Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1

BAB 1....................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.................................................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2

1.2 Tujuan Laporan Kasus...........................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................4

TINJAUN TEORI.................................................................................................................................4

2.1 Leukemia Limfoblastik Akut.................................................................................................4

2.2 Kemoterapi............................................................................................................................8

BAB III................................................................................................................................................15

PENGKAJIAN KASUS......................................................................................................................15

BAB IV...............................................................................................................................................21

PEMBAHASAN..................................................................................................................................21

BAB V.................................................................................................................................................24

PENUTUP...........................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan “Laporan kasus pada pasien dengan Leukimia
Limfobastik Akut” di RSUD Arifin Acmad pada tahun 2022. Penulisan laporan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Praktik Klinik
Kebidanan II (PKK II) di RSUD Arifin Acmad Pekanbaru.
Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Dhini Angggraini
Dhion, M.Keb selaku dosen pembimbing dan Ibu Ibu Anis Sri Dewi, STr.Keb selaku
pembimbing lahan yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
peneliti dalam penyusunan laporan kasus ini, tanpa bantuan dari Ibu sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata, kami berharap laporan kasus ini bermanfaat khususnya bagi kami sendiri
dan bagi pihak yang membacanya, serta kami mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Pekanbaru, 7 Februari 2022

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah, adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi per tahunnya adalah 3 hingga
4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun. Penyakit ini
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yang berusia di
atas 1 tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6 tahun. Leukimia
merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan peningkatan angka
keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa penyakit untuk jangka
waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang menderita Leukimia
Limfoid Akut mendekati angka 75%. (Wong, 2009)
Komplikasi dari pengobatan leukimia sendiri meliputi perawakan pendek,
pengecilan otot, dan nekrosis dari tulang yang disebabkan oleh terapi steroid dengan
dosis tinggi yang biasanya terjadi pada anak-anak, obesitas dan disfungsi gonad yang
dihasilkan akibat efek neuroendokrin, potensi perubahan dalam perkembangan
pubertas dan fungsi gonad, kardiomiopati, munculnya Leukimia kedua AML (Akut
Mieloblastik Leukimia), disfungsi kandung kemih, kekebalan tubuh menurun, efek
psikososial yang terkait dengan penyakit kronis, serta kekambuhan kembali penyakit
Leukimia Limfoblastik Akut (LLA) . (Burns, Catherine et al, 2007)
Berdasarkan data National Cancer Institute pada tahun 2012 kasus Leukimia
Limfoblastik Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukimia adalah jenis kanker yang
mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di
sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. (WHO, 2012)
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), di Indonesia kanker
menjadi penyebab kematian no.3 dengan kejadian 7,7 % dari seluruh penyebab
kematian karena penyakit tidak menular. Sementara itu leukimia merupakan jenis
kanker tertinggi pada anak di seluruh RS di Indonesia dengan proporsi sebesar 10,4
%. Selain itu, sejak tahun 2010 pengendalian kanker nasional telah mengembangkan
program kanker pada anak melalui upaya pengenalan tanda dan gejala yang
dikembangkan di puskesmas dan pos pembinaan terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) di masyarakat. (Depkes, 2013

3
1.2 Tujuan Laporan Kasus
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman yang nyata kepada penulis untuk mengetahui cara
perawatan dan penanganan pada pasien anak dengan masalah Leukimia
Limfoblastik Akut dengan benar.

2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada An.NA dengan masalah Leukimia Limfoblastik
Akut di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
b. Menganalisa masalah dan diagnosa yang muncul pada An.NA dengan
Leukimia Limfoblastik Akut di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
c. Melakukan tindakan segera pada An.NA dengan Leukimia Limfoblastik Akut
di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
d. Merencanakan tindakan pada An.NA dengan Leukimia Limfoblastik Akut di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
e. Melakukan evaluasi pada klien anak dengan Leukimia Limfoblastik Akut di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
f. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP

4
BAB II

TINJAUN TEORI

2.1 Leukemia Limfoblastik Akut


E. Pengertian LLA
Menurut Kyle dan Susan (2016) leukemia merupakan gangguan utama
pada sumsum tulang, yaitu elemen normal digantikan dengan sel darah putih
abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi limfosit dan sel
mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah, granulosit, monosit dan
trombosit. Pada semua jenis leukemia, sel darah putih yang abnormal mengambil
alih sumsum yang normal. Sel darah merah dan trombosit juga terganggu. Sel
leukemia dapat berprofelasi dan dilepaskan ke dalam darah perifer yang menginvasi
organ tubuh yang menyebabkan metastasis (Roshdal & Mary 2015).

F. Jenis Leukemia
Menurut Kyle dan Susan (2016) leukemia dapat diklasifikasikan menjadi akut
atau kronik, limfositik atau mielogenus. Leukemia akut merupakan penyakit yang
berkembang cepat yang menjangkiti sel yang tidak terdiferensiasi/membelah atau
imatur, mengakibatkan sel tanpa (kehilangan) fungsi normal. Leukemia kronik
berkembang lebih lambat, memungkinkan maturasi dan diferensiasi sel sehingga
dapat mempertahankan beberapa fungsi normal mereka. Leukemia akut, termasuk
leukemia limfoblastik akut (LLA), dan leukemia mielogenus akut (LMA).
Sedangkan, leukemia kronik termasuk leukemia limfoblastik kronik (LLK) dan
leukemia mielogenus kronik (LMK).

C. Insidensi LLA
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker anak yang paling
umum terjadi, LLA bertanggung jawab untuk 80% kasus leukemia pada anak.
Insiden palimg tinggi terjadi anak-anak yang berusi antara 3 dan 5 tahun (Betz &
Linda, 2002). LLA merupakan bentuk kanker paling umum terjadi pada anak. 85 %
kasus LLA terjadi pada anak antara usia 2 dan 10 tahun (Kyle & Susan, 2016).
Sebagian besar leukemia yang terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan

5
sekitar 25% kanker ini terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan
insiden yang paling tinggi terjadi pada usia antara 2dan 4 tahun. LLA lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dan orang kulit putih dibandingkan orang kulit hitam
(Axton & Terry, 2014).

D. Etiologi LLA
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
presdiposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Genetik
a) Keturunan
 Adanya penyimpangan kromosom
Insiden leukimia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindrom down, sindrom bloom,
fanconi’s anemia, sindrom wiskott-adrick, sindrom Ellis Van
Creveld, sindrom kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
con reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom, misal pada kromosom
21 atau c-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak
stabil, seperti pada aneuploidy.
 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada
kembar identik, dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi
pada tahun pertama kelahiran, juga terjadi pada keluarga
dengan insiden leukemia sangat tinggi.
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat menyebabkan kerusakan kromosom,
contohnya radiasi, bahan kimia dan obat-obatan yang dihubungkan
dengan insiden meningkat pada leukemia akut khusunya ALL.
2. Virus
Telah didapatkan fakta dari banyak percobaan bahwa RNA Virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Salah satu virus yang
terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah human T-Cell

6
leukemia. Jenis leukimia yang ditimbulkan adalah Acute T-cell Leukemia.
3. Faktor lain
Penyebab ALL sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, diduga
kemungkinan terbesar karena virus (virus onkologik), faktor lainnya:
 Faktor ekterogen contohnya sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan
kimia (benton, arsen, preparat sulfat) infeksi virus dan bakteri.
 Faktor endogen seprti ras (orang yahudi mulai menderita)

E. Patofisiologi LLA
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi, sebagai pertahanan dari
infeksi, secara normal berkembang dan dikontro sesuai kebutuhan. Leukemia
meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang secara abnormal, dan
tidak berfungsi seperti biasanya sel leukimia memblok sel darah putih yang normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi, dan dapat merusak produksi sel darah
lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah yang berfungsi menyuplai
oksigen pada jaringan.
Leukimia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.

F. Manifestasi Klinis LLA


Gejala leukemia disebabkan oleh anemia, neutropenia dan trombositopenia-
kerusakan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Gejalanya meliputi
demam, malaise, anoreksia, keletihan, nyeri tulang, memar dan perdarahan. Klien
juga akan mengalami anemia, pembesaran nodus limfe, berkeringat malam, sesak
napas, penurunan berat badan, nyeri tekan pada sternum dan limpa dan keterlibatan
liver (Roshdal & Mary, 2015).
Tanda dan gejala lainnya dapat meliputi anoreksia, iritabilitas, keletihan,
letargi, sakit kepala, demam, pucat, nyeri tulang, memar dan perdarahan. Triad
neutropenia, anemia dan trombositopenia tampak pada hitung sel darah lengkap
(complete blood cell count, CBC) (Axton & Terry, 2014).

G. Komplikasi LLA
Komplikasi yang terjadi apabila pasien dengan ALL tidak tertangani adalah

7
gagal sumsum tulang, infeksi, hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati (Betz
& Linda, 2002).

H. Pemeriksaan Penunjang ALL


Jika seorang anak dicurigai menderita leukemia berdasarkan manifestasi
klinis dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan labotarium dan diagnostik umumyang
diprogramkan untuk LLA antara lain (Kyle & Susan, 2016; Marcdante, dkk, 2014):
Hitung darah lengkap: temuan abnormal mencakup kadar hemoglobin dan
hematocrit yang rendah, penurunan hitung sel darah merah, penurunan hitung
trombosit dan hitung sel darah puti yang rendah, normal atau tinggi; 15-20% pasien
3
memiliki hitung leukosit lebih dari 50.000/mm .Apus darah perifer dapat
menunjukkan blast.Aspirasi sumsum tulang akan menunjukkan lebih dari 25%
limfoblast. Aspirasi sumsum tulang juga diperiksa untuk mengetahui imunofenotip
(limfoid vs mieloid dan kadar maturitas sel kanker) dan anlisis sitogenetik
(menentukan abnormalitas pada jumlah dan struktur kromosom). Imunofenotip dan
analisis sitogenetik digunakan untuk menetukan klasifikasi leukemia, yang
membantu memandu terapi. Analisis sitogenik pada LLA mengidentifikasi kelainan
kromosom pada t(12;21) lebih sering terjadi (sekitar 20% dari seluruh kasus) dan
dihubungkan dengan prognosis baik, serta t(9;22) terjadi pada kurang dari 5% kasus
dan dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pungsi lumbal akan menunjukkan
apakah sel leukemik telah menginfiltrasi SSP.
Pemeriksaan fungsi hati dan BUN serta kadar kreatinin menentukan fungsi
hati dan ginjal yang jika abnormal dapat menghindarkan terapi dengan agens
kemoterapi tertentu. Radiografi dada dapat menunjukkan pneumonia atu massa
mediastinal.

I. Pengobatan LLA
Manajemen terapeutik anak yang mengalami LLA berfokus pada
pemberian kemoterapi untuk mengeradikasi sel leukemik dan mengembalikan fungsi
normal sumsum tulang. Terapi kemoterapi terbagi melalui empat tahap, yaitu: (Kyle
& Susan, 2016)
Tabel 2.1 Tahap terapi leukemia

8
Tahap Tujuan Lama Medikasi yang Biasa

Induksi cepat
Induksi remisi 3 hingga 4 Steroid oral, vinkristin IV, L-
Sempurna Minggu asparginase IM, daunomisin
(risiko tinggi)

Memperkuat
Konsolidasi remisi, Beragam Metotreksat dosis tinggi, 6-
mengurangi
(intensifikasi) jumlah merkaptopurin; kemungkinan
sel leukemik siklofosfamid, sitarabin,
asparaginase, tioguanin,
Epipodofilotoksin

Rumatan Mengeliminasi 2 hingga 3 Dosis rendah: 6-merkaptopurin


semua sel
leukemik tahun setiap hari, metotrkesat setiap
Residu minggu, vinkristin IV dan
steroid oral intermiten

Profilaksis SSP Mengurangi risikoDiberikan Kemoterapi intratekal; radiasi


perkembangan secara berkala kranial digunakan secara jarang
penyakit SSP pada semua
tahap

Sumber: Tahap terapi leukemia (Kyle & Susan, 2016)

2.2 Kemoterapi
A. Pengertian Kemoterapi
Menurut Roshdal dan Mary (2015) istilah kemoterapi menyatakan
penggunaan agens kimiawi untuk menghancurkan sel yang bersifat kanker.

B. Prinsip Kemoterapi
Prinsip kerja agen kemoterapi yaitu mengganggu salah satu siklus sel baik
itu sel kanker maupun sel yang dapat tumbuh cepat. Siklus sel merupakan siklus

9
yang dibutuhkan oleh sel yang terdiri dari beberapa fase untuk bereproduksi,
menggantikan sel yang rusak atau mati dan menambah jumlah sel pada jaringan yang
tumbuh. Siklus sel terdiri dari 2 periode, yaitu interfase dimana sel tidak membelah
dan fase mitosis dimana sel membelah (Hapsari, 2012).
C. Tujuan Kemoterapi
Menurut Roshdal dan Mary (2015) tujuan kemoterapi adalah merusak DNA
di dalam sel abnormal dan menyebabkan sel menghancurkan dirinya sendiri
(apoptosis). Terdapat beberapa indikasi terapeutik untuk kemoterapi, termasuk:
 Untuk mengatasi penyebaran atau metastasis penyakit karena
kemoterapi merupakan terapi sistemik bukan terapi lokal.
 Untuk memberikan penyembuhan pada klien jenis kanker tertentu, bahkan
dalam kanker stadium lanjut; misalnya leukemia akut, beberapa jenis limfoma
dan kanker testis.
 Untuk mengontrol atau mengurangi kesulitan yang berhubungan dengan
tumor secara temporer-terapi paliatif bukan terapi untuk menyembuhkan.
 Untuk digunakan sebagai terapi adjuvan (bantuan) setelah pembedahan untuk
mengatasi metastasis atau berupaya mencegah terjadinya metastasis.

D. Cara Kemoterapi
Menurut Langhorne, dkk (2007) kemoterapi dapat digunakan dalam lima
cara:
 Terapi adjuvant: suatu kemoterapi yang digunakan bersamaan dengan
modalitas pengobatan lain (operasi, terapi radiasi, atau bioterapi) dan
ditayangkan dalam mengobati micrometastases.
 Kemoterapi neo-adjuvant: pemberian kemoterapi untuk mengecilkan tumor
sebelum diangkat melalui pembedahan.
 Kemoterapi induksi: terapi obat diberikan sebagai pengobatan utama untuk
pasien yang menderita kanker dimana tidak ada pengobatan alternative.
 Kombinasi kemoterapi: penguasaan dua atau lebih agen kemoterapi untuk
mengobati kanker. Hal ini memungkinkan setiap obat untuk meningkatkan
tindakan lain atau bertindak secara sinergis dengannya (contoh kombinasi
kemoterapi adalah rejimen MOPP yang diketahui secara luas dari nitorgen
mustard, vincristine (oncovin), procarbazine dan prednison, yang digunakan

10
untuk mengobati pasien dengan Hodgin's penyakit).
 Terapi myeloblative: terapi dosis intensif yang digunakan untuk persiapan
transplantasi sel induk darah perifer.

E. Agens Kemoterapeutik
Agens kemoterapeutik diklasifikasikan ke dalam lima katagori, yaitu
(Roshdal & Mary, 2015):

Tabel 2.2 Agens kemoterapeutik


Agens Tujuan Terapi Obat

Agens alkilase Mengganggu sintesis DNA Carboplatin (paraplatin)


(Nitrosurea) Cisplatin (Platinol)
Siklofosfamid (Cytoxan),
Dakarbazin (DTIC)
Ifosfamid (Ifex)
Tiotepa (TESPA, TSPA)
Antibiotik Mencegah replikasi DNA Bleomisin (blenoxane)
Doksorubisin HCl (Adriamycin)
Idarubisin (Idamycin)
mitomisin-C (mutamycin)
plikamisin, mitramisin (Mitchracin)

Antimetabolit Menghambat fungsi mentabolit Sitarabin (Ara-C)


yang diperlukan untuk sintesis Fludarabin
atau replikasi DNA Fluorouracil, 5-Fluorouracil, 5-FU
(Adrucil, Efudex)
Gemitabicin (Gemzar)
Metotreksat, natrium metotreksat
(Folex, Mexate)
Antimitotik Mengganggu mitosis sel Vinblastine sulfat (Velban, Velsar)
Vinkristin sulfat (Oncovin)
Vinorelbin (nNavelbin)

Agens hormonal Menghasilkan regresi kanker Finasterid (Proscar)


metastatatik secara sementara Flutamid (Eulexin)

11
Leuprolid (Lupron)
Tamosikfen (Nolvadex)

Sumber: Agens kemoterapeutik (Roshdal & Mary, 2015)

F. Efek Samping Kemoterapi


a) Mual dan muntah.
Mual dan muntah terjadi setelah sesaat setelah pemberian obat kemoterapi
dan disebabkan oleh terapi radiasi kranium.
b) Alopesia
Kemoterapi dapat merusak sel normal, terapi tersebut mempengaruhi semua
sel yang sering melakukan pembelahan (termasuk pada sel folikel rambut
selain pada sel kanker) yang menyebabkan rambut menjadi rontok.
c) Stomatitis
Klien menerima kemoterapi atau radiasi rentan terhadap stomatitis (inflamasi
mulut).
d) Anoreksia
Penurunan selera makan merupakan akibat langsung yang ditimbulkan oleh
kemoterapi, serta ulkus pada mulut menyebabkan memperberat gejala
anoreksia.
e) Keletihan
Keletihan hampir menyerang semua penderita kanker, keletihan mungkin
berasal dari penyakit, terapi atau distres psikologik.
f) Neutropenia
Agen siktoksik merupakan salah satu penyebab anak mengalami neutropenia.
Neutropenia menyebabkan pasien berisiko lebih tinggi terjadinya infeksi.
g) Anemia
Pertumbuhan limfoblast berlebihan dan sel abnormal menggantikan
sel normal dalam sumsum tulang. Sumsum tulang menjadi tidak mampu
mempertahankan kadar normal sel darah merah, trombosit dan sel darah
putih.
h) Trombositopenia
Pertumbuhan limfoblast berlebihan dan sel abnormal menggantikan
12
sel normal dalam sumsum tulang. Sumsum tulangmenjadi tidak mampu
mempertahankan kadar normal sel darah merah, trombosit dan sel darah
putih.
i) Infeksi
Kemoterapi sering mengubah klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi
karena hitung sel darah putih rendah (neutropenia).
j) Diare
Salah satu efek samping yang paling menimbulkan distres dalam pemberian
obat-obatan kemoterapeutik adalah kerusakan sel mukosa GI, yang dapat
menimbulkan ulkus dimana pun disepanjang saluran pencernaan. Ulkus atau
mukosa yang terinflamasi akan menghasilkan lendir yang merangsang
peristaltik, hal ini lah yang menyebabkan diare.

G. Penatalaksanaan Efek Samping Kemoterapi


Kemoterapi menimbulkan sejumlah efek samping, untuk penatalaksanaan
efek samping menurut Roshdal & Mary (2015), Wong, dkk (2009) dan Hapsari
(2012) adalah:
a) Mual muntah
Agens antagonis reseptor-serotonin (missal ondansentron [Zofran])
merupakan obat yang efektif untuk mengendalikan mual dan muntah sesudah
terapi kemoterapi dan radioterapi yang bersifat emetogenetik.
b) Alopesia
Beri anak topi dari kain katun yang lembut merupakan tuutp kepala yang
nyaman bagi anak. Pilihan tutup kepalanya yang lain adalah kerudung dan
wig (rambut palsu) untuk rambut palsu anjurkan anak atau pilih rambut palsu
sesuai dengan gaya rambut asli anak sebelumnya.
c) Stomatitis
Anjurkan orang tua untuk menggunakan sikat gigi halus dan membersihkan
mulut secara menyeluruh setelah makan dan sebelum tidur kepada anak
tersebut. Alternatif lainnya berikan vitamin E ke area yang terganggu di
mulut.
d) Anoreksia
Sediakan makanan yang tidak merangsang, lunak dan berkuah yang cocok

13
dengan usia anak dan pilihan anak.
e) Keletihan
Optimalkan nutrisi beserta suplemen, rencanakan periode istirahat dan
aktivitas, beri dukungan untuk distres psikologi seperti depresi dan ansietas,
serta berikan tranfusi darah apabila keletihan berhubungan dengan
penatalaksanaan medis.
f) Neutropenia
Penatalaksanaan anak dengan neutropenia secara farmakologi adalah
pemberian antibiotik oleh dokter untuk mengatasi infeksi dan sepsis. Selain
itu, cuci tangan yang benar, menjauhi orang yang sedang sakit, cuci sayur-
sayuran dan buah-buahan serta makan-makanan bergizi dapat meningkatkan
daya tahan tubuh.
g) Anemia
Memberikan banyak istirahat, membatasi aktivitas terutama yang menguras
tenaga dan berikan makanan yang bernutrisi, serta berikan terapi suportif
yang diberikan pada anak adalah tranfusi darah jika kadar hemoglobin anak
dibawah normal.
h) Trombositopenia
Sikat gigi dengan sikat gigi yang lembut, hindari anak dari benda tajam dan
hindari aktivitas anak yang berisiko untuk terluka. Tindakan yang tepat jika
terjadi perdarahan adalah tekan dengan lembut daerah yang mengalami
perdarahan sampai perdarahannya berhenti.
i) Infkesi
Mencegah keruskan kulit atau membrane mukosa, jangan memberikan obat
melalui naus, hindari apapun yang mengakibatkan cedera, hindari orang
atautempat yang berisiko menimbulkan infeksi dan lakukan teknik mencuci
tangan yang tepat.
j) Diare
Penuhi kebutuan cairan tubuh untuk mencegah dehidrasi adan gangguan
keseimbangan elektrolit, berikan anak makanan yang tinggi kalium dan
natrium dan berikan makanan rendah serat serta bersihkan area perineal
dengan hati-hati setelah buang air besar

14
15
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
ASUHAN PADA PASIEN DENGAN ACUTE
LYMPOBLASTIC LEUKIMIA (ALL)

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Seorang anak berusia 3 tahun 10 bulan datang ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
diantar oleh ayahnya untuk menjalani pengobatan kemoterapi yang ke 5
2. Identitas Penderita
Nama penderita : An.NA
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Pekanbaru / 27-04-2018
Umur : 3 Tahun 10 Bulan
3. Anamnesa
Anamnesis dengan : Ayah Kandung Pasien
Tanggal / Jam : 03-02-2022 /11.00 WIB

4. Keluhan utama
Kurang nafsu makan akibat efek samping kemoterapi

5. Riwayat penyakit dulu


Saat pasien berusia 1 tahun 1 bulan, pasien jatuh sakit, gejala awalnya berupa demam, dan
wajah pucat. Orangtua pasien mengira anaknya alergi, kemudian membawa pasien ke
klinik untuk melakukan tes laboratorium, hingga diketahui kadar leukosit dalam tubuh
sangat tinggi, dokter yang bekerja di klinik tersebut merujuk pasien yang bertempat tinggal
di Dumai menuju RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Pada tanggal 09-05-2021 pasien
dirawat di ruang Lili Anak selama kurang lebih 17 minggu untuk memperbaiki keadaan
pasien karena kadar leukosit yang tinggi, pasien sempat mendapatkan tranfusi darah putih
lebih dari 50 kantong selama dirawat. Setelah dirawat pasien melakukan rawat jalan untuk
melakukan pengobatan kemoterapi dengan frekuensi lima minggu sekali, efek samping
16
yang dialami pesien adalah mual muntah, tidak nafsu makan, dan kerontokan rambut
hingga botak.

6. Riwayat penyakit sekarang


Pasien masih menjalani pengobatan kemoterapi rutin dengan frekuensi lima minggu sekali.
Pasien mengeluh kurang nafsu makan.

7. Riwayat keluarga

Laki laki
Sehat
Perempuan
Sehat
Laki-laki
Sakit
Perempuan
Sakit

17
II. DATA OBJEKTIF
1. Tingkat kesadaran : Composmentis
2. GCS :E4M5V6
3. TTV
 TD : 90/65 mmHg
 Nadi : 95x/ Menit
 RR : 23x/ Menit
 Suhu : 36 º C
4. Antropometri
 BB : 40 Kg
 TB : 135 Cm
5. Kulit
 Warna kulit : kemerahan
 Sianosis : Tidak ada
 Kemerahan : Tidak ada
 Tungor kulit : Elastis
6. Kepala/ Leher
 Rambut : Rontok tapi tidak botak
 Bentuk kepala : Simetris
 Bentuk wajah : Simetris
 Fontanel : Tegas
 Telinga : Simetris
 Hidung : Simetris
 Mata
I. Sklera : Bersih
II. Konjungtiva : Merah
 Mulut
I. Mucosa mulut : Lembab

7. Respirasi
 Suara nafas : Vesikuler
 Pola nafas : Teratur

18
8. Kardiovaskuler
 Bunyi jantung : Normal
 Lotus cordis : Tidak tampak
 JVP : Normal
9. Gastrointestinal
 Mual : Tidak ada
 Muntah : Tidak ada
 Acites : Tidak ada
 Bising usus : Tidak ada
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Nyeri lepas : Tidak ada
10. Pemeriksaan Laboratorium
NADHIRA ALFATHUNNISA, AN
No : 22013120 Dokter pengirim : Cece Alfaillah,dr,spA
RM : 01053970 Pengirim : ONKOLOGI ANAK
JK : Perempuan Cara bayar : BPJS
Lahir/umur :27-04-2018/ 3tahum 9bulan 6hari Tgl.Order : 02-02-2022 10:00:00
Alamat JL. BAUNG I NO 348 Tgl periksa : 02-02-2022 11:27:00
LIMBUNGAN BARU Hari selesai : 02-02-2022 14:17:00
Dokter penanggung jawab Lucyana T, dr, spPK
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin L 11.3 g/dL 11.5 - 13.5
Leukosit L 3.49 10̂ 3/µL 6.00 - 17.00
Trombosit 326 10̂ 3/µL 150 - 450
Eritrosit L 3.57 10̂ 6/µL 3.90 – 5.90
Hematokrit L 32.0 ∞ 34.0 - 40.0
MCV 89.6 Fl 79.0 - 99.0
MCH H 31.7 Pg 27.0 - 31.0
MCHC 35.3 g/dL 33.0 - 37.0
RDW-CV H 17.5 ∞ 11.5 - 14.5
RDW-SD H 57.9 fL 35.0 - 47.0

19
PDW L 8.2 fL 9.0 - 13.0
MPV 8.5 fL 7.2 - 11.1
P-LCR L 13.0 ∞ 15.0 - 25.0

Hitung Jenis
Basofil 0.0 ∞ 0–1
Eosinofil H 8.0 ∞ 1.0 – 3.0
Neutrofil 59.9 ∞ 40.0 – 70.0
Limfosit L 19.2 ∞ 20.0 – 40.0
Monosit H 12.9 ∞ 2.0 – 8.0

Screening covid-19
Neutrofil Limfosit Ratio 3.12 < 3.13
Absolut Limfosit Count 0.67 10̂ 3/µL >11.5
KIMIA KLINIK
CRP
CRP Kuantitatif 0.6 Mg/L 0.0 – 5.0
Albumin 4.2 g/dL 3.8 – 5.4
AST 30 U/L 10 – 40
ALT 40 U/L 10 – 40

III. ASSESMENT
Diagnosis : Leukemia limfoblastik akut dengan:
 Resiko infeksi
 Resiko gangguan nutrisi
 Resiko komplikasi leukemia
 Resiko anemia
Masalah potensial :
Kebutuhan segera : Pengobatan (Kemoterapi)

IV. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan: Kemoterapi
2. Penanganan suportif:
20
a) Pemberian tranfusi komponen darah yang diperluhkan dan pemberian komponen
untuk meningkatkan kadar leukosit
b) Terapi nutrisi
Untuk menunjang keberhasilan pengobatan kanker perlu adanya dukungan nutrisi
yang optimal dengan memperhatikan kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi
pasien kanker. Tujuan pemberoan diet pada pasien kanker diantaranya:
 Mencegah terjadinya penurunan berat badan
 Mencapau dan memelihara berat badan normal
 Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan
 Memenuhi kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral yang
seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi
 Memenuhi kebutuhan mikronutrien
c) Perawatan di ruang yang bersih
3. Memberitahu pasien untuk menghindari kontak dengan orang-orang yang sakit karena
imun tubuh yang lemah dan mudah terinfeksi penyakit
4. Memberitahu pasien dan wali pasien tanda dan gejala kompikasi kemoterapi, seperti:
 Distensi urinaria( infeksi saluran kemih) seperto nyeri/ terbakar saat BA, rasa tidak
nyaman di perut dan panggul, urin berwarna gelap dan berbau, serta urin berdarah.
 Gejala hipokalsemia (kadar kalsium yang rendah) seperti gangguan makan, muntah,
kejang, dan gangguan kesadaran
 Gejala hiperkalemia (kadar kalsium yang tinggi) seperti kelemahan dan kehilangan
seluruh atau sebagain fungsi otot
5. Memberitahu pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan tidak
berlebihan
6. Memberitahu pasien untuk menggunakan tabir surya atau pelindung dari sinar
matahari
7. Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien untuk tetap melakukan pengobatan
dengan teratur
8. Memberitahu pasien untuk mencukupi kebutuhan cairan

V. EVALUASI
1. Pasien bersedia menjalani pengobatan
2. Pasien bersedia menghindari kontak denga orang sakit untuk mencegah terinfeksi

21
3. Pasien dan wali pasien mengerti tanda dan gejala komplikasi kemoterapi
4. Pasien bersedia melakukan aktivitas fisik secara teratur dan tidak berlebihan
5. Pasien bersedia melakukan diet nutrisi yang sehat dan mencukupi kebutuhan cairan
6. Pasien bersedia menggunakan tabir surya
7. Pasien bersedia melakukan pengobatan secara teratur
8. Pasien bersedia untuk banyak minum air putih

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pada pembahasan kasus ini akan membahas kolerasi antara teori dengan laporan kasus asuhan
pada An.NA dengan penyakit leukemia yang telah dilakukan pada 3 Februari 2021 di ruang poli anak
Onkologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian subjektif dan
objektif, menegakkan diagnosa, penatalaksaan dan evaluasi.
Hasil pengkajian pada An.NA ditemukan data keluhan utama An.K adalah tidak nafsu makan
akibat efek samping pengobatan Kemoterapi. Pada hasil labor An.NA ditemukan jumlah hemoglobin,
leukosit, eritrosit, dan hematorit rendah. Yenni (β014) mengatakan manifestasi klinis leukemia dapat
berupa kelelahan dan kelemahan, kulit pucat, infeksi, dan demam yang tidak sembuh dengan antibiotik,
mudah berdarah atau memar, nyeri sendi atau tulang, hilangnya nafsu makan dan turunnya berat badan,
pembesaran kelenjar limfe, batuk atau kesulitan pernafasan, pembesaran hati atau limpa, pembengkakan
muka dan tangan, sakit kepala, dan muntah.Wong (β009) mengatakan anak yang menderita leukemia
akan menunjukkan gejala demam, terdapat memar tanpa sebab.
Leukemia dapat menyebabkan perdarahan, infeksi sekunder maupun gagal organ. Menurut
ansumsi peneliti keluhan yang dialami An.K dan An.G sama dengan teori. Anak – anak dengan
leukemia umumnya mengalami anemia dengan ciri-ciri muka pucat, tak bertenaga atau lemas. Ditandai
dengan rendahnya hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan hematorit , karena pertumbuhan leukosit yang
tidak wajar dan menyebabkan pertumbuhan sel darah putih yang tidak terkendali sehingga menekan

22
produksi eritrosit.
Pertumbuhan leukosit yang tidak terkendali mengakibatkan banyaknya jumlah leukosit yang
abnormal atau belum matang dan kuman yang masuk jadi tidak bisa melawan sel darah putih. Sel darah
putih yang seharusnya yang bertugas melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan terkena
infeksi dan sering demam. Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga ditemukan An.NA tidak
mempunyai keluarga yang menderita kanker. Surriadi dan Yulianni (β010), penyebab leukemia yang
pasti belum diketahui tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan leukemia yaitu
faktor genetik, tingkat radiasi yang tinggi, oat-obatan imunosupresif, faktor herediter dan kalinan
kromosom. Yenni (β014) mengatakan etiologi spesifik LLA belum diketahui, tetapi berhubungan
dengan proses multifaktorial yang berkaitan dengan genetik, imunologi, lingkungan, toksik, paparan
virus, ionization radiation.
Sebagian kanker disebabkan oleh paparan zat kimia tertentu dalam pekerjaan sehari-hari,
paparan zat asing dari lingkungan tidak mungkin dihindari secara sempurna karena berbagai alasan,
termasuk keberadaan beberapa karsinogen dalam makanan. Walaupun keberadaan karsinogenik dalam
makanan merupakan suatu faktor, asupan dari komponen tertentu dalam makanan dapat mengubah
metabolisme dan pengeluaran dari karsinogen, serta mempengaruhi perkembangan sel-sel normal dan
kanker dalam tubuh. Dan juga perubahan pola makan dan gaya hidup seseorang maupun latar belakang
faktor genetik bisa mempengaruhi timbulnya kanker (Silalahi, β006).
Hasil pengkajian lain ditemukan An.NA sudah menjalani kemoterapi. Setelah menjalani
kemoterapi An.NA mengeluh mual dan muntah. Pada pemeriksaan kepala tampak rambut An.K dan
An.G tipis dan rontok. Penatalaksaan yang dilakukan adalah transfusi darah dan terapi leukemia
meliputi kemoterapi untuk membunuh dan memperlambat pertumbuhan sel kanker. Proses kemoterapi
terbagi dalam empat fase, yaitu : terapi induksi, terapi profilaksis SSP, terapi intensifikasi (konsolidasi),
terapi rumatan, dan reinduksi sesudah relaps (Maharani, β009).
Menurut Maharani (β009), efek samping kemoterapi dapat menimbulkan infeksi, memar,
perdarahan, rasa lemah, kerontokan rambut, luka pada bibir dan mulut, mual dan muntah, diare, serta
penurunan nafsu makan. Pada kasus ini, penatalaksanaan yang dikemukan teori diatas sedang dilakukan
oleh An.NA melakukan kemoterapi, Tujuan dilakukan kemoterapi adalah untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah lepas dari
sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh lain. Fase ini mengurangi
jumlah sel – sel leukemia yang masih ada dalam tubuh. Asumsi peneliti pada kasus An.NA ditemui
gejala mual dan muntah, penurunan nafsu makan karena An.NA selesai menjalani kemoterapi. Efek
samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat-obat sitotoksik sehingga menghambat
proliferasi tidak hanya selsel kanker melainkan juga sel normal.

B. DIAGNOSA
Hasil penelitian pada An.NA ditemukan diagnosa yaitu resiko infeksi berhubungan
23
dengan imunisupresi, resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan, resiko
komplikasi leukemia apabila tidak ditangani dengan baik, resiko anemia karena kemoterapi
dapat merusak produksi sel darah baru.
Apriany (2016), komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa kanak-kanak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Kondisi ini akan meningkatkan risiko
infeksi yang berat akibat penurunan fungsi utama neutrofil sebagai pertahanan terhadap
mikroorganisme asing.
Dari hasil pengkajian ditemukan ibu An.K dan An.G mengatakan anaknya sudah dilakukan
kemoterapi, hasil pengkajian ibu mengatakan setelah kemoterapi anak muntah, ini menyebabkan nafsu
makan anak berkurang. Wong (β009) selain perdarahan, komplikasi lain yang timbul akibat
kemoterapai adalah mual, muntah , anoreksia, atau peurunan nafsu makan.
Menurut analisa peneliti, diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan dapat ditegakkan pada An.NA. Kurangnya asupan
makanan anak karena efek samping kemoterapi dimana obat kemoterapi bekerja tidak hanya
membunuh sel-sel kanker yang sedang membelah diri, tetapi semua sel yang membelah diri termasuk
sel-sel sehat. Obat-obatan yang tadinya bertujuan untuk meracuni sel-sel kanker menyebabkan rasa
sakit pada anak. Racun (dari obat-obat kemoterapi) menyerang sel darah dan menyebabkan keracunan
darah. Sistem pencernaan menjadi shock tidak terkontrol dan menyebabkan anak mual, tidak nafsu
makan dan badan anak berangsur melemah.
Obat yang digunakan dalam kemoterapi cepat mengenali sel – sel target, namun obat tersebut
juga mempengaruhi sel – sel normal, seperti sel – sel rambut, kulit, dan sel – sel sumsum tulang.
Penelitian terakhir, obat kemoterapi juga dapat mempengaruhi sel – sel yang bertanggung jawab dalam
pembuatan sel sel – sel darah. Sehingga efek samping dalam pengobatan kemoterapi antara lain rambut
rontok, kulit kering, perubahan jumlah sel darah, dan mual – mual. Semuanya berkaitan dengan teknik
kemoterapi dalam mempengaruhi sel – sel normal (Nugroho & Rahayu, β017).
Menurut analisa peneliti diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imunodefisiensi seharusnya dapat ditegakkan pada An. NA, dari hasil pengkajian ditemukan ibu An.NA
mengatakan terdapat luka bekas pemasangan infus pada tangan kiri dan kulit sekitarnya kemerahan.
Luka tersebut menyebabkan gatal terlihat dari An.NA sesekali menggaruk – garuk tangan kirinya.
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat bersifat menghambat proses pembelahan dan pembentukan sel-sel
baru pada kulit. Jika kondisinya terus berlanjut dapat mengakibatkan kulit kehilangan tingkat
kelembaban dan kulit akan menjadi kering.

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan pada anak dengan leukemia diruang Poli Anak Onkologi
RSUD Arifin Achmad , peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada An.NA didapatkan hasil yang sama dengan teori yaitu peneliti
menemukan keluhan An.NA selesai kemoterapi mual dan muntah, yang menyebabkan anak
malas makan dan nafsu makan berkurang. Pada hasil pemeriksaan penunjang yaitu pada hasil
laboratorium pasien leukemia mengalami penurunan leukosit yang menyebabkan daya than
tubuh pasien menurun. Hasil pemeriksaan laboratorium An.K di dapatkan leukosit 3.49 . 10̂
3/µL (6.00-17.00).
2. Diagnosa

25
Diagnosa pada An.NA adalah resiko infeksi, resiko gangguan nutrisi, resiko komplikasi
leukemia, dan resiko anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Hari. Soetaryo. Kusuma. (β009). The Risk Factor of Urinary tract infection in patient with
leukimia. Berkala Ilmu Kedokteran, Volume 41, nomor 4.
Maharani, Sabrina. β009. Mengenal 13 jenis kanker dan pengobatannya. Jogjakarta : Katahati
Nugroho, Susanto. (β010). Gangguan Keseimbangan Elektrolit Sesudah Kemoterapi Induksi
Remisi pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Nugroho, E, D & Rahayu, D, A. Pengantar Bioteknologi (Teori dan aplikasi). Yogyakarta : CV
Budi utama
Pinontoan, Eunike, dkk. (β01γ). Pengaruh Kemoterapi Terhadap Profil Hematologi Pada

26
Penderita Leukemia Limfoblastik Akut, jurnal Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT Manado.
Santoso, Monika. (β010). Pengaruh kemoterapi fase induksi dan konsolidasi terhadap
mukositis dan mikroorganisme rongga mulut pada pasien anak leukemia limfoblastik akut, Kajian di
RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Sulastriana. Muda. Jemadi. (β01β). Karakteristik Anak Yang Menderita Leukemia Akut Rawat
Inap Di Rsup H. Adam Malik Medan
Yenni. (2014). Rehabilitasi medik pada anak dengan leukemia limfoblastik akut. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-7. Diakses tanggal 6 Februari
2017. Wolley. Gunawan. Warouw. (β016). Perubahan status gizi pada anak dengan leukemia
limfoblastik akut selama pengobatan. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, nomor 1

Preseptor Lahan Preseptor Akademik

(...................................................) (...................................................)

Mahasiswa

(.................................................)

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai