PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kasus
kasus kanker di dunia tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak
anakpun resiko terkena kanker tetap ada. Diperkirakan dari seluruh kasus kanker
sekitar 4.000 pasien kanker anak yang baru setiap tahunnya dan penyebab kanker
Indonesia sampai saat ini belum memiliki angka pasti jumlah anak penderita
International Agency for Research on Cancer (IARC). IARC menyatakan bahwa
satu dari 600 anak akan menderita kanker sebelum usia 16 tahun, dan dari
International Confederation of Childhood Cancer Parent Organizatio (ICCCPO),
jumlah anak penderita kanker di seluruh dunia diperkirakan berjumlah 250.000
atau sekitar 4% dari seluruh penderita kanker (Suprapto & Latif, 2009).
Menurut National Cancer Institute (2007) menyatakan di Amerika Serikat
terdapat kirakira 10.400 anak dengan usia dibawah 5 tahun menderita kanker dan
sekitar 1545 anak meninggal dunia akibat kanker dan setiap tahun ratarata 1
sampai 2 per 10.000 mengalami kanker. Di Amerika terjadi peningkatan angka
kejadian kanker pada anak yaitu meningkat dari 11.5 kasus per 100.000 anak pada
tahun 1975 menjadi 14.8 kasus per 100.000 di tahun 2004. Berdasarkan data
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2010, terdapat 2435 anak yang dirawat.
1
Menurut American Cancer Society USA, sebanyak 933 (38%) adalah anak yang
menderita kanker pada usia 017 tahun. Kasus terbanyak adalah Leukemia
kanker pada anak meliputi stimulus external seperti zatzat kimia dan terpapar
radiasi serta sinar ultraviolet. Faktor lain adalah karena sistem imun dan
(Ball & Bindler, 2003). Menurut Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI)
leukemia, tumor otak, retinoblastoma, limfoma, neuroblastoma, tumor wilms dan
osteosarkoma.
didiagnosa kanker maka ratarata harapan hidup hanya 5 tahun atau hanya 50%
serta tergantung pada jenis kanker. Ratarata harapan hidup 5 tahun saat ini untuk
periode 19992005, umumnya meliputi leukemia 82%, tumor otak dan sistem
syaraf 71%, tumor wilms 88%, lim foma 94%, rabdomyosarkoma 66%,
neuroblastoma 74% dan osteosarkoma 69%.
Paediatrics and Child Health (RCPCH) menyatakan bahwa salah satu kelompok
yang memerlukan perawatan paliatif pada anak yaitu kondisi yang membutuhkan
tidak berhasil seperti pada kanker (Benini, 2009). Menurut Cooke dan Goodger
(2008) dari Association for Children’s Palliative Care (ACT)/Royal College of
pada anak dengan kondisi hidupnya yang terbatas merupakan perawatan total dan
2
difokuskan pada perubahan kualitas hidup anak, mendukung keluarga dan
penatalaksanaan keluhankeluhan, serta perawatan kematian dan berduka.
Salah satu jenis terapi paliatif yang mudah diaplikasikan bagi pasien
adalah terapi seni. Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan
media seni, material seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi.2
Media seni dapat berupa pensil, kapur berwarna, warna, cat, potonganpotongan
keratas, dan tanah liat.8 Kegiatan art therapy mencakup berbagai kegiatan seni
seperti menggambar, melukis, memahat, menari, gerakangerakan kreatif, drama,
puisi, fotografi, melihat dan menilai karya seni orang lain.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan perawatan paliatif : Art terapi pada anak dengan
penyakit kanker
2. Bagaimana aplikasi pelaksanaan art terapi pada anak di Rumah Sakit
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana penerapan perawatan paliatif : Art terapi pada
anak dengan penyakit terminal
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui teknik pelaksanaan art terapi pada pasien dengan kanker
b. Mengetahui perawatan paliatif yang dapat diberikan pada anak dengan
penyakit kanker
c. Mengetahui penerapan perawatan paliatif : Art terapi pada anak dengan
penyakit terminal
D. Sistematika Penulisan
3
Adapun sistematikan penulisan yang digunakan pada makalah ini terdiri
dari empat bab yaitu bab I pendahuluan, bab II tinjauan pustaka, bab III
pembahasan dan bab IV simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Paliatif
Ungkapan “palliative” berasal dari bahasa latin yaitu ”pallium” yang artinya
Advisory Comitte, (2007) perawatan paliatif pada anak merupakan filosofi dan
organisasi perawatan, sistem yang terstruktur dalam memberikan perawatan pada
4
anak dengan keluarganya. Tujuan perawatan paliatif adalah melindungi dan
pada semua tingkatan usia, dan dukungan pada anggota keluarganya (Coyle &
(RCPCH) dan Asscosiation for Children (ACT) dengan kondisi terminal anak dan
keluarganya, mengartikan bahwa perawatan paliatif merupakan pendekatan aktif
dan total dalam merawat anak, menerima aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Pendekatan secara aktif menunjukan perawatan yang tidak hanya menghentikan
tindakan. Semuanya ditujukan untuk mengatasi pada semua keluhan yang dialami
pola sebagai berikut 1) meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai proses yang normal, 2) tidak mempercepat atau menunda kematian, 3)
keseimbangan psikologis dan spiritual, 5) mengusahakan agar penderita tetap aktif
sampai akhir hayatnya, 6) mengusahakan dan membantu mengatasi suasana duka
cita pada keluarga (Djauzi, et al, 2003).
(2000) mengembangkan untuk pengamanan praktik dan standar minimum dalam
model perawatan paliatif yang meliputi :
a. Menghormati serta menghargai pasien dan keluarganya.
menghormati keingingan anak dan keluarga. Sesuai dengan prinsip menghormati
5
maka informasi tentang perawatan paliatif harus disiapkan untuk anak dan
orangtua, yang mungkin memilih untuk mengawali program perawatan paliatif.
Kebutuhankebutuhan keluarga harus diadakan/disiapkan selama sakit dan setelah
anak meninggal untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi cobaan
berat.
pantas.
Pada kondisi untuk menghilangkan nyeri dan keluhan fisik lainnya maka
petugas kesehatan harus memberikan kesempatan pengobatan yang sesuai untuk
dan penyuluhan pada keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dan
dukungan spiritual pada keluarga dan saudara kandung, serta perawatan
menjelang ajal.
c. Mendukung pemberi perawatan (caregiver).
perawatan paliatif, rekan kerjanya, dan institusi untuk penanganan proses berduka
dan kematian. Dukungan dari institusi seperti penyuluhan secara rutin dari ahli
psikologi atau penanganan lain.
anak.
Penyuluhan pada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan perawatan
anak dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta
memperbaiki hambatan secara ekonomi. Perawatan paliatif pada anak merupakan
area kekhususan karena sejumlah anak dan sebagian kecil anak yang masih kecil
meninggal serta kebutuhannya akan perawatan paliatif lebih ke pemberian jangka
tidak hanya kebutuhan fisik anak tetapi juga kebutuhan, emosi, pendidikan dan
6
kebutuhan sosial, serta keluarganya, anak anak akan tumbuh dan berkembang
secara fisik dan emosi sehingga dalam memberikan perawatan pada anak harus
dilatih secara khusus sesuai yang dianjurkan (Cooke & McNamara, 2008).
B. Konsep Art Terapi
Association of Art Therapy, 2007). Media seni dapat berupa pensil, kapur
berwarna, warna, cat, potonganpotongan kertas, dan tanah liat (Hallowell, 2007).
melihat dan menilai karya seni orang lain (Cancer Helps, 2007). Dalam penelitian
ini, peneliti memilih menggambar sebagai bentuk kegiatan dalam art therapy. Art
therapy telah banyak digunakan di lingkungan medis, seperti pada pasien kanker,
membantu diri mereka guna merasa lebih baik dan lebih positif. Art therapy dapat
menjadi cara yang aman untuk penderita kanker dan keluarga mereka untuk
mengungkapkan emosiemosi seperti marah, takut, dan cemas tentang kanker dan
pengobatannya (Malchiodi, 2001).
C. Konsep Kecemasan
yang kuat dan simptom ketegangan tubuh1, menyangkut rasa ketakutan, distress,
mengancam (Hamama, 2008). Kecemasan ini terdiri atas state anxiety (keadaan
cemas) dan trait anxiety (sifat cemas). Keadaan cemas menunjuk pada kondisi
7
emosional sementara yang dicirikan dengan ketegangan, kekhawatiran, ketakutan
yang berasal dari luar atau rangsangan dari dalam yang diterima dan
diinterpretasikan sebagai bahaya atau ancaman. Sedangkan sifat cemas menunjuk
pada kecenderungan seseorang untuk merasa cemas dan sensitif dalam menerima
suatu situasi sebagai bahaya atau ancaman dan direspons dengan meningkatnya
keadaan cemas (Hamama, 2008).
Kecemasan dapat dikenali karena biasanya disertai dengan berbagai tanda
kecemasan secara fisik, kognitif, dan tingkah laku (Mash, 2005). Tandatanda
pusing, pandangan kabur, mulut kering, otot tegang, jantung berdebar, permukaan
wajah menjadi lebih merah, muntah, mati rasa, dan berkeringat.
Tandatanda kecemasan secara kognitif, yaitu berpikir takut atau tersakiti,
berpikir/membayangkan monster atau binatang buas, berpikir untuk mengkritik
diri sendiri, berpikir tidak mampu, sulit berkonsentrasi, lupa, berpikir kelihatan
bodoh, berpikir tubuh tersakiti, membayangkan disakiti oleh orang yang dicintai,
berpikir menjadi gila, dan berpikir terkontaminasi. Tandatanda kecemasan secara
tingkah laku, yaitu menghindar, manangis atau menjerit, menggigit jari, suara
bergetar, gagap, bibir bergetar, perasaan melayang, tidak dapat bergerak, gugup,
merasa rahang terkunci, gelisah.
E. Leukemia
Tanda dan gejala leukemia bisa berbeda dari satu penderita dengan penderita
8
lainnya. Gejala yang umum terjadi adalah: a) lemah, pucat, mudah lelah, serta
denyut jantung yang meningkat. Keadaan ini terjadi karena jumlah sel darah
merah yang berkurang akibat terdesak oleh selsel leukemik; b) sering demam dan
mengalami infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena berkurangnya jumlah sel
penyebab penyakit; c) terlihat birubiru di beberapa bagian tubuh, bintikbintik
akibat sudah menyebarnya selsel blast (sel darah yang masih muda) ke dalam
tulang; e) pembesaran hati, limpa, dan kelenjar limfa. Keadaan ini juga terjadi
akibat sudah menyebarnya selsel blast ke dalam organorgan tersebut di atas; f)
(Tehuteru, 2009). Gejala yang khas adalah pucat, panas, dan pendarahan disertai
hati) serta limfadenopatia (pembesaran kelenjar getah bening). Pucat dapat terjadi
(bintikbintik merah), epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, dan sebagainya.
yang tidak khas adalah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahtafsirkan
sebagai penyakit reumatik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel
leukemia pada alat tubuh, seperti lesi purpura pada kulit, efusi plura, kejang pada
leukemia serebral dan sebagainya (Rusepno, 1985).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini, namun
menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia, yaitu (a) Radiasi dosis tinggi. Radiasi dengan
dosis sangat tinggi, seperti ketika bom atom di Jepang pada masa perang dunia ke
9
menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi. Sedangkan
radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan tidak
kimia tertentu, yaitu benzene, formaldehida. (c) Kemoterapi. Pasien kanker jenis
lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita leukemia di kemudian
hari. Misalnya, kemoterapi jenis alkylating agents. Namun, pemberian kemoterapi
jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaatrisikonya.
(d) Sindrom Down. Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang
Human TCell Leukemia Virus1 (HTLV1).
Virus tersebut menyebabkan leukemia Tcell yang jarang ditemukan. Jenis
virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus
suatu kelainan pembentukan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel
(hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai
menjadi leukemia. (f) Merokok (Detak, 2008).
F. Analisis Jurnal
1. Kritisi Jurnal dan Pemanfaatannya
KRITISI JURNAL
a. Judul: (5 poin) = 5
Dilihat dari judul, judul dalam penelitian ini telah jelas menguraikan masalah
variable yang diteliti dan variable yang diteliti sudah termasuk dalam judul
10
penelitian dan populasi yang digunakan yaitu anak remaja juga termasuk dalam
judul penelitian.
b. Kualifikasi penulis: (5 poin) = 5
diterbitkan sesuai dengan jurnal yaitu Jurnal tentang Kanker yang diterbitkan
di “Indonesian Journal of Cancer Vol. 5, No. 1”.
c. Pernyataan Masalah: (10 poin) = 6
Fenomena telah dijelaskan pada pendahuluan masih kurang mencerminkan.
Hal tersebut terlihat dari beberapa komponen yang belum ditampilkan dalam
tersebut tidak diatasi, hal yang sudah dilakukan di Rumah Sakit untuk pasien
dengan kecemasan seperti perawatan paliatif yang didalamnya adalah art terapi.
d. Tujuan: (10 poin) = 5
bahasa yang abstrak dan kurang operasional.
e. Metode: (10 poin) = 9
11
Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Metode yang digunakan sangat memadai karena sampel yang
digunakan juga sedikit yaitu 2 sampel perlakuan dan 3 orang sampel control.
f. Sampling: (10 poin) = 4
namun jika menggunakan penelitian kualitatif hal tersebut dapat dilakukan karena
pada penelitian kualitatif yang dilihat adalah fenomenologi bukan data kuantitatif.
Kriteria inklusi dan eksklusi sesuai, studi dapat digeneralisasikan kepada bidang
psikologi, bidang keperawatan atau tenaga kesehatan lain seperti dokter. Bias dari
sampel tidak teridentifikasi karena 22 dan 24 sesi dari terapi seni tidak dijelaskan
dalam artikel ini melainkan hanya dijelaskan pada abstrak.
g. Pengumpulan Data: (10 poin) = 4
Dalam artikel ini, strategi pengumpulan dat tidak dijelaskan secara terperinci
hanya dituliskan sehingga pembaca tidak dapat mengidentifikasi teknik kerja dari
penelitian ini, hal tersebut telah dijelaskan pada artikel bahwa peneliti tidak
penelitian tidak dijelaskan pada artikel ini, serta cara pengumpulan data juga tidak
dijelaskan secara eksplisit.
h. Pertimbangan etik (10 poin) = 0
12
Dalam artikel tidak diungkapkan persetujuan peninjau maupun komite etik,
dan hak subyek tidak dieksplisitkan dalam penelitian ini. Mungkin saja, di
makalah asli ditampilkan sedangkan dalam artikel ini tidak ada yang
menyinggung hal tersebut.
i. Analisis Data: (10 poin) = 4
Tidak ada penggunaan statistic penelitian dalam penelitian ini, data kuantitatif
penelitian. Penyajian table disajikan, namun penilaian HRSA ada yang tidak
sesuai dengan kaidah penilaian sesuai teori HRSA, sehingga kemungkinan
terdapat kesalahan dalam pemberian skoring pada penelitian ini.
j. Diskusi (10 poin) = 7
menggambarkan secara kualitatif hasil dari penelitian yang diperoleh. Namun
diskusi yang digunakan kurang optimal. Peneliti hanya terfokus pada hasil
penelitian terdahulu tidak ditampilkan, sedangkan penulis telah menemukan
beberapa penelitian seputar art terapi sejak tahun 2002 sedangkan jurnal yang
memiliki variable yang sama terdapat pada tahun 2006.
k. Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi: (10 poin) = 6
13
Peneliti telah mengidentifikasi keterbatasannya, namun keterbatasan tersebut
dukungan keluarga atau care giver, kondisi fisik, social, spiritual pada
seorang yang mengalami leukemia tidak dilakukan control dalam penelitian
eksplisit, namun jika dilihat dari penelitian lainnya penelitian ini sangat
bermanfaat bagi dunia keperawatan karena art therapy merupakan salah satu
NIC.
FORMAT PENILAIAN KRITIK RESEARCH
Pemanfaatan Hasil Penelitian/Research Utilization
14
Isu yang terkait dalam penelitian ini adalah art terapi yang merupakan
salah satu dari teknik perawatan paliatif dan juga terapi modalitas. Dalam
Sakit terutama Rumah Sakit yang memiliki keperawatan anak seperti di RSUP
Sanglah Denpasar. Hambatan dan tantangan yang ada selama pemanfaatan riset
ini adalah menyeimbangkan antara hobi atau kesenangan pasien dengan art
therapy yang akan dilakukan harus sesuai sehingga pelaksanaan art terapi ini
bersifat fleksibel inovatif. Keuntungan dilakukan art terapi ini sangat banyak
selain menurunkan kecemasan, juga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peran perawat dalam pelaksanaan art terapi sangat penting karena disini Art terapi
merupakan salah satu NIC yang merupakan kompetensi seorang perawat sehingga
disini perawat memiliki kewenanan untuk melakukan tindakan ini.
PEMANFAATAN RISET
15
2. Kelayakan
penelitian terkait yang memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan penelitian ini.
Namun, melihat manfaat yang baik dari hasil penelitian ini, untuk lebih
mengefektifkan keperawatan pembaca dapat mempertimbangkan penelitian lain
sebagai perbandingan dan kelayakan dari terapi ini untuk diterapkan akan dibahas
pada bab 3 dengan mencantumkan studi literature dan jurnal yang mendukung dan
teknik art terapi yang lebih beragam dan sesuai dengan kemampuan pasien serta
budaya dari pasien tersebut.
3. Analisis Isi Jurnal
a. Analisis P.I.C.O.T
1) Population
leukemia, AML atau ALL, dan (d) dirawat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”,
Jakarta. Pada penelitian ini ada 5 subjek, yaitu 3 remaja lakilaki dan 2 remaja
perempuan. Tiga subjek lakilaki adalah F (12 tahun 1 bulan, kelas VI SD), Ar (15
tahun, kelas I SMU), dan An (13 tahun, 4 bulan kelas I SMP). Dua subjek
perempuan adalah M (13 tahun 8 bulan, kelas II SMP) dan R (12 tahun 7 bulan,
home schooling). Dari 5 subjek penelitian, 2 subjek yang diberikan art therapy,
16
yaitu F (remaja lakilaki, berusia 12 tahun 1 bulan, kelas VI SD, menderita AML
menderita AML M2).
bahwa siapa yang dapat memberikan informasi terbaik untuk mencapai tujuan dari
penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan di bangsal anak Rumah Sakit Kanker
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA), dan Child Anxiety subscale of the
Revised Children’s Manifest Anxiety Scale (RCMAS) yang diisi oleh subjek, dan
tes grafis, seperti Draw A Person (DAP), Baum, dan House Tree Person (HTP).
2) Intervention
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian Art terapi
pada pada pasien. Art terapi yang dipilih dalam penelitian ini adalah terapi
menggambar.
3) Comparison
tidak dilakukan terapi apapun.
4) Outcome
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif sebagai metode
17
utama dan metode kuantitatif sebagai metode pendukung. Metode kualitatif
digunakan untuk menggambarkan kecemasan yang dialami oleh remaja penderita
leukemia, yaitu penyebab terjadinya kecemasan, perilaku keseharian subjek yang
pada remaja penderita leukemia. Desain pretest/posttest adalah desain yang tepat
untuk mengukur pengaruh atau efektivitas dari suatu program intervensi.
SUBYEK 1 (F)
sedih, cemas, merasa bersalah, dan marah. F merasa sedih karena saat ini dirinya
sedang sakit sehingga ia tidak bisa melakukan aktivitas seharihari secara bebas
dan melakukan kegiatan yang disukainya. Sedangkan anakanak lain yang tidak
sakit bisa melakukan kegiatan apapun yang mereka sukai. Keadaan ini membuat F
merasa sedih dan menganggap bahwa anakanak lain lebih bahagia dari pada
dirinya. Kecemasan yang dirasakan oleh F berhubungan dengan gusinya saat ini
apakah nantinya giginya akan terlihat seperti sebelumnya atau tidak. F juga cemas
memikirkan apakah nantinya bisa sembuh atau tidak. F juga merasa cemas
akhir. F merasa cemas bahwa dirinya tidak bisa mengikuti ujian akhir dan tidak
lulus. F juga merasakan perasaan rasa bersalah terhadap kedua orang tuanya dan
juga adiknya. Rasa bersalah ini dikarenakan F merasa menjadi beban bagi kedua
orang tuanya karena kedua orang tuanya harus menghabiskan dana yang cukup
dengan mengigau dengan menyalahkan diri sendiri. F juga merasa bersalah karena
18
dengan kondisinya yang sakit saat ini, F menganggap bahwa dirinya membuat
keluarganya repot karena harus menjaga dirinya di rumah sakit dan meninggalkan
aktivitas mereka di Bogor. F juga merasa bersalah karena perhatian kedua orang
tuanya menjadi tertuju pada dirinya, sedangkan adiknya yang masih duduk di
bangku
kelas III SD harus bisa mengurus diri sendiri. F merasakan adanya rasa marah,
yaitu dengan mempertanyakan apakah Tuhan benarbenar menyayanginya karena
yang baik, kenapa Tuhan memberikan penyakit yang berat kepada dirinya dan
keluar melalui mimpi dan rasa mengigau karena
F adalah anak yang baik dan selalu memiliki kontrol.
Dalam keadaan sadar ia bisa mengontrol tingkah lakunya sehingga semua
rasa marahnya ditekan ke dalam alam bawah sadarnya yang akhirnya muncul
dalam bentuk mimpi.
SUBYEK 2 (M)
Sedangkan pada subjek 2 (M) reaksi emosional yang alaminya adalah rasa
takut. M merasa takut dengan kondisi di rumah sakit, yaitu tentang kondisi fisik
pasien. Rasa takut M ini ditunjukkan dengan menjaga jarak dengan pasien lain
yang berada satu kamar dengan dirinya, terutama jika kondisi pasien tersebut
parah. M berusaha tidak terlibat interaksi dengan pasien yang kondisi fisiknya
parah karena M takut pasien tersebut meninggal dan dirinya menjadi terbayang
bayang dengan pasien tersebut. Ketakutan ini juga ditunjukkan oleh M dengan
tidak mau melihat fotofoto pasien yang telah meninggal yang terpajang di
dinding dekat ruang bermain. Reaksi emosional lainnya yang dirasakan oleh M
adalah perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan oleh M terkait dengan kondisi
fisiknya saat ini, yaitu rambut M yang rontok dan mulai terlihat gundul. M merasa
19
cemas dengan pendapat orangorang mengenai penampilannya. Kecemasan ini
aneh oleh orangorang yang melihat dirinya. Kondisi fisik ini juga membuat M
keterbatasannya melakukan kegiatan yang disukainya, yaitu bermain basket. Rasa
marah M terlihat dari intonasi suaranya ketika menceritakan kebosanannya berada
di rumah sakit dan tidak bisa bermain basket lagi seperti sebelumnya. M juga
makanan yang disukainya.
HASIL KUANTITATIF
SUBYEK 1 (F)
menonjol adalah faktor II, yaitu worry oversensitivity. Tandatanda kecemasan
yang ditunjukkan oleh F adalah gangguan tidur, berkeringat, menghindari kontak
mata, perasaan dan pikiran tentang kekhawatiran, serta
sering menggoyanggoyangkan kaki.
SUBYEK 2 (M)
menonjol adalah faktor III, yaitu physilogical
concerns. Tandatanda kecemasan yang ditampilkan oleh M adalah menghindar,
20
kekhwatiran, serta sering mengoyanggoyangkan kakinya.
OBSERVASI DALAM PROSES SESI MENGGAMBAR
F dan M keduanya adalah remaja yang cukup tertutup sehingga art therapy
melalui kegiatan menggambar merupakan bentuk terapi yang lebih sesuai untuk F
kegiatan menggambar, F dan M merasa lebih nyaman dan aman karena mereka
tidak merasa sedang diintrograsi untuk menceritakan apa yang mereka rasakan
dan pikirkan terkait dengan kondisi mereka saat ini yang sedang menjalani
pengobatan leukemia di rumah sakit. Memaksa remaja untuk menceritakan apa
yang mereka rasakan dan pikirkan justru membuat mereka merasa tidak nyaman.
Ketika remaja ditanya mengenai keadaannya mereka pasti akan menjawab baik
baik saja. Melalui proses art therapy remaja dibuat untuk merasa aman dan
nyaman. Gambar yang dibuat, nuansa gambar, pemilihan warna mencerminkan
kondisi F dan M saat itu. Melalui gambargambar yang dibuat oleh F dan M dapat
menunjukkan apa yang sedang dipikirkan dan dipikirkan oleh F dan M. Begitu
permasalahan yang mereka alami terkait dengan kondisi keduanya saat ini yang
kemampuan F dan M untuk memahami permasalahan yang mereka rasakan dapat
menimbulkan insight bagi keduanya dan menyelesaikan permasalahan yang ada,
yaitu mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan oleh F dan M.
5) Time
21
Waktu diakukan penelitian dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara
terperinci dalam artikel, diperkirakan pada tahun 2010 karena artikel diterbitkan
pada awal Januari 2011.
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Madden (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Creative Arts Therapy
Improves Quality of Life for Pediatric Brain Tumor Patients Receiving Outpatient
Chemotherapy, menunjukkan hasil bahwa pelaksanaan Creative Art Therapy yang
salah satunya Art therapy menunjukkan pengaruh yang baik dalam mengatasi
nyeri (P = .03), mual (P = .0061), mood (P < .01), ketertarikan (P < .05), perasaan
senang (P < .02), and nervous (P < .02).
bahwa pemberian terapi seni dapat menurunkan 8 gejala dari kanker kecuali mual.
8 gejala tersebut diantaranya nyeri, kelelahan, depresi, ansietas, drowsiness, nafsu
makan, sesak, dan kesejahateraan.
spiritual yang akan diungkapkan oleh anak selama fase mengerti tentang
23
kematiannya sesuai dengan golongan usia yaitu usia pra sekolah, usia sekolah dan
remaja.
Pada jurnal Foster, Terah (2012), dikemukakan bahwa pelayanan paliatif
yang dilakukan dengan menekankan pada pengenalan gejala gangguan spiritual
penyakit terminal. Disini dijelaskan tentang gejala dan verbal yang sering
setiap hari dengan prinsip holistic care. Berbagai terapi diberikan pada pasien
mencakup terapi komunikasi. Terapi fisik, terapi sendiri (terapi seni, terapi music,
bercerita)
B. Implikasi Keperawatan di Ruangan Pudak
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah :
1. Orang Tua
Mengingat bahwa art terapi memiliki pengaruh yang positif terhadap
kecemasan pasien anak dengan kanker, maka diharapkan orang tua yang memiliki
24
anak yang mengalami kanker selama perawatan di rumah sakit atau di rumah agar
memberikan art terapi kepada mereka, namun art terapi tersebut sesuai dengan
kemampuan, minat, motivasi dan melakukan terapi terseebut secara berkelompok
dengan keluarga sehingga kehidupan social anak akan lebih baik.
2. Ruang Anak
Diharapkan ruangan anak dapat melakukan terapi yang efektif pada pasien
anak terutama melakukan pengkajian terlebih dahulu untuk pemberian art terapi
seperti memasukkan pertanyaan tentang kegiatan seni yang diminati ke dalam
menyarankan kepada orang tua teknik art terapi yang tepat inovatif untuk pasien
tersebut selama perawatan di rumah sakit.
3. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan lebih mengembangkan art terapi ini dengan
pembuatan SOP art terapi yang beragam sesuai umur anak, sehingga mahasiswa
memiliki banyak pilihan terapi dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak
tersebut serta tidak membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
Barraclough, J. Cancer and Emotion third edition A practical guide to psycho
oncology. UK : John Wiley & Sons, LTD. 2009.
25
CancerHelps. What is art therapy. Diambil tanggal 26 September 2007, dari
http://www.cancerhelp.org,uk/help. default.asp?page=25615.
Malchiodi, C.A. (2001). Trauma and Loss : Research and Interventions, volume 1
number 1, 2001.Malchiodi, C.A. (2003). Handbook of Art Therapy.
Guilford Publications.
Tehuteru, E.S. Leukemia pada anak : selalu ada harapan. Diambil tanggal 11
Febuari 2009, dari http://www.dharmais,co,id/
26