Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat membuat
dampak yang cukup besar dalam seluruh aspek kehidupan dan membawa
manusia saat ini masuk ke dalam era globalisasi, dimana pada era ini manusia
memerlukan informasi yang terbaru dengan cepat, praktis, efisien dan akurat
serta dapat diandalkan, salah satunya adalah pada bidang kesehatan.
Teknologi informasi dan komunikasi memiliki potensi yang besar untuk
menghadapi masalah yang dimiliki oleh negara berkembang maupun negara
yang sedang berkembang dengan menyediakan akses cepat, cost effective, dan
perawatan kesehatan yang berkualitas. Salah satu pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam bidang kesehatan, adalah telemedika.
Telemedika adalah perubahan dan tantangan terbesar yang akan
mempengaruhi penyediaan layanan kesehatan secara mendalam pada abad ke
21 ini. Pada era tersebut, perkembangan dunia telemedika masih
menggunakan teknologi telepon standar. Di era sekarang telemedika sudah
berkembang lebih pesat. Kemajuan teknologi telemedika ini telah banyak
berkembang dan sangat membantu kemajuan kesehatan masyarakat secara
luas, oleh karena itu masih banyak terdapat tantangan dan dibutuhkan lebih
banyak inovasiinovasi kedepan dalam memajukan teknologi telemedika di
Indonesia. Mengingat akan hal ini, maka dibutuhkan dukungan sepenuhnya
dari berbagai kalangan, baik pemerintah, instansi kesehatan maupun dari
berbagai pihak, sehingga pengembangan dan penerapan dunia telemedika di
Indonesia dapat terus semakin maju.
Berdasarakan Annual Summary Of Vital Statistic anak yang menerima
perawatan paliatif di hospice care pada tahun 2005 sebanyak 1,2 juta anak dan
tahun 2006 sebanyak 1,3 juta anak. Anak yang meninggal di Hospice care
pada tahun 2005 sebanyak 36% dan pada tahun2006 sebanyak 2,2%. Data
jumlah anak yang menerima perawatan paliatif di yayasa Rumah Rachel pada
tahun 2010 sebanyak 40 anak, yang dirujuk ke rumah sakit sebanyak 12 anak
dan yang meninggal dunia sebanyak 10 orang.
Ungkapan Palliative berasal dari bahasa latin yaitu: “pallium “ yang
artinya menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditunjukna untuk
menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan
kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tida mungkin disembuhkan
(Muckaden. 2011) Association for Children’s Palliative Care (ACT) dan
Royal College of Pediatric and Child Health (RCPCH) menyatakan bahwa
salah satu kelompok yang memerlukan perawatan paliatif pada anak yatiu
kondisi yang membutuhkan tindakan seumur hidup yang mana tindakan
pengobatan memungkinkan tetapi tidak berhasil seperti kanker (Benini, 2009).
Menurut Cooke dan Goodger (20018) dari Association for Children’s
Palliative Care (ACT) dan Royal College of Pediatric and Child Health
(RCPCH) menyatakan bahwa perawatan paliatif pada anak dengan kondisi
hidupnya yang terbatas merupakan perawatan total dan aktif, mencakup fisik,
emosional, sosial dan spiritual. Perawatan tersebut difokuskan pada perubahan
kualitas hidup anak, mendukung keluarga dan penatalaksanaankeluhan-
keluhan, serta perawatan kematian dan berduka.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian dari telemedika?
1.2.2 Bagaimana perkembangan home telemedika perawatan
paliatif pada anak?
1.2.3 Bagaimana perundang-undangan pada telemedika?

1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari telemedika,
perkembangan home telemedika perawatan paliatif pada anak dan perundang
undangannya.
Bab II

PEMBAHASAN

2.2.1 Pengertian

Ungkapan Palliative berasal dari bahasa latin yaitu: “pallium “


yang artinya menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif
ditunjukna untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan
memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tida mungkin
disembuhkan (Muckaden. 2011)

Association for Children’s Palliative Care (ACT) dan Royal


College of Pediatric and Child Health (RCPCH) menyatakan bahwa
salah satu kelompok yang memerlukan perawatan paliatif pada anak
yatiu kondisi yang membutuhkan tindakan seumur hidup yang mana
tindakan pengobatan memungkinkan tetapi tidak berhasil seperti
kanker (Benini,2009)

Menurut Cooke dan Goodger (20018) dari Association for


Children’s Palliative Care (ACT) dan Royal College of Pediatric and
Child Health (RCPCH) menyatakan bahwa perawatan paliatif pada
anak dengan kondisi hidupnya yang terbatas merupakan perawatan
total dan aktif, mencakup fisik, emosional, sosial dan spiritual.
Perawatan tersebut difokuskan pada perubahan kualitas hidup anak,
mendukung keluarga dan penatalaksanaankeluhan-keluhan, serta
perawatan kematian dan berduka.

2.2.2 Pola Pelayanan Perawatan Paliatif (WHO)


1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hanyat mengusahakan dan
membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga.

2.2.3 Prinsip Dasar Perawatan Paliatif


1. Menghormati serta menghargai pasien dan keluarga kebutuhan
keluarga harus diadakan / disiapkan selama sakit dan setelah anak
meninggal untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menghadapi cobaan berat
2. Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan
paliatif yang pantas
3. Mendukung pemberi peawatan (caregiver)
4. Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan
paliatif anak.

2.2.4 Kanker Pada Anak


Penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berada pada
tahap palitif. Penatalaksanaan kanker pada anak sering mengalami
kegagalan meskipun pengobatan yang diberikan teah sesuai prosedur.
Hal ini karena anak sudah memasuki stadium terminal dan prognosa
penyakit buruk. Perawatan diprioritaskan menerima kemoterapi dan
diikuti rencana perawatan paliatif.

2.2.5 Tim Paliatif


1. Pekerja social
2. Ahli Agama
3. Perawat
4. Dokter (dokter ahli atau dokter umum)
5. Ahli Psikologis
6. Fisioterapi
7. Okupasi terapi

2.2.6 Peran Perawat di Perawatan Paliatif


a. Praktik di Klinik
1. Mengkaji dan mengevaluasi keluhan serta nyeri
2. Mengidentifikasi pendekatan baru untuk mengatasi nyeri yang
dikembangkan berdasarkan standar perawatan ditumah sakit
untuk melaksanakan tindakan
b. Pendidik
1. Perawat memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi
tetntang penatalaksanaan keperawatan di klinik.
2. Mengkaji anak dan keluarganya serta semua anggota tim
menerima hasil yang positif.
c. Peneliti
Perawat menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru
yang ditunjukan pada pertanyaan pertanyaan penelitian. Perawat
dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
d. Kolaborator
Perawat sebagai penasihat anggota/staf dalam mengkaji
bio-psiko-sosial-spiritual dan penatalaksanaannya.
e. Konsultan
Perawat berkolaborasi dan berdiskusi dengan dokter, tim
perawatan paliatif dan komite untuk menentukan tindakan yang
sesuai tentang kebutuhan anak dan keluarga.
2.2.7 Kebutuhan anak dengan Paliatif Care
Keperawatan paliatif pada anak dengan Kanker meliputi : fisik,
psikologis, pendidikan, sosial, dan spiritual dan disediakan secara
bersamaan dengan terapi modifikasi penyakit atau sebagai Tujuan
utama perawatan.
Perawatan paliatif layanan ini pada anak harus dapat meliputi:
1. Menurunkan gejala (misalnya rasa sakit, mual, gelisah dan
kesulitan bernapas);
2. Koordinasi antara perawatan antara tim medis yang berbeda
dan lembaga yang menyediakan perawatan;
3. Memberikan bantuan praktis dengan peralatan, obat-obatan
dan perawatan peristirahatan;
4. Memberikan bantuan untuk membuat keputusan tentang
perawatan (misalnya, pemberian makan dan gizi, prosedur
medis);
5. Memberikan dukungan emosional untuk anak dan keluarga
mereka
6. Mendukung keluarga dan masyarakat untuk merawat anak di
rumah;
7. Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang perawatan
paliatif untuk keluarga, perawat dan profesional kesehatan.

2.2.8 What is ‘special’ about palliative care for children?


1. Hanya sejumlah kecil anak yang membutuhkan perawatan paliatif
dibandingkan dengan orang dewasa Akibatnya beberapa layanan
miliki Pengalaman merawat anak.
2. Beberapa anak memiliki penyakit yang sangat jarang terjadi. Kurang
Dari setengah anak yang membutuhkan perawatan paliatif memiliki
diagnosis kanker
3. Beberapa penyakit menyebabkan kebutuhan medis dan perawatan,
sehingga kadang ini membutuhkan layanan dan kesehatan
profesional untuk bisa merespon anak dan keluarga dengan cepat dan
efisien.

Contoh :
 Terkadang anak didiagnosis dengan kondisi yang mungkin
mempengaruhi kakak atau adik mereka juga. Dalam situasi ini,
anak dalam keluarga mungkin memerlukan perawatan paliatif.
 Perkembangan emosional dan fisik anak mempengaruhi
perawatan yang mereka terima (termasuk pengobatan yang bisa
mereka minum) dan pemahaman mereka tentang penyakit
mereka.
 Orang tua, wali dan anggota keluarga lainnya memiliki peranan
dalam merawat anak dan sering terlibat dalam penyediaan
perawatan pribadi anak, perawatan medis dan pengambilan
keputusan.
 Kesedihan keluarga merasa kehilangan anak mereka sangat
dalam dan panjang. Saudara kandung juga membutuhkan
perhatian khusus selama ini.

2.2.9 What type of services do children and their families need?


 Setiap anak dan keluarga memiliki kebutuhan yang unik.
Perawatan paliatif yang mendukung harus fleksibel dan
responsif terhadap kebutuhan ini.
 Layanan perawatan paliatif pediatrik spesialis anak bekerja dan
bermitra dengan layanan lain untuk memberikan perawatan
terbaik pada anak dan keluarga.
2.2.10 Lima tujuan panduan perawatan paliatif untuk anak-anak dan
keluarga:
1. Menerima perawatan paliatif praktik terbaik berdasarkan bukti
sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
perawatan sepanjang perawatan mereka.
3. Memiliki akses terhadap perawatan paliatif spesialis setiap saat
selama sakit
4. Menerima perawatan terkoordinasi
5. Menerima perawatan dan dukungan dalam pengaturan pilihan
mereka

2.2.11 Penatalaksanaan Berduka Pada Keluarga dan Anak :


Bekerja dengan keluarga
1. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
2. Mencoba untuk tidak selalu menjawab atas pertanyaan yang
dilontarkan oleh keluarga. Karena terkadang keluarga tidak butuh
jawaban. Mereka hanya ingin didengarkan ada jawaban
3. Hormati pilihan keluarga dan anak dalam memilih perawatan.
Pandu mereka dalam memilih perawatan tersebut
4. Lakukan pelayanan dan perawatan semaksimal mungkin.
Contoh :
Berkolaborasi:
1. Ada banyak orang dan layanan yang terlibat dalam
merawat anak dan keluarga.
2. Tanyakan kepada keluarga siapa 'orang' yang ingin
mereka hubungi saat merencanakannya perawatan atau
layanan (profesional kesehatan atau seseorang lain
bekerja sama dengan keluarga)
Fleksibel:
1. Tidak ada satu model yang cocok untuk semua anak
dalam melakukan perawatan paliatif.
2. Saat merencanakan perawatan atau layanan, biarkan
perubahan mendadak pada penyakit anak dan perubahan
kebutuhan keluarga, keinginan atau keinginan
3. Pastikan kebutuhan anak dan keluarga terpenuhi.

Hakikat Waktu:
1. Dalam beberapa kasus, kondisi anak mungkin Sudah
relatif baik, tetapi perubahan kondisi akan selalu terjadi
dan kematian akan terjadi kapan saja. Kematian bisa saja
akan terjadi dalam hitungan hari atau minggu.
2. Buat perencanaan mengenai hal ini, respon kebutuhan
mereka. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban
keluarga sebanyak mungkin.
Menyadari
1. Orang yang bekerja dengan anak yang sedang sekarat dan
keluarga mereka mungkin mengalami tekanan emosional.
2. Yakinkan keluarga memiliki seseorang untuk diajak
bicara saat keluarga membutuhkan bantuan.
3. Manajer dan supervisor harus memastikan perawat
mendapat dukungan yang dibutuhkan saat ini dan
memiliki seseorang untuk diajak bicara saat mereka
butuh bantuan.
Minta bantuan:
1. Ada pakar yang bisa membantu dengan merawat anak
sekarat dan keluarga.
2. Sediakan pelayanan khusus pelayanan paliatif bila
keluarga butuh saran.
2.2 PERKEMBANGAN DAN MASA DEPAN TELEMEDIKA DI INDONESIA

2.2.1 PENGERTIAN

Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat


membuat dampak yang cukup besar dalam seluruh aspek kehidupan
dan membawa manusia saat ini masuk ke dalam era globalisasi,
dimana pada era ini manusia memerlukan informasi yang terbaru
dengan cepat, praktis, efisien dan akurat serta dapat diandalkan, salah
satunya adalah pada bidang kesehatan. Kesehatan merupakan salah
satu kebutuhan dasar setiap manusia. Semakin banyak dan
beragamnya penyakit yang diderita manusia yang berkaitan dengan
perubahan gayahidup yang dipengaruhi oleh kemajuan jaman,
menyebabkan kebutuhan manusia akan pelayanan kesehatan semakin
meningkat.

Teknologi informasi dan komunikasi memiliki potensi yang


besar untuk menghadapi masalah yang dimiliki oleh negara
berkembang maupun negara yang sedang berkembang dengan
menyediakan akses cepat, cost effective, dan perawatan kesehatan
yang berkualitas. Salah satu pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi dalam bidang kesehatan, adalah telemedika. Telemedika
adalah perubahan dan tantangan terbesar yang akan mempengaruhi
penyediaan layanan kesehatan secara mendalam pada abad ke 21 ini.

Hal ini adalah sebuah kegiatan multidisiplin ilmu yang


membutuhkan keahlian dari bidang telekomunikasi, perawatan
kesehatan dan teknologi informasi [1]. Teknologi telemedika dapat
membantu penderita penyakit serta lembaga kesehatan untuk saling
berbagi informasi dengan mudah dan cepat. Dewasa ini kemajuan
dunia Information and Communication Technology(ICT) yang
berbasis komputer telah berkembang dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari dunia kesehatan [2]. Penggunaan teknologi pada
dunia kesehatan seperti sistem pelaporan dan dokumentasi, registrasi,
pembayaran, sistem pelayanan kesehatan langsung seperti monitoring
pasien dan pemberian obat, menjadi lebih mudah, cepat dan akurat
dengan adanya perkembangan teknologi yang ada.Selama ini baik di
puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) maupun rumah sakit di
Indonesia pada khususnya, pelayanan rekam medisnya masih
dilakukan secara manual yaitu berbasis kertas (paper based document)
[3]. Hal tersebut secara tidak langsung akan membebani kinerja tim
medis yang seharusnya hanya memeriksa dan merawat pasien, namun
mereka juga harus campur tangan masalah manajemen data rekam
medis. Hal tersebut menyebabkan tim medis tidak dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dan pada akhirnya sering muncul kasus atas
keluhan pasien mengenai buruknya pelayanan suatu pusat kesehatan
masyarakat.

Telemedika di Indonesia sudah berkembang cukup signifikan


belakangan ini. Penggunakantelemedika di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 90an. Pada era tersebut, perkembangan dunia telemedika
masih menggunakan teknologi telepon standar. Di era sekarang
telemedika sudah berkembang lebih pesat. Penggunaan ICT dalam
dunia telemedika tidak terbatas pada saat pasien di rawat di ruangan.
Makin berkembangnya dunia telemedika dan makin banyaknya
pemilik ICT dan alat pendukungnya, makin luasnya area jangkauan
ICT dalam dunia telemedika merupakan suatu tantangan dan sekaligus
peluang dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan bagi pasien.

Kemajuan teknologi telemedika ini telah banyak berkembang


dan sangat membantu kemajuan kesehatan masyarakat secara luas,
oleh karena itu masih banyak terdapat tantangan dan dibutuhkan lebih
banyak inovasi-inovasi kedepan dalam memajukan teknologi
telemedika di Indonesia. Mengingat akan hal ini, maka dibutuhkan
dukungan sepenuhnya dari berbagai kalangan, baik pemerintah,
instansi kesehatan maupun dari berbagai pihak, sehingga
pengembangan dan penerapan dunia telemedika di Indonesia dapat
terus semakin maju.

2.2.2 TERMINOLOGI

Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia


kesehatan.Tidak ada definisi mutlak dari telemedika, arti sebenarnya
adalah penanganan kesehatan dari segala jarak. Salah satu definisi
telemedika yangdiungkapkan oleh Soegijoko [4] : “Sebagai salah satu
bidang dalam ruang -lingkup teknik biomedika, telemedika
(telemedicine)dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (termasuk pula elektronika, tele-komunikasi,
komputer, informatika) untuk men-transfer (mengirim dan/atau
menerima) informasi kedokteran, guna meningkatkan pelayanan klinis
(diagnosa dan terapi) serta pendidikan.”

Telemedika adalah praktik kesehatan dengan memakai


komunikasi audio visual dan data. termasuk perawatan, diagnosis,
konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi
ilmiah jarak jauh. Telemedika memiliki cakupan yang luas, meliputi
penyediaan pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan dan
pelayanan administrasi) jarak jauh, melaluitransfer informasi (audio,
video, grafik), dengan menggunakan perangkat–perangkat
telekomunikasi (audio-video interaktif dua arah, komputer, dan
telemetri) dengan melibatkan dokter, pasien dan pihak-pihak lain [5].
Menurut Fong [6], istilah telemedika berasal dari deskripsi sederhana
yaitu kata 'tele' yang berarti jarak atau jauh dari bahasa Yunani,
sehingga telemedika adalah memberikan pelayanan kesehatan dari
jarak jauh.

A.Tipe-Tipe Telemedika

Benang merah dari semua aplikasi telemedika adalah


seorang klien dari beberapa jenis (seperti pasien atau para
pekerja kesehatan) memperoleh pendapat dari seseorang yang
memiliki keahlian lebihdi dalam bidang nya yang relevan,
ketika pihak-pihak tersebut dipisahkan dalam ruang, dalam
waktu maupun keduanya. Telemedika dapat diklasifikasikan
atas dasar [7] :

Interaksi antara klien dan ahli, dan

Jenis informasi yang ditranmisikan

Jenis interaksi biasanya diklasifikasikan sebagi proses


perekaman yang dilalukan real-timeatau tersinkronisasi. Pada
saat terdahulu, informasi diperoleh dan disimpan dalam
beberapa format, sebelum dikirim, oleh sarana yang tepat,
untuk interpretasi seorang ahli pad beberapa waktu kemudian.
Emailadalah metode untuk penyimpanan dan pengintegrasian.
Secara kontras, dalam interaksi realtime, tidak ada penundaan
yang cukup antara informasi yang dikumpulkan,
ditransmisikan dan ditampilkan. Komunikasi interaktif antara
masing-masing individu pada suatu tempat sangat
dimungkinkan. Video Conferenceadalah metode yang paling
umum dari sebuah interaksi realtime.

Informasi yang ditransmisikan antara dua buah lokasi


dapat berwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah
data dan teks, audio, gambar dan video. Mengkombinasikan
tipe interaksi dan tipe dari informasi untuk ditransmisikan
menjadikan telemedika diklasifikasikan seperti gambar1. Pada
beberapa aplikasi, seperti teleradiologi, sebuah teknik yang
melibatkan transmisi dari radiograf digital antara institusi satu
dengan yang lain, hal ini dimungkinkan untuk sebuah interaksi
untuk dilakukan dalam perekaman sebelumnya maupun secara
realtime; persyaratan terakhir dimana seorang ahli bersedia
untuk memberikan opini nya sebagai sebuah gambar
yangdiambil dan ditransmisikan.Menurut relasi diantara para
petugas kesehatan satu dengan yang lain dan pasien, Nakajima,
et. al telah mendefinisikan klasifikasi metode untuk dunia
telemedika. Pengklasifikasian sesuai dari titik awal dari relasi
antara sebuah kegiatan operasi medis dan hukum yang berlaku.
Pengklasifikasian dibagi menjadi [8]

 Dokter dengan dokter (opini kedua) Perawat dengan


dokter (Telekonsultasi)
 Pasien dengan dokter (Perawatan pasien secara
langsung atau observasi medis jarak jauh
 Pasien dengan perawat (Telehomecare)
 Pasien dengan apoteker (Telefarmasi)

Istilah dari opini kedua merujuk pada pertanyaan sang


dokter untuk saran dan konsultasi dengan seorang spesialis
kesehatan dengan menggunakan jalur telekomunikasi
seperti telepatologi dan teleradiologi. Opini kedua dapat
termasuk didalam nya pengertian yang lebih luas dari istilah
konsultasi. Sementara itu, Pelayanan Pasien
SecaraLangsung (Direct Patient CareatauDPC) atau
Observasi Medis Jarak Jauh (Remote Medical
ObservationatauRMO) didefinisikan sebagai penggunaan
jalur telekomunikasi secara langsung untuk memeriksa
seorang pasien. Aplikasi DPC atau RMO diperbolehkan
selama memenuhi persyaratan yang ada. Sebagai contoh,
DPC di Jepang dipertimbangkan sebagai layanan
penyembuhan medis ketika dua kondisi berikut diadakan,
yaitu seorang pasien dalam keadaan stabil dengan penyakit
kronis dilakukan pemeriksaan ulang dan pasien berada di
pulau terpencil atau di area yang terisolasi atau dalam
keadaan darurat dan disana tidak terdapat alternatif lain.
Aturan dasar yang diaplikasikan dalam pemeriksaan dan
hubungan dokter-pasien adalah bahwa dokter mengadakan
pemeriksaan pasien dengan bertatap muka. Lebih lanjut,
DPC melalui penggunaan jalur telekomunikasi tersebut
dipertimbangkan untuk melengkapi pemeriksaan dengan
bertatap muka. Sebagai tambahan pada klasifikasi yang
telah dispesifikan diatas, seorang perawat berusaha untuk
memeriksa status kesehatan dari pasien home-care yang
diklasifikasikan sebagai telehomecare dan layanan yang
berelasi pada semua aspek dari resep dan layanan antar obat
diklasifikasikan sebagai layanan telefarmasi.

Aturan prinsipal dari teknologi komunikasi yang


dipekerjakan dalam layanan rumahan adalah untuk
menyediakan bantuan untuk pasien yang memiliki kesulitan
untuk mengunjugi rumah sakit (terkait faktor ekonomi,
kekurangan sarana transportasi, atau alasan individu lainnya
dan situasi-situasi lain) dan pasien yang berkeinginan untuk
menerima perawatan kesehatan dirumah (untuk rehabilitasi
atau layanan untuk penyakit parah sebagai contohnya). Dua
jalur komunikasi utama dibutuhkan untuk implementasi
dari perawatan homecare tersebut. Satu diantara kedua
tersebut adalah jalur komunikasi yang mentransmisikan
data biologis dari sang pasien ke pusat layanan
homecareuntuk kegiatan telehomecare yang disediakan oleh
seorang perawat. Jalur komunikasi lain digunakan untuk
konsultasi oleh seorang perawat dengan seorang dokter
dalam keadaan terjadinya sebuah anomali yang ditemukan
pada pasien. Dokter menetapkan untuk mengirim sebuah
ambulans untuk pasien, ahli obat-obatan, atau saran kepada
pasien untuk mengunjungi rumah sakit,berdasarkan data
yang ditransmisikan.

2.2.3 METODOLOG

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi


literatur. Literatur yang digunakan merupakan jurnal terkait yang telah
dipublikasikan oleh lembaga jurnal lokal maupun internasional.
Tahapan yang dilakukan adalah pengumpulan jurnal terkait,
pengkajian ulang terhadap jurnal, dan pembahasan.Adapun tujuan
daripada penulisan ini adalah untuk melihat berbagai perkembangan
dari penerapan telemedika di Indonesia serta meninjau tren masa
depan perkembangan telemedika di Indonesia berserta dengan
kendala-kendala yang ada, sehingga fokus pengembangan dapat lebih
diperhatikan untuk perkembangan telemedika masa depan di
Indonesia.

2.2.4 PERKEMBANGANTELEMEDIKA

Penggunaan telemedika menawarkan peluang yang sangat


besar secara umum, telemedika dapat menjadi lebih bermanfaat bagi
negara berkembang dimana akses pada palayanan dasar mendapat
perhatian terutama. Salah satu peluang terbesar dibidang telemedika
saat ini adalah bertambah besarnya akses pada layanan kesehatan.
Menyediakan akses layanan kesehatan bagi populasi negara –negara
berkembang sangat memiliki potensi yang besar untuk memenuhi
kebutuhan yang belum terpenuhi sebelumnya dan secara positif
berdampak pada pelayanan kesehatan selanjutnya [9].
Berbagaiperkembangan teknologi telemedika telah dilakukan cukup
lama, bahkan saat ini pengembangannya masih terus dilanjutkan dan
ditingkatkan. Pengembangan telemedika di dunia telah berpengaruh
pada layanan kesehatan saat ini, dan bahkan sangat memengaruhi
perkembangan telemedika di negara-negara berkembang seperti
Indonesia.

A.Perkembangan Telemedika di Dunia

Perkembangan telemedika telah denganjelas terjadi


sekitar 20-30 tahun terakhir seiring dengan adanya kemajuan
dalam bidang teknologi informasi di dunia.Sejarah awal
telemedika jauh lebih tua dari perkembangan telemedika saat
ini. Aktivitas medis dilakukan dengan adanya perbedaan jarak,
dan dengan berbagai informasi yang ditransmisikan di
dalamnya [7].

Telemedika dalambentuk modern dimulai pada tahun


1960-an dalam bagian besar yang didorong oleh kemajuan
teknologi di sektor kemiliteran dan ruang angkasa, serta
adanya beberapa individu yang menggunakan berbagai
peralatan teknologi komersial yang tersedia [10]. Contoh
tonggak awal dari perkembangan telemedika termasuk
didalamnya adalah penggunaan televisi untuk memfasilitasi
antara spesialis di lembaga psikiatri dandokter umum di sebuah
rumah sakit jiwa milik negara [11], dan ketentuan nasihat dari
ahli kesehatan dari rumah sakit untuk pendidikan ke pusat
medis bandara [12].

Kemajuan terbaru, peningkatan ketersediaan dan


pemanfaatan teknologi informasi oleh populasi di dunia secara
umum telah telah menjadi pengaruh besar dari dunia
telemedika dilebih dari satu dekade yang lalu, secara cepat
telah menciptakan kemungkinan baru untuk layanan kesehatan.
Penggantian dari form isian analog untuk mengkomunikasikan
dengan metode digital, dikombinasikan dengan penurunan
drastis terhadap biaya dari teknologi informasi dan
komunikasi, telah memicu ketertarikan yang luas di dalam
pengaplikasian telemedika diantarakesehatan untuk
membayangkan dan mengimplementasikan langkah baru dan
lebih efisiendalam menyediakan pelayanan [13].

Perkenalan dan pempopuleran dari penggunaan internet


telah secara lebih maju mempercepat langkah perkembangan
dunia teknologi dan informasi, begitupula mengembangkan
cakupan dari telemedika untuk mencakup aplikasi berbasis
web (seperti email, telekonsultasi dan seminar melalui internet)
dan pendekatan multimedia (seperti penggambaran digital dan
video). Perkembangan-perkembangan ini telah memimpin
pembuatan dari permadani aplikasi telemedika yang kaya yang
dunia akan gunakan.

B.Perkembangan Telemedika di Indonesia

Di Indonesia sudah mulai menggunakantelemedika


sejak tahun 90an, dan saat ini telah mengalamiperkembangan
yang signifikan. Berkembangnya beragam aplikasi sistem
telemedika berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di Indonesia semakin mempermudah penyelesaian
masalah nyata yang dihadapi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat. Namun, sejauh ini banyak aplikasi
telemedika yang dikembangkan di Indonesia hanya digunakan
untuk keperluan pendidikan dan belum diterapkan di bidang
medis pemerintahan. Berikut ini merupakan pembahasan
singkat tentang beberapa sistem telemedika dan e-health serta
beragam aplikasinya yang telah dilakukan dan dikembangkan
di Indonesia.

1)Telenursing[14]

Telenursing adalah penggunaan teknologi dalam


keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi
pasien.” (Skiba, 1998). Telenursing memudahkan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan jarak jauh
melalui video conference, video phone, dan sebagainya
sehingga dapat dijangkau oleh pasien dengan kendala
jarak jauh, pasien lansia, pasien penyakit kronis yang
dirawat dirumah, dan lain-lain. Penerapan telenursing
paling banyak adalah melalui telepon dalam triase dan
home care. Dalam praktek telenursing, perawat tetap
melaksanakan tahapan proses keperawatan yaitu
perawat terus mengkaji pasien, menentukan dignosis
keperawatan, merencanakan intervensi dan
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi moderen
seperti internet, komputer, telepon, alat penilaian digital
dan peralatan telemonitoring.
Telenursing dalam keperawatan banyak
diterapkan di negara-negara maju seperti Amerika,
Kanada, Australia dan Inggris, sementara penerapan
telenursingdi Indonesia masih terbatas di bidang
pendidikan. Hal ini lebih disebabkan karena
infrastruktur yang belum memadai, di Indonesia belum
memiliki kompetensi telehealth sebagai aspek legal
dalam memberikan perawatan kepada pasiendan belum
adanya sistem keamanan yang menjamin kerahasiaan
data pasien dalam penerapan telenursing. Di Indonesia,
telenursing sejauh ini dikembangkan untuk keperluan
pendidikan. Contohnya yang dikembangkan oleh
Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah e-lisa yang
merupakan model e-learningyang terintegrasi antara
fakultas-fakultas di UGM. Fakultas Keperawatan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta juga
mengembangkan model pembelajaran e-learning untuk
mendukung proses pendidikan keperawatan.

2)Sistem Telemedika Puskesmas

Sejak tahun 1997, Program Studi Teknik


Biomedis -Institut Teknologi Bandung (ITB) telah
memusatkan usahanya dalam pengembangan dan
implementasi ICT berbasis telemedika dan e-health
systemsuntuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem
telemedika ini terdiri dari beberapa PC sebagai stasiun
medis yang tehubung dengan suatu jaringan lokal
(LAN) atau internet. Sistem telemedika puskesmas ini
berfungsi untuk melakukan pencatatan dan pelaporan
data, telekonsultasi, telekoordinasi, telediagnosis
sederhana pada suatum puskesmas[15].

3)Sistem Telemedika untuk Pengelolaan Wabah

Untuk membantu pelaksanaan pengelolaan


(manajemen) wabah (outbreak management,
biosurveillance), dapat digunakan sistem e-health:
berbasis web (internet), berbasis jaringan telepon
selular, dankombinasi keduanya. Sistem telemedika
manajemen wabah ini terdiri dari sebuah stasiun
monitor (komputer dengan perangkat lunak aplikasi dan
basis data), sejumlah stasiun pelapor, dan jaringan
telekomunikasi berupa jaringan internet dan/atau
jaringan telepon selular.

Perangkat keras sistem resepelektronik dapat


terdiri atas sebuah komputer PC sampai ke suatu
jaringan komputer dengan sejumlah PC yang terhubung
dalam suatu jaringan lokal (local area network, LAN).
Gambar 4menunjukkan diagram blok sistem resep
elektronik dengan 8 buah komputer, yang telah
digunakan di puskesmas Babakan Sari di Bandung.
Sistem resep elektronik ini pada dasarnya berfungsi
sebagai sistem pencatatan, pengolahan dan pelaporan
data pasien dan data obat (electronic medical record=
EMR), diintegrasikan dengan suatu modul perangkat
lunak resep elektronik. Perangkat lunak modul resep
elektronik terutama berfungsi untuk: memberikan
informasi farmakologi tentang setiap obat yang
tersedia, melakukan test reaksi obat merugikan,
melakukan test duplikasi obat, membantu perhitungan
dosis obat, melakukan proses administrasi penggunaan
dan pelaporan obat.

5)Sistem e-Health untuk Manajemen Penyakit TBC

Sistem e-health[17, 18]untuk manajemen


penyakit TBC ini dikembangkan berbasis internet dan
mobile phoneyang dapat digunakan untuk mengelola
pasien TBC di puskesmas atau di rumah sakit. Sistem
e-health berupa modul perangkat lunak ini
dikembangkan dengan tiga fungsi utama, yaitu:
pencatatan dan pelaporan data pasien TBC, basis data
pasien TBC berbasis web,dan system pengiriman pesan
singkat melalui jaringan telepon selular sebagai
pengingat jadwal pengobatan pasien selama 6 bulan.
Perangkat keras system ini terdiri dari computer dan
mikroskop digital sederhana. Prosedur baku
penanganan TBC yaitu DOTS (directly observed
treatment short-course) digunakan untuk mendukung
proses diagnosis dan terapi pasien TBC. Dengan
adanya system ini diharapkan dapat mengurangi jumlah
pasien TBC yang tidak melanjutkan pengobatannya
karena beberapa faktor yang mempengaruhi, sehingga
pasien TBC dapat mengikuti sampai tahap akhir terapi
pengobatannya.

6)Sistem m-Health (Mobile e-Health)

Sistem ehealth jenis ini mengutamakan


penggunaan jaringan telepon selular, yang di banyak
negara makin berkembang pesat, dengan jumlah
pengguna yang terus meningkat, serta biaya yang
makin terjangkau. Peningkatan jumlah dan jenis
aplikasi telepon selular di sisi teknologi, dapat
memberikan berbagai jenis inovasi untuk
pengembangan aplikasi pelayanan kesehatan
masyarakat. Kunci utama pengembangan system m-
health ini adalah: pemahaman yang baik tentang
pelayanan kesehatan berikut permasalahannya, fasilitas
(features)teknologi dan infrastruktur jaringan yang
tersedia, kerjasama sinergis berbagai pihak, serta
inovasi yang dikembangkan secara konsisten dan
berkelanjutan. Berbagai jenis aplikasi yang telah
dikembangkan berbagai fihak misalnya: portable &
ambulatory ECG, EEG, temperatur; berbagai aplikasi
berbasis SMS, sistem pencatatan & pelaporan dan
monitoring. Selain itu, juga berbagai jenis aplikasi
sistem m-Health untuk pengelolan kesehatan ibu dan
anak, serta Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (SIPKM)[17, 19].

7)Sistem e-Health berbasis Pengolahan Citra

Banyak kegiatan pengembangan dan penerapan


teknologi pengolahan citra (image processing &
medical imaging)serta memanfaatkannya dalam bidang
e-health untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar
bagi peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat [20].
Kegiatan dalam hal ini meliputi akuisisi citra medis
dengan mengkonversi ke format digital, proses
pengolahan citra dalam arti luas, pengiriman dan
penyimpanan, de-kompresi citra, interpretasi citra
medis, serta tindak lanjut. Hal terpenting dalam setiap
tahap proses tidak boleh terjadi kesalahan dan/atau
kehilangan informasi kedokteran dan perlu ditunjukan
melalui tahap uji-coba klinis.

Berbagai contoh aplikasi sistem e-health yang


termasuk dalam kelompok ini, antara lain adalah:
pencatatan dan identifikasi pasien berbasis biometrik,
deteksi dini osteoporosis dan osteoarthritis (banyak
metoda), deteksi diabetic retinopathy, tele-diagnosis
katarak, teledermatologi, tele-radiologi, studi tentang
gait analysis, pengembangan algoritma dan perangkat
lunak pengolahan citra untuk berbagai fungsi
pendukung tahap diagnosa. Beberapa contoh aplikasi
sistem e-health berbasis pengolahan citra ditunjukkan
pada gambar 4, 5 dan 6.

8)Sistem Telemedika Bergerak (Mobile Telemedicine


System with Multi Communication Links)

Gambar 7 adalah diagram blok sederhana sistem


telemedika bergerak tersebut [21, 22]. Sistem
telemedika bergerak terdiri atas dua bagian, yaitu base
unit dan mobile unit. Gambar 8adalah Prototipe dari
sistem telemedika bergerak telah direalisasikan di ITB.
Selain digunakan dalam kendaraan seperti ambulans,
sistem telemedika bergerak dengan multi
communication linksjuga dapat dimanfaatkan sebagai
puskesmas keliling yang dapat menjangkau daerah
terpencil untuk memberikan pelayanan kesehatan secara
merata.
9)Sistem e-Psychology (Cyber Psychology)

Berbagai jenis sistem komunikasi berbasis


internet yang bersifat interaktif makin banyak tersedia
secara “gratis” (misalnya: e-mail, Yahoo Messenger,
Skype). Tergantung pada jenis aplikasi dan situasi pada
saat tertentu, fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan
dalam melaksanakan beberapa macam konsultasi
psikologi dalam batas-batas tertentu. Tahap awal uji-
coba sistem e-psychologytelah dilakukan dengan hasil
yang cukup baik, meskipun langkah perbaikan lebih
lanjut perlu dilakukan [23].

10)Open EHR, Open MRS System

Sistem e-health ini memanfaatkan perangkat


lunak yang bersifat open sourcedengan beberapa
pengembang berbeda. Untuk membuat suatu sistem e-
health dengan EMR (electronic medical record)yang
mempunyai format tertentu, kita harus memilih
sejumlah modultertentu dan menyusunnya sehingga
menghasilkan “paket perangkat lunak” bersifat open
source yang dikehendaki. Dengan system tersebut
diharapkan dapat dihasilkan suatu sistem e-healthdapat
“bekerja-sama” dengan sistem lain dengan format
medical recordyang berbeda.

2.2.5 TRENMASADEPANTELEMEDIKA[14][24][25]

Berkembangnya jenis perawatan, semakin


bertambahnya populasi manusia dan bertambahnya
masyarakat dunia yang mengalami penyakit kronis
menyebabkan dibutuhkannya sumber daya yang banyak
agar dapat menanggulangi (menutupi) kebutuhan
tersebut. Dengan adanya teknologi telemedika yang
terbaru dapat membantu petugas medis dalam merawat,
memberikan pelayanan medis dan menanggulangi
masalah tersebut. Perbaikan teknologi telemedika
disarankan agar mendapatkan framework yang lebih baik
sehingga menghasilkan pengetahuan yang relevan dan
mendapatkan solusi yang lebih spesifik. Alasan -alasan
tersebut merupakan bukti bahwa telemedika sangat
memiliki peluang untuk dikembangkan sehingga
kedepannya akan banyak sekali aplikasi dari teknologi
telemedika yang akan muncul.

Saat ini penggunaan telemedika tentunya sangat


membantu dan memiliki tren tersendiri. Adapun
Telehealthbentuk pengembangan (perluasan) dari telemadika
yang menjadi salah satu tren tersebut. Berdasarkan asosiasi
telemedika Amerika, Telehealthmerupakan penggunaan
informasi medis yang diubah dari satu situs ke bentuk lainnya
melalui alat komunikasi elektronik untuk memperbaiki
pasien. Contoh dari aplikasi Telehealthadalah aplikasi ODL
(Observation of Daily Living),aplikasi storedan forward,
aplikasi real-time, dan aplikasi remote patient monitoring.
Untuk mengetahui kesehatan dari seorang pasien dapat
dilakukan observasi mudah dengan melakukan obseravsi
kegiatan rutin sehari -hari dari pasien. Aplikasi ODL
mendukung kegiatan observasi tersebut. Sehingga setiap
pasien memiliki data kesehatan secara personal (Personal
Health Record). Dalam aplikasis storeand forward, lebih
banyak menggunakan media seperti, gambar, audio, dan
video. Observasi kehidupan sehari - hari dan data klink pasien
akan diambil dan disimpan di dalam komputer atau mobile
device si pasien. Nantinya data tersebut akan ditransmisikan
secaraaman ke lokasi pihak spesialis yang akan mempelajari
data tersebut. Aplikasi Real-Timemungkin yang menjadi tren
saat ini. Aplikasi ini memungkinkan terjadinya komunikasi
dua arah secara langsung menggunakan audio dan video
dalam komunikasi tersebut. Video calldan tele-
conferencemerupakan beberapa bentuk dari aplikasi real-
timeini.

Dari penjelasan di atas, beberapa contoh aplikasi


Telehealthdi masa depan memungkinkan alat observasi
ditempatkan ke dalam tubuh si pasien sehingga mendapatkan
hasil observasi (informasi kesehatan pasien) lebih cepat dan
tepat. Ilmuwan Universitas Stanford telah mendemonstrasikan
sebuah alat yang cukup kecil ‘berenang’ melalui vena. US
Food and Drug Administrationjuga membenarkan bahwa
microchip dapat ditambahkan ke dalam pil sehingga dapat
melakukan pengawasan secara langsung kepada pasien.
Berdasarkan informasi yang didapat, Telenursingmerupakan
tren dan isu pelayanan keperawatan di Indonesia di tahun
2020 mendatang. Telenursing telah diterapkan di negara maju
dan menurutbeberapa penelitian menunjukan bahwa,
Telenursingdapat meningkatkan kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
melalui telenursingdinilai lebih efektif dan efisien karena
pesatnya perkembangan dan kemudahan akses teknologi
informasi saat ini, sehingga kualitas dari pelayanan kesehatan
yang profesional dapat dirasakan oleh masyarakat.

Penerapan telemedika di Indonesia dirasa


membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal tersebut timbul
karena terdapat beberapa kendala yangharus
diselesaikansecara