Anda di halaman 1dari 5

SEL DARAH MERAH DAN KELAINANNYA

Darah
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup. Dalam keadaan
fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier),
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis.
Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan
bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein
darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles)terdiri atas eritrosit,
leukosit dan trombosit.
Sel Darah Merah / Eritrosit
Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk bikonkaf tersebut
menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewatipembuluh darah yang sangat
kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada mikroskop biasanya tampak bulat berwarna merah dan
dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut (central pallor) diameter 1/3 dari
keseluruhan diameter eritrosit.
Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang membawa oksigen dari paru menuju
ke jaringan tubuh dan membawa karbondioksida (CO) dari jaringan tubuh ke paru. Eritrosit
tidak mempunyai inti sel tetapi mengandung beberapa organel dalam sitoplasma. Sitoplasma
dalam eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat
oksigen.
Sediaan Hapusan Darah
Pembuatan preparat sediaan hapusan darah adalah untuk menilai berbagai unsur sel darah
tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, microfilaria
dan lain sebagainya.
Bahan pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpa antikoagulan atau
darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1mg/ cc darah, yang dihapuskan
pada preparat dan dilakukan pengecatan ( Giemsa. Wright atau Romanosky)

Ciri sediaan hapusan yang baik :


a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai 2/3 panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar
rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.

Kelainan Eritrosit
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1)

Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit


Ukuran normal eritrosit antara 6,2 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a)

Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit
terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B atau asam folat.
Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat
meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit
kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati
menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti

anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.


b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa
hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan
mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini
didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi
besi.
c) Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan
ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam
sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada
anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
2)

Kelainan berdasarkan berdasarkan bentuk eritrosit

a) Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang
kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa
pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton
eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b) Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah
kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane
eritrosit.
c) Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna
lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.
d) Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau
diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik,
thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi
myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah,
bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia
hemolitik mikroangiopati.
f) Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku.
Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan
menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada
sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g) Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis
congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis
alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan,
thallasemia.
i) Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada
hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.

3)

Kelainan berdasarkan warna eritrosit


a) Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi
normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia
sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b) Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom.
Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti
kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d) Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan
hemopoeisis ekstrameduler.

4)

Kelainan berdasarkan benda inklusi eritrosit


a) Basophilic stipping
Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit
ditemukan karena distribusinya jarang.
b) Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A,
dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna biru.
c) Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal
violet / brillian cresyl blue.
d) Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung
DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia
hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e) Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada
hiposplenisme, anemia hemolitika.

DAFTAR PUSTAKA:

Luvita,

Risa.

2012.

Laporan

Praktikum

Patologi

Klinik

Eritrosit.

https://risaluvita.wordpress.com/2012/09/29/laporan-praktikum-patologi-klinik-eritrosit/ diakses
pada tanggal 4 Mei 2015
Juni,

Komang.

2011.

Laporan

Hematologi

Semester

http://junikomang.blogspot.com/2011/01/laporan-hematologi-semester-iii.html

diakses

III.
pada

tanggal 4 Mei 2015


Musyaffa

Ahdanlab,

Ripani.

2010.

Evaluasi

Hapusan

http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/evaluasi-hapusan-darah.html

diakses

Darah.
pada

tanggal 4 Mei 2015


Aristakum. 2010. [Jurnal]. Morfologi Eritrosit pada Apusan Darah EDTA Berdasarkan
Waktu Penyimpanan Sampel Selama 0 jam, 1.5 jam, 3 jam, 4.5 jam

Anda mungkin juga menyukai