macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum :
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kekritisan
Sistem Hematologi
1
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan kekritisan sistem hematologi
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada
pasien dengan dengan kekritisan sistem hematologi
C. Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan adalah hal yang terkait dengan kekritisan sistem
hematologi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
4. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
a) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani
yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit
merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin
adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna
merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat
darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira
11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki
13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari
asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang
zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,
demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-
duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan
oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan
eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk
piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter
sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah
merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah
lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat
5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per
milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana
eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak
akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa.
Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan
dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin
4
yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi
eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini
sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat
sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua
darah yang beredar.
b) Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun
jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang
dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti
sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel
darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus dinding
kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan
limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel
darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1) Leukosit Bergranula (Granulosit)
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar
60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk
yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil
bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel
segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang
biak serta menghancurkannya
Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya
sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi
infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah
sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan
5
eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil
adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan.
Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah
sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu,
basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut
heparin.
2) Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya
hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit
besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah limfosit.
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan
berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa
dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh
memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen.
Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila
glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu
bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen
untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan
(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam:
1) Neutrofil, terdapat dalam darah
2) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam
jaringan atau rongga tubuh
6
b) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
1) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar
leher)
2) B Limfosit (B Sel)
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak
berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat
memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini
dapat mencengah terjadinya serangan virus.
c) Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah
terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di
dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang
terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin
merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin
segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
5. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:
7
a) Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-
zat sisa metabolisme, hormon, dan air.
b) Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang
aktif ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu
berkisar antara 36 – 37oC.
c) Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel
darah putih.
d) Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
B. Keterampilan Pengkajian Hematologi
Pengkajian umum system hematologi
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi.
Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis
atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan
sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga
tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun
pemeriksaan fisik.
1. Data demografi
a. Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah
klien bila diperlukan tranfusi darah.
c. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.
2. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.
3. Masalah kesehatan klien sekarang
a. Tanda-tanda infeksi
b. Perdarahan
8
c. Warna kulit
d. Dispnea
e. Pica
f. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegali
g. alkoholik
h. Neurologi
i. Pruritus
4. Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien yang
berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
1) Konjunctiva anemis, mukosa pucat anemia
2) Ikhterik/ jaundice hemolisis, heperbilirubinemia
3) Petekie trombositopenia
4) Glositis anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamin B 12
5) Limfadenopati limfoma
b. System integument
a) Pucat - anemia
b) Jaundice- hiperbilirubinemia
c) Koilonisia(kuku seperti sendok)-- anemia defisiensi zat besi
d) Ekimosis dan petekie- trombositopenia
c. System kardiovaskuler
Takikardi S4-- anemia berat dengan gagal jantung
d. Abdomen Splenomegali polisitemia, limfoma
e. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibratio sense) anemia megaloblastik
9
f. System muskuloskleletal
Nyeri tulang/ terderness myeloma multiple
C. Kolaborasi pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
1. Pemeriksaan Hb bila nilainya < 5 g/dl indikasi dilakukan tranfusi meski
tidak ada gejala
2. Pemeriksaan Hct bila nilainya >70 % indikasi dilakukan flebotomi segera
3. Hitung platelet bila nilainya < 10.000.mm2 maka risikoterjadi perdarahan
spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat pada
trauma dan pembedahan, bila > 2.000.000mm2 maka terdapat risiko thrombosis
4. Hitung neutrofil bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi
infeksi
5. Protrombine time (PT) Bila nilainya <1,5x control maka tidak ada peningkatan
risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risiko perdarahan
spontan. Pada PTT Bila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan
risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdarahan spontan.
6. Waktu perdarahan bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdarahan
spontan
7. Antitrombin III Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi
thrombosis spontan
D. Produk darah yang digunakan pada masalah hematologic
a. Darah Lengkap (Whole Blood)
Disimpan pada suhu 2°Csampai 6°C setelah pengambilan ,harus dimulai dalam
waktu 30 menit setelah darah dikeluarkan dari bloodbank (The Clinical Use of
Blood, 2001). Transportasi dipertahankan tetap pada suhu 2°C sampai 10°C
untuk waktu transit maksimal 24 jam (Permenkes No. 91 tahun 2015).
b. Packed Red Cell (PRC)\
Konsentrat sel darah merah dari Whole Blood yang sudah dipisahkan dari
plasmanya. Pengolahan PRC dipisahkan dari WB dilakukan dalam waktu 6
sampai 18 jam pengambilan jika disimpan pada suhu 2°C sampai 6°C ,atau
dipisahkan dalam waktu 24 jam pengambilan jika disimpan pada suhu 20°C
sampai 24°C. Penyimpanan PRC pada suhu 2°C sampai 6°C, atau 2°C sampai
10°C untuk waktu transit maksimal 24 jam (Permenkes No. 91 tahun 2015).
10
c. Fresh Frozen Plasma (FFP)
FFP mengandung faktor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin dengan
kadar normal dalam plasma. Sedikitnya mengandung faktor VIII 70% dari kadar
plasma segar (The Clinical Use of Blood,2001 ).
FFP dipisahkan setelah sentrifugasi dengan putaran cepat dari WB atau platelet
rich plasma dan dibekukan dengan cepat hingga ke intinya yang akan menjaga
fungsi dari faktor koagulasi labil (Faktor VIII). Pembekuan lengkap hingga
mencapai suhu inti di bawah -30° dalam 1 jam kemudian disimpan dalam freezer.
Penyimpanan dan Transportasi
1) Suhu penyimpanan dan lama masa simpan FFP:
11
a) Simpan pada suhu dibawah -25°C ,lama simpan 36 bulan.
b) Suhu penyimpanan antara -18°C hingga -25°C, lamanya masa simpan 3
bulan.
c) Transportasi pada suhu dibawah -25°C .
e. Trombosit
Penyimpanan optimal trombosit harus dipertahankan pada kisaran suhu 20°C
hingga 24°C dengan agitasi. Komponen trombosit didapatkan dengan dua cara
yaitu trombosit diperoleh dari darah lengkap (Single Whole Blood) dan trombosit
yang diperoleh dari sistem apheresis (The Clinical Used of Blood, 2001; AABB,
2004).
E. Askep Syok Septic
a. Definisi
Sepsis adalah bakteri umum generalisasi yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan . ( muscari 2000 )
Sepsis adalah sistemik inflamasi yang berhubungan dengan infeksi yang dapat
menyebabkan kematian .( agenda gawat darurat jilid 3)
Sepsis adalah sindrom yang berkarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala
infeksi yang parah yang berkembang kearah septisma dan syok. ( dongos marilin
E. 2002)
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan adanya penyakitsistemik
simptomatik dan adanya bakteri dalam darah (Behrman, 1998)
b. Etiologi
1. Bakteri Gram (-), dengan prosentase 60-70% kasus.
2. Eksotoksi yang dihasilkan brbagai macam kuman , misalnya S.aurens ,E.
coli.
3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.
12
c. Patofisiologi
13
d. Tanda Dan Gejala
Umum : demam, menggigil, leleh ,malaise , dan gelisah
Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
Saluran nafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
4. System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
5. Hematologi : ikterus, pucat.
e. Klasifikasi
1) Sepsis onset dini
Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20 jam
pertama kehidupan)
Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu
maternal dan coricomnionitis.
2) Sepsis onset lambat
Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
Ditemukan pada bayi cukup bulan
Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local
f. Komplikasi
1) Meningitis
2) Hipoglikemi
3) Asidosis
4) Gagal ginjal
5) Disfungsi miokard
6) Perdarahan intra cranial
7) Icterus
8) Gagal hati
9) Disfungsi system saraf pusat
10) Kematian
11) Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
14
g. Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita
(berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati
yangdiasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler
dalam metabolisme
BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam
tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi
karena kegagalan mekanisme kompensasi
EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard
h. Pencegahan
1) Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
Gram-negatif
2) Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk
mencegah pneumonia Gram–negatif ,nasokomial
15
3) Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian
besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
i. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru
2) Penurunan curah jantungberhubungan dengan perubahan afterload dan
preload
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi
5) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
j. Intervensi
Dx I :
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru
Intervensi
1) Manajemen jalan napas
Aktivitas :
Buka jalan napas dengan teknik mengangkat dagu atau dengan
mendorong rahang sesuai keadaan
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang
potensial
Identifikasi masukan jalan napas baik yang aktual ataupun
potensial
Masukkan jalan napas / nasofaringealsesuai kebutuhan
16
Aukultasi bunyi napas, catat adanya ventilasi yang turun atau yang
hilang dan catat adanya bunyi tambahan
Lakukan pengisapan endotrakeal ataunasotrakeal
Beri bronkodilator jika perlukan
Ajarkan pasien tentang cara penggunaan inhaler
Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika di
perlukan
Atur intake cairan untuk mengoptimalkankeseimbangan cairan
Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu
Monitor pernapasan dan status oksigen
2) Terapi oksigen
Aktivitas :
Bersihkan mulut, hidung dan trakea dari secret
Pertahankan kepatenan jalan napas
Atur peralatan oksigenasi
Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
