Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA KLINIK

TROMBOSITOPENIA & LEUKOSITOSIS


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik
Dosen : Hesti Renggana, S.Si.,Apt

Disusun oleh :
Ainur Rahim 24041117124
Della Nelvin Diani 24041117132
Fahmi Nurrohman 24041117139
Imas Nurul Siti Kulsum 24041117147
Mushaafa Aziza Husna 24041117154
Nurfauzia Iriantika A. 24041117160
Roro Wajdilfarah 24041117168
Sovia Maryam 24041117175
Kelas/Kelompok : C/3

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS GARUT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐
Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan
makalah ini.

Di dalam makalah ini Kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa Kami
sajikan, yang Kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas Kimia Klinik dengan
judul “Trombositopenia dan Leukositosis”. Dalam makalah ini Kami menjelaskan
pengertian, etiologi, gejala, pemeriksaan klinis.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman Kami


tentang Trombositopenia dan Leukositosis, menjadikan keterbatasan Kami pula untuk
memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, namun Kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini. Terutama kepada rekan satu
kelompok atas kerjasamanya, dan Dosen Kimia Klinik yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini.

Garut, Mei 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-
4µm. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang
sangat besar dalam susunan sumsum tulang yang memecah menjadi
trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki kapiler
darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru. Konsentrasi
normal trombosit ialah antara 150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Dalam
keadaan normal seper tiga dari jumlah trombosit ada di dalam limpa. jumlah
trombosit dalam keadaan normal di darah tepi selalu kurang lebih konstan.

Masa hidup trombosit 8 sampai 12 hari, setelah itu proses kehidupannya


berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh sitem
makrofag jaringan; lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa. Trombosit alias sel darah kecil yang berfungsi sebagai faktor
pembekuan darah. Trombosit memiliki fungsi penting dalam mencegah dan
menghentikan perdarahan. Sel yang sangat kecil ini bisa anda anggap sebagai
sumbat kecil (mikro) yang bertugas setiap kebocoran yang terjadi di
pembuluh darah. Jumlah normal trombosit dalam tubuh adalah 150.000-
400.000/mm³. Kehilangan atau kerusakan pada salah satu sel darah yang
mengakibatkan trombositopenia ini akan menyebabkan gangguan pada sistem
hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi
darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti. Di dalam darah


manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm³, bila
jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari
5000 disebut leukopenia. Sedangkan leukositosis adalah meningkatnya
jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah
leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum.

Sel darah putih (leukosit) tampak bening dan tidak berwarna, bentuknya
lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit.
Diameter lekosit sekitar 10 µm. Batas normal jumlah leukosit berkisar 4.000
– 10.000 / mm³ darah.

Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh


terhadap benda –benda asing (foreign agents) termasuk kuman – kuman
penyebab penyakit infeksi. Leukosit yang berperan adalah monosit, netrofil,
limfosit. Lekosit juga memperbaiki kerusakan vaskuler. Leukosit yang
memegang peranan adalah eosinofil sedangkan basofil belum di ketahui pasti.

Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai


granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.

Penegakan diagnosis tentang penyebab utama gangguan perdarahan


amat penting dan hal ini dibutuhkan ketelitian yang cermat, efektif, dan
efisien dalam hal anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium yang untuk menghindari kesalahan diagnosis. Maka dari itu,
hampir semua kasus gangguan perdarahan membutuhkan pemeriksaan yang
lanjut demi tegaknya diagnosi penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud trombositopenia dan leukositosis?
2. Apa saja kelainan pada trombosit dan leukosit?
3. Apa saja etiologi trombositopenia dan leukositosis?
4. Apa saja gejala klinis dan stadium klinis trombositopenia dan
leukositosis?
5. Apa saja pemeriksaan dan parameter laboratorium trombositopenia dan
leukositosis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian trombositopenia dan leukositosis


2. Mengetahui penyakit - penyakit yang termasuk kedalam trombositopenia
dan leukositosis
3. Mengetahui etiologi trombositopenia dan leukositosis
4. Mengetahui gejala klinis dan stadium klinis trombositopenia dan
leukositosis
5. Mengetahui pemeriksaan dan parameter laboratorium trombositopenia
dan leukositosis.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. Trombosit
Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti, berbentuk cakram
dengan diameter 2-4 µm. Keping darah berasal suatu megakariosit yang terdapat
dalam sumsum tulang (Junqueira dan Carneiro, 1995).
Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang
sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang belakang yang
memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah
memasuki darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru.
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000-350.000/µL
(Guyton dan Hall, 2007).
Prekursor megakariosit-megakarioblas, timbul dengan proses diferensiasi
dari sel asal hemopoitik. Megakariosit matang dengan proses replikasi
endomitotik inti secara sinkron, yang memperbesar volume sitoplasma saat
jumlah inti bertambah dua kali lipat. Pada tingkat bervariasi pada
perkembangan, terbanyak pada stadium 8 inti, replikasi inti lebih lanjut dan
pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma menjadi granular dan selanjutnya
trombosit dibebaskan. Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit.
Interval waktu dari deferensiasi sel asal (stem cell) sampai dihasilkan trombosit
sekitar 10 hari pada manusia (Hoffbrand, dkk., 2007).
Trombosit berperan penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan
jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam menutup luka, sehingga
tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindungi dari penyusupan benda
dan sel asing (Sadikin, 2001). Pada waktu bersinggungan dengan permukaan
pembuluh yang rusak, maka sifat-sifat trombosit segera berubah secara drastis
yaitu trombosit mulai membengkak, bentuknya menjadi irregular dengan
tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya; protein kontraktilnya
berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang
mengandung berbagai faktor aktif; trombosit menjadi lengket sehingga melekat
pada serat kolagen; mensekresi sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya
membentuk tromboksan A2, yang juga disekresikan ke dalam darah. ADP dan
tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan, dank arena sifat
lengket dari trombosit tambahan ini maka akan menyebabkan melekat pada
trombosit semula yang sudah aktif sehingga membentuk sumbat trombosit.
Sumbat ini mulanya longgar, namun biasanya dapat berhasil menghalangi
hilangnya darah bila luka di pembuluh darah yang berukuran kecil. Setelah itu,
selama proses pembekuan darah, benang-benang fibrin terbentuk dan melekat
pada trombosit, sehingga terbentuklah sumbat yang rapat dan kuat (Guyton dan
Hall, 2007).

B. Trombositopenia
Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan dimana
trombosit dalam sistim sirkulasi jumlahnya dibawah normal (150.000-
350.000/µl darah) (Guyton dan Hall, 2007). Trombositopenia biasanya dijumpai
pada penderita anemia, leukemia, infeksi virus dan protozoa yang diperantarai
oleh sistem imun (Human Infection Virus, demam berdarah dan malaria).
Trombositopenia juga dapat terjadi selama masa kehamilan, pada saat tubuh
mengalami kekurangan vitamin B12 dan asam folat, dan sedang menjalani
radioterapi dan kemoterapi (Hoffbrand dkk., 2007).
Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah
kegagalan produksi trombosit, peningkatan konsumsi trombosit, distribusi
trombosit abnormal, dan kehilangan akibat dilusi. Penggunaan obat-obat tertentu
juga dapat menyebabkan trombositopenia, salah satunya adalah kotrimoksazol.
Suatu mekanisme imunologis sebagai penyebab sebagian besar trombositopenia
yang diinduksi obat (Hoffbrand,dkk., 2007). Selain dari mekanisme tersebut,
pada penelitian sebelumnya kotrimoksazol digunakan sebagai obat untuk
membuat trombositopenia pada hewan uji mencit (Astukara, 2008). Mekanisme
sumbat trombosit sangat penting untuk menutup kerusakan kecil pada pembuluh
darah yang sangat kecil, trombosit berperan penting dalam proses ini. Pada
pasien trombositopenia terdapat perdarahan baik kulit seperti patekia atau
perdarahan mukosa mulut. Hal ini mengakibatkan hilangnya kemampuan tubuh
untuk melakukan mekanisme homeostatis secara normal (Guyton dan Hall,
2007).

C. Leukosit

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan


hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik
untuk jenis tak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan
tubuh terhadap infeksi (Sutedjo, 2006).

Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-


11.000/mm3. Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah
leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah
benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh
tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Sadikin, 2002). Meskipun leukosit
merupakan sel darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam
jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh
tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah
menuju jaringan yang mengalami radang dengan cara menembus dinding kapiler
(Kiswari,2014).

D. Leukositosis

Leukositosis adalah keadaan dengan jumlah sel darah putih dalam darah
meningkat, melebihi nilai normal. Leukosit merupakan istilah lain untuk sel
darah putih, dan biasanya tertera dalam formulir hasil pemeriksaan laboratorium
atas permintaan dokter

Peningkatan jumlah sel darah putih ini menandakan ada proses infeksi di
dalam tubuh. Nilai normal leukosit adalah kurang dari 10.000/mm3
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi.
Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau peradangan.
Keadaan ini dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia atau
berolahraga, dan selama kehamilan.

Leukositosis abnormal dijumpai pada keganasan dan gangguan sumsum


tulang tertentu. Semua atau hanya salah satu jenis sel darah putih dapat
terpengaruh. Sebagai contoh, respon alergi dan asma secara spesifik berkaitan
dengan peningkatan jumlah eosinofil

2.3 Kelainan Pada Trombosit dan Leukosit


A. Kelainan Pada Trombosit
Salah satu kelainan pada trombosit adalah trombositopenia. Kelainan
lain pada trombosit adalah sebagai berikut
1. Purpura trombositopenia autoimun
Perjalanan klinik purpura yang disertai trombositopenia autoimun
(Immune Trombocytopheni Purpura, ITP) dapat bersifat akut dan kronik.
Bentuk akut biasanya ditemukan pada anak-anak. Insiden pada pria dan
wanita adalah sama. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya. Gejala
pendarahan bersifat mendadak dan remisi spontan pada 80% kasus. Bentuk
yang kronis paling sering terjadi pada orang dewasa, jarang ada riwayat
infeksi sebelumnya, wanita lebih sering terkena daripada pria. ITP orang
dewasa bermula secara perlahan-lahan dan jarang mereda secara spontan
(Handayani dan Sulistyo, 2008). Penyebab tampaknya adalah suatu antibodi
yang diarahkan terhadap antigen yang berhubungan dengan trombosit
(Woodley dan Whelan, 1995).
2. Trombositopenia yang berhubungan dengan heparin
Kelainan ini terjadi pada 10% pasien penerima heparin. Kelainan ini
sering ditemukan pada pasien hitung trombosit rutin dan jarang
menyebabkan pendarahan yang bermakna. Trombositopenia yang berkaitan
dengan heparin biasanya terjadi dalam minggu pertama terapi, pada pasien
yang sebelumnya memakai heparin. Trombositopenia ini dapat terjadi
setelah pemberian heparin intavena atau subkutan. Hitung trombosit kembali
normal dalam beberapa hari setelah heparin dihentikan ( Stein, 1998).
3. Purpura trombositopenik trombotik
Purpura trombositopenik trombotik (TTP) jarang dijumpai dan ditandai
dengan trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopati, kelainan
neurologi yang berfluktuasi, sering ditandai dengan demam dan gangguan
ginjal. Penyebabnya tidak dikenal, tetapi sekitar setengah jumlah pasien
mempunyai riwayat penyakit virus yang belum lama terjadi. Kelainan ini
menyerang semua kelompok usia, dan insiden antara pria dan wanita adalah
sama (Woodley dan Whelan, 1995).
4. Kelainan lain yang berhubungan dengan trombositopenia
Penyebab-penyebab trombositopenia yang lain meliputi DIC
(disseminated intravascular coagulation), defisiensi asam folat, infiltrasi
sumsum tulang akibat penyakit myelophthisic (misalnya tuberkulosis,
karsinoma metastatik, myelofibrosis), penyakit-penyakit hematopoitik
primer misalnya leukemia, anemia aplastika dan berbagai macam infeksi
virus dan bakteri (Guyton dan Hall, 2007).

B. Kelainan Pada Leukosit


Salah satu kelainan pada leukosit adalah leukositosis. Kelainan lain pada
leukosit adalah sebagai berikut.
1. Leukopenia
Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
daripada normal, dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³.
Penyebab Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat
menyebabkan leukopenia. Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti
fenotiazin, begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika
atipikal. Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol
juga dapat menyebabkan leukopenia.
2. Agranulositosis
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil,
mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dari agen lain yang
akan menyerang jaringan
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai
dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil.
Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir
tidak terdapat leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih
rendah dari 2000/mm³.
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar
gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan
(sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin,
tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk
keganasan lainnya.

2.2 Etiologi
A. Etiologi Trombositopenia

1. Berkurangnya produksi trombosit


Kegagalan produksi trombosit disebabkan oleh perusakan atau penekanan
pada sumsum tulang, obat-obatan juga menjadi penyebab terjadinya
trombositopenia, kemoterapeutik yang bersifat toksik terhadap sumsum
tulang, defisiensi vitamin B12, asam folat.
2. Meningkatnya penghancuran trombosit
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksi
oleh obat atau autoantibodi. Antibodi ini ditemukan pada idiopahtic/immune
thrombocytopenia purpura (ITP). ITP ditemukan pada wanita muda dengan
manifestasi sebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah
trombosit <10.000. antibodi igG yang ditemukan pada membran trombosit,
menyebabkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatnya pembuangan
dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.
3. Distribusi trombosit abnormal
Dikarenakan kondisi hipersplenism (sirosis, myeloproliferatif dan
limpoma). Trombostopenia umumnya bersifat sedang dan kadarnya jarang
berada dibawah 40.000 per mikroliter.
4. Kondisi lain yang dapat menyebabkan trombositopenia (Hoffband, 2007)
Gestational trombositopenia merupakan akibat ekspansi volume darah
progresif yang khas terjadi selama kehamilan, sehingga menyebabkan
hemodilusi. Trombositopenia terjadi, meskipun produksi sel-sel darah
normal atau meningkat. Jumlah trombosit <100.000 per mikroliter,
ditemukan pada <10% wanita hamil pada trimester ketiga; jika penurunan
trombosit mencapai <70.000 per mikroliter harus dipikirkan kemungkinan
ITP yang berkaitan dengan kehamilan, preeklamsia, atau suatu thrombotic
microangiopathy (TMA) yang berkaitan dengan kehamilan.

B. Etiologi Leukositosis

 Infeksi :
Sel darah putih akan meningkat sebagai respon tubuh terhadap infeksi yang
disebabkan virus, bakteri, atau parasit untuk menghilangkan penyebab
infeksi.
 Obat-obatan : seperti kortikosteroid dan lithium
 Penyakit keganasan darah :
Leukimia merupakan penyakit keganasan darah dimana sel-sel induk yang
memproduksi sel darah putih dalam jumlah yang berlebihan dan tidak
terkendali.
 Peradangan : seperti pada penyakit autoimun dan cedera
 Alergi. :
Alergi akan merangsang tubuh untuk memproduksi eosinofil, yang
merupakan jenis sel darah putih akan meningkat untuk menghilangkan
alergen.
 Reaksi stress fisik dan psikis
 Iritasi. Zat iritan seperti asap rokok dan zat kimia lainnya
 Kehamilan dan melahirkan :
Saat kehamilan, terutama trimester ke 3, jumlah sel darah putih akan
meningkat. Pada saat beberapa jam setelah melahirkan, sel darah putih akan
meningkat hingga 25.000 pada wanita sehat yang terjadi karena stress
melahirkan. Kedua hal ini normal terjadi, kecuali ada penyakit lain yang
menyertai.
2.3 Gejala Klinis Dan Stadium Klinis
A. Tombositopenia
 Adanya partekhie pada ekstrematis dan tubuh
 Menstruasi yang banyak
 Pendarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
 Muntah darah dan batuk darah
 Pendarahan gastro Instestinal
 Adanya darah dalam urin dan fases
 Pendarahan serebral, terjadi 1-5% pada ITP
B. Leukositosis
Gejala leukositosis yang muncul pada penderitanya berbeda-beda,
tergantung penyebabnya. Namun secara umum, leukosit tinggi ditandai dengan
gejala-gejala di bawah ini:
 Demam
 Tubuh terasa letih dan lelah
 Berkeringat pada malam hari
 Lebih mudah mengalami memar dan perdarahan
 Berat badan turun drastis
 Kulit gatal-gatal dan muncul ruam
 Sesak napas

2.4 Pemeriksaan Klinis

A. Trombositopenia

1. Jenis Pemeriksaan
a) Cara Langsung
Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5. Kemudian dipipet
reagen Rees ecker atau Amonium oksalat 1% sampai angka 101. Dikocok
horizontal. Dibuang 3 tetes pertama, kemudian satu tetes pertama. Bilik hitung
diletakkan pada cawan petri yang dilapisi dengan kapas basah selama 10 menit
dan dihitung trombosit pada bilik hitung yang kecil 80 kotak. (Gandasoebrata,
1984).
b) Cara Tak Langsung
Ujung jari tangan diusap dengan kapas alcohol, biarkan kering.
Kemudian ditusuk degan lancet. Diambil darah kemudian dibuat apusan. Dicat
dengan pengecatan larutan giemsa, dihitung jumlah trombosit pada preparat
darah hapus. (Gandasoebrata, 1984).
2. Reagen yang digunakan
a. Larutan Rees ecker
Komposisi dari larutan Rees ecker terdiri dari : natrium sitrat 3,8
gran, brillian crescyl blue 0,1 gram, larutan formal dehida 40% 2ml,
aquadest ad 100 ml. Larutan pengencer ini tidak menghancurkan
eritrosit, larutan tersebut tidak tahan lama dan disimpan dalam lemari es
dalam botol yang ditutup gelas serta harus disaring sebelum dipakai.
b. Larutan Amonium Oksalat 1%
Komposisi dari larutan ammonium oksalat terdiri dari : Amonium
oksalat 1 gram, aquadest ad 100 ml. Larutan ini bersifat melisiskan
eritrosit. Larutan ini harus dibuat dengan menggunakan alat gelas yang
benar-benar bersih dan menggunakan air suling/ deionized water yang
segar. Setelah larutan selesai dibuat kemudian disimpan pada suhu 4oC.
3. Prinsip Kerja
 Pemeriksaan trombosit menggunakan Rees ecker: darah diencerkan
dengan larutan Rees ecker dan jumlah trombosit dihitung di kamar
hitung.
 Pemeriksaan trombosit menggunakan ammonium oksalat 1%: darah
diencerkan, dihitung jumlah trombosit dalam volume pengenceran
tertentu dan dikalikan dengan faktor perhitungan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Larutan Rees ecker dan Amonium Oksalat 1%
 Larutan Rees ecker
Kelebihan : trombosit lebih jelas terlihat
Kekurangan : - Harga Rees ecker lebih mahal
- Tidak dapat melisiskan eritrosit
- Dengan oengenceran kecil, eritrosit menumpuk
sehingga menutupi trombosit
 Larutan Amonium Oksalat 1%
Kelebihan : - Dapat melisiskan eritrosit dan bayangan leukosit
lenyap
- Harga relatif lebih murah

Kekurangan : Lebih mudah terkontaminasi dan mempunyai latar


belakang jernih sehingga trombosit sukar dibaca.

B. Leukositosis

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium rutin :

a) Pemeriksaan Darah;
Darah lengkap, dilakukan untuk mengetahui adanya anemia, adanya
leukositosis. Leukositosis yang berlebihan ada kemungkinan leukemia,
terutama bila disertai anemia. Waktu perdarahan dan pembekuan, dilakukan
untuk mengetahui adanya gangguan pembekuan darah.
b) Pemeriksaan Urine;
Adanya leukosit dalam urine memungkinkan adanya infeksi kandung kemih
atau ginjal.
c) Kultur atau Bakteriologis
Dilakukan bila dipandang perlu untuk mengetahui infeksi
d) Laboratorium Khusus
Biopsy jaringan, pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan sitologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astukara, S. R., 2008, Efektifitas Ekstrak Campuran Tanaman Lokal dan


Garam Dapur dalam Meningkatkan Trombosit Pada Mencit (Mus musculus),
Skripsi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
2. Guyton dan Hall, 2007, Fisiologi Kedokteran, hal: 480,481,489,503, EGC,
Jakarta
3. Gandasoebrata, R. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
4. Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit dan Moss, 2007, Kapita Selekta Haematologi
(Essential Haematology) edisi ke-4, hal: 221-223,237, EGC, Jakarta
5. Junqueira, L. C.. dan Carneiro, J., 1995, Histologi Dasar, 268, Edisi 3, EGC,
Jakarta
6. Kiswari, dr. Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga
7. Sadikin, M., 2001, Biokimia Darah, hal: 53, Widya Medika, Jakarta
8. Sadikin, M., 2002, Biokimia Darah. Widya Medika, Jakarta
9. Sutedjo, AY. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta : Amara books
10. Handayani, Wiwik, dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
11. Woodley, M. Dan Whelan, A. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta: Andi
Offset Esensia Medika
12. Stein, J.H., 1998, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, hal:535, EGC, Jakarta
13. Willy, d. T. (2019, Agustus 23). ALODOKTER. Retrieved from Leukositosis:
https://www.alodokter.com/leukositosis

Anda mungkin juga menyukai