Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN INTENSIF

Dosen Pembimbing : Ns. Roza Marlinda, MSN

Judul : Kekritisan Sistem Hematologi

Kelompok III

1. Ayu Lestari
2. Bella Kardina
3. Dena Eka Putri
4. Gusmalinda
5. Loren Septivani
6. Mega Septia
7. Olan Lifra
8. Restia Noviandari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun.
Penyusunan Makalah Keperawatan Intensif “Kekritisan Sistem Hematologi”
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Intensif pada semester tiga
(ganjil) tahun pelajaran 2023 di STIKES SYEDZA SAINTIKA. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada :

1. Ns. Roza Marlinda, MSN. Dosen pembimbing mata kuliah keperawatan


intensif

2. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan


makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Maka dalam


kesempatan ini mohon untuk para pembaca agar berkenan memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Padang, Februari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
C. Ruang lingkup ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi ..................................... 3


B. Keterampilan Pengkajian Hematologi ............................................ 8
C. Kolaborasi pemeriksaan diagnostic dan laboratorium ..................... 10
D. Produk darah yang digunakan pada masalah hematologi ................ 10
E. Askep Syok Septic ........................................................................ 12
F. Askep Koagulasi Intravaskuler Diseminata (DIC/disseminated
intravascular coagulopathy)............................................................ 19

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari duan bagian besar
yaitu plasma darah dan bagian copuskuli.
Spesimen darah sering digunakan untuk pemeriksaan rutin dan lengkap yang
mencakup sel-sel darah dan bagian – bagian lain dari darah, yang meliputi
pemeriksaan hemoglonin, jumlah eritrosit, hematokrit, leukosit, trombosit dan
lainnya. Pada pemeriksaan hematologi rutin selalu menggunakan sample darah
segar.
Darah segar merupakan control yang ideal untuk pemeriksaan darah lengkap
karena secara fisik dan biolgi identik dengan material yang akan digunakan (Van
Dun, 2007). Darah sebagai system transportasi tidak hanya mendistribusikan zat –
zat nutrisi ke jaringan tubuh, lebih dari itu, darah berfungsi mendistribusikan
oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida dari
seluruh tubuh ke paru – paru, serta membawa sisa – sisa metabolisme ke organ
ereksi.
Kelainan pada setiap system elemen darah dapat menimbulkan gangguan
pada fungi – fungsi yang terkait di atas. Pada pembelajaran kali ini, mahasiawa
akan mempelajari lebih lanjut tentang gangguan atau penyakit pada system
hematologi.
B. Tujuan Penulisan
Ada 2 macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum :
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kekritisan
Sistem Hematologi

1
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan
kekritisan sistem hematologi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan kekritisan sistem hematologi
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada
pasien dengan dengan kekritisan sistem hematologi
C. Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan adalah hal yang terkait dengan kekritisan sistem
hematologi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi


1. Defenisi Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri.
2. Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).
3. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.Di
dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
a) Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotic
b) Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibody
c) Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan
darah.
Plasma darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas,
fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan
serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat
antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.

3
4. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
a) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani
yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit
merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin
adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna
merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat
darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira
11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki
13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari
asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang
zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang,
demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-
duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan
oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan
eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk
piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter
sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah
merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah
lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat
5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per
milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana
eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak
akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa.
Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan
dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin
4
yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi
eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini
sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat
sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua
darah yang beredar.
b) Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun
jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang
dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti
sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel
darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus dinding
kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan
limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel
darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1) Leukosit Bergranula (Granulosit)
 Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar
60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk
yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil
bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel
segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang
biak serta menghancurkannya
 Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya
sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi
infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah
sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan
5
eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil
adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.
 Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan.
Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah
sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu,
basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut
heparin.
2) Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
 Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya
hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit
besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah limfosit.
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
 Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan
berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa
dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh
memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen.
Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila
glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu
bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen
untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan
(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam:
1) Neutrofil, terdapat dalam darah
2) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam
jaringan atau rongga tubuh
6
b) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
1) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar
leher)
2) B Limfosit (B Sel)
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak
berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat
memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini
dapat mencengah terjadinya serangan virus.
c) Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah
terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di
dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang
terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin
merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin
segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
5. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:

7
a) Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-
zat sisa metabolisme, hormon, dan air.
b) Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang
aktif ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu
berkisar antara 36 – 37oC.
c) Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel
darah putih.
d) Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
B. Keterampilan Pengkajian Hematologi
Pengkajian umum system hematologi
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi.
Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis
atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan
sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga
tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun
pemeriksaan fisik.
1. Data demografi
a. Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah
klien bila diperlukan tranfusi darah.
c. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.
2. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.
3. Masalah kesehatan klien sekarang
a. Tanda-tanda infeksi
b. Perdarahan
8
c. Warna kulit
d. Dispnea
e. Pica
f. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegali
g. alkoholik
h. Neurologi
i. Pruritus
4. Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien yang
berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
1) Konjunctiva anemis, mukosa pucat anemia
2) Ikhterik/ jaundice hemolisis, heperbilirubinemia
3) Petekie trombositopenia
4) Glositis anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamin B 12
5) Limfadenopati limfoma
b. System integument
a) Pucat - anemia
b) Jaundice- hiperbilirubinemia
c) Koilonisia(kuku seperti sendok)-- anemia defisiensi zat besi
d) Ekimosis dan petekie- trombositopenia
c. System kardiovaskuler
Takikardi S4-- anemia berat dengan gagal jantung
d. Abdomen Splenomegali polisitemia, limfoma
e. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibratio sense) anemia megaloblastik
9
f. System muskuloskleletal
Nyeri tulang/ terderness myeloma multiple
C. Kolaborasi pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
1. Pemeriksaan Hb bila nilainya < 5 g/dl indikasi dilakukan tranfusi meski
tidak ada gejala
2. Pemeriksaan Hct bila nilainya >70 % indikasi dilakukan flebotomi segera
3. Hitung platelet bila nilainya < 10.000.mm2 maka risikoterjadi perdarahan
spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat pada
trauma dan pembedahan, bila > 2.000.000mm2 maka terdapat risiko thrombosis
4. Hitung neutrofil bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi
infeksi
5. Protrombine time (PT) Bila nilainya <1,5x control maka tidak ada peningkatan
risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risiko perdarahan
spontan. Pada PTT Bila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan
risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdarahan spontan.
6. Waktu perdarahan bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdarahan
spontan
7. Antitrombin III Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi
thrombosis spontan
D. Produk darah yang digunakan pada masalah hematologic
a. Darah Lengkap (Whole Blood)
Disimpan pada suhu 2°Csampai 6°C setelah pengambilan ,harus dimulai dalam
waktu 30 menit setelah darah dikeluarkan dari bloodbank (The Clinical Use of
Blood, 2001). Transportasi dipertahankan tetap pada suhu 2°C sampai 10°C
untuk waktu transit maksimal 24 jam (Permenkes No. 91 tahun 2015).
b. Packed Red Cell (PRC)\
Konsentrat sel darah merah dari Whole Blood yang sudah dipisahkan dari
plasmanya. Pengolahan PRC dipisahkan dari WB dilakukan dalam waktu 6
sampai 18 jam pengambilan jika disimpan pada suhu 2°C sampai 6°C ,atau
dipisahkan dalam waktu 24 jam pengambilan jika disimpan pada suhu 20°C
sampai 24°C. Penyimpanan PRC pada suhu 2°C sampai 6°C, atau 2°C sampai
10°C untuk waktu transit maksimal 24 jam (Permenkes No. 91 tahun 2015).
10
c. Fresh Frozen Plasma (FFP)
FFP mengandung faktor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin dengan
kadar normal dalam plasma. Sedikitnya mengandung faktor VIII 70% dari kadar
plasma segar (The Clinical Use of Blood,2001 ).
FFP dipisahkan setelah sentrifugasi dengan putaran cepat dari WB atau platelet
rich plasma dan dibekukan dengan cepat hingga ke intinya yang akan menjaga
fungsi dari faktor koagulasi labil (Faktor VIII). Pembekuan lengkap hingga
mencapai suhu inti di bawah -30° dalam 1 jam kemudian disimpan dalam freezer.
Penyimpanan dan Transportasi
1) Suhu penyimpanan dan lama masa simpan FFP:

(a) -20 ° C hingga - 24 ° C, lama masa simpan 3 bulan

(b) -25 ° C hingga - 29 ° C, lama masa simpan 6 bulan

(c) -30 ° C hingga - 39 ° C, lama masa simpan 1 tahun

(d) -40 ° C hingga - 64 ° C, lama masa simpan 2 tahun


(e) -65 ° C atau di lama masa simpan 7 tahun
bawahnya

2) Transportasi pada suhu dibawah -25 °C


3) FFP tidak boleh dibekukan ulang setelah thawing (Permenkes No. 91 tahun
2015).
d. Cryoprecipitate/ AHF (Anti Hemophilic Factor)
Komponen darah yang berisi fraksi krioglobulin plasma. Faktor VIII, Faktor XIII,
Faktor Von Willebrand, Fibrinogen dan Fibronectin dengan kadar yang
signifikan.
Pengolahan AHF berasal dari FFP beku yang dithawing/dicairkan semalaman
(overnight) pada suhu 2°C hingga 6°C. Kemudian disentrifugasi menggunaan
pemutaran cepat pada suhu 2°C sampai 6°C.
Plasma yang sudah miskin cryoprecipitate dipindahkan dan dibekukan ulang.
Cryoprecipitate dibekukan dengan cepat.
Penyimpanan dan Transportasi

11
a) Simpan pada suhu dibawah -25°C ,lama simpan 36 bulan.
b) Suhu penyimpanan antara -18°C hingga -25°C, lamanya masa simpan 3
bulan.
c) Transportasi pada suhu dibawah -25°C .
e. Trombosit
Penyimpanan optimal trombosit harus dipertahankan pada kisaran suhu 20°C
hingga 24°C dengan agitasi. Komponen trombosit didapatkan dengan dua cara
yaitu trombosit diperoleh dari darah lengkap (Single Whole Blood) dan trombosit
yang diperoleh dari sistem apheresis (The Clinical Used of Blood, 2001; AABB,
2004).
E. Askep Syok Septic
a. Definisi
Sepsis adalah bakteri umum generalisasi yang biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan . ( muscari 2000 )
Sepsis adalah sistemik inflamasi yang berhubungan dengan infeksi yang dapat
menyebabkan kematian .( agenda gawat darurat jilid 3)
Sepsis adalah sindrom yang berkarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala
infeksi yang parah yang berkembang kearah septisma dan syok. ( dongos marilin
E. 2002)
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan adanya penyakitsistemik
simptomatik dan adanya bakteri dalam darah (Behrman, 1998)
b. Etiologi
1. Bakteri Gram (-), dengan prosentase 60-70% kasus.
2. Eksotoksi yang dihasilkan brbagai macam kuman , misalnya S.aurens ,E.
coli.
3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.

12
c. Patofisiologi

13
d. Tanda Dan Gejala
Umum : demam, menggigil, leleh ,malaise , dan gelisah
Saluran cerna : distensi abdomen ,anoreksia , muntah dan diare.
Saluran nafasan : apsnea ,dipsnea, sianosis .
4. System kardiovaskuler : pucat,hipotensi bradikardi.
5. Hematologi : ikterus, pucat.
e. Klasifikasi
1) Sepsis onset dini
 Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
 Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20 jam
pertama kehidupan)
 Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu
maternal dan coricomnionitis.
2) Sepsis onset lambat
 Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran
 Ditemukan pada bayi cukup bulan
 Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local
f. Komplikasi
1) Meningitis
2) Hipoglikemi
3) Asidosis
4) Gagal ginjal
5) Disfungsi miokard
6) Perdarahan intra cranial
7) Icterus
8) Gagal hati
9) Disfungsi system saraf pusat
10) Kematian
11) Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)

14
g. Pemeriksaan Penunjang
 Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
 Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
 SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita
(berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
 Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
 Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
 PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati
yangdiasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
 Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
 Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler
dalam metabolisme
 BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.
 GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam
tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi
karena kegagalan mekanisme kompensasi
 EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard
h. Pencegahan
1) Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri
Gram-negatif
2) Berikan semprotan ( spray) polimiksin pada faring posterior untuk
mencegah pneumonia Gram–negatif ,nasokomial
15
3) Lingkungan yang protektif pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian
besar infeksi berasal dari dalam ( endogen )
i. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru
2) Penurunan curah jantungberhubungan dengan perubahan afterload dan
preload
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi
5) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
j. Intervensi
Dx I :
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru
Intervensi
1) Manajemen jalan napas
Aktivitas :
 Buka jalan napas dengan teknik mengangkat dagu atau dengan
mendorong rahang sesuai keadaan
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang
potensial
 Identifikasi masukan jalan napas baik yang aktual ataupun
potensial
 Masukkan jalan napas / nasofaringealsesuai kebutuhan

 Keluarkan secret dengan batuk atausuction /pengisapan

 Dorong napas dalam, pelan batuk


 Ajarkan bagaimana cara batuk efektif
 Kaji keinsetifan spirometer

16
 Aukultasi bunyi napas, catat adanya ventilasi yang turun atau yang
hilang dan catat adanya bunyi tambahan
 Lakukan pengisapan endotrakeal ataunasotrakeal
 Beri bronkodilator jika perlukan
 Ajarkan pasien tentang cara penggunaan inhaler
 Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika di
perlukan
 Atur intake cairan untuk mengoptimalkankeseimbangan cairan
 Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu
 Monitor pernapasan dan status oksigen
2) Terapi oksigen
Aktivitas :
 Bersihkan mulut, hidung dan trakea dari secret
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Atur peralatan oksigenasi
 Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
 Berikan oksigen sesuai order, jika di perlukan
 Monitor kepatenan aliran oksigen
 Observasi adanya tanda-tanda terjadinya hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor pola napas pasien
 Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian terapi
oksigen
 Amati adanya sianosis jaringan

Dx II :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.
Intervensi:
1) Perawatan Jantung
 Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melapor bila
merasakan nyeri dada
17
 Evaluasi nyeri dada (intensitas,lokasi,radiasi,durasi, dan
factor pemicux)
 Monitor EKG
 Lakukan penilaian komperehensif pada sirkulasi (cek nadi
perifer,edema,pengisian ulang kapiler,warna dan suhu)
 Monitor Tanda-tanda vital
 Lakukan terapi relaksasicatat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output
 Monitor balance cairan
 Catat adanya distritmia jantung
 Monitor ttv
 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
 Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung
Dx III :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi:
1) Pengobatan demam
Aktivitas :
 Pantau suhu berkali-kali jika di perlukan
 Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar
 Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika di
perlukan
 Pantau warna kulita dan suhu
 Pantau tekanan darah, nadi dan pernapasan
 Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran
2) Regulasi temperatur
Aktivitas :
 Monitor temperature tiap 2 hari
 Monitor temperature BBL hingga stabil
 Selalu sediakan alat untuk memonitor suhu inti
 Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipetermia
18
 Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
 Bedung BBI langsung estela lahir untuk mencengah kehilangan
panas

19
F. Askep Koagulasi Intravaskuler Diseminata (DIC/disseminated
intravascular coagulopathy)
a) Defenisi
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID/DIC) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam
darah pada daerah tertentu. Dasarnya adalah pembentukan bekuan darah
dalam pembuluh-pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya
tromboplastin jaringan ke dalam darah. Akibat pembekuan ini terjadi
trombositopenia, pemakaian faktor-faktor pembekuan darah dan
fibrinolisis.
b) Etiologi
Perdarahan terjadi karena :
 Hipofibrinogemia
 Trombositopenia
 Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan
fibrinogen)
 Fibrinolisis berlebihan
DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
 Infeksi (DHF, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika,
infeksi oleh beberapa jenis riketsia)
 Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin
intrauterin, emboli cairan amnion)
 Setelah operasi (operasi baru, by pass cardiopulmonal, lobektomi,
gastrektomi, splenektomi)
 Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)
c) Manifestasi klinis
Terdapat keadaan yang bertentangan yaitu trombosis dan perdarahan
bersama-sama. Perdarahan lebih umum terjadi daripada trombosis, tetapi
trombosis dapat mendominasi bila koagulasi lebih teraktivasi daripada
fibrinolisis. Perdarahan dapat terjadi dimana saja. Perhatikan terutama bila
terjadi perdarahan spontan dan hematoma pada luka atau pengambilan

20
21

darah vena. Trombosis umumnya ditandai dengan iskemia jari- jari tangan
dan gangren, mungkin pula nekrosis korteks renal dan infark adrenal
hemoragik. Secara sekunder dapat mengakibatkan anemia hemolitik
mikroangiopati.
d) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipofibrinogemia, peningkatan
produk hasil degradasi fibrin (D-dimer yang paling sensitif),
trombositopenia dan waktu protrombin yang memanjang (long
prothrombin time)
e) Komplikasi
 Syok
 Nekrosis tubular akut
 Edema pulmoner
 Gagal ginjal kronis
 Konvulsi
 Koma
 Gagal sistem organ besar
f) Penatalaksanaan
 Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
 Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv tiap
4-6 jam. Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam,
setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga normal.
 Terapi pengganti. Darah atau PRC diberikan untuk mengganti
darah yang keluar. Bila dalam pengobatan yang baik, jumlah
trombosit tetap rendah dalam waktu sampai seminggu, berarti
tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan, sehingga
dalam keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate.
 Obat penghambat fibrinolitik. Pemakaian Epsilon Amino Caproic
Acid (EACA) atau asam traneksamat untuk menghambat
fibrinolisis sama sekali tidak boleh dilakukan, karena akan
menyebabkan trombosis. Bila perlu sekali, baru boleh diberikan
22

sesudah heparin disuntikkan. Lama pengobatan tergantung dari


perjalanan penyakit primernya. Bila penyakit primernya dapat
diatasi cepat, misalnya komplikasi kehamilan dan sepsis,
pengobatan DIC hanya perlu untuk 1-2 hari. Pada keganasan
leukemia dan penyakit-penyakit lain dimana pengobatan tidak
efektif, heparin perlu lebih lama diberikan. Pada keadaan ini
sebaiknya diberikan heparin subkutan secara berkala. Antikoagulan
lain jarang diberikan. Sodium warfarin kadang-kadang
memberikan hasil baik.
g) Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar dan data fokus yang dapat ditemukan meliputi
perdarahan abnormal pada semua sistem dan prosedur invasif,
antara lain :

a. Kulit dan membran mukosa perembesan difusi darah atau


plasma, ptekiae, purpura yang teraba (pada awalnya di dada dan
abdomen), bula hemoragi, hemoragi subkutan, hematoma, luka
bakar karena plester, sianosis akral
b. Sistem GI mual, muntah, uji guaiak positif pada
emesis/aspirasi nasogastrik dan feses, nyeri hebat pada
abdomen, peningkatan lingkar abdomen
c. Sistem urinaria hematuria, oliguria
d. Sistem pernafasan dispnea, takipnea, sputum mengadung
darah
e. Sistem kardiovaskular hipotensi meningkat, hipotensi
postural, frekwensi jantung meningkat, nadi perifer tak teraba
f. Sistem syaraf perifer perubahan tingkat kesadaran, gelisah,
ketidastabilan vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal nyeri otot, sendi dan punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi insisi operasi, uterus
postpartum, fundus mata (perubahan visual)
23

i. Prosedur invasif suntikan, iv, kateter arterial dan selang


nasogastrik atau dada, dan lain-lain
2. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan : ginjal, serebral,
kardiopulmoner, gastrointestinal atau perifer berhubungan
dengan terganggunya aliran/sirkulasi darah ditandai dengan
perdarahan
Tujuan : perfusi jaringan dapat dipertahankan atau ditingkatkan
secara adekuat dengan kriteria tanda vital stabil, tidak ada tanda
perdarahan lanjut dan sisi bekas pungsi pulih
Rencana tindakan :
Pertahankan akses vena dengan menggunakan teknik aseptik
Berikan heparin iv dan plasma segar beku, trombosit dan produk
darah lain sesuai pesanan ; kaji respon/reaksinya
Observasi terhadap perdarahan pada sisi pungsi vena atau bekuan
pada ujung kateter ; pasang balutan ketat bila diperlukan
Pantau tekanan arterial dan tanda vital setiap 30-60 menit
Kaji status neurologi setiap 30-60 menit, laporkan bila ada
perubahan
 Auskultasi dada dan jantung serta bunyi nafas setiap jam,
laporkan bila ada perubahan
 Pantau pemeriksaan laboratorium, laporkan
keadaan asidosis segera
 Panta efek terapi oksigen bila diberikan
 Kaji peningkatan tekanan darah atau hemoragi
 Ukur masukan dan haluaran, perhatikan balutan
 Ukur lingkar abdomen bila dicurigai terjadi pedarahan GI
 Berikan dengan hati-hati perawatan sesuai dengan
kebutuhan
 Lindung klien dari trauma
24

b. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan


Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil klien
mengatakan merasa nyaman, postur tubuh dan wajah relaks
Rencana tindakan :
 Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri (gunakan skala tingkat
nyeri)
 Baringkan klien pada posisi yang nyaman
 Bantu dengan memberikan perawatan ketika klien mengalami
perdarahan hebat atau mengalami rasa tidak nyaman
 Pertahankan lingkungan yang tenang
 Berikan waktu istirahat yang cukup
 Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti terapi
musik, imajinasi
 Berikan analgesik sesuai pesanan, kaji keefektifannya

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian


Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil
klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, berpartisipasi
dalam perawatan, menggunakan tindakan koping positif, gejala
ansietas tidak ada
Rencana tindakan :
 Kaji tingkat ketakutan klien dan pemahamannya tentang kondisi
sekarang bila memungkinkan
 Pertahankan lingkungan yang tenang dan tidak menimbulkan
stress
 Siapkan keluarga atau orang terdekat untuk mendampingi klien
 Berikan support kepada klien saat sedang ansietas
25

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari duan bagian besar
yaitu plasma darah dan bagian copuskuli. Kelainan pada setiap system elemen
darah dapat menimbulkan gangguan pada fungi – fungsi yang terkait.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah kepada mahasiswa hendaknya lebih
meningkatkan kompetensi dan wawasan tentang kekritisan sistem hematologi.
26

DAFTAR PUSTAKA

Anokwuru, C.P. 1, Anyasor, G.N.1, Ajibaye O.2, Fakoya O.1, O. P. . (2011).


Stroke.11(2), 10–14. https://doi.org/10.16194/j.cnki.31-1059/g4.2011.07.016

American Heart Association. (2015). Hemorrhagic Strokes


(Bleeds).
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/ypesofStroke
/HemorrhagicBleeds/HemorrhagicStrokesBleeds_UCM_310940_Article.jsp
Ariani, T. A. (2012). Sistem Neourobehaviour. Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil
Utama Riset Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember
2013.

Marsh JD. Keyrouz SG. (2010). Stroke Prevention and


Treatment. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2009.12.072.

Marya, R. K. (2013). Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit.


BINARUPA AKSARA Publisher.

Stroke Forum. (2015). Epidemiology of Stroke.


http://www.strokeforum.com/stroke-background/epidemiology.html

Khaerunnisa, N., & Rahmawati. (2019). PENERAPAN SENAM KAKI PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN DAN PROTEKSI (INTEGRITAS KULIT/JARINGAN) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MAMAJANG. 09(02), 46–54.
27

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai