Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PALIATIF PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

Disusun Oleh Kelompok 4 :

No NAMA NIM
1 Nur Ainun Farkhia 202101199
2 Nur Anisya B. Baharu 202101200
3 Olivia Ningsih Aros 202101203
4 Sitti Rachma 202101210
5 Sri Auliannisa 202101211
6 Sri Irkawati 202101212
7 Winda Sasmita 202101216
8 Yasoda Febri Arini 202101217
9 Zulfiana 202101219

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Rencana Asuhan Keperawatan Paliatif pada
Anak dengan Leukemia”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dari teman-teman
sekalian. Kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Palu, Novemmber 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................


B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Definisi ............................................................................................................
B. Etiologi .........................................................................................................
C. Klasifikasi ....................................................................................................
D. Patofisiologis ...................................................................................................
E. Manifestasi Klinis ..........................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................
G. Penatalaksanaan ..............................................................................................

BAB III.......................................................................................................................

A. Diagnose Keperawatan ...................................................................................


B. Rencana Asuhan Keperawatan .......................................................................

BAB IV ......................................................................................................................

Kesimpulan ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
sumsum tulang tanpa diketahi dengan jelas penyebabnya tela memproduksi
sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel
darah putih memproduksi ulang bila tubuh memerlukan atau ada tempat bagi
sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara
teratur kapankah sel darah diharapkan berperoduksi kembali.
Pada kasus leukemi (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormall ini
bila bertahan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, seseorang dengan
kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti
mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang penyakit
leukemia ini. Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah
satunya adalah anak anak, dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan
bagaimana leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri
dalam melaksanakan asuha keperawatan dan yang paling penting dapat
menambah atau meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian leukemia ?
2. Apa penyebab leukemia ?
3. Apa klasifikasi leukemia ?
4. Bagaimana Patofisiologis leukemia ?
5. Manifestasi klinis leukemia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang leukemia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan leukemia ?
8. Bagaimana Pencegahan Leukimia ?
9. Bagaimana rencana asuhan keperawatan paliatif pada anak dengan
leukemia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian leukemia
2. Mengetahui penyebab leukemia
3. Mengetahui klasifikasi leukemia
4. Mengetahui patofisiologi leukemia
5. Mengetahui manifestasi klinis leukemia
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang leukemia
7. Mengetahui penatalaksaan leukemia
8. Mengetahui Pencegahan Leukimia
9. Mengetahui rencana asuhan keperawatan paliatif pada anak dengan
leukemia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih disumsum
tulang belakang, yang menyebabkan poliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (corwin, 2008).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekolompok
sel anak yang abnormal. Sel-sel darah ini mengahambat sel darah lain
disumsum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga mereka
tertimbun disumsum tulang. Karena faktor-faktor ni, leukemia disebut
gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel
leukemia mengambil alih sumsum tulang, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonlekemik didalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum
leukemia (corwin, 2008).
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal, juga
terjadi proliferasi dihati limfa dan nodus limfatikus dan invaasi organ non
hematologis seperti meningen, traktus gastroinsestinal, ginjal dan kulit
(Bruner & Suddarth. 2002)

B. Etiologi
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia, faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
1. Faktor Genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah
20 kali lebih banyak dari pada anak normal. Pada anak kembar identik
yang akan beriko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan radioaktif akan menderita leukemia pada
6% klien, dan baru terjadi sudah 5 tahun.
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada
manusia adalah virus. Namun ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia.

C. Klasifikasi Leukemia
Menurut perpustakaan nasional (2008), Tambayong (2000), dan
Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfosik
atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia akut dapat dibagi menjadi 2 kategori umum, leukemia mieloid
akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL). Pasien biasanya
mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar,
perderahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.
Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan anemia dan
trombositopenia. Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah. Perdarahan diarea vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati
dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologis yang umum terjadi pada anak.
akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan
indisidens seiring pertambahan usia. Banyak tanda dan gejala ALL yang
mirip dengan AML serta sebagian besar menyebabkan kegagalan sumsum
tulang. Pasien juga mengalami menifestasi spesifik yang meliputi
pembesaran nodus limfe (limfadenopati), ahti, dan limpa
(hepatosplenomegali), serta infiltrasi pada system saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak beraturan
dari sel darah putih myeloid. CML dapat mengenia semua kelompok usia,
namun terutama pada usia antara 40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferative limfoit. Sel ini terakumulasi di darah,
sumsum tulang, nodus limfe dan limfa. CLL adalah kasus dijumpai pada
individu berusia diatas 50 tahun.
D. Patofisiologi

Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukemia terjadi akibat


dari beberapa faktor antara lain faktor genetic, sinar radioaktif, dan virus.
Menurut Corwin (2009) dan Hidayat (2006), leukemia tampak merupakan
penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal berpoliferasi tanpa
terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal sehingga dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian leukemia atau
limfositik akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang
imatur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ
seperti sumsum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga
mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel
(hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini leukemia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel sel leukemia
mengambil alih sumsum tulang. Sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemia di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum
leukemia. Trombosit berkurang sehingga timbul perdarahan. Proses masuknya
leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegaly apabila terjadi
pada hati, splenomegaly, dll. (Hidayat, 2006).

E. Manifestasi Klinis
Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia
kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit
gejala sampai stadium lanjut.
1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi
4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri
yang semakin meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukemia
biasanya besifat progresif.
5. Penurunan berat karenaberkurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik
6. Limfadenopati, spinomegali, dan hepatomegaly akibat infiltrasi sel
leukemia ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
7. Gejala system saraf pusat dapat terjadi. (Davey. 2005)
Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat
dibedakan menjadi 3 tipe :
a) Gejala kegagalan sumsum tulang merupan manifestasi keluhan yang
paling umum. Leukemia menekan fungsi sumsum tulang,
menyebabkan kombinasi dari anemia, leucopenia (jumlah sel darah
putih rendah), dan trombositopenia (jumlah trombosit rendah). Gejala
yang tipikal adalah lelah dan sesak napas (akibat anemia), infeksi
bakteri (akibat leucopenia), dan perdarahan (akibat trombositopenia),
dan terkadang akibat koagulasi intravascular diseminata (DIC). Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kulit yang pucat, beberapa memar, dan
perdarahan. Demam menunjukkan adanya infeksi, walaupun pada
beberapa kasus, demam dapat disebabkan oleh leukemia itu sendiri.
Nsmun, cukup berbahaya apabila kita menganggap bahwa demam
yang terjadi merupakan akibat leukemia itu sendiri.
b) Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan, berkeringat,
dan anoreksia cukup sering terjadi.
c) Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda
infiltrasi leukemia dikulit, gusi atau system sraf pusat. (Corwin. 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia dan
trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya berkurang
dan ju,lah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau meningkat.
Apabila normal atau meningkat, sebagian besar selnya adalah sel darah
putih primitf (blas). (Patrick, 2005).
a) Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi
10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pasa 20% pasien melebihi
50.000/mm3. Neutropenia (jumlah neutrophil absolut kurang dari
500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering dijumpai. Limfoblas dapat
ditemukan didarah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak berpengalaman
dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. (William,
2004).
b) Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya neutropenia,
anemia, dan trombositopenia. Jumlah leukosit bervariasi, walaupun
pada saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah leukosit
melebihi 100.000/mm3. Pada darah perifer dapat ditemukan sel blas.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan aspirat
sumsu tulang, yang menunjukkan adanya sel blas lebih dari 25%.
Seperti pada leukemia limfoblastik akut, cairan spinal juga harus
diperiksa untuk menemukan bukti adanya leukemia. Mencapai 15%
pasien memiliki bukti sel blas pada cairan spinal pada saat didiagnosis.
(William, 2004).
c) Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukosititosis
nyata, trombositosis, dan anemia ringan. Sumsum tulang hiperseluler
tetapi disetai maturasi myeloid yang normal. Sel blas tidak banyak
dijumpai. Pada leukemia mielositik kronis yang terlihat adala
kromosom Philadelphia. (William, 2004)
2. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal,
hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)
3. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivitas (APPT) yang memanjang karena sering
terjadi DIC (disseminated intravascular coangulation). (Patrick, 2005)
4. Kultur darah karena adanya resiko terjadi infeksi. (Patrick, 2005)
5. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemiaa) jalur
sel T sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto
toraks. (Patrick. 2005)
6. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfuse darah
dan trombosit. (Patrick, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum
tulang yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsy trephine,
penanda sel, serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL (akut
limfoblastik leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia) secara
akurat. Auer rod di plasma sel blas merupakan tanda patognomonik pada
AML, namun hanya ditemukan pada 30% kasus. Pemeriksaan penanda sel
dapat mambantu membedakan ALL jalur sel B atau sel T dan juga
membedakan subtipe AML yang berbeda-beda. Ini berguna bagi
hematology untuk merancang terapi dan memperkirakan prognosis.
Analisis kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan ALL dan
AML, dan yang penting adalah dapat memberikan informasi prognosis.
(Patrick, 2005).
8. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstremedluar. (Patrick,2005).

G. Penatalaksaan Medis pada Leukemia


1. Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi
sitotoksik menggunakan kombinasi obat multiple. Obat sitotoksik bekerja
dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat menghancurkan sel
leukemia. Tetapi dengan metode ini beberapa sel normal juga ikut rusak
dan ini menyebabkan efek samping seperti kerontokan rambut, mual,
muntah, myeri pada mulut (akibat kurasakan pada mukosa mulut), dan
kegagalan sumsum tulang akibat matinya sel sumsum tulang. Salah satu
konsekuensi mayor dari neutropenia akibat kemoterapi adalah infeksi
berat. Pasien harus diterapi selama berbulan-bulan (AML) atau selama 2-3
tahun (ALL).
Menurut Suriyadi (2006) dan Yulianti (2006), fase
penatalaksanaan kemoterapi meliputi tiga fase yaitu fase induksi, fase
proflaksi, fase konsolidasi.
a) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnose ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristine, dan L
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b) Fase Profilaksis
Sistem saraf pusat, pada terapi ini diberikan metotreksat, cytarabine
dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan system saraf pusat.
c) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisi dan mengurangi jumlah sel sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi surpresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
Penatalaksaan medis dalam pemberian kemoterapi dan radioterapi :
a) Prednisone untuk efek anti inflamasi
b) Vikristin (oncovin) utnuk antieoplastik yang menghambat
pembelahan sel selama metaphase
c) Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagine (asam amino untuk
pertumbuhan tumor)
d) Metotreksat sebagai antimetabolik untuk menghalangi metabolism
asam folat sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan
sel sel yang cepat membelah
e) Sitarabin untuk mengidukasi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik yang menekan sumsum tulang yang kuat
f) Alopurional sebagai penghambat produksi asam urat dengan
menghambat reaksi biokimia
g) Siklofosfamid sebagai antitumor kuat
h) Daumorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama
pengobatan leukemia akut
(Hidayat, Aziz. 2008)
2. Transplansi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi dan
radioterapi pada beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi dapat
bersifat autolog , yaitu el sumsum tulang diambil sebelum pasien
menerima terapi dosis tinggi, disimpan, dan kemudian diinfusikan
kembali. Selain itu, dapat juga bersifat alogenik yaitu sumsum tulang
berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat
tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak
dapat pulih kembali. Sumsum tulang pasien yang diinfusikan kembali
akan mengembalikan fungsi sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang
menerima transplantasi alogenik memiliki resiko rekurensi yang lebih
rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantasi autolog,
karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relps. Pada
transplantasi alogenik memiliki resiki rekurensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantasu autolog, karena
sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada
transplantasi alogeni, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa
sumsum tulang yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat
karena limfosit T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru
menunjukkan bahwa transplantasi alogenik menggunakan terapi dosis
rendah dapat dilakukan dan memiliki kemungkinan sembuh akibat
mekanisme imunologis.

3. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam
keadaan sakit berat dan renta terhadap infeksi berat dan atau perdarahan.
Prioritas utamanya adalah resusitasi menggunakan antibiotic dosis tinggi
intravena untuk melawan infeksi, transfuse tirombosit atau plasma beku
segar (fresh frozen plasma) untuk mengatasi anemia. Penggunaan
antibiotic dalam situasi ini adalah tindakan yang tepat walaupun demam
yang terjadi ternyata merupakan akibat dari penyakit itu sendiri dan bukan
akibat infeksi. Lebih muda mengehentikan pemberian antibiotic dari pada
menyelamatkan pasien dengan syok dan septicemia yang telah diberikan
tanpa terapi antibiotic. (Patrick. 2005).

H. Pencegaan Leukimia

1. Menghindari Paparan Bahan Kimia


Paparan bahan kimia, seperti benzena dan formaldehyde, disebut dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena leukimia.
Benzena adalah cairan yang berbau harum, tidak berwarnadan mudah terbakar.
Cairan ini dapat di temukan di bensin dan kerap digunakan dalam industri
bahan kimia, seperti plastik, pelumas, karet, pewarna, deterjen, obat-obatan,
dan pestisida. Sedangkan formaldehyde adalah bahan kimia yang biasa
digunakan dalam beberapa bahan bagunan dan produk rumah tangga, seperti
lantai, funitur, kain, kosmetik, deterjen, cat, dan pestisida.

2. Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu


Paparan radiasi tingkat tinggi, seperti ledakan bom atom atau bekerja di
pabrik senjata atom dan pembangkit listrik, disebut dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena leukimia.
Paparan radiasi dari pemeriksaan atau pengobatanmedis juga perlu di hindari
sebagai bentuk pencegahan leukimia, seperti radioterapi rontgen sinar - X ,
atau lainnya. Anda bisa memilih jenis pemeriksaan lainnya seperti ultrasound
yang lebih aman (bila memungkinkan ).

3. Menghindari rokok
Rokok mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan kanker,
termasuk leukimia. Oleh karena itu, anda perlu berhenti merokok atau
menghindari asap rokok sebagai salah satu cara untuk menghindari leukimia.

4. Menjaga berat badan ideal


Beberapa studi menunjukan, kegemukan atau obesitas mungkin meningkatkan
risiko leukimia. Oleh karena itu, anda bisa menurunkan risiko penyakit ini
dengan menjaga berat badan tetap ideal dengan cara berolahraga yang teratur.

5. Mengomsumsi makanan bergizi seimbang


Mengomsumsi makanan bergizi seimbang dapat menjaga kesehatan tubuh
anda., sehingga cara ini dapat mencegah berbagai penyakit termasuk leukimia.
Anda perlu mengomsumsi beragam buah dan sayuran yang kaya akan
oksidan, kacang-kacangan , biji-bijian, dan yang mengandung lemak sehat.
Anda pun harus membatasi jumlah makanan olahan dan digoreng , lemak
yang tidak sehat, serta karbohidrat olahan.

6. Melakukan medical check up secara berkala


Fungsi dari medical check up sendiri dapat membantu melihat riwayat
penyakit bawan dan bisa juga menjadi deteksi dini, apabila menunjukan
adanya gejala kanker.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF
PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


hasil
1 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan Observasi
peningkatan tindakan keperawatan  Identifikasi status
kebutuhan selama 3×24 jam di nutrisi
metabolisme harapkan masalah dapat  Identifikasi adanya
teratasi dengan kriteria alergi dan
hasil : intoleransi
 Porsi makanan makanan
yang dihabiskan  Identifikasi
(5) meningkat makanan yang
 Verbalisasi disukai
keinginan untuk  Monitor asupan
meningkatkan makanan
nutrisi (5)  Monitor berat
meningkat badan
 Berat badan (5) Terapeutik
membaik  Lakukan oral
 Frekuensi makan hygine sebelum
(5) membaik makan
 Nafsu makan (5)  Sajikan makanan
membaik yang menarik dan
 Membran mukosa suhu yang sesuai
(5) membaik  Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri).
2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawatan  Identifikasi lokasi,
biologis (leukimia) selama 3×24 jam di karakteristik,
harapkan masalah dapat durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria kualitas, intemsitas
hasil : nyeri
 Keluhan nyeri (5)  Identifikasi skala
menurun nyeri
 Meringis (5)  Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
 Gelisah (5) dan memperingan
menurun nyeri
 Kesulitan tidur (5) Terapeutik
menurun  Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
 Fasilitasi istrahat
dan tidur
 Perimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi merdakan
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
3 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Observasi
inadekuat tindakan keperawatan  Monitor tanda dan
pertahanan selama 3×24 jam di gejala infeksi lokal
sekunder / harapkan masalah dapat dan sistemik
penurunan respon teratasi dengan kriteria  Istirahatkan klien
kekebalan hasil : pada ruangan
 Terbebas dari khusus / isolasi
tanda dan gejala Edukasi
infeksi  Jelaskan tanda dan
 Higiene pribadi gejala infeksi
yang adekuat  Anjurkan klien dan
orang tua untuk
memelihara
kebersihan diri dan
lingkungan klien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik

4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Observasi


penatalaksaan tindakan keperawatan  Kaji status koping
program terapeutik selama 3×24 jam di dan proses keluarga
b.d kompleksitas harapkan masalah dapat saat ini
pengobatan teratasi dengan kriteria  Kaji tingkat
hasil : pemahaman
 Menunjukan anggota keluarga
keinginan untuk pada penyakit,
mengelola komplikasi, dan
program terapeutik penanganan yang di
 Mengidentifiksi sarankan
faktor-faktor  Kaji kesiapan
penganggu keluarg untuk
program mempelajarinya
terapeutik  Identifikasi
 Megatur kegiatan kemampuan
yang biasa keluaga untuk
dibutuhkn terlibat dalam
kedalam program perawatn psien
pengobatananggota  Tentukan sumber
keluarga pemberi perawatan
 Mengalami utam secara fisik,
penurunan gejala emosional, dan
sakit pendidikan
 Tentukan tingkat
ketergantungan
pasien pada
kelurga, dgn cara
yang sesuai dengan
usia dan penyakit
Edukasi
 Berikan
keterampilan yang
dibutuhkan untuk
terapi pasien
kepada pemberi
perawatan
 Ajarka strategi
untuk
mempertahnka/
memperbaiki
kesehatan pasien
 Memudahkan
pemahaman
keluarga dalam
aspek penyakit
secara medis
 Bantu pemberi
perawatan utama
untuk mendapatkan
persediaan
perawatan yg
dibutuhkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih disumsum
tulang belakang, yang menyebabkan poliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain.
Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang dapat menyerang
orang dewasa maupun anak anak, diaman pada anak yang paling sering adalah
leukemia limfosit akut (ALL). Leukemia ini merupakan jenis penyakit yang
tergolong sangat berbahaya dimana merupakan suatu keadaan dimana sel
darah putih yang terbentuk secara tidak normal, dan keadaan itulah yang
menyebabkan terjadi penimbunan leukosit dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Anak Pendidikan Kebidanan.


Jakarta : Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Suku Edisi 3. Jakarta : EGC.

Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine, Jakarta: EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo, 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.

Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012 2014. Jakarta : EGC.

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Suriadi, Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : P

Anda mungkin juga menyukai