Berikan oksigen sesuai order, jika di perlukan
Monitor kepatenan aliran oksigen
Observasi adanya tanda-tanda terjadinya hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor saturasi oksigen
Monitor pola napas pasien
Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian terapi
oksigen
Amati adanya sianosis jaringan
Dx II :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
Intervensi:
1) Perawatan Jantung
Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melapor bila
merasakan nyeri dada
17
Evaluasi nyeri dada (intensitas,lokasi,radiasi,durasi, dan
factor pemicux)
Monitor EKG
Lakukan penilaian komperehensif pada sirkulasi (cek nadi
perifer,edema,pengisian ulang kapiler,warna dan suhu)
Monitor Tanda-tanda vital
Lakukan terapi relaksasicatat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
Monitor balance cairan
Catat adanya distritmia jantung
Monitor ttv
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung
Dx III :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi:
1) Pengobatan demam
Aktivitas :
Pantau suhu berkali-kali jika di perlukan
Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar
Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika di
perlukan
Pantau warna kulita dan suhu
Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan
Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran
2) Regulasi temperatur
Aktivitas :
Monitor temperature tiap 2 hari
Monitor temperature BBL hingga stabil
Selalu sediakan alat untuk memonitor suhu inti
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipetermia
18
Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
Bedung BBI langsung estela lahir untuk mencengah kehilangan
panas
19
F. Askep Koagulasi Intravaskuler Diseminata (DIC/disseminated
intravascular coagulopathy)
a) Defenisi
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID/DIC) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam
darah pada daerah tertentu. Dasarnya adalah pembentukan bekuan darah
dalam pembuluh-pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya
tromboplastin jaringan ke dalam darah. Akibat pembekuan ini terjadi
trombositopenia, pemakaian faktor-faktor pembekuan darah dan
fibrinolisis.
b) Etiologi
Perdarahan terjadi karena :
Hipofibrinogemia
Trombositopenia
Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan
fibrinogen)
Fibrinolisis berlebihan
DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
Infeksi (DHF, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika,
infeksi oleh beberapa jenis riketsia)
Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin
intrauterin, emboli cairan amnion)
Setelah operasi (operasi baru, by pass cardiopulmonal, lobektomi,
gastrektomi, splenektomi)
Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)
c) Manifestasi klinis
Terdapat keadaan yang bertentangan yaitu trombosis dan perdarahan
bersama-sama. Perdarahan lebih umum terjadi daripada trombosis, tetapi
trombosis dapat mendominasi bila koagulasi lebih teraktivasi daripada
fibrinolisis. Perdarahan dapat terjadi dimana saja. Perhatikan terutama bila
terjadi perdarahan spontan dan hematoma pada luka atau pengambilan
20
21
darah vena. Trombosis umumnya ditandai dengan iskemia jari- jari tangan
dan gangren, mungkin pula nekrosis korteks renal dan infark adrenal
hemoragik. Secara sekunder dapat mengakibatkan anemia hemolitik
mikroangiopati.
d) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipofibrinogemia, peningkatan
produk hasil degradasi fibrin (D-dimer yang paling sensitif),
trombositopenia dan waktu protrombin yang memanjang (long
prothrombin time)
e) Komplikasi
Syok
Nekrosis tubular akut
Edema pulmoner
Gagal ginjal kronis
Konvulsi
Koma
Gagal sistem organ besar
f) Penatalaksanaan
Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv tiap
4-6 jam. Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam,
setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga normal.
Terapi pengganti. Darah atau PRC diberikan untuk mengganti
darah yang keluar. Bila dalam pengobatan yang baik, jumlah
trombosit tetap rendah dalam waktu sampai seminggu, berarti
tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan, sehingga
dalam keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate.
Obat penghambat fibrinolitik. Pemakaian Epsilon Amino Caproic
Acid (EACA) atau asam traneksamat untuk menghambat
fibrinolisis sama sekali tidak boleh dilakukan, karena akan
menyebabkan trombosis. Bila perlu sekali, baru boleh diberikan
22
A. Kesimpulan
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari duan bagian besar
yaitu plasma darah dan bagian copuskuli. Kelainan pada setiap system elemen
darah dapat menimbulkan gangguan pada fungi – fungsi yang terkait.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah kepada mahasiswa hendaknya lebih
meningkatkan kompetensi dan wawasan tentang kekritisan sistem hematologi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia