Disusun Oleh :
Kelompok IV
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul (Evidence Base Practice)
Pada Kasus Gangguan Sistem Hematologi : Leukemia, sehingga dapat tepat pada waktunya.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah yang akan kami buat selanjutnya agar lebih baik lagi,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini
dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas dan bermanfaat bagi
kita semua amin
Kelompok 1V
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 18
3.2 Saran.................................................................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan penyakit Leukemia
2. Memahami Evidence Based Practice (EBP) dalam keperawatan
3. Memahami Evidence Based Practice (EBP) pada pasien Leukemia
3
BAB II
PEMBAHASAN
Leukimia dikenal dengan kanker darah adalah salah satu klasifikasi dalam penyakit
kanker pada darah atau sumsum tulang, ditandai dengan pertumbuhan secara tak normal
atau transformasi maligna dari sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan
limfoid. Hal ini umumnya terjadi di leukosit atau sel darah putih. Sel normal dalam
sumsum tulang digantikan oleh sel abnormal dan sel ini dapat ditemukan di darah perifer
atau darah tepi. Sel leukimia ini mempengaruhi sel darah normal serta imunitas
penderitanya (Wirawan R. 2003).
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan tipe sel, baik menurut maturitas sel maupun
turunan sel. Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan kronik. Jika sel
ganas tersebut sebagian besar immatur (blast) maka leukemia diklasifikasikan akut,
sedangkan jika yang dominan adalah sel matur maka diklasifikasikan sebagai leukemia
kronik. Berdasarkan turunan sel, leukemia diklasifikasikan atas leukemia mieloid dan
leukemia limfoid. Kelompok leukemia mieloid meliputi granulositik, monositik,
megakriositik dan eritrositik (Launder TM,2002).
Penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta
sering disertai adanya leukesit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia dan trombositopenia. Leukemia limpois atau limpositik akut ini merupakan
kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imanur dan berlebihan sehingga
jumlahnya menyusup kebagian organ seperti sumsum tulang dang mengganti unsur sel
yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sehingga
menimbulkan pendarahan .Leukemia merupakan penyakit klonal yang berarti suatu sel kanker
abnormal berproliferasi tanpa control ,mengahasilkan sekelompok sel-sel anak yang abnormal
sehingga menghambat semua sel-sel lain di sum-sum tulang berkembang normal (Hidayat,2006)
Proliferasi yang tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dan sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal, neoplasma akut dan kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa. Leukemia adalah suatu keganasan
pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang
ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain (Arif, 2002).
LMA mengenai sel system hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
myeloid, monosit, granulosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena,
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimpositik yang
palinng sering terjadi.
LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel myeloid. Namun banyak sel normal
dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMC jarang menyerang
individu dibawah 30 tahun. Manifestasi mirip dengan LMA, tetapi tanda dan gejala lebih
ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anakanak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah 15 tahun
LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga menggangu perkembangan sel normal.
praktek keperawatan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak kerugian untuk
pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan bayinya pada saat
tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk
mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun berdasarkan evidence based
menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian
bayi secara tibatiba SIDS (Melnyk & Fineout, 2011).
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat menurunkan mual
muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker serta dapat diterapkan sebagai bagian
dari intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi (Syarif et al., 2011). Terapi ini dilakukan
dengan menekan secara manual pada P6 pada daerah pergelangan tangan yaitu 3 jari dan daerah distaf
pergelangan tangan antara dua tendon,terapi ini menstimulasi sistem regulasi serta mengaktifkan
mekanisme endokrin dan neurologi,yang merupakan mekanisme fisiologi dalam
mempertahankan keseimbangan (Runiari, 2010).
Akupresur dapat menurunkan mual muntah akut akibat kemoterapi melalui efek yang
dihasilkan manipulasi pada titik akupresur tersebut.Manipulasi pada titik akupresur P6 dan
St36 dapat memberikan manfaat berupa perbaikan energi yang ada di meridian limpa dan
lambung, sehingga memperkuat sel-sel saluran pencernaan terhadap efek kemoterapi yang
dapat menurunkan rangsang mual muntah ke pusat muntah. Manipulasi tersebut juga dapat
meningkatkan peningkatan beta endorpin di hipofise yang dapat menjadi antiemetik alami
melalui kerjanya menurunkan impuls mual muntah di chemoreseptor trigger zone (CTZ)
dan pusat muntah (Syarif et al., 2011). Letak titik St36 3 cun di bawah tempurung
lutut,sifat dari titi St36 memperbaiki sistem lambung ,limfa dan usus mengusir penyakit yang
bersifat angin dan lembab ,istimewa titik St36 pengaruh saraf simpatis , dan saraf tulang
belakang, titik ini sering di ambil karena merupakan titik vitamin atau titik dewa, khasiat
dari titik ini, diare, sembelit, nyeri lambung, kembung, mual, masuk angin, nyeri lutut,
kelumpuhan dll, sedangkan letak titik P6 2 cun (tiga jari) di atas pergelangan tangan
bagian dalam antara dua tendon, istimewa titik P6 titik ini termasuk titik yang sering di
ambil, karena menguwasai lambung dan dada, khasiat dari titik ini muntah muntah, nadi
cepat, sakit lambung, kram, dll (Alamsyah, 2010). Pijatan bisa dilakukan setelah
menemukan titik median yang tepat yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa, rasa
nyeri, linu atau pegal.Dalam terapi akupresur pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan
jari tangan (jempol dan jari telunjuk), lama dan banyaknya tekanan (pemijatan) tergantung
pada jenis pijatan. Pijatan untuk mengguatkan (yang) dapat dilakukan dengan maksimal
30 kali tekanan untuk masing–masing titik dan pemutaran pemijatanya searah jarum jam
sedangkan pemijatan yang berfungsi melemahkan (yin) dapat dilakukan dengan 50 kali
tekanan dan cara pemijatanya berlawanan jarum jam (Fengge, 2012).
6
Summary Jurnal Defisit Nutrisi Dengan Tindakan Akupresur Terhadap Mual Muntah
plus siklofosfamid (FC). Penambahan rituximab ke FC telah digunakan, suatu kombinasi yang dikenal sebagai FCR. Kemoimunoterapi
dengan FCR telah terbukti meningkatkan tingkat respons, kelangsungan hidup bebas perkembangan, dan kelangsungan hidup secara
keseluruhan dalam uji coba acak besar pada pasien CLL yang dipilih untuk kebugaran fisik yang baik. Ini telah menjadi uji klinis
pertama yang menunjukkan bahwa pilihan terapi lini pertama dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien CLL secara
keseluruhan.
Fludarabine sangat efektif dalam pengobatan leukemia limfositik kronis , menghasilkan tingkat respons yang lebih tinggi daripada
agen alkilasi seperti klorambusil saja. Fludarabine digunakan dalam berbagai kombinasi dengan siklofosfamid, mitoksantron,
deksametason dan rituximab dalam pengobatan limfoma non-Hodgkin yang lamban . Sebagai bagian dari regimen FLAG atau
FLAMSA, fludarabine digunakan bersama dengan faktor perangsang koloni sitarabin dan granulosit dalam pengobatanleukemia
myeloid akut . Karena efek imunosupresifnya, fludarabin juga digunakan dalam beberapa rejimen pengkondisian sebelum transplantasi
sel induk alogenik. Fludarabin dan siklofosfamid (FC) yang aktif dalam pengobatan leukemia limfositik kronis (CLL), bersinergi
dengan antibodi monoklonal rituximab secara in vitro pada jalur sel limfoma. Program kemoimunoterapi yang terdiri dari fludarabine,
siklofosfamid, dan rituximab (FCR) dikembangkan dengan tujuan meningkatkan tingkat remisi lengkap (CR) pada pasien CLL yang
sebelumnya tidak diobati menjadi 50%.
Rituximab adalah obat infus untuk mengobati kanker kelenjar getah bening, kanker darah, dan rheumatoid arthritis. Rituximab
dapat digunakan sebagai obat tunggal, atau dikombinasikan dengan obat lain. Penggunaan rituximab harus dilakukan oleh dokter atau
tenaga medis lainnya sesuai dengan anjuran dokter. Rituximab bekerja dengan cara menghabiskan sel darah yang mengalami
gangguan akibat ketiga penyakit tersebut. Dengan berkurangnya sel yang terganggu, tingkat keparahan ketiga penyakit di atas dapat
ditekan.
Siklofosfamid merupakan obat antineoplastik golongan alkylating agent yang umum digunakan untuk penanganan kanker,
terutama kanker darah seperti limfoma, mieloma multipel, atau leukemia. Obat ini umumnya digunakan sebagai terapi kombinasi
dengan agen kemoterapi lainnya, misalnya dengan thalidomide. Siklofosfamid adalah agen imunosupresif poten sehingga
kegunaannya tidak
terbatas hanya pada kasus malignansi saja, tetapi juga pada penyakit autoimun seperti lupus atau pada sindrom nefrotik. Walau
demikian, isu toksisitas obat ini membuat penggunaannya untuk indikasi selain malignansi dibatasi hanya pada kasus berat saja.
Siklofosfamid bersifat sitotoksik, bekerja menghambat proses replikasi dengan membentuk cross-link pada DNA. Hepatosit, sel
mukosa gastrointestinal, dan sel-sel prekursor darah cenderung lebih resisten terhadap efek toksik siklofosfamid dibanding sel-sel pada
organ lain. Sampai saat ini, penelitian mengenai efek samping sistemik dan toksisitas siklofosfamid masih terus dilakukan.
12
13
Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) adalah obat farmasi yang menghambat kinase
tirosin. Tirosin kinase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk aktivasi banyak
protein dengan kaskade transduksi sinyal. Protein diaktifkan dengan menambahkan
gugus fosfat ke protein (fosforilasi), suatu langkah yang dihambat oleh TKI. TKI
biasanya digunakan sebagai obat antikanker. Misalnya, mereka secara substansial
meningkatkan hasil pada leukemia myelogenous kronis. Mereka juga disebut
tyrphostins, nama pendek untuk "inhibitor fosforilasi tirosin", awalnya diciptakan
dalam publikasi tahun 1988, yang merupakan deskripsi pertama dari senyawa yang
menghambat aktivitas katalitik dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR).
Banyak TKI yang membidik berbagai tirosin kinase telah dihasilkan oleh
pencetus senyawa ini dan terbukti efektif sebagai agen anti tumor dan agen anti
leukemia. Berdasarkan pekerjaan ini imatinib dikembangkan untuk melawan
leukemia myelogenous kronis (LMK) dan kemudian gefitinib dan erlotinib yang
bertujuan pada reseptor EGF. Dasatinib adalah inhibitor tirosin kinase Src yang
efektif baik sebagai senolitik maupun sebagai terapi untuk LMK. TKI beroperasi
dengan empat mekanisme yang berbeda: mereka dapat bersaing dengan adenosin
trifosfat (ATP), entitas fosforilasi, substrat atau keduanya atau dapat bertindak
secara alosterik, yaitu mengikat ke situs di luar situs aktif, mempengaruhi
aktivitasnya dengan perubahan konformasi. Baru-baru ini TKI telah terbukti
menghilangkan akses kinase tirosin ke sistem pendamping molekuler Cdc37-Hsp90
di mana mereka bergantung pada stabilitas seluler mereka, yang menyebabkan
kemunduran dan degradasi mereka. Terapi transduksi sinyal pada prinsipnya juga
dapat diterapkan untuk penyakit proliferatif non-kanker dan untuk kondisi
peradangan. Sampai saat ini TKI belum dikembangkan untuk pengobatan kondisi
seperti itu.
15
3 Nilotinib As The Yuswanti 2021 Nilotinib aktif terhadap beberapa Sebagai terapi lini pertama pada
First Line Therapy In Setyawan mutan BCR-ABL yang resisten terhadap imatinib,
pasien
kecuali
CMLmutan
fase kronik dengan Ph+ yang baru te
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah putih
yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek kehidupan yaitu fisik,
psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan
tidak normal pada sel darah putih (leukosit), dimana sel darah putih muda tidak
menjadi matang seperti seharusnya melainkan menjadi sel yang dikenal sebagai sel
leukemia (Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 2008). Leukemia adalah penyakit yang
dapat menyerang semua jenis usia, tidak terkecuali pada anak-anak. Leukemia
merupakan jenis kanker yang sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun.
Leukemia merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007). Leukemia
diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya,Leukemia Mieloid Akut (LMA),
Leukemia Mieloid Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia
Limfositik Kronik (LLK). Perawat menggunakan intervensi yang berdasarkan pada
Evidence Based Practice (EBP) atau praktik berbasis bukti. Dalam pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien TBC dapat dilakukan beberapa intervensi seperti
Pada Pasien Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)Defisit Nutrisi Dengan Tindakan
Akupresur Terhadap Mual Muntah, EBP Pada Pasien Leukemia Mieloid Akut (LMA)
Penerapan Art therapy, EBP Pada Pasien Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Fludarabine, Siklofosfamid, Rituximab (FCR), EBP Pada Leukimia Mieloid Kronis
(LMK) Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) Therapy yang dapat membantu pasien dalam
meningkatkan kesehatannya.
3.2 Saran
Tentunya dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami
memohon kritikan dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah ini di waktu
selanjutnya bisa dibuat menjadi lebih baik. Semoga makalah yang dibuat ini bisa juga
berguna dan bermanfaat.
17
DAFTAR PUSTAKA
JuniartiST36
HestyTerhadap
., Rizona Mual
Firnaliza. (2020).
Muntah PadaPengaruh Tindakan
Pasien Acute Akupresur
Myeloid Titik P6
Leukemia Dan
(AML)
Dengan Defisit Nutrisi. Undergraduate thesis, Sriwijaya University.
Rahma, Dhani Fitri (2020) Literatur Review : Terapi Akupresur untuk Menurunkan
Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi pada Anak dengan Leukemia
Limfoblastik Akut. Other thesis, Universitas Andalas.
Iriani Restu, Vestabilivy Evi. (2017). Pengaruh Hipnoterapi dan Akupresur terhadap Mual
Muntah Akut Akibat Kemoterapi Pada Anak dengan Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang Tahun 2017.
Jurnal Persada Husada Indonesia Vol 4 No 14 Juli 2017.
Shinta Natalia Adriani, Monty Satiadarma. (2017). Efektivitas art therapy dalam
Journal of Clinical Oncology, Volume 51, Issue 3, March 2021, Pages 408–415.
Sahreni Rahmi, Whid Irza. (2019). Leukemia Limfositik Kronik pada Limfoma Non
Hodgkin. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(Supplement 1).
IMBA Putra ., RA Rena ., K Suega. (2015). Respon Hematologi Pasein Leukimia Mieloid
Kronik Yang Mendapat Pengobatan Tyrosine Kinase Inhibitor Selama Setahun
Di RSUP Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana.
iii
iV
Ugroseno Yudho Bintoro, Siprianus (2013) Profile Of BCR-ABL Transcipt Levels Based
on Sokal prognostic Score in Chronic Myeloid Leukimia Patients Treated With
lmatinib. The Indonesia Journal of lnternal Medicine, 45 (2).
Afrianti Novi, Riana E. (2020). Penerapan Terapi Akupresur Dalam Penanganan Mual
Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
Volume 10 No 4, Hal 461–470.
http://repository.unimus.ac.id/1205/3/BAB%20II.pdf
http://scholar.unand.ac.id/12485/3/BAB%20I.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21314/6.%20BAB%20II.pdf?se
5