Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN

BLOK 6.4 BLOOD AND ONCOLOGY


PEMERIKSAAN KELAINAN DARAH

Disusun Oleh :
Kelompok D2
Firda Rahmania G1A020034
Ghina Eka Nur Khaerunnisa G1A020035
Krisna Maulana G1A020036
Nida Fikriyah G1A020048
Wulan Astari Wibowo G1A020049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, BUDAYA, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................2
A. Latar Belakang………………………………………………………………2
B. Tujuan Praktikum…………………………………………………………... 3
C. Manfaat Praktikum…………………………………………………………. 4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
A. Pemeriksaan Kelainan Eritrosit…………………………………………….. 5
B. Pemeriksaan Kelainan Leukosit……………………………………………. 9
C. Pemeriksaan Kelainan Trombosit…………………………………………...9
BAB III..................................................................................................................11
METODE PRAKTIKUM...................................................................................11
A. Pemeriksaan Kelainan Eritrosit…………………………………………… 11
B. Pemeriksaan Kelainan Leukosit…………………………………………... 12
C. Pemeriksaan Kelainan Trombosit………………………………………….15
BAB IV..................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................18
A. Hasil dan Interpretasi………………………………………………………18
B. Pembahasan……………………………………………………………….. 23
C. Aplikasi Klinis……………………………………………………………..26
BAB V...................................................................................................................29
KESIMPULAN....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................33

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Monitoring kondisi kesehatan dapat dilakukan melalui


pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang paling sering
dilakukan adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi
terbagi menjadi 2 yakni pemeriksaan hematologi rutin dan pemeriksaan
hematologi khusus. Selanjutnya pemeriksaan hematologi rutin juga terdiri
dari beberapa jenis pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hitung jumlah eritrosit, jumlah trombosit, jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, hematokrit, laju endap darah, retikulosit dan pemeriksaan
hemostasis. Pemeriksaan darah rutin seperti hitung jenis sel darah dapat
digunakan untuk mengetahui karakteristik morfologi darah. Pemeriksaan
semacam ini disebut dengan sediaan apusan darah tepi. Prosedur
pembuatan apusan darah tepi adalah mengoleskan setetes darah vena atau
kapiler kemudian secara hati-hati ditipiskan di atas kaca objek lalu setelah
itu melakukan pengecatan dengan giemsa atau wright (Warsita dan Fikri,
2019).

Morfologi sel yang dapat diamati melalui sediaan apusan darah


tepi yakni eritrosit, leukosit, dan juga trombosit. Eritrosit atau sel darah
merah adalah sel yang tidak memiliki inti, berbentuk cakram bikonkaf, dan
dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Variasi morfologi dapat
terjadi pada eritrosit akibat kondisi patologis. Variasi morfologi ini dapat
terbagi menjadi variasi dalam ukuran, bentuk, warna, inklusi eritrosit dan
perubahan dalam distribusi eritrosit. Variasi ukuran pada eritrosit meliputi
normositik (ukuran normal), makrositosis (lebih besar dari ukuran
normal), mikrositosis (lebih kecil dari ukuran normal), dan anisositosis.
Selanjutnya, variasi pada warna eritrosit meliputi normokromia,
hipokromia, hiperkromia, dan polikromasia. Variasi pada bentuk eritrosit
ada bermacam-macam yakni Burr sel, akantosit, sferosit, sel target, sickle

2
cell, stomatosit, teardrop cell, dan lainnya. Variasi eritrosit selanjutnya
adalah benda inklusi eritrosit yang mana normalnya sitoplasma eritrosit
bebas dari serpihan, granula, maupun struktur lainnya. Benda inklusi
eritrosit yang umum ditemukan antara lain: Badan heinz, howell-jolly
body, cabot ring, pappenheimer body, dan basophilic stippling. Terakhir,
variasi pada distribusi eritrosit diantaranya adalah roulleaux (agregasi
eritrosit berbentuk seperti tumpukan koin) dan agglutination yakni
gumpalan eritrosit yang berkaitan dengan reaksi antigen-antibodi
(Mescher, 2015; Aliviameta dan Puspitasari, 2019).

Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang memiliki fungsi
utama untuk pertahanan tubuh dari pada infeksi bakteri atau adanya benda
asing di tubuh. Leukosit terbagi menjadi 2 kelompok utama yakni
granulosit dan agranulosit, dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya
granula pada sitoplasma sel. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan
basofil sementara agranulosit terdiri dari monosit serta limfosit. Sama
halnya seperti eritrosit, variasi morfologi juga dapat terjadi pada leukosit
seperti granulasi toksik, vakuolisasi toksik, dan badan dohle. Morfologi sel
selanjutnya yang dapat diamati melalui sediaan apusan darah tepi adalah
trombosit atau platelet. Tidak seperti 2 sel sebelumnya, trombosit
bukanlah sel darah, mereka adalah elemen mononuklear yang sangat kecil
dan dapat ditemukan pada darah semua mamalia. Trombosit adalah
fragmen sitoplasma yang tersisa dari megakariosit (sel paling besar yang
dapat ditemukan pada sumsum tulang). Trombosit diproduksi ketika
sebuah potongan/bagian kecil dari sitoplasma perifer megakariosit
memisahkan diri menuju peredaran darah. Fungsi utama dari trombosit
adalah untuk memonitor sistem vaskuler dan mendeteksi kerusakan yang
terjadi pada lapisan endotelial pembuluh darah. Bilamana terjadi
kerusakan pada endotelial pembuluh darah, maka trombosit akan menuju
lokasi kerusakan tersebut untuk memproduksi blood clot (Eroschenko,
2013).

B. Tujuan Praktikum

3
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kelainan eritrosit, leukosit, dan
trombosit pada sediaan apus darah tepi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan eritrosit, leukosit, dan
trombosit pada sediaan apus darah tepi.
3. Mahasiswa mampu menginterpretasi kelainan eritrosit, leukosit, dan
trombosit pada sediaan apus darah tepi.

C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi kelainan eritrosit, leukosit,
dan trombosit pada sediaan apus darah tepi.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan identifikasi kelainan eritrosit, leukosit,
dan trombosit pada sediaan apus darah tepi serta
menginterpretasikannya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Kelainan Eritrosit


Eritrosit adalah suatu sel dengan bentuk menyerupai cakram
bikonkaf dengan area pucat di tengahnya. Eritrosit memiliki fungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh sel di tubuh. Terjadinya perubahan
eritrosit biasanya dapat dipengaruhi oleh faktor produksi, faktor
transportasi, dan faktor fisiologis lainya. Penurunan eritrosit dapat
disebabkan karena adanya proses hemolisis. Selain itu, jumlah eritrosit
juga akan menurun akibat kesalahan perbandingan antara antikoagulan dan
volume darah. Konsentrasi antikoagulan yang tinggi dapat menyebabkan
hipertonitas plasma sehingga sel eritrosit akan menyusut karena air dalam
sel akan berpindah keluar sel yang tekanan osmotiknya lebih tinggi. Hal
ini dapat menyebabkan sel eritrosit mengalami perubahan bentuk yang
abnormal (Arviananta et al.,2020).
Menurut (Ciesla, 2018), terdapat beberapa kelainan eritrosit pada
manusia, yaitu:
1. Kelainan Ukuran
Eritrosit normal memiliki ukuran yang mirip dengan inti sel
limfosit kecil. Eritrosit yang berukuran normal disebut eritrosit
normositik. Eritrosit makrositik adalah ukuran eritrosit lebih besar
daripada eritrosit normal pada hapusan darah. Eritrosit mikrositik
adalah eritrosit yang berukuran lebih kecil daripada eritrosit normal
pada hapusan darah. Eritrosit makrositik dapat ditemukan pada
kondisi anemia defisiensi besi, thalassemia, dan anemia karena
penyakit kronik. Kondisi tersebut menyebabkan terbentuknya iron-
starved eritrosit. Iron-starved eritrosit ini mengalami regenerasi
yang cepat sehingga ukuran eritrosit menjadi kecil. Sedangkan

5
eritrosit makrositik dapat ditemukam pada kondisi anemia
megaloblastik (Firani, 2018).
2. Kelainan Warna
a. Hipokromasi
Eritrosit hipokromik disebabkan oleh kadar
hemoglobin dalam eritrosit berkurang. Terlihat central
pallor lebih dari 3μm sehingga terlihat lebih pucat. Sering
terlihat pada MCHC kurang dari 32%. Kondisi ini terdapat
pada anemia defisiensi zat besi dan anemia megaloblastik
(Ciesla, 2018).
b. Hiperkromasi
Eritrosit hiperkromik adalah eritrosit yang memiliki
central pallor sedikit atau kurang dari 3μm. Ditandai
dengan MCH dan MCHC yang meningkat. Terjadi akibat
pembentukan DNA kurang sempurna. Kondisi ini terjadi
pada anemia megaloblastik dan anemia hemolitik (Ciesla,
2018).
3. Kelainan Benda Inklusi
a. Basophilic stippling
Pada eritrosit terdapat bintik-bintik granula yang
halus atau kasar, berwarna biru, multiple dan difus. Kondisi
ini ditemukan pada pasien akibat keracunan timbal, anemia
megaloblastik, myelodysplastic syndrome (MDS), dan
thalasemia minor (Setiati et.al., 2019).
b. Pappenheimer Bodies
Eritrosit dengan granula kasar dengan diameter kurang
lebih 2 mikron yang mengandung Fe, Ferritin, dan
berwarna biru (Setiati et.al., 2019).
c. Howell Jolly

6
Merupakan sisa pecahan inti eritrosit dengan diameter
pecahan rata –rata 1 mikron, berwarna ungu kehitaman, dan
memiliki jumlah tunggal. Howell jolly ditemukan pada
kondisi thalasemia, anemia hemolitik, keracunan timah,
pasca splenektomi, dan anemia megaloblastik (Setiati et.al.,
2019).
d. Cabot rings
Merupakan sisa dari membran inti, berwarna biru
keunguan, bentuk cincin huruf ”8” yang terdapat pada
sitoplasma (Adnyani, 2019).
4. Kelainan Bentuk
Bentuk normal sel darah merah yaitu seperti cakram
bikonkaf dengan diameter rata-rata kira-kira 7,8 gm dan dengan
ketebalan 2,5 µm pada bagian yang paling tebal serta 1 µm atau
kurang dibagian tengahnya. Terdapat beberapa kelainan bentuk
eritrosit, yaitu:
a. Sferosit
Sferosit adalah sel darah merah yang berbentuk
kompak ditandai dengan peningkatan MCV dan MCHC.
Eritrosit tidak berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya sferik
dengan tebal 3 mikron atau lebih. Diameter biasanya
kurang dari 6, 5 mikron dan kelihatan lebih hiperkromik
dan tidak mempunyai sentral akromia. Sferosit biasanya
ditemukan pada sferositosis, luka bakar, dan anemia
hemolitik (Kumar, et.al., 2020).
b. Bulan sabit
Eritrosit berbentuk bulan sabit dapat menyebabkan
berkurangnya sifat fleksibel dari eritrosit. Eritrosit kadang-
kadang berbentuk lancet huruf “L”,”V”, atau “S” dan kedua

7
ujungnya lancip. Keadaan ini terjadi karena adanya
gangguan oksigenasi pada sel (Kumar, et.al., 2020).
c. Sel pensil
Sel eritrosit dengan kelainan bentuk pensil biasanya
berbentuk mikrositik dan hipokromik. Bentuk sangat
bervariasi seperti oval, pensil, dan cerutu. Sel pensil
biasanya ditemukan pada kedua kutub sel dengan kondisi
Elliptositosis herediter, Anemia megaloblastik dan anemia
hipokromik (Sibernagl, 2018).
d. Sel target
Eritrosit berbentuk tipis atau ketebalan kurang dari
normal dengan bentuk target ditengah (target like
appearance). Rasio permukaan / volume sel akan
meningkat, biasanya sel target ditemukan pada pasien
dengan anemia defisiensi besi, hemoglobin C disease, dan
pada pasien post splenectomy (Kumar, et.al., 2020).
e. Fragmen
Merupakan suatu pecahan eritrosit dengan berbagai
macam bentuk lebih kecil dari eritrosit normal. Bentuk
fragmen dapat bermacam – macam seperti helmet cell,
triangular cell dan sputnik cell. Fragmen dapat ditemukan
pada kondisi anemia hemolitik, purpura trombotik, kelainan
katup jantung, thalasemia mayor, penyakit keganasan,
hipertensi maligna, dan uremia (Kumar, et.al., 2020).

8
B. Pemeriksaan Kelainan Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh. Sistem imun berfungsi mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme
penyebab penyakit seperti bakteri dan virus, mengeliminasi atau membersihkan
sel-sel tua (sel darah merah yang sudah tua) dan sisa jaringan (jaringan yang rusak
akibat trauma atau penyakit), menyediakan jalan bagi penyembuhan luka dan
perbaikan jaringan, dan mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang
timbul di tubuh. Leukosit memiliki nilai normal yaitu 3.200-10.000 sel/mm3.
Leukosit bersirkulasi di dalam darah dan meningkatkan respons inflamasi dan
seluler terhadap cedera atau patogen. Peningkatan jumlah leukosit disebut dengan
leukositosis dan penurunan jumlah leukosit disebut leukositopenia (Sherwood,
2018).

Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih yang berkisar di


atas 11.000/mm3 pada kumpulan apusan darah tepi. Nilai sel darah putih yang
termasuk yaitu semua jumlah total sel darah putih, seperti neutrofil, eosinofil,
limfosit, monosit, leukosit atipikal yang biasanya tidak ada pada apusan darah tepi
misalnya limfoblas, atau kombinasi dari semuanya (Tigner et al., 2022).

Leukopenia adalah kondisi terjadinya penurunan sel darah putih sebanyak


<4000/mm3. Leukopenia disebabkan oleh adanya stress berkepanjangan, infeksi
virus, penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi atau kemoterapi. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik parah seperti lupus eritematosus,
penyakit tiroid, dan sindrom cushing. Pada leukopenia, semua atau salah satu jenis
leukosit saja yang dapat terpengaruh (Aliviameita dan Puspitasari, 2019).

C. Pemeriksaan Kelainan Trombosit

Trombosit normal berdiameter 1–3μm. Bentuknya tidak beraturan dengan


butiran merah halus yang mungkin tersebar atau terpusat. Akan tetapi, beberapa
trombosit yang lebih besar, dengan diameter hingga 5μm, juga dapat dilihat pada
sampel normal. Trombosit yang lebih besar dapat terlihat dalam darah ketika

9
produksi trombosit meningkat dan pada hiposplenisme. Jadi, misalnya, pada
trombositopenia terjadi penurunan imun yang parah, beberapa trombosit besar
akan terlihat pada sampel. Jumlah trombosit yang sangat tinggi sebagai ciri
neoplasma mieloproliferatif dapat dikaitkan dengan anisositosis trombosit yang
ekstrem, dengan beberapa trombosit sebesar sel darah merah dan seringkali
dengan beberapa trombosit agranular atau hipogranular. Jumlah trombosit juga
sering meningkat akibat stres inflamasi akut atau perdarahan tetapi jarang lebih
dari 1000 ×109 /L. Jika lebih dari ini tetapi pasien tidak terdiagnosis sakit kritis
atau hiposplenik, diagnosis neoplasma mieloproliferatif menjadi kemungkinan
yang pasti (Lewis et al., 2017).

Gambaran morfologis yang khas terlihat pada berbagai kelainan trombosit


bawaan yang tidak umum terkait dengan perdarahan. Ini termasuk sindrom
Bernard-Soulier, di mana ada trombosit raksasa (dengan respons ristocetin yang
rusak), dan sindrom trombosit abu-abu, di mana trombosit mengalami penurunan
butiran dan memiliki penampilan seperti hantu pada film darah yang diwarnai.
Trombositopenia dengan trombosit yang besar juga merupakan ciri dari anomali
Mei-Hegglin. Hal ini dapat disebabkan oleh aktivasi trombosit menghasilkan
pembongkaran mikrotubulus dan kemudian perakitan kembali. Perubahan seperti
itu pada bundel mikrotubulus marginal menyebabkan perubahan bentuk
trombosit. Mikrotubulus tampaknya menjadi penentu utama ukuran trombosit dan
mungkin tidak teratur pada gangguan trombosit raksasa (Greer et al., 2019).

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Pemeriksaan Kelainan Eritrosit


1. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Tissue
c. Oil Emersi
d. Xylol
e. Sediaan Apus Darah Tepi : Anemia, Thalassemia

2. Cara Kerja

Dipasang preparat pada mikroskop

Diperiksa dengan pembesaran obyektif 10x, 40x dan 100x :


Lensa Obyektif 10x :
Orientasi semua zona selayang pandang
Periksa adanya sel asing / ganas / parasit
Lensa Obyektif 40x:
Morfologi eritrosit
Lensa Obyektif 100x (harus dengan oil emersi) :
Identifikasi sel yang kurang jelas
Benda inklusi lebih jelas

Lakukanlah pembacaan kelainan eritrosit

3. Pembacaan Kelainan Eritrosit

Pembacaan seri eritrosit meliputi :

1. Kelainan ukuran → disebut anisositosis

11
2. Kelainan bentuk → disebut poikilositosis
3. Kelainan warna :
a. Hipokromasi : sentral palor melebar (CP > 1/3 sel)
b. Hiperkromasi: sentral palor menyempit (CP < 1/3 sel)
4. Benda inklusi
a. Basophilik stippling → granula halus dan kasar keunguan
pada sitoplasma SDM.
b. Pappenheimer bodies → granula keunguan mengelompok
timbunan besi.
c. Howell Jolly bodies → granula keunguan, jumlah 1 atau 2.
d. Cabot rings → benang tipis warna ungu berbentuk cincin
atau angka 8.
5. Susunan
a. Formasi Rouleaux→ eritrosit yang saling bertumpukan
seperti tumpukan uang logam, batas antar sel jelas
b. Aglutinasi→ eritrosit yang saling bertumpukan dengan
batas antar sel tidak jelas

B. Pemeriksaan Kelainan Leukosit

1. Alat dan Bahan


a. Mikroskop
b. Tissue
c. Oil Emersi
d. Xylol
e. Preparat ALL
f. Preparat AML
g. Preparat CLL
h. Preparat CML

2. Cara Kerja

Dipasang preparat pada mikroskop

12
Diperiksa dengan pembesaran obyektif 10x, 40x dan 100x
Lensa Obyektif 10x:
Orientasi semua zona selayang pandang
Periksa adanya sel asing / ganas / parasit
Estimasi leukosit
Lensa Obyektif 40x:
Hitung jenis lekosit (expert)
Lensa Obyektif 100x (harus dengan oil emersi):
Identifikasi sel yang kurang jelas
Benda inklusi lebih jelas
Hitung jenis lekosit (praktikan)

Dilakukan pembacaan kelainan lekosit meliputi: estimasi jumlah


lekosit, identifikasi kelainan/ sel secara umum dan hitung jenis lekosit

3. Pembacaan Kelainan Eritrosit


1) Estimasi jumlah sel
a) Dilakukan dengan perbesaran objektif 10x → normal 20-30
leukosit/ lapang pandang ~ sebanding dengan jumlah
leukosit 5.000 – 6.000/uL
b) Jika didapatkan jumlah sel kurang dari 20 → leukopenia
c) Jika didapatkan jumlah sel lebih dari 30 → leukositosis
d) Estimasi jumlah sel dilakukan pada semua preparat:
leukositosis, CML, AML, CLL dan ALL
2) Identifikasi kelainan sel secara umum
a) Dilakukan dengan pembesaran objektif 10x/ 40x/ 100x
b) Tanda-tanda keganasan umum:
i) Sel:
(1) Ukuran abnormal
(2) Bergerombol
(3) Monoton

13
ii) Sitoplasma :
(1) Granula abnormal
(2) Benda Inklusi
(3) Rapuh
iii) Inti (leukosit) :
(1) Bercelah
(2) Hipersegmentasi
(3) Berlekuk-lekuk
(4) Megaloblastoid
(5) Multinukleus
iv) Inti (eritrosit):
(1) Inti ganda/multiple
(2) Inti piknotik
(3) Pematangan inti dan sitoplasma yang tidak
sinkron
v) Kelainan bentuk pada leukosit:
(1) Barr Bodies/Drumstick: tonjolan kecil pada
inti neutrofil → didapatkan pada wanita,
merupakan inaktif kromosom X
(2) Toxic granulasi: granula biru hitam pada
neutrofil → pada infeksi akut, keracunan,
kebakaran
(3) Hipersegmentasi: lobus 6 buah/lebih → pada
defisiensi B12/ asam folat
(4) Dohle bodies: small blue granula neutrofil
→ pada infeksi, keracunan, luka bakar
(5) Neutrofil degenerasi dengan inti piknotik:
nukleus menggumpal, kromatin tak tampak
(6) Pelger Huet Anomali: SDP neutrofil
berlobus 2
(7) Vakuolisasi Netrofil: phagositosis aktif pada
infeksi bakteri

14
(8) Auer Rods: akut leukemia, batang merah
ungu pada sel mieloblas
(9) Smudge sel/ sel basket: SDP yang mati, sisa
inti.
(10) Giant lisosom = Supras bodies →
pada akut leukemia.
vi) Tanda-tanda akut leukemia:
(1) Leukosit meningkat
(2) Sel Blas meninggi >20, sel tampak monoton
(3) Perubahan pada sitoplasma sel Blas:
vakuolisasi, benda inklusi.
(4) Hiatus leukemikus

positif Hiatus Leukemikus Pada hitung jenis


bentuk sel muda (blas) banyak sekali, bentuk
yang lebih tua sedikit sekali (mielosit &
metamielosit), sedangkan bentuk tua banyak
sekali (segmen) → sehingga seakan-akan
terjadi kekosongan hitung jenis

(5) Akut leukemia: AML & ALL


vii) Tanda-tanda kronik leukemia :
(1) Leukosit meningkat
(2) Sel Blas kurang dari 5%
(3) Semua spektrum sel tampak (Hiatus
Leukemikus negatif)
(4) Kronis Leukemia: CML & CLL

C. Pemeriksaan Kelainan Trombosit


1. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Tissue
c. Oil Emersi
d. Xylol

15
e. Preparat Trombositosis

2. Cara Kerja

Dipasang preparat pada mikroskop

Diperiksa dengan pembesaran obyektif 10x, 40x dan 100x


Lensa Obyektif 10x :
Orientasi semua zona selayang pandang
Periksa adanya sel asing / ganas / parasit
Lensa Obyektif 40x :
Morfologi trombosit
Lensa Obyektif 100x (harus dengan oil emersi):
Identifikasi sel yang kurang jelas
Estimasi jumlah trombosit

Dilakukan pembacaan kelainan trombosit

3. Pembacaan Kelainan Trombosit


1) Estimasi jumlah trombosit (menurut Barbara Brown)
a) Dilakukan dengan perbesaran objektif 100x
i) Dihitung jumlah trombosit per lapang pandang,
dilakukan minimal 3x di lapangan pandang yang
berbeda, kemudian dihitung reratanya.
ii) Perhitungan: rerata trombosit x 20.000 = Estimasi
jumlah trombosit /uL
iii) Trombositopenia→ jumlah trombosit menurun
Pada: ITP, Leukemia, Anemia Aplastik, Obat-
obatan/bahan kimia, DIC

16
iv) Trombositosis → kenaikan jumlah trombosit Pada:
perdarahan akut, CML, Polisitemia vera, esensial
trombositemia, trombositosis reaktif
2) Bentuk trombosit
a) Bentuk trombosit normal :
i) Ukuran 1 – 4 um
ii) Sitoplasma biru muda
iii) Granula di tengah (tidak jelas)
b) Bentuk abnormal :
i) Giant Platelet/trombosit raksasa
ii) Seperti ular
c) Kelainan ukuran dan bentuk:
Pada perdarahan, bentuk dan ukuran bisa besar.
Menggumpal oleh karena darah membeku pada waktu
pembuatan preparat darah tepi.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Interpretasi


1. Preparat Anemia

a. Kelainan ukuran (anisositosis)


b. Kelainan bentuk (poikilositosis)
Sel pensil (Lingkaran kuning)
Tear drop (Lingkaran orange)
Sferosit (lingkaran biru)
c. Kelainan warna
Hipokromik (Lingkaran toska)
d. Benda inklusi
Howel jolly bodies (Lingkaran merah)
e. Susunan
-
2. Preparat AML
a. Estimasi Jumlah Leukosit
Jumlah leukosit pada perbesaran 10x berjumlah lebih dari 30
Interpretasi: Leukositosis

18
b. Estimasi Jumlah Trombosit
Estimasi jumlah trombosit diambil dari perbesaran 100 x pada 3
lapang pandang didapatkan hasil sebagai berikut :
( 4+1+1)
× 20.000 = 40.000
3
Interpretasi : menurun
c. Identifikasi Sel
Sel yang didapat:

- Mieloblast (Lingkaran Orange)

19
- Promielosit (Lingkaran merah)
- Metamielosit neutrofil (Lingkaran biru)
- Segmen neutrofil (Lingkaran ungu)
- Segmen eosinofil (Lingkaran hijau)

3. Preparat CML
a. Estimasi Jumlah Leukosit
Jumlah leukosit pada perbesaran 10x berjumlah lebih dari 30
Interpretasi : Leukositosis

b. Estimasi Jumlah Trombosit


Estimasi jumlah trombosit diambil dari perbesaran 100 x pada 3
lapang pandang didapatkan hasil sebagai berikut :
(19+13+6)
× 20.000 = 260.000
3
Interpretasi : meningkat

c. Identifikasi Sel

20
Sel yang didapat
- Lingkaran hitam : Metamielosit neutrofil (invaginasi belum
tampak)
- Lingkaran kuning : Promielosit
- Lingkaran hijau : Sel basket
- Kotak biru : Mieloblast
- Kotak hitam : Stab neutrofil
- Kotak hijau : Mielosit neutrofil
- Kotak merah : Mielosit eosinofil

4. Preparat ALL
a. Estimasi Jumlah Leukosit
Jumlah leukosit pada perbesaran 10x berjumlah lebih dari 30
Interpretasi : Leukositosis

21
b. Estimasi Jumlah Trombosit
Estimasi jumlah trombosit diambil dari perbesaran 100 x pada 3
lapang pandang didapatkan hasil sebagai berikut :
(1+0+ 6)
× 20.000 = 46.000
3
Interpretasi : menurun

c. Identifikasi Sel

Sel yang didapat


- Hijau : Limfoblast
- Merah : Limfosit
- Biru : Sel Basket
5. Preparat CLL
a. Estimasi Jumlah Leukosit
Jumlah leukosit pada perbesaran 10x berjumlah lebih dari 30
Interpretasi : Leukositosis

b. Estimasi Jumlah Trombosit

22
Estimasi jumlah trombosit diambil dari perbesaran 100 x pada 3
lapang pandang didapatkan hasil sebagai berikut :
( 4+10+5)
× 20.000 = 126.666
3
Interpretasi : menurun
c. Identifikasi Sel

Sel yang didapat


- Hijau : Limfosit
- Merah : Prolimfosit
- Biru : Limfoblast
- Kuning : Sel Basket

B. Pembahasan
1. Preparat Anemia
Pada preparat anemia, ditemukan berbagai macam kelainan
eritrosit. Mulai dari kelainan bentuk, ukuran, warna, dan adanya
benda inklusi. Pada kondisi anemia, tubuh kekurangan salah satu
atau lebih bahan produksi eritrosit, sehingga eritrosit yang
terbentuk tidak normal. Pada pengamatan kali ini, didapatkan
eritrosit hipokromik namun tidak bisa disimpulkan apakah
normositik, mikrositik, atau hiperkromik karena tidak ada
pembanding dengan sel lainnya. Kelainan bentuk dibuktikan
karena adanya sel pensil, tear drop, dan sferosit. Didapatkan pula
adanya benda inklusi yaitu howell jolly bodies.
Sferosit dalam darah dapat ditemukan karena terjadi
kerusakan sebagian pada membran sel eritrosit. Tear drop cell

23
dapat terbentuk ketika eritrosit melewati mikrosirkulasi (Villatoro
& To, 2018).
2. Preparat AML
Acute myeloid leukemia (AML) merupakan salah satu
keganasan sel darah yang ditandai dengan sel haematopoietik yang
berproliferasi dan bertumbuh secara tidak matang pada sumsum
tulang (Sativa, 2019). Pada apusan darah tepi pasien AML,
biasanya ditemukan berbagai seri myeloid diantaranya adalah
myeloblast. Myeloblast ditemukan dengan ciri sebagai berikut, 1)
berukuran besar, 2) terdapat nukleoli prominen, 3) granul mungkin
terlihat tersebar dalam sitoplasma (Villatoro & To, 2018).
Pada pengamatan preparat apusan darah Acute Myeloid
Leukemia (AML) dengan mikroskop perbesaran 10x didapatkan
sebaran leukosit lebih dari 30 sel. Hal ini mengindikasikan adanya
peningkatan jumlah leukosit atau leukositosis. Pada perbesaran
yang lebih kuat, yakni perbesaran 100x, sel-sel pada apusan darah
dapat terlihat lebih jelas. Dapat diidentifikasi adanya sel Mieloblast
(bentuk besar dengan nukleoli), promielosit (sel bergranula dengan
halo), metamielosit neutrofil (inti sel mulai menekuk), segmen
neutrofil (sel neutrofil muda dengan inti bersegmen dan sitoplasma
bergranula), segmen eosinofil (granula di sitoplasma lebih kasar
dan gelap). Pada persaran 100x pula, dilakukan perhitungan
estimaasi jumlah trombosit. Trombosit pada preparat AML ini
menurun karena hanya didapatkan 40.000. Menurunnya trombosit
bisa disebabkan karena terjadi agregasi trombosit atau ketika
trombosit yang berdekatan dan saling melekat satu sama lain
(Aryandi & Salnus, 2018)
3. Preparat CML
Pada preparat apusan darah Chronic Myeloid Leukemia
(CML) didapatkan hasil berupa gambaran khas peningkatan jumlah
leukosit yang signifikan melebihi 100.000 sel/µL. Juga didapatkan
berbagai seri mieloid seperti netrofil segmen, neutrofil batang,

24
mielosit, metamielosit dan promielosit (Kumar, et.al., 2020).
Selain itu juga ditandai dengan peningkatan trombosit. Pada
praktikum yang telah dilakukan dari lapang pandang dengan
perbesaran 10x didapatkan hasil leukosit lebih dari 30 yang
menandakan terjadi leukositosis maka hal ini sesuai dengan teori.
Sedangkan untuk jumlah trombosit yang diamati dari 3 lapang
pandang mendapat hasil 260.000 U/L yang artinya meningkat.
Identifikasi sel dengan perbesaran 100x didapat gambaran sel
metamielosit neutrofil, mieloblas, promielosit, neutrofil batang,
mielosit eosinofil dan sel basket.
4. Preparat ALL
Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) merupakan keganasan
dari limfoblast B atau T yang ditandai dengan proliferasi abnormal
dan tidak terkontrol. Limfosit imatur dan progenitornya
menggantikan elemen sumsum tulang dan organ limfoid lain
menjadi penanda dari penyakit ini. Manifestasi apusan darah
pasien ALL yang paling sering ditemukan adalah trombositopenia,
anemia dan granulositopenia (Puckett dan Chan, 2022). Pada
praktikum yang dilakukan estimasi jumlah leukosit yang didapat
dari pengamatan perbesaran 10x terdapat lebih dari 30 leukosit
yang menandakan leukositosis. Jumlah trombosit yang didapat
adalah 46.000 U/L yang artinya menurun sesuai dengan teori.
Untuk jenis sel yang didapatkan pada pengamatan adalah limfosit
dan limfoblas pada preparat penderita ALL dilihat dari perbesaran
100x.
5. Preparat CLL
Chronic Lymphoid Leukemia (CLL) merupakan keganasan
darah yang ditandai dengan proliferasi klonal serta penumpukan
limfosit B neoplastik dalam darah. Pada pemeriksaan apusan darah
perifer memiliki gambaran patognomonik limfositosis dan
peningkatan sel basket serta leukositosis Manifestasi klinis pada
pasien CLL dapat berupa limfadenopati, splenomegali dan

25
hepatomegali (Sahreni dan Wahid, 2019). Pada pemeriksaan
preparat CLL yang dilakukan didapatkan hasil leukositosis. Selain
itu pada perbesaran 100x ditemukan jenis sel berupa limfosit,
limfoblast, prolimfosit serta sel basket. Estimasi jumlah trombosit
yang didapatkan dari pengamatan 3 lapang pandang perbesaran
100x menunjukkan hasil 126.666 yang artinya terjadi penurunan
kadar trombosit. Umumnya trombosit pada CLL meningkat atau
normal. Namun bisa saja menurun disebabkan oleh faktor
kesalahan penghitungan estimasi trombosit dari pemeriksa.

C. Aplikasi Klinis
1. Anemia
Anemia merupakan kondisi dimana terjadi penurunan
hemoglobin yang menginduksi penurunan oksigen dalam darah. Gejala
yang mungkin terlihat pada pasien anemia adalah sesak nafas saat
beraktivitas, mudah lelah, sakit kepala atau angina. Anemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merahnya. Pada pasien
dengan sel eritrosit makrositik, ukuran sel eritrosit lebih besar dari
normal, biasanya memiliki nilai Mean corpuscular volume (MCV)
lebih dari 98 fl. Eritrosit dengan ukuran lebih kecil dari normal atau
bisa disebut mikrositik, memiliki nilai MCV lebih kecil dari 78 fl.
Anemia dapat bersifat diturunkan ataupun didapat. Anemia yang
diturunkan diantaranya adalah anemia karena defek hemoglobin
(sickle cell anemia dan thalasemia), defek metabolisme (defisiensi
piruvat kinase), defek membran sel (sferositosis herediter), dan aplasia
sel darah merah(Mehta & Hoffbar, 2014).

2. AML
Acute Myeloid Leukemia (AML) adalah kelainan sel darah
berupa keganasan yang ditandai dengan proliferasi dan pertumbuhan
dari sel hematopoietik yang imatur dalam sumsum tulang dan darah.
Sel-sel blast atau sel darah imatur kehilangan kemampuan untuk
diferensiasi dan merespon terhadap regulasi normal dan proliferasi

26
serta pertahanan. Sehingga sel-sel akan digantikan oleh sel darah
normal dalam sumsum tulang dengan manifestasi infeksi berat,
perdarahan, dam infiltrasi terhadap organ lain. Pasien dengan AML
memiliki gejala khas seperti mudah lelah. sesak nafas, perdarahan, dan
tanda-tanda infeksi yang merupakan akibat dari kegagalan sumsum
tulang. Penyakit ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan darah
lengkap yaitu penurunan jumlah eritrosit (anemia), trombosit
(trombositopenia), dan neutrophil (neutropenia). Namun jumlah
leukosit secara keseluruhan meningkat (leukositosis) oleh karena
akumulasi sel blast dari leukemia (Sativa, 2019).

3. CLL
Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) adalah suatu keganasan
hematologic yang ditandai dengan proliferasi klonal dan penumpukan
limfosit B neoplastik dalam darah. Penyebab CLL adalah idiopatik,
namun terdapat kemungkinan penyebab yaitu kromosom, onkogen,
dan retrovirus. Pada pasien CLL dapat ditemukan limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan, kelelahan, hilangnya nafsu
makan, demam, keringat malam, infeksi akibat penumpukan sel B
neoplastik. Gambaran laboratorium dapat ditemukan adanya
limfositosis, anemia normositik normokromik yang terdapat pada
stadium lanjut akibat infiltrasi sumsum tulang atau hipersplenisme.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan infiltrasi sel-sel
limfopoetik dengan dominasi limfosit, limfoblast, dan smudge cells
(Sahreni dan Wahid, 2019).

4. Trombositopenia pada Sindrom Evans

Pada sindrom Evans, pasien dengan anemia hemolitik autoimun


juga mengalami trombositopenia autoimun. Anemia hemolitik
autoimun ditandai dengan uji Coombs langsung dan dibagi menjadi
tipe "hangat" dan "dingin". Hal ini dilihat berdasarkan reaksi antibodi
dengan sel darah merah pada suhu 37°C atau 4°C. Gangguan yang
didapat ini terjadi pada usia berapa pun dan menghasilkan anemia

27
hemolitik dengan berbagai tingkat keparahan. Pada tipe hangat, darah
tepi biasanya menunjukkan sferositosis sel darah merah yang nyata.
Pada tipe dingin, penyakit aglutinin dingin, antibodi biasanya
imunoglobulin M (IgM) dan mungkin berhubungan dengan hemolisis
intravaskular. IgM biasanya monoklonal dalam bentuk primer dari
kondisi atau di mana terdapat penyakit limfoproliferatif yang
mendasari tetapi infeksi pasca poliklonal (Hoffbrand et al., 2019).

5. Leukimia Limfoblastik Akut


Leukimia limfoblastik akut (ALL) dan limfoma limfoblastik adalah
tumor yang agresif yang berasal dari limfosit muda (lymphoblast) serta
utamanya terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. ALL merupakan
80% dari leukimia pada masa anak-anak, puncaknya pada usia 4 tahun
serta sebagian besar berasal dari sel pre-B. Tumor sel pre-T paling
sering ditemukan pada pria berusia 15-20 tahun. Tanda dan gejala dari
leukemia akut adalah berlangsung mendadak (biasanya pasien berobat
3 bulan setelah timbul gejala), merasa lelah (karena anemia), adanya
demam (menunjukkan adanya infeksi karena neutropenia), rasa sakit
dan nyeri pada tulang, ditemukan limfadenopati generalisata,
splenomegali, dan hepatomegali, serta manifestasi pada sistem saraf
pusat seperti sakit kepala, muntah, kelumpuhan saraf akibat infiltrasi
ke selaput otak. Temuan laboratorium pada leukemia akut yakni
jumlah sel darah putih lebih dari 100.000/µL, pasien yang menderita
leukemia hampir pasti mengalami anemia dan hitung trombosit
biasanya di bawah 100.000/µL. Neutropenia juga lazim ditemukan
pada penderita leukemia. Prognosis untuk ALL paling baik pada anak
rentang usia 2-10 tahun dengan tingkat kesembuhan 80% melalui
kemoterapi intensif. Sementara untuk kelompok usia yang lain
hasilnya belum baik. Faktor yang mempengaruhi hasil pengobatan
meliputi jenis kelamin pria, umur kurang dari 2 tahun dan umur lebih
dari 10 tahun, hitung jenis leukosit yang tinggi pada saat diagnosis,
dan fakta molekuler yang tidak berubah pada pengobatan hari ke-28
(Kumar, et.al., 2020).

28
BAB V

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan kelainan eritrosit dilakukan untuk mengamati apakah


terdapat kelainan atau variasi morfologi pada eritrosit. Praktikum kali ini
menggunakan preparat anemia untuk pemeriksaan kelainan eritrosit.
Kelainan pada eritrosit meliputi kelainan ukuran, bentuk, warna, benda
inklusi dan susunan. Berdasarkan pengamatan, didapatkan kelainan warna
eritrosit yakni hipokromik, untuk kelainan ukuran tidak dapat disimpulkan
karena tidak adanya pembanding dengan sel lainnya. Preparat ini juga
terdapat kelainan bentuk yakni sel pensil, tear drop, dan sferosit. Kelainan
benda inklusi dapat diamati pada preparat anemia yakni terdapat howell-
jolly bodies dan untuk kelainan susunan tidak diamati pada preparat kali
ini.
2. Pemeriksaan kelainan leukosit bertujuan untuk mengamati apakah ada
kelainan pada jenis maupun jumlah leukosit. Praktikum kali ini
menggunakan 4 preparat untuk pemeriksaan kelainan leukosit yakni
preparat AML, CML, ALL, dan CLL. Pemeriksaan meliputi estimasi
jumlah leukosit dan identifikasi sel. Estimasi jumlah leukosit meningkat
(leukositosis) pada preparat AML, CML, ALL, dan CLL. Identifikasi sel
pada preparat AML ditemukan sel mieloblas, promielosit, metamielosit
neutrofil, segmen neutrofil dan segmen eosinofil. Preparat CML
menunjukkan adanya sel mieloblas, promielosit, metamielosit neutrofil,
mielosit neutrofil, mielosit eosinofil, stab neutrofil, dan sel basket.
Identifikasi sel pada preparat ALL dan CLL ditemukan limfoblas, limfosit,
dan sel basket, dan pada preparat CLL juga ditemukan prolimfosit
sedangkan pada preparat ALL tidak ditemukan prolimfosit.
3. Pemeriksaan kelainan trombosit memiliki tujuan untuk mengestimasi
jumlah trombosit. Praktikum kali ini menggunakan preparat AML, CML,
ALL, dan CLL untuk estimasi jumlah trombosit. Preparat AML, ALL, dan

29
CLL menunjukkan hasil estimasi jumlah trombosit yang menurun
sementara preparat CML menunjukkan hasil estimasi jumlah trombosit
yang meningkat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M. H., Ghatge, M. S., Safo, M. K. 2020. Hemoglobin : Structure,


Function, and Allostery. Subcell Biochem. 94(1):345-382.

Aliviameita, A., Puspitasari. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Hematologi. UMSIDA
Press, Sidoarjo.

Adnyani, D.A.P., Herawati, S. 2019. Gambaran Periksaan Laboratorium Darah


Lengkap Pada Pasien Anemia Aplastik Yang Dirawat Di RSUP Sanglah
Tahun 2016. Jurnal Medika. 8(5): 1-10.

Arviananta R., Syuhada, Aditya. 2020. Perbedaan Jumlah Eritrosit Antara Darah
Segar dan Darah Simpan di UTD RSAM Bandar Lampung. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 9(2): 686 – 69.

Aryandi, R., & Salnus, S. 2018. Studi Gambaran Hasil Pemeriksaan Apusan
Darah Tepi Pada Ibu Hamil Di Laboratorium Rsud H.A.Sulthan Daeng
Radja Kabupaten Bulukumba. Jurnal Kesehatan Panrita Husada. 3(2):
79- 93.

Ciesla, B. 2018. Hematology in Practice 3th Edition. F. A Davis Company,


Philadelphia.

Eroschenko, V.P. 2013. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations


12th Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer.

Firani. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah.Universitas Brawijaya


Press: Malang.

Greer, J. P., et al. 2019. Wintrobe’s Clinical Hematology 14 th. Philadelphia :


Wolters Kluwer.

Hoffbrand, A. V., Vyas, P., Campo, E., Haferlach, T., Gomez, K. 2019.
Hematology Molecular and Celullar Basis of Disease 5th edition.
Oxford : John Wiley & Sons Ltd.

31
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. 2020. Buku Patologi Robbins Edisi 10.
Singapore : Elsevier.

Lewis, S.M., Bain, B.J., Bates, I. 2017. Dacie and Lewis Practical Haematology.
12th edition. Toronto. China : Elsevier.

Mescher, A.L. 2015. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 13th Edition.
New York : McGraw-Hill Education.

Puckett, Y., Chan, O. 2022. Acute Lymphocytic Leukemia. Stat Pearls Publishing
LLC.

Sahreni, R., Wahid, I. 2019. Leukemia Limfositik Kronik pada Limfoma Non
Hodgkin. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(1): 84-88.

Sativa. S.O. 2019. Pengaruh Genetik Gaya Hidup dan Lingkungan Pada Kejadian
Leukemia Mieloblastik Akut. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 8(1): 83-86.

Setiati, S., Alwi I., Sudoyo, A.W., Stiyohadi, B, Syam, A.F. 2019. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 6. Jakarta: InternaPublishing.

Sibernagl, S., Lang, F. 2014. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta;
EGC.

Tigner, A., Ibrahim, S. A., Murray, I. 2022. Histology, White Blood Cell.
StatPearls Publishing, Florida.

Villatoro, V., & To, M. 2018. A Laboratory Guide to Clinical Hematology.


Alberta: Edmonton.

Warsita, N., Fikri, Z. 2019. Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah


Fiksasi Apusan Darah Tepi Terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis
Medika Biosains (JAMBS). 6(2): 125-129.

32
LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai