Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

Patofisiologi Pada Sistem Hematologi


dan Askep Pada Anak Leukimia

Dosen Pembimbing:
Ns.Rahmi Ramadhan,M Kep.

Kelompok 2
Disusun Oleh:
Selvy Orline (2010120201606)

Eka Putri Hairiah (2010120201592)

Fiki Alfionandes (2010120201596)

Melda Juliani (2010120201580)

Shintia Ayulia (2010120201608)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya dalam penyelesaian makalah berjudul “Patofisiologi
Pada Sistem Hematologi dan Askep Pada Anak Leukimia ”
Penyusunan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan
pada mata kuliah Keperawatan Anak II.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya makalah ini. Demikian banyak pihak yang
turut serta membantu sehingga tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Mudah-
mudahan, semua bantuan dan amal baiknya mendapat imbalan yang berlimpah
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Penulis
percaya tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini sebagai makalah yang dapat memberikan sumbangan
atau kajian yang bermanfaat bagi pendidikan di sekolah dan masyarakat.

Lubuk Alung, 17 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Leukimia..............................................................................................3
2.2 Anatomi Fisiologi Leukimia..................................................................................4
2.3 Etiologi Leukimia...................................................................................................7
2.4 Patofisiologis Leukimia..........................................................................................8
2.5 Woc Leukimia........................................................................................................9
2.6 Manifiestasi/Tanda dan gejala..............................................................................9
2.7 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................12
2.8 Klasifikasi Leukimia............................................................................................15
2.9 Komplikasi Leukimia...........................................................................................17
2.10 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................18
2.11 Askep Teoritis Leukimia....................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................39
PENUTUP.......................................................................................................................39
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................39
3.2 Saran.....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal
dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk,
2002 : 495). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas
leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga
terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit
(Reeves, 2001).
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi
sel darah yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif
dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah
sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal
terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-
pelayanan kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu
meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi pasien dan
juga menjauhkan pasien dari hal- hal yang dapat membuat penyakit
leukemia yang pasien derita bertambah parah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan yang dimaksud dengan Leukimia?
2. Jelaskan Anatomi Fisiologis dari Leukimia?
3. Apa Penyebab Leukimia?

1
4. Jelaskan Patofisiologi dari Leukimia?
5. Buatlah WOC dari Leukimia?
6. Jelaskan Manifestasi/tanda dan gejala dari Leukimia?
7. Apa saja Penatalaksanaan medis dari Leukimia?
8. Jelaskan Klasifikasi dari Leukimia?
9. Jelaskan Komplikasi dari Leukimia?
10. Jelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Leukimia ?
11. Jelaskan Askep dari Leukimia?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk Mengetahui Pengertian Leukimia
2. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologis Leukimia
3. Untuk Mengetahui Etiologi Leukimia
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Leukimia
5. Untuk Mengetahui WOC Leukimia
6. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis/tanda dan gejala Leukimia
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis Leukimia
8. Untuk Mengetahui Klasifikasi Leukimia
9. Untuk Mengetahui Komplikasi Leukimia
10. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Leukimia
11. Menjelaskan ASKEP Leukimia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebab
serta upaya pencegahan Leukimia agar terciptanya kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang Leukimia
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leukimia


Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008). Leukimia adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum- sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain
(Mansjoer, 2002).

Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker
abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang
abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum tulang utnuk
berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena
faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan
klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia mengambil alih sumsum tualng, sehingga
menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab
berbagai gejala umum leukemia (Corwin, 2008).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat


bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk
darah.

Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum
adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan
sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di
sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui
pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat
berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus :

3
a. Sel darah putih membantu melawan infeksi
b. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

2.2 Anatomi Fisiologi Leukimia


Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas
bermacam-macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari
Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit.
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel
darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai
10.000/mm³.Lima jenis sel darah putih yang sudah di identifikasikan dalam darah
perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total); eosinofil (2,3%); basofil (0,4%);
monosit (5,3%); limfosit (30,0%).

Leukosit ini sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang


(granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan monosit hanya
ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi dalam
berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil dan
berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam tubuh, terutama dalam
sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus. Setelah dibentuk

4
sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan.
Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor
secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius
yang mungkin ada.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya


adalah 4-8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan.
Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali
berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit dengan cepat menuju
daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu
sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-
20 jam, berada dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke
dalam jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai
ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam
bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik.
Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan kata lain,
setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter darah (Gayton &
Hall, 1997).

a. Granulosit

Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya.Granulosit


memiliki diameter 10-12 µm, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit.
Dengan bertambah tuanya granulosit, nukleus terbagi menjadi beberapa lobus:
sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear (polimorf).

5
b. Limfosit

Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan


menempati sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe.
Ukuran bervariasi dari 7-15 µm.

c. Monosit

Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan nucleus oval
atau berbentuk ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.

6
d. Trombosit

Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan
hidup sekitar 10 hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya
bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel (bagian terdalam lapisan pembuluh
darah) John Gibson (2002)

2.3 Etiologi Leukimia


1. Faktor genetic

Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik yang akan berisiko
tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia. Insiden leukemia pada anak-
anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal.
Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia
akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom
Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan
sindrom trisomi D.31 Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara
kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada
kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain

7
case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif
leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga
positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia

2. Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati
dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6 % klien,dan baru terjadi
sesudah 5 tahun.

3. Virus

Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia
adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam
darah manusia. Tetapi ada Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan
leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori
virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan
di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa
virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia)
dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur
pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada
propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro
Karibia dan Amerika Serikat.

2.4 Patofisiologis Leukimia


Menurut Hidayat (2006) dan Handayani (2008), leukimia terjadi akibat
dari beberapa faktor antara lain faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus. Menurut
Corwin (2009) dan Hidayat (2006), leukimia tampak merupakan penyakit klonal,
yang berarti satu sel kanker abnormal berpoliferasi tanpa terkendali, menghasilkan

8
sekelompok sel anak yang abnormal sehingga dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia. Kemudian leukimia atau limfositik akut merupakan
kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebih sehingga
jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ seperti sum-sum tulang dan
mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang
untuk mencukupi kebutuhan sel (Hidayat, 2006). Karena faktor-faktor ini
leukimia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya,
sel- sel leukemik mengambil alih sum-sum tulang. Sehingga menurunkan kadar
sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukimia. Trombosit pun berkurang sehingga timbul pendarahan. Proses
masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila
terjadi pada hati, splenomegali, dll. (Hidayat, 2006).

9
2.5 Woc Leukimia

2.6 Manifiestasi/Tanda dan gejala


Leukemia memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia kronis
berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala
sampai stadium lanjut.

1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia

2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih

3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan


koagulasi

4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang


menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti

10
nyeri yang semakin mingkat, nyeri tulang berhubungan dengan
leukemia biasanya bersifat progresif.

5. Penurunan berat karena berkurangnya nafsu makan dan


peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.

6. Limfadenopati, spinomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel


leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.

7. Gejala system saraf pusat dapat terjadi. (Davey, 2005)

Gejala leukemia biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat d


ibedakan menjadi tiga tipe:

1. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan


yang paling umum. Leukemia menekan fungsi sumsum tulang,
menyebabkan kombinasi dari anemia, leucopenia (jumlah sel darah
putih rendah), dan trombositopenia (jumlah trombosit rendah).
Gejala yang tipikal adalah lelah dan sesak napas (akibat anemia),
infeksi bakteri (akibat leucopenia), dan perdarahan (akibat
trombositopenia dan terkadang akibat koagulasi intravascular
diseminata (DIC). Pada pemeriksaan fisis ditemukan kulit yang
pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam menunjukkan
adanya infeksi, walaupun pada beberapa kasus, demam dapat
disebabkan oleh leukemia itu sendiri. Namun, cukup berbahaya
apabila kita menganggap bahwa demam yang terjadi merupakan
akibat leukemia itu sendiri.

2. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan,


berkeringat, dan anoreksia cukup sering terjadi.

3. Gejala local, terkadang pasien datang dengan gejala atau tanda


infiltrasi leukemia di kulit, gusi, atau system saraf pusat. (Corwin,
2009)

Tanda dan Gejala Menurut Klasifikasi :

a. Leukemia Limfositik Akut

11
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme.Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia
dan femur.

b. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.

c. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita


LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.

d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan
keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang
disertai infeksi.

12
2.7 Penatalaksanaan Medis
a.Kemoterapi

1.Kemoterapi pada penderita LLK

 Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian


besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena
obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel
leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu
daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

 Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang


bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian.

 Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.


Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih
rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-
kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki otak dan sistem saraf pusat.

 Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami

13
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

2.Kemoterapi pada penderita LMA

 Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk


mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam
tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel- sel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.

 Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.


Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis
yang digunakan pada fase induksi.

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata


hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.

3.Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi


dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:

- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.

- Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

- Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

- Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3


dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, dan kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi


bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak

14
diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada
stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada
stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.

Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien
dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan
hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-
rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.

4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

 Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan


pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.

 Fase Akselerasi,

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b.Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel


leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

c.Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang


yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka

15
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai. Pada
penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada
awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

d.Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan


penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah
untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

2.8 Klasifikasi Leukimia


Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan
Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfositik
atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).

1.Leukemia Akut

Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia


mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL). Pasien biasanya
mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar, perdarahan, pucat,
lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.Hitung darah lengkap sering
kali menunjukkan anemia dan trombositopenia.Hitung sel darah putih dapat
meningkat atau sangat rendah.Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam
organ vital.

16
2.Leukemia Mieloid Akut

AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring


pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati dengan
kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.

3.Leukemia Limfoblastik Akut

ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada anak.


Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan insidens seiring
pertambahan usia.

Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan AML serta sebagian
besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien juga mengalami
manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran nodus limfe (limfadenopati), hati,
dan limpa ( hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada sistem saraf pusat.

17
4.Leukemia Mieloid Kronik

CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak beraturan
dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua kelompok usia, namun
terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.

5.Leukemia Limfosit Kronik

CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini terakumulasi di darah,


sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di jumpai pada individu
berusia di atas 50 tahun.

18
2.9 Komplikasi Leukimia

Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika tidak segera ditangani.


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

 Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru


 Tubuh rentan terhadap infeksi
 Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan.


Berikut ini beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia:

 Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum


tulang
 Anemia hemolitik
 Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor)
 Gangguan fungsi ginjal
 Infertilitas
 Sel kanker muncul kembali setelah menjalani pengobatan

Anak-anak penderita leukemia juga berisiko terkena komplikasi akibat


pengobatan yang dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi
gangguan sistem saraf pusat, gangguan tumbuh kembang, dan katarak.

2.10 Pemeriksaan Penunjang

1.Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia dan


trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya berkurang dan
jumlah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau meningkat. Apabila normal
atau meningkat, sebagian besar selnya adalah sel darah putih primitif (blas).
(Patrick, 2005)

a.Leukemia limfoblastik akut

19
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi
10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien melebihi
50.000/mm3.Neutropenia (jumlah neutrofil absolut kurang dari 500/mm3
[normalnya 1500/mm3] sering dijumpai.Limfoblas dapat ditemukan di
darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak berpengalaman dapat
melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. (William, 2004)

b.Leukemia nonlimfositik akut

Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya neutropenia,


anemia, da trombositopenia.Jumlah leukosit bervariasi, walaupun pada
saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah leukosit melebihi
100.000/mm3.Pada darah perifer dapat ditemukan sel blas.Diagnosis pasti
ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan aspirat sumsum tulang, yang
menunjukkan adanya sel blas lebih dari 25%.Seperti pada leukemia
limfoblastik akut, cairan spinal juga harus diperiksa untuk menemukan
bukti adanya leukemia.Mencapai 15% pasien memiliki bukti sel blas pada
cairan spinal pada saat didiagnosis. (William, 2004)

c.Leukemia mielositik kronis

Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis nyata,


trombositosis, dan anemia ringan.Sumsum tulang hiperselular tetapi
disertai maturasi mieloid yang normal.Sel blas tidak banyak dijumpai.
Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada leukemia
mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom Philadelphia. (William,
2004)

2.Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal, hipokalemia,


dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)

3.Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu tromboplastin


parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering terjadi DIC
(disseminated intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)

4.Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi. (Patrick, 2005)

20
5.Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemia) jalur sel T
sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto toraks. (Patrick,
2005)

6.Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi darah dan
trombosit. (Patrick, 2005)

7.Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum tulang


yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsi trephine, penanda sel, serta
pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL (akut limfoblastik leukemia)
dengan AML (akut mieloblastik leukemia) secara akurat. Auer rod di sitoplasma
sel blas merupakan tanda patognomonik pada AML, namun hanya ditemukan
pada 30% kasus. Pemeriksaan penanda sel dapat membantu membedakan ALL
jalur sel B atau sel T dan juga membedakan subtipe AML yang berbeda-beda. Ini
berguna bagi hematolog untuk merancang terapi dan memperkirakan prognosis.
Analisis kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan ALL dan AML, dan
yang penting adalah dapat memberikan informasi prognosis. (Patrick, 2005)

8.Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan tempat
persembunyian penyakit ekstramedular. (Patrick, 2005)

2.11 Askep Teoritis Leukimia

2.11.1 Pengkajian

I.Identitas

a.Anak

Nama :

Anak yang ke :

Tanggal lahir/umur :

Jenis kelamin :

Agama :

21
b.Orang tua

1.Ayah

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Agama :

Alamat :

2.Ibu

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Agama :

Alamat :

c.Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

II.Riwayat kesehatan

a)Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat MRS.

b)Keluhan saat pengkajian Hal yang perlu dikaji :

1.Kaji adanya tanda – tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit


kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

22
2.Kaji adanya tanda – tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan
atau hiotam tanpa pus

3.Kaji adanya tanda – tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,


perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma,

4.Kaji adanya tanda – tanda invasi ekstra medulla : limfadenopati,


hepatomegali, splenomegali.

5.Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, gagal ginjal, inflamasi di


sekitar rektal dan nyeri.

a.Data Subjektif

Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah s


ebagai berikut :

 Lelah
 Letargi
 Pusing
 Sesak
 Nyeri dada
 Napas sesak
 Priapismus
 Hilangnya nafsu makan
 Demam
 Nyeri Tulang dan Persendian.

b.Data Objektif

Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah


sebagai berikut :

 Pembengkakan Kelenjar Lympa

23
 Anemia
 Perdarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel – sel mudah

a)Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama.

b)Riwayat kesehatan dahulu

1.Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan


interview apakah pasien menderita: anemia, leukemia, mononukleosus,
malabsorpsi, gangguan liver: hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau
trombosis; gangguan limpa.

2.Prenatal (masa ibu mengandung)

3.Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)

4.Hospitalisasi/tindakan operasi

5.Injuri/kecelakaan

6.Pengobatan kanker sebelumnya

7.Imunisasi

8.Riwayat pertumbuhan anak

c)Riwayat social

1.Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga ?

2.Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga ?

3.Bagaimana hubungan dengan teman sebaya ?

d)Riwayat keluarga

1.Social ekonomi

24
2.Lingkungan rumah

3.Penyakit keluarga

4.Genogram

e)Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini

1.Motorik kasar

2.Motorik halus

3.Bahasa

4.Personal social

III.Pengkajian pola kesehatan

Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi


kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :

1.Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pada pasien leukimia pada pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang dikaji mengenai :

a.Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit leukimia ?

b.Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?

c.Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah menggunakan


obat tradisional?

2.Pola Nutrisi : Pada pola ini, untuk pasien leukimia, fokus yang dapat dikaji
mengenai:

a.Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan,


mengunyah, menelan?

b.Bagaimana selera makan pasein, apakah pasien mengkonsumsi vitamin,


atau zat besi?

25
c.Apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan, memar,
perubahan kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap suhu/iklim
yang dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha?

d.Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan?

3.Pola Eliminasi : Pada pola pengkajian pasien leukimia, fokus yang dikaji
mengenai:

a.Apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam atau seperti
ter, kencing berdarah, urine output berkurang, diare, menorrhagia,
ekimosis, dan epistaxis.?

4.Aktivitas dan Latihan : Pada pola ini pasien leukimia, fokus yang dikaji
mengenai :

 Kemampuan perawatan diri


 Aktivitas sehari-hari

a.Apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan, bernafas pendek-


pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami keterbatasan gerak
sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah beraktifitas.

5.Tidur dan Istirahat : Pada pola pengkajian pasien leukimia, fokus yang dikaji
mengenai:

a.Bagaimanakah pola tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan


dengan pukul berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa pasien
tidur saat malam hari?

b.Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan


dengan berapa lama pasien tidur malam?

c.Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye


Movement)? Ataukah pasien mengalami pola tidur REM (Rapid Eye
Movement)?

6.Sensori, Presepsi dan Kognitif : Pada pola ini leukimia, fokus yang dikaji
mengenai :

26
a.Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap,
atau berbicara tak jelas?

b.Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?

c.Apakah pasien mengalami nyeri?

Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:

P (provoking atau pemacu) : Hal faktor yang memperparah atau


meringankan nyeri

Q (quality atau kualitas) : Kualitas nyeri (misalnya, tumpul, tajam,


merobek)

R (region atau daerah): Daerah penjalaran nyeri

S (severity atau keganasan) : Identitas (intensitas) dari keluhan utama


apakah sampaimengganggu aktivitas atau tidak

T (time atau waktu) : Serangan,lamanya,frekuensi, dan sebab

7.Konsep diri : Pada pola ini pasien leukimia pada umumnya dikaji mengenai:

Body image/gambaran diri

a.Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?

b.Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?

c.Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?

d.Apakah pasien pernah operasi?

e.Bagaimana proses patologi penyakit?

f.Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?

g.Adakah keluhan karena kondisi tubuh?

Role/peran

a.Apakah pasien mengalami overload peran?

b.Adakah perubahan peran pada pasien?

27
Identity/identitas diri

a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?

Self esteem/harga diri

a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?

Self ideals/ideal diri

a. Apakah pasien tidak ingin berusaha selama sakit

8.Seksual dan Repruduksi : Pada pola ini pasien leukimia pada umumnya dikaji
mengenai :

a.Apakah pasien mempunyai masalah hematology yang menyebabkan


masalah seksual dan reproduksinya?

b.Apakah orang tau rajin membersihkan alat genetalia anak ?

9.Pola Peran Hubungan : Pada pola ini pasien leukimia pada umumnya dikaji
mengenai :

a)Apakah pasien sudah sekolah?

b)Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?

10.Manajemen Koping Stress : Pada pola ini pasien leukimia pada umumnya
dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien menangani masalah yang dimiliki
anaknya dan bagaimana cara orang tua pasien menggunakan system pendukung
dalam menghadapi masalah.

11.Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pada pola ini pasien leukimia pada umumnya
dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien memandang secara spiritual serta
keyakinannya masing-masing.

IV. Pemeriksaan Fisik

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan


masalah kesehatan pada anak, tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik
selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung
hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan

28
kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari
olehnya. Meliputi :

1.Kesan Umum: Biasanya tampak lemah

2.Warna kulit :

3.Turgor kulit :

4.Gejala Kardinal

•Suhu =

•Nadi =

•Pernafasan =

•Tekanan darah =

Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1.Kepala

•Bentk kepala : mesochepal

•Rambut : kebersihan, warna, tekstur

•Distribusi rambut :seperti merata, tebal,kuat/ mudah tercabut.

2.Mata

•Sklera: ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak
ikterik.

•Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan


ditemukan konjungtiva yang anemis.

•Palpebra : perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan

•Pupil : bentuk, reaksi cahaya

3.Hidung

-Inskpeksi : kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung,


sekret.

29
-Palpasi : adanya polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung
yang normal.

4.Telinga

-Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen.

-Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada


penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.

5.Mulut

- Inspeksi : kebersihan, apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur


atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan
bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.

6.Leher

- Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening, kelenjer tiroid,


JVP. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.

7.Thoraks

 Jantung

-Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada


penderita leukemia, iktus terlihat.

-Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.

-Perkusi : tentukan batas jantung.

-Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 dan S2 regular, normal.

 Paru – paru

-Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.

-Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.

-Perkusi : sonor bila normal

30
-Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.

8.Abdomen

-Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi,


dsb.

-Auskultasi : bising usus normal

-Palpasi : apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.

Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.

-Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua


daerah abdomen

9.Ekstremitas : kekuatan dan tonus otot , refleks.

-Inspeksi : kesemetrisan

-palpasi : adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan
persendian.

10.Antropometri

•BB =

•TB =

•Lingkar kepala=

•Lingkar dada =

•Lingkar lengan=

2.11.2 Diagnosa

1. Keletihan
2. Resiko Infeksi
3. Defisit Nutrisi
4. Nyeri akut

31
5. Risiko Cedera

2.11.3 Intervensi

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O. KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL

1. SDKI SLKI SIKI

D.0057 L. 05046 I. 05178


Keletihan  Luaran
Manajemen Energi
 Definisi utama
Penurunan 1.Tingkat Keletihan  Observasi
kapasitas kerja -Identifikasi
 Luaran
fisik dan mental gangguan fungsi
Tambahan
yang tidak pulih tubuh yang
1. Fungi
dengan istirahat. mengakibatkan
Seksual
kelelahan
2. Kesadaran
 Penyebab -Monitor
Diri
1. Gangguan kelelahan fisik
3. Konservasi
tidur dan emosional
Energi
2. Gaya hidup -Monitor pola
4. Mobilitas
monoton dan jam tidur
Fisik
3. Konaisi -Monitor lokasi
5. Motivasi
fisiologis (mis. dan
6. Perawatan
penyakit kronis, ketidaknyamana
Diri
penyakit n selama
7. Toleransi
terminal, anemia, melakukan
Aktivitas
malnutrisi, aktivitas
8. Tingkat
kehamilan)  Teraupetik
Depresi
4. Program -Sediakan
perawatan/pengo lingkungan
batan jangka nyaman dan

32
panjang rendah stimulus
5. Peristiwa (mis. cahaya,
hidup negatif suara,
6. Stres kunjungan)
berlebihan -Lakukan latihan
7. Depresi rentang gerak
pasif dan/atau

 Tanda mayor aktif


S:- 1. Merasa energi -Berikan
tidak pulih walaupun
aktivitas
2. Merasa kurang distraksi yang
tenaga menenangkan
3. Mengeluh lelah -Fasilitasi duduk

O: 1. Tidak mampu di sisi tempat


mempertahankan tidur, jika tidak
aktivitas rutin dapat berpindah
2 Tampak lesu atau berjalan

 Tanda minor  Edukasi


-Anjurkan tirah
S: 1.Merasa bersalah
akibat tidak mampu baring
menjalankan tanggung -Anjurkan
jawab melakukan
2. Labido menurun aktivitas secara

O: 1.Kebutuhan bertahap
istirahat meningkat -Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
-Ajarkan strategi
koping untuk

33
mengurangi
kelelahan

 Kolaborasi
-Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

2. SDKI SLKI SIKI

D. 0142 L. 14137 I. 14539

Risiko Infeksi  Luaran Pencegahan infeksi


utama
 Definisi 1. Tingkat Infeksi  Observasi
Berisiko -Monitor tanda
mengalami  Luaran dan gejala
peningkatan Tambahan infeksi lokal dan
terserang 1. Integritas sistemik
organisme Kulit dan  Terapeutik
patogenik. Jaringan. - Batasi jumlah
2. Kontrol pengunjung
 Faktor Risiko Risiko. -Berikan
3. Status perawatan kulit
1. Penyakit kronis (mis. Imun. pada area edema
diabetes melitus) 4. Status - Cuci tangan
Nutrisi. sebelum dan
2. Efek prosedur invasif
sesudah kontak
3. Malnutrisi dengan

4.Peningkatan paparan pasien dan

organisme patogen lingkungan

34
lingkungan pasien
- Pertahankan
5.Ketidakadekuatan
teknik aseptik
pertahanan tubuh
pada pasien
primer:
berisiko tinggi
1) Gangguan peristaltik  Edukasi
- Jelaskan tanda
2) Kerusakan integritas
dan gejala
kulit
infeksi
3) Perubahan sekresi pH - Ajarkan cara
mencuci tangan
4) Penurunan kerja
dengan benar
siliaris
- Ajarkan etika
5) Ketuban pecah lama batuk
- Ajarkan cara
6) Ketuban pecah
memeriksa
sebelum waktunya
kondisi luka atau
7) Merokok luka operasi

8) Statis cairan tubuh -Anjurkan


meningkatkan
6.Ketidakadekuatan asupan nutrisi
pertahanan tubuh -Anjurkan
sekunder: meningkatkan

1) Penurunan asupan cairan

hemoglobin  Kolaborasi
- Kolaborasi
2) Imununosupresi
pemberian
3) Leukopenia imunisasi, jika
perlu
4) Supresi respon
inflamasi

5) Vaksinasi tidak

35
adekuat

3. SDKI SLKI SIKI

D. .0019 L. 03030 I.03119


Defisit Nutrisi
Luaran utama Manajemen Nutrisi
 Definisi
1.Status Nutrisi  Observasi
Asupan nutrisi
- Identifikasi
tidak cukup Luaran tambahan
status nutrisi
untuk memenuhi
1. Berat - Identifikasi
kebutuhan
Badan. alergi dan
metabolisme.
2. Eliminasi intoleransi
Fekal. makanan
 Penyebab
3. Fungsi - Identifikasi
1.
Gastrointest makanan yang
Ketidakmampua
inal. disukai
n menelan
4. Nafsu - Identifikasi
makanan
Makan . kebutuhan kalori
2.
5. perilaku dan jenis nutrien
Ketidakmampua
Meningkatk - Identifikasi
n mencerna
an Berat perlunya
makanan
Badan. penggunaan
3.
6. Status selang
Ketidakmampua
Menelan . nasogastrik
n mengabsorbsi
7. Tingkat - Monitor asupan
nutrien
Depresi . makanan
4. Peningkatan
8. Tingkat - Monitor berat
kebutuhan
Nyeri. badan
metabolisme
5. Faktor - Monitor hasil

36
ekonomi (mis. pemeriksaan
finansial tidak laboratorium
mencukupi)  Terapeutik
6. Faktor - Lakukan Oral
psikologis (mis. hygine sebelum
stres, makan,jika perlu
keengganan - Fasilitasi
untuk makan) menentukan
 Tanda mayor pedoman
S:- diet(mis.piramid
a makanan)
O: 1. Berat badan
- Sajikan makanan
menurun minimal 10%
secara menarik
di bawah rentang ideal
dan suhu yang
 Tanda minor sesuai
- Berikan
S: 1. Cepat kenyang
makanan yang
setelah makan
tinggi serat
2. Kram/nyeri untuk mencegah
abdomen konstipasi
- Berikan
3. Nafsu makan
makanan tinggi
menurun
kalori dan tinggi
O: 1. Bising usus protein
hiperaktif - Berikan
suplemen
2. Otot pengunyah
makanan,jika
lemah
perlu
3. Otot menelan lemah - Hentikan
pemberian
4. Membran mukosa
makanan melalui
pucat
selang

37
5. Sariawan nasogratik jika
asupan oral
6. Serum albumin turun
dapat ditoleransi
7. Rambut rontok  Edukasi
berlebihan - Ajukan posisi
duduk,jika perlu
8. Diare
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
 Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan(mis.pere
da
nyeri,anklemetik
),jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan,jika
perlu

2.11.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliput

38
pengumpulan data lanjutan, mengobservası respon kilen. selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru. Ada beberapa
ketrampilan yang dibutuhkan dalam hal Int. Pertama ketrampilan kognitif.
Ketramplian Kognitif mencangkup pengetahuan keperawatan yang
menyeluruh perawat harus mengetahui alasan untuk setiap Intervensi
terapeutik, memahami respon fisiologıs dan psikologis normal dan
abnormal, mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan
pemulangan klien, dan mengenali askep-askep promotif kesehatan klien
dan kebutuhan penyakit. Kedua, ketrampilan Interpersonal, Ketrampilan
ini penting untuk tindakan keperawatan yang efektif.

Perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien, tim


kesehatan lainnya. Ketiga anggota ketrampilan psikomotor, ketrampilan
ini mencangkup kebutuhan langsung terhadap perawatan kepada klien,
seperti keluarganya dan memberikan suntikan, melakukan penghisapan
tendır, mengatur posisi, membantu kilen memenuhi aktvitas seharian dan
lain-lain.
2.11.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

39
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain.

Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel


darah yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam
memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah
yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal terhambat.

40
3.2 Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada
lebihnya juga, untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran
kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para
pembaca bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat
bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam
merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang tepat
yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat
sampai teman pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta:


EGC. Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: EGC.

Fachri ,2017. LaporanPendahuluan LeukemiaPadaAnak. [Online].


https://www.scribd.com/document/349714030/Laporan-Pendahuluan- Leukemia-
Pada-Anak. (diakses, sabtu, 14 oktober 2017).

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar


Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.

Herman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

41
Hidayat, Aziz Alimut. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan


Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito.dkk. 2009. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. Jakarata:EGC
Doenges, Marilynn E.dkk.2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta:
EGC.
Engram, Barbara.2008. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Vol:2.Jakarta:EGC

42

Anda mungkin juga menyukai