Anda di halaman 1dari 31

MODEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN

KESEHATAN

Mata kuliah :KOMUNIKASI


Dosen Pengampu :NURHAENI , M.Si

Disusun Oeh :
 Alisya Gita Putri T. (1913353028)
 Filda sari dani (1913353011)
 Dita Rahmaini (1913353001)
 Iqbal Ubaydillah (1913353032)
 Saimin (1913353018)
 Nur Dewi A (1913353024)
 Natasha Safitri (1913353006)
 Sahanaz Zaqiyah d (1913353036)
 Vinny Tias Palupi (1913353040)
 Azzahra Arbelia R (1913353050)
 Annisa Salma Z (1913353045)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul“MODEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN”
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran demi
memperbaiki makalah kami di masa depan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dipahami oleh
siapapun yang membacanya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
menambah wawasan tentang komunikasi .

Bandar Lampung, Maret 2020

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI................................................................................7
FUNGSI KOMUNIKASI...............................................................................................10
2.2. PENGERTIAN KOMUNIKASI KESEHATAN.....................................................11
2.3. Komponen Komunikasi Kesehatan..........................................................................12
2.4. Tujuan Komunikasi Kesehatan................................................................................13
Tujuan strategis............................................................................................................14
Tujuan Praktis..............................................................................................................14
2.5. Manfaat komunikasi kesehatan...............................................................................15
2.5. BENTUK KOMUNIKASI KESEHATAN..............................................................16
Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian................................................................16
2. Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga....................................................18
3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat............................................................19
2.6. PERAN KOMUNIKASI KESEHATAN.................................................................21
2.7. MODEL - MODELKOMUNIKASI.........................................................................23
BAB III.................................................................................................................................31
PENUTUP............................................................................................................................31
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................31
3.2 SARAN........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan de-


ngan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu
dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berin-teraksi dengan orang
lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan
interaksi antar individu dalam berhubungan dengan yang lain .
Dalam kehidupan sehari-hari, atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam
menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepas dari keberadaan orang lain.
Hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalan-kan tugasnya,
baik kepada teman sejawat, tim kesehatan yang lain maupun kepada klien dan
keluarga klien. Kepentingan perawat untuk mendapatkan atau menyampaikan laporan
yang jelas dan lengkap dari teman sejawat (pera-wat) yang jaga dinas sebelumnya,
menerima order atau menyampaikan per-kembangan klien kepada tim kesehatan lain
(dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas kesehatan yang lain) serta
menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada klien dan keluarga klien adalah
contoh betapa pentingnya komunikasi yang efektif bagi perawat dalam menjalankan
tugasnya.
Masalah kesehatan dan masalah penyakit, tidak semata-mata bersumber dari
kelalaian individu, kelalaian keluarga, kelalaian kelompok atau komunitas.
Kebanyakan penyakit yang diderita individu maupun penyakit yang ada di komunitas
masyarakat pada umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas
berbagai informasi kesehatan yang diterima. Komunikasi kesehatan mencakup
pemanfaatan jasa komunikasi untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya peningkatan dan
pengelolaan kesehatan oleh individu maupun komunitas masyarakat.
Selain itu, komunikasi kesehatan juga meliputi kegiatan menyebarluaskan
informasi tentang kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku hidup sehat,
menciptakan kesadaran, mengubah sikap dan memberikan motivasi pada individu
untuk mengadopsi perilaku sehat yang direkomendasikan menjadi tujuan utama
komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan memberi kontribusi dan menjadi
bagian dari upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan.
Komunikasi kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks dalam
bidang kesehatan, termasuk didalamnya 1) hubungan antara ahli medis dengan
pasien, 2) daya jangkau individu dalam mengakses serta memanfaatkan informasi
kesehatan, 3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang harus dijalani serta
kepatuhan dalam melakukan saran medis yang diterima, 4) bentuk penyampaian
pesan kesehatan dan kampanye kesehatan 5) penyebaran informasi mengenai resiko
kesehatan pada individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar profil
kesehatan di media massa dan budaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan
bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan dan 8)
perkembangan aplikasi program seperti telekesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

2. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi dalam pelayanan kesehatan?


3. Apa saja jenis atau model atau bentuk dari komunikasi kesehatan?
4. Apa tujuan adanya komunikasi kesehatan?
5. Apa fungsi dari komunikasi kesehatan ?
6. Apa persn komunikasi kesehatan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi dalam Kesehatan
2. Untuk mengetahu jenis atau bentuk atau model dari Komunikasi Kesehatan
3. Untuk mengetahi tujuan dari adanya Komunikasi Kesehatan
4. Untuk mengetahui fungsi dari Komunikasi Kesehatan
5. Untuk mengetahui peran Komnikasi Kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Coomunicare yang berarti


berpartisi-pasi atau memberitahukan. Hingga sekarang, definisi komunikasi masih
terus diduskusikan oleh para pakar ilmu komunikasi. Komunikasi dapat dipahami
sebagai suatu konsep serba makna tergantung pada konteks penggunaan kalimatnya,
misalnya:
1) saya mengambil jurusan komunikasi ,
2) tulisan anda kurang komunikatif  ,
3) masalah itu telah saya komunikasi kan dengan keluarganya,
4) dia mampu ber-komunikasi dengan baik, karena itu banyak teman-nya.
Kata komunikasi dalam contoh tersebut diatas mempunyai makna yang berbeda,
namun secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sesuatu 1) yang
dapat dipahami, 2) sebagai hubungan atau saling hubungan, 3) saling pengertian, dan
4) sebagai pesan
Definisi komunikasi untuk melihat berbagai pendapat dalam mendefinisikan
komunikasi, antara lain:
1) Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaiakan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilaku-kan oleh penyampai
pesan ditujukan kepada penerima pesan. (Edward Depari, dari AW Widjaja, 2000)
2) Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam pe-nyampaian
pesan dari pengirim ke penerima.Komunikasi adalah proses dimanan seorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemin-dahan pesan (James A.F. Stoner)
3) William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang
mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
4) Hovlan, Janis, dan kelley adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan bahwa
“Communication is the process by which an individual transmits sti-muly (usually
verbal) to modify the behavior of other individuals” dengan kata lain, komunikasi
adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya dalam bentuk verbal)
untuk mengubah tingkah laku orang lain.
(Forsdale, 1981)5) Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan
pendidikan menga-takan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal
menu-rut aturan tertentu, sehinga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan,
dipelihara, dan diubah. ”Communication is the process by which a system is
established, maintained, and altered by means of shared signals that ope-rate
according to rules” 
Dari beberapa definisi tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, singnal,
symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor).
Pengertian Komunikasi Menurut Thomas dikutip Mulyana (2010:4),
mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan
mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar
kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku
seperti apa yang kita inginkan. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi
adalah tujuan dalam mengemukakan apa yang kita inginkan. Dengan berkomunikasi
kita dapat mengenal berbagai orang, mulai dari karakteristik, ras, budaya dan lain-
lain. Dalam memahami pengertian komunikasi tentu saja banyak penjelasan dari para
ahli komunikasi, salah satunya mengenai model komunikasi. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil salah satu contoh model interaktif. -Model komunikasi Model
diibaratkan sebagai peta. Model mencoba menyederhanakan fenomena komunikasi
dengan merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting. Maka
model adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur
terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.
Model komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, model linier, model interaktif,
dan model transaksional. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
komunikasi interaktif. Model komunikasi interaktif adalah menggambarkan
komunikasi sebagai proses dimana pendengar memberikan sebuah umpan balik
sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Secara umum, tujuan komunikasi adalah:
1) Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain (komuni-
kan)Dalam menjalankan peranya sebagai komunikator, perawat perlu me-
nyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini sangat pen-ting agar
pesan kita dapat diterima oleh klien, teman sejawat maupun kolega, sehingga
tujuan bersama dalam membantu kesembuhan klien dapat dicapai.
2) Memahami orang lain. Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat
berlangsung dengan baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa
yang diingin oleh klien (komunikan). Pemahaman ini sangat penting agar pro-ses
komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3) Supaya gagasan dapat diterima orang lain.Selain sebagai komunikator, perawat juga
sebagai educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Peran ini akan
efektif dan berhasil bila apa yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan
diterima oleh klien.
4) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.Mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan sesuatu sesuai keingin-an kita bukanlah hal mudah, disini
perlu adanya pendekatan-pendekat-an yang jitu agar orang lain (klien) percaya dan
yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat
bermanfa’at bagi klien atau komunikan yang lain. Upaya ini dapat dilakukan
dengan pendekatan yang persuasive dan demonstratif agar komunikan dapat
melakuan dengan benar apa yang diharapkan komunikator.
Secara singkat dapat kita katakana bahwa tujuan komunikasi adalah mengha-
rapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator diterima oleh orang
lain (komunikan). Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai
dengan tugas dan wewenangnya, secara umum komunikasi yang dilakukan perawat
mempunyai tujuan dan target yaitu: 1) social change/social participation, 2) at-titude
change, 3) opinion change, dan 4) behavior change. Komunikasi yang dilakukan
perawat bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif.
Kemampuan komunikasi yang efektif ini merupakan ketrampilan yang harus dimiliki
oleh perawat profesional .

FUNGSI KOMUNIKASI

Dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat sangat luas dan me-nyentuh
pada banyak aspek kehidupan. Beberapa fungsi komunikasi tersebut antara lain:
a). Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran beri-ta, data,
gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti
dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat
mengambil keputusan yang tepat
b).Sosialisasi. Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat sebarluas-kan
kemasyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan
pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi massa baik lang-sung maupun tidak
langsung (melalui media)

c). Motivasi. Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative
dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseo-rang untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikaktor

d). Perdebatan dan diskusi. Suatu permasalahan yang masih kontroversial atau polemik
dalam hu-bungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselesaikan
dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melaui debat mau-pun diskusi.

e). PendidikanProses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan tehnologi un-


tuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk
ketrampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui ko-munkasi yang baik dan
efektif f. Memajukan

2.2. PENGERTIAN KOMUNIKASI KESEHATAN

Komunikasi kesehatan adalah strategi penggunaan komunikasi untuk


menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu agar
mereka dapat membuat keputusan terkait dengan pengelolaan kesehatan.
Komunikasi kesehatan mencangkup pemanfaatan jasa komunikasi untuk
menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan upaya peningkatan dan pengelolaan kesehatan oleh individu
maupun komunitas masyarakat. Komunikasi kesehatan juga mencangkup kegiatan
menyebarluaskan informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat agar tercapai
perilaku hidup sehat, menciptakan kesadaran,mengubah sikap, dan memberikan
motivasi mengenai kesehatan.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang
memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama
dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik
berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli
kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan
perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi
interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga
dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi
komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi
individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).
Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,
promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam
bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
pengetahuan dan etika.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi kesehatan merupakan
aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar
individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan.

2.3. Komponen Komunikasi Kesehatan

Komponen komunikasi kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen


komunikasi pada umumnya. Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan
saja, adanya umpan balik (feedback) atau respon dari penerima pesan menandakan
bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika memenuhi komponen-komponen tertentu.
Komunikasi juga merupakan suatu proses yang tidak akan berjalan baik tentunya jika
tidak memenuhi komponen-komponen tersebut.

Menurut Lasswel, komponen komunikasi ialah:


1. Komunikator
Dalam komunikasi kesehatan, komunikator adalah orang atau lembaga
kesehatan yang menyampaikan pesan. Misalnya berisikan himbauan untuk
melakukan program KB.
2. Komunikan
Dalam komunikasi kesehatan istilah komunikan ialah sebagai orang yang
menerima pesan. Komunikan bisa berupa masyarakat yang diberikan sosialisasi dari
pihak lembaga kesehatan.
3. Pesan
Dalam komunikasi kesehatan, pesan adalah pernyataan yang didukung oleh
lambang yang mempunyai arti, contohnya slogan tentang hindari HIV/AIDS.
4. Media
Media dalam komunikasi kesehatan ialah sebagai sarana atau saluran yang
mendukung proses penyampaian pesan. Media dalam komunikasi kesehatan adadua
yakni media (saluran) interpersonal dan kelompok. Media bisa berupa cetak maupun
elektronik yang biasa dilakukan dengan kegiatan penyuluhan.
5. Efek
Efek pada komunikasi kesehatan yakni dampak atau akibat yang ditimbulkan
oleh pesan. Efek atau dampak ialah ketercapaian kita dalam penyampaian pesan.

2.4. Tujuan Komunikasi Kesehatan

Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku
kesehatan pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya
peningkatan status kesehatan sebagai dampak (impact) dari program komunikasi
kesehatan. Menurut Liliweri (2009:52-53) tujuan komunikasi kesehatan terbagi dua,
diantaranya:
Tujuan strategis
Pada umumnya program-program yang berkaitan dengan komunikasi
kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau modul dapat berfungsi
untuk:
1. Relay information, yakni meneruskan informasi kesehatan dari suatu dari suatu
sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).
2. Enable informed decision making, ialah memberikan informasi akurat untuk
memungkinkan pengambilan keputusan.
3. Promote peer information exchange and emotional support, yakni mendukung
pertukaran pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi
kesehatan.
4. Promote healthy behavior, informasi untuk memperkenalkan hidup
sehat.
5. Promote self care, yakni memperkenalkan pemeliharaan diri sendiri.
6. Manage demand for health services, ialah untuk memenuhi permintaan
layanan kesehatan.
Tujuan Praktis
Menurut Taibi Kahler dalam Liliweri (2009:53-54) menyatakan bahwa
sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar
dapat :
1. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup :
a. Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
b. Menjadi komunikator (yang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan lain-
lain).
c. Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi kesehatann.
d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks komunikasi
kesehatan.
f. Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan
kehendak komunikator dan komunikan.
g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
i. Prinsip-prinsip riset.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.
3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi, seperti:
a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
b. Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.
c. Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
d. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan.
e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik.

2.5. Manfaat komunikasi kesehatan


Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri. (2009 : 56-
69) adalah:
1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
2. Meningkatkan kesadaran kita tentang isu kesehatan.
3. Melakukan strategi intervensi pada tingkat komunitas.
4. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau ras dalam suatu
masyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan, menggambarkan berbagai jenis keterampilan
untuk memelihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan
kepada masyarakat.
6. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan (mengetahui dan melakukan
analisis kebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat di masa yang akandatang bagi
hasil yang memuaskan masyarakat umum.
8. Membarui peranan para profesional di bidang kesehatan, misalnya meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis, memperkuat infrastruktur
kesehatan, membangun kemitraan, mengembangkan akuntabilitas, dan
mengembangkan pembuktian atas layanan.

2.5. BENTUK KOMUNIKASI KESEHATAN

Lebih banyak orang mengenal kampanye media massa sebagai salah satu cara
mengkomunikasikan isu-isu kesehatan. Namun ternyata ada bentuk komunikasi
kesehatan yang lain. Program entertainmen (hiburan) merupakan salah satu cara lain
yang cukup efektif dalam mengkomunikasikan informasi kesehatan. Beberapa hasil
penelitian mendemonstrasikan bahwa informasi kesehatan yang ditayangkan secara
singkat memiliki pengaruh yang cukup kuat. Dalam sebuah survey yang dilakukan
oleh Paul Novelli pada tahun 2001 terhadap 3719 individu, menemukan bahwa
banyak informasi kesehatan yang dapat dipelajari oleh individu ketika menonton
televisi pada jam-jam utama (prime time). Bentuk komunikasi kesehatan yang lain
adalah media advocacy, yang didefiniksikan sebagai upaya pemanfaatan media massa
yang lebih strategis bila didukung oleh keikutsertaan komunitas masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan
kesehatan.

Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian


1. Komunikasi kesehatan dengan pasien/penderita
Komunikasi kesehatan dengan pasien atau penderita meliputi informasi yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan individu, informasi bagaimana
memaksimalkan perawatan dan bagaimana pemberian terapi. Komunikasi
kesehatan pada pasien/penderita lebih bersifat terapeutik yang artinya
memfasilitasi proses penyembuhan. Menurut (Purwanto dalam Damaiyanti, 2008)
komunikasi kesehatan terapeutik memiliki tujuan :
a. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikiran serta membantu
pasien mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila diperlukan oleh
pasien.
b. Membantu mengurangi keraguan pasien dan membantu pasien mengambil
tindakan yang efektif.
Komunikasi kesehatan terapeutik ini dapat diberikan oleh pihak keluarga, ahli
medis dan orang-orang yang berada disekitar pasien/penderita dengan
memperhatikan beberapa prinsip dalam komunikasi terapetuik itu sendiri, yakni :
a. Komunikasi terapeutik harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai.
b. Pihak keluarga, ahli medis dan orang-orang disekitar individu harus menyadari
kebutuhan pasien secara fisik maupun mental
c. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik.
Adanya reaksi emosional pada pasien atas keadaan sakit yang dialami menjadi
salah satu alasan pentingnya komunikasi terapeutik pada pasien. Penolakan
(denial), kecemasan (anxiety) serta depresi merupakan beberapa reaksi emosional
yang mungkin terjadi pada pasien. Penolakan merupakan reaksi pertama bila
seseorang mengetahui dirinya didiagnosa dengan sebuah penyakit tertentu.
Mengapa sekarang? Mengapa saya? Mengapa penyakit ini? Kecemasan (anxiety)
merupakan reaksi emosional lainnya yang terjadi. Kecemasan ini seringkali
muncul bila penyakit yang diderita individu disertai dengan perubahan fisik.
Bahkan, setiap kali individu merasakan sakit/nyeri sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya,hal ini akan menimbulkan kecemasan tersendiri.
Kemudian bila individu mengalami perubahan fisik yang ekstrim, merasa
penyakitnya tidak kunjung sembuh, akan muncul reaksi emosional berikutnya
yakni depresi. Komunikasi antara pasien dengan praktisi medis merupakan bagian
utama dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi efektif merupakan sesuatu yang
sangat esensial, agar para praktisi medis memahami permasalahan yang dihadapi
pasien dan juga memahami persepsi pasien atas permasalahan tersebut. Memberi
penjelasan pada pasien bagaimana efek jangka panjang sebuah penyakit dan
bagaimana menangani penyakit yang diderita saat ini juga memerlukan
komunikasi yang efektif.
Kegagalan dalam menyampaikan informasi secara efektif mendatangkan
efek seperti ketidakpahaman pasien atas hasil pemeriksaan medis yang baru saja
dijalani, kegagalan untuk menentramkan kembali diri sendiri (failed reassurance),
ketidakpatuhan pada saran medis serta masa rawat inap yang lebih lama.
Permasalahan dalam proses komunikasi yang sering terjadi antara
pasien-ahli kesehatan adalah banyaknya penggunaan kosa kata yang terlalu
panjang, sulit dimengerti, kompleks, serta penggunaan istilah-istilah medis yang
seringkali tidak dipahami oleh pasien. Oleh karena itu jika komunikasi antara ahli
kesehatan dengan pasien dilihat sebagai interaksi antara dua individual, maka
menjadi suatu hal yang penting bahwa kedua belah pihak berbicara dalam
"bahasa" yang sama, memiliki keyakinan yang sama (misal keyakinan bahwa
penyakit pasien bisa disembuhkan) dan sama-sama menyepakati konten
pembicaraan dalam konsultasi dan kedua belah pihak memahami hasil akhir
tahapan konsultasi.

2. Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga


Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga juga harus diperhatikan.
Jika ada anggota keluarga yang menderita sakit dan harus menjalani serangkaian
terapi dan pengobatan, keseluruhan proses ini harus diketahui dan dipahami oleh
pihak keluarga. Karena yang seringkali terjadi, setiap kali anggota keluarga akan
menjalani terapi muncul reaksi emosional dan psikologis tertentu. Jika pihak
keluarga tidak memberikan penjelasan informasi yang tepat tentang rangkaian
terapi pengobatan yang harus dijalani, besar kemungkinan anggota keluarga yang
sakit ini menolak untuk menjalani terapi yang harus dilalui. Menolak dan
menghindar dari terapi karena merasa takut dan cemas.
Komunikasi kesehatan dengan pasien dan pihak keluarga merupakan
bagian penting dalam perawatan medis. Komunikasi yang efektif merupakan
sesuatu yang esensial karena pasien dapat memahami keadaan dirinya dan pihak
keluarga dapat memahami keadaan anggota keluarganya yang sakit.
Kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi-informasi kesehatan
pada pasien dan pihak keluarga dapat berakibat pada ketidakpahaman pasien atas
hasil tes yang dijalani (McBride, 2002) serta ketidakpatuhan pasien dalam
mengikuti saran medis (Haynes, 1996). Bila pihak keluarga juga tidak dapat
memahami isu-isu kesehatan yang berkaitan dengan anggota keluarganya yang
sakit, besar kemungkinan pihak keluarga tidak akan memberikan dukungan
sepenuhnya pada anggota keluarga yang sakit. Misanya, bila pihak keluarga tidak
diinformasikan gejala-gejala yang harus diwaspadai, reaksi psikologis dan reaksi
emosional (si penderita mudah marah-marah, sensitif dan mudah tersinggung)
yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan si sakit, bisa jadi
keharmonisan komunikasi dalam keluarga terganggu.
Partisipasi keluarga merupakan sesuatu yang penting bila di dalamnya
ada anggota keluarga yang menderita sakit. Memastikan bahwa semua anggota
keluarga, termasuk anak-anak, telah memahami informasi dan isu-isu kesehatan
yang terjadi pada anggota keluarganya yang sakit, termasuk bagaimana cara
menangani si sakit, dan kemungkinan reaksi yang muncul pada si sakit akan
memperkecil kemungkinan terjadinya ketidaktahuan (mengenai cara merawat dan
menangani si sakit) dan miskomunikasi antar anggota keluarga (P.D Williams dkk,
2002).

3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat


Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih mengarah pada bentuk
promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran komunitas
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang
kesehatan saja. Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang
untuk membawa perbaikan berupa perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat
maupun lingkungan organisasi. Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan,
diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan dalam
mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan.
Menurut Mubarak dan Chayatin (2008), strategi ini diperlukan dalam
mewujudkan promosi kesehatan, dan tercermin dalam tiga langkah :
a. Advokasi. Merupakan kegiatan memberikan bantuan informasi
kesehatan kepada masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu
kebijakan dalam bidang kesehatan.
b. Dukungan sosial. Promosi kesehatan akan mudah dilakukan bila
mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan
masyarakat antara lain dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) dan
unsur formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintah).
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment community).
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan supaya masyarakat memperoleh
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini antara lain
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan.
Perkembangan yang terjadi di tengah-tengah komunitas masyarakat
dalam mengkomunikasikan isu-isu kesehatan telah mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Perubahan ini ditandai dengan terjadinya peningkatan akses
untuk memperoleh informasi kesehatan, meningkatnya perhatian anggota
masyarakat terhadap isu-isu kesehatan dan meningkatnya tuntutan untuk
memperoleh informasi kesehatan yang berkualitas.

2.6. PERAN KOMUNIKASI KESEHATAN


Komunikasi kesehatan meningkatkan kesadaran individu tentang isu-isu
kesehatan, masalah kesehatan, resiko kesehatan serta solusi kesehatan. Peningkatan
kesadaran individu akan hal-hal tersebut ini berdampak pada keluarga serta
lingkungan komunitas individu. Contohnya bila dalam sebuah keluarga ada anggota
keluarga yang menderita sakit diabetes (=isu kesehatan dan masalah kesehatan).
Sebagai seorang penderita, ia harus memperhatikan dengan baik asupan
makanannya sehari-hari. Pola makan nya harus dijaga dengan baik. Pengaturan pola
makan yang sesuai juga harus dipahami oleh anggota keluarganya yang lain. Bila,
misalnya penyakit diabetes yang diderita anggota keluarga ini menjadi semakin parah
(kronis) dan ia harus menjalani amputasi (=resiko kesehatan), tentu akan muncul
reaksi emosional (seperti denial).
Reaksi emosional ini akan diikuti oleh reaksi yang kurang nyaman secara
psikologis (misal mudah marah dan tersinggung). Ketidaknyamanan ini akan
berpengaruh pada bentuk komunikasi yang terjadi ditengah-tengah keluarga (antar
anggota keluarga saling berbicara dalam kemarahan).
Oleh karena itu, seandainya isu kesehatan, masalah kesehatan dan segala
resiko kesehatan yang berkaitan dengan penyakit diabetes ini dikomunikasikan
dengan baik, maka ketidaknyamanan psikologis dan emosional tidak akan terjadi.
Antara anggota keluara yang sakit dengan anggota keluarga lainnya akan menemukan
solusi kesehatan yang tepat sehubungan dengan kasus kesehatan ini ataupun kasus
kesehatan lain, seperti kasus kesehatan penyakit genetik. Ada interaksi antara
kesehatan dengan perilaku individu. Individu berada dalam situasi biologis,
psikologis dan sosial kemasyarakatan.
Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap status kesehatan seorang
individu. Melalui komunikasi kesehatan, kita mempelajari timbal balik antara ketiga
faktor tersebut. Pemahaman ini penting agar kedepannya dapat dikembangkan
intervensi program kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu
menjadi lebih sehat.
Mengapa perlu dilakukan perubahan perilaku agar individu menjadi lebih
sehat? Kecenderungan yang terjadi belakangan ini, kebanyakan penyakit kronis justru
disebabkan oleh faktor sosial dan pengaruh perilaku (behaviour). Banyak gangguan
penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk menjalani
hidup sehat dan ketidakmampuan individu untuk bertanggungjawab atas status
kesehatannya sendiri karena telah tenggelam dalam gaya hidup yang kurang sehat.
Contoh yang paling nyata adalah penyakit kanker paruparu yang pemicunya
adalah kebiasaan merokok yang dilakukan oleh individu yang sebetulnya sadar akan
bahaya merokok. Lantas, jika memang sadar akan bahaya merokok, mengapa
perilaku tidak sehat (unhealthy behaviour) ini tetap dilakukan? Ternyata rokok
mampu mendatangkan 'ketenangan' (= faktor psikologis) bagi individu tatkala sedang
mendapatkan suasana hati yang kurang nyaman. Bagi sebagian yang lain, status
sebagai perokok sosial menjadi awal mula kebiasaan merokok. Artinya seseorang
yang tadinya bukan perokok, akan merokok bila berada dalam lingkungan sosial
perokok.

Dengan adanya pengaruh biologi, psikologi dan sosial maka perlu ada media
komunikasi kesehatan tentang dampak negatif rokok bagi perokok, agar kebiasaan
tidak sehat ini tidak berlanjut. Kepatuhan (adherence) pasien terhadap saran medis
yang diberikan oleh ahli medis juga sangat dipengaruhi oleh peran penting
komunikasi kesehatan. Ada dua hal yang mempengaruhi kepatuhan pasien pada saran
medis yang diterima, yakni :
1) Pasien harus terlebih dahulu memahami (understand) isu-isu kesehatan
atau masalahmasalah kesehatan yang dihadapi. Untuk itu ia harus mampu
menafsirkan dan memahami semua informasi kesehatan yang dikomunikasikan oleh
tenaga medis pada dirinya.
2) Pasien harus mampu mengingat (memorize) saran medis yang diberikan.
Bila dalam mengkomunikasikan informasi seputar kesehatan pasien, para ahli medis
tidak menggunakan istilah (jargon) medis yang sulit dipahami oleh pasien umum dan
informasi yang diberikan tidak terlalu banyak dan rumit, maka pasien dapat dengan
mudah mengingat kembali semua informasi kesehatan (saran medis) yang telah
disampaikan untuk dirinya. Misalnya, kapan minum tertentu dan berapa dosis untuk
setiap obat dan sebagainya.
Peran penting komunikasi kesehatan juga tercermin dalam judul pengantar
"The Healthy People 2010 Information" yang menyatakan "use communication
strategically to improve health". Artinya, tidak ada jalan lain menyukseskan
kesehatan individu dan masyarakat kecuali dengan memanfaatkan jasa komunikasi.
Atas pertimbangan itu, maka semua analisis dan upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia harus mengikutsertakan peranan ilmu komunikasi, terutama
strategi komunikasi, untuk menyebarluaskan informasi yang dapat mempengaruhi
individu dan komunitas masyarakat agar dapat membuat keputusan yang tepat
sehubungan dengan kesehatan mereka.
Dengan demikian komunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk setiap
individu. Komunikasi kesehatan menjadi bagian yang penting dari aspek kesehatan
dan kesejahteraan psikologis karena komunikasi kesehatan mencakup upaya
pencegahan penyakit (disease prevention), promosi kesehatan serta peningkatan
kualitas hidup.

2.7. MODEL - MODELKOMUNIKASI


Dari berbagai model komunikasi yang telah dirumuskan oleh para ahli, dapat
ditarik benang merah bahwa model komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) jenis model komunikasi, yaitu model komunikasi linear, model komunikasi
transaksional, dan model komunikasi interaksional.

A. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana


dan menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah. Arus pesan
digambarkan bersifat langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan. Dalam model
komunikasi linear tidak terdapat konsep umpan balik dan penerima pesan bersifat
pasif dalam menerima pesan. Model komunikasi yang merujuk pada model
komunikasi linear diantaranya adalah model komunikasi Aristoteles, model
komunikasi Lasswell, model komunikasi SMCR Berlo, dan model
komunikasi Shannon dan Weaver.

B. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang menekankan


pada pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses komunikasi
yang berlangsung dua arah. Model komunikasi transaksional mengaitkan komunikasi
dengan konteks sosial, konteks hubungan, dan konteks budaya. Dalam model ini
digambarkan bahwa kita berkomunikasi tidak hanya sebagai ajang untuk pertukaran
pesan melainkan untuk membangun hubungan. Model komunikasi yang merujuk
pada model komunikasi transaksional diantaranya adalah model komunikasi
transaksional Barnlund.

C. Model Komunikasi Interaksi

Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang menggambarkan


komunikasi berlangsung dua arah. Umumnya model komunikasi interaksi digunakan
dalam media baru seperti internet atau media komunikasi modern. Model komunikasi
yang merujuk pada model komunikasi interaksi adalah
model Osgood dan Schramm. Para ahli telah mengenalkan berbagai macam model
komunikasi sebagai upaya untuk menggambarkan dan menjelaskan proses
komunikasi serta berbagai faktor yang mempengaruhi arus serta efektivitas
komunikasi.

Beberapa model komunikasi menurut para ahli :

1.     Model Stimulus-Respons


Model Stimulus-Respons (S-R) adalah komunikasi paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model
tersebut menggambarkan hubungan Stimulus-Respons. Dalam konsep yang fokusnya
pada lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian selalu terdapat stimulus dan
respons(Mubarak, 2011, p. 64).
Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian
yang kita allami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang ada menuntut kita
untuk menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar dengan
menggunakan komunikasi intrapersonal, dimana dalam jiwa manusia terdiri atas
kumpulan bermacam-macam tanggapan yang terbentuk karena adanya stimulus dan
respon.
Model stimulus-respon yang melibatkan stressors dan strains, ditambah
dengan sebuah bentuk hubungan yang penting karena hubungan antara seseorang dan
lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi
tuntutan yang harus dipenuhi. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara
berkesinambungan yang disebut transactions, antara sesorang dan lingkungannya,
dimana keduanya saling memengaruhi satu sama lain.
Dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia sebagai penopang hidup
merupakan stimulus bagi seseorang yang menjadikan seeseorang tergerak untuk
bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan dikehendaki sehingga timbul
reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini terjadi karena dalam model stimulus respon ada
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan negative maupun tujuan positif. Bila stimulus
yang datang baik, maka akan direspon baik, sebaliknya bila stimulus yang datang
negative maka akan direspon negative. Dalam memicu stimulus dibutuhkan
kesadaran yang tinggi model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi reaksi
yang sangat sederhana.
Dengan demikian model stimulus respon mengabaikan komunikasi proses
khususnya yang berkenaan dengan factor manusia. Secara implisit ada amsumsi ada
model stimulus respon ini yang menyatakan perilaku (respon) manusia dapat
diramalkan. Ringkasannya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap
berperilaku kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan,
atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem
pengendalian suhu udara dari pada perilaku manusia (Mubarak, 2011, p.64-65).

2.     Model Shannon-Weaver


Dalam model ini, komunikasi dipandang sebagai suatu “sistem”, ldimana
“sumber” informasi (source) memilih informasi yang dirumuskan (encode) menjadi
pesan (message) dan selanjutnya pesan ini dikirim dengan “isyarat” (signal) melalui
“saluran” (channel) kepada “penerima” (receiver). Kemudian penerima
menerjemahkan pesan tersebut dan mengirimkannya ke tempat tujuan (destination)
(Notoadmojo, 2005, p. 148).
Pola komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi satu arah yang
berlangsung tanpa ada timbal balik secara langsung. Apabila adanya hambatan
(noise) dalam berkomunikasi, dapat mengganggu keefektifan dari proses komunikasi.
a.     Tingkat kedengaran manusia
b.     Gangguan persepsi
c.     Mispersepsi psikososial
d.     Hardware/software
e.     Lingkungan, dll

3.     Model Lasswell


Model ini umumnya digunakan dalam komunikasi massa di mana
komunikator sangat powerful mampu mempengaruhi komunikan dan menganggap
pesan yang disampaikan mampu membawa efek dalam diri komunikan.
Lasswell (1948) mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu: pertama,
pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan
bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah
dalam masyarakat yang merespons lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial
dari suatu generasi ke generasi lainnya. terdapat tiga kelompok spesialis yang
bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Dalam penyebaran pola hidup
sehat, decision maker merupakan pengendali lingkungan, sedangkan tokoh
masyarakat dan juga LSM bertindak serta membantu mengorelasikan atau
mengumpulkan respons orang-orang terhadap informasi baru. Anggota keluarga dan
tenaga kesehatan di lapangan mengalihkan warisan sosial (Mubarak, 2011, p. 68)
Unsur-unsur dalam komunikasi ini menggunakan lima pertanyaan, yaitu:
a.     Who (komunikator)
b.     Say what (pesan yang disampaikan)
c.      In which channel (saluran komunikasi)
d.     To whom (penerima pesan)
e.      With what effect (efek komunikasi yang disampaikan)

4.     Model SMCR (Model Berlo)


Model ini menampilkan yang variabel dalam komunikasi yakni source
(sumber), message (pesan), channel (media), dan receiver (penerima). Model SMCR
melihat proses komunikasi berdasarkan keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar
belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi (source). Sementara itu, pesan
(message) yang disampaikan biasanya mengandung elemen-elemen tertentu, seperti
struktur, isi dan kode-kode yang unik. Pesan tersebut ditransfer melalui saluran yang
melibatkan pendengaran, penglihatan, sentuhan, bau dan rasa. Kemudian penerima
(receiver) menginterpretasikan pesan tersebut juga didasarkan pada keterampilan,
sikap, pengetahuan dan latar belakang sosio budaya yang berbeda, sehingga
seringkali terjadi salah interpretasi dalam proses komunikasi (Notoadmojo, 2005, p.
149)
Salah satu kekuatan dari model ini adalah bahwa komunikasi dilihat sebagai
suatu proses yang dinamis, bukan sekadar peristiwa yang statis. Sedangkan
kekurangan dari model ini adalah tidak adanya mekanisme “umpan balik” (feed-back)
dalam proses tersebut. Apabila model ini diaplikasikan dalam komunikasi kesehatan,
maka model ini tidak mampu menjelaskan betapa banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi antar-petugas kesehatan dengan klien yang
memiliki latar belakang keterampilan dan sosio budaya berbeda. Mekanisme “umpan
balik” diperlukan agar proses komunikasi menjadi lebih dinamis dan dapat
menghindari mis-interpretasi kedua belah pihak. Namun demikian, model ini sangat
bermanfaat untuk komunikasi antar-petugas kesehatan. Di bawah ini adalah gambar
yang mengilustrasikan tentang model SMCR (Notoadmojo, 2005, p. 149)

5.     Speech Communication Model


Model ini pertama kali dikembangkan oleh Miller (1972) yang melihat bahwa
proses komunikasi terdiri dari tiga variabel, yakni pembicara (speaker), pendengar
(receiver), dan umpan balik (feed-back). Dalam hal ini, pembicara menyampaikan
“pesan” (informasi) berdasarkan sikap tertentu, sedangkan pendengar
menginterpretasikan pesan tersebut berdasarkan sikap yang berbeda. Kemudian
pendengar memberikan umpan balik (baik positif maupun negatif) kepada pembicara.
Demikian seterusnya sehingga terjadi proses komunikasi yang hidup dan dinamis
(Notoadmojo, 2005, p. 150).

6.     Model Aristoteles


Model Aristoteles adalah modedl komunikasi yang palingng klasik, sering
disebut juga dengan Model Retoris (Rhethorical Model) yang kini lebih dikenal
dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato. Model Aristoteles ini
melibatkan persuasi dimana berisi suatu anjuran untuk melakukan dan
mengimplementasikan suatu kegiatan sesuai dengan isi pesan. Untuk itu harus
dipersiapkan siapa yang menyampaikan (etos- kepercayaan pada sipenyampai pesan),
argumen yang dipersiapkan (logos, logika dalam pendapat) dan bagaimana membawa
dan memaikan e,osi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (phatos-emosi khalayak).
Dengan kata lain, faktor-faktor yangb memaikan peran dalam menentukan efek
persuasi suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampaiannya
(Mubarak, 2011. p. 66).
Dalam perkembangan selanjutnya model Aristoteles diimplementasikan
dengan menempatkan baliho-baliho ditempat strategis yang berisi anjuran untuk
melakukan kegiatan sesuia isi pesan. Namun, banyak pakar berpendapat bahwa
penempatan baliho di tempat strategis merupakan bentuk komunikasi massa dan hal
tersebut kurang tepat bila ditinjau dari spesifik tujuan yang diingin dicapai sesuai
dengan karakteristik dari komunikasi persuasi (Mubarak, 2011. p. 67).
Tiga unsur utama dalam Model Aristoteles adalah sebagai berikut:
a.     Pembicara (speaker)
b.     Pesan (message)
c.     Pendengar (listener)

7.     Model schramm


Model schramm memberikan gambaran proses komunikasi dari yang
sederhana sampai yang kompleks dengan menghadirkan tiga model. Model yang
pertama adalah Wilbur Schramm 1954 yang memperkenalkan model yang sangat
sederhana, dimana dalam berkomunikasi yang dibutuhkan perangkatnya hanya ada
tiga unsur yaitu sumber (source), pesan (message), sasaran (desfination). Model ini
terkesan sangat sederhana sekali karena hanya beriontasi pada penyampaian sinyal
saja tanpa memperhatikan sisi lainnya dan mengesampingkan lainnya, yang
terpenting inti sinyal sudah dikomunikasikan pada sasarannya.
Model ini tampak sangat sederhana (over simplified) untuk menjelaskan
proses komunikasi yang kompleks dan rumit dalam realitas, namun sangat mudah
dipahami untuk menjelaskan proses komunikasi antar-manusia. Hal-hal inilah yang
merupakan kekuatan dan kelemahan dari Speech Communication Model
(Notoadmojo, 2005, p. 150).

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin Coomunicare yang berarti
berpartisi-pasi atau memberitahukan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, singnal,
symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor).
Secara singkat dapat kita katakana bahwa tujuan komunikasi adalah mengha-
rapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator diterima oleh orang
lain (komunikan). Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai
dengan tugas dan wewenangnya, secara umum komunikasi yang dilakukan perawat
mempunyai tujuan dan target yaitu: 1) social change/social participation, 2) at-titude
change, 3) opinion change, dan 4) behavior change.
Komunikasi kesehatan adalah strategi penggunaan komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu agar
mereka dapat membuat keputusan terkait dengan pengelolaan kesehatan.
Bentuk komunikasi kesehatan dalam keseharianyaitu :
1. Komunikasi kesehatan dengan pasien/penderita
2. Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga
3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat
Sedangkan model – model komunikasi yaitu :
1. Model Stimulus-Respons
2. Model Shannon-Weaver
3. Model Lasswell
4. Model SMCR (Model Berlo)
5. Speech Communication Model
6. Model Aristoteles
7. Model schramm

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik – baiknya, serta dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta agar pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan dimasa mendatang .
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Liliweri, Alo. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta : Pustaka


Pelajar

Damaiyanti, M. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:


Refika

Mubarak dan Chayatin, 2008 Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Penerbit

Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi.


Jakarta :Rineka Cipta.

https://www.academia.edu/36593589/Buku_Ajar_Komunikasi_Pelayanan_Kesehatan

https://pakarkomunikasi.com/model-model-komunikasi

http://eprints.umm.ac.id/37920/3/jiptummpp-gdl-alfionitaa-47462-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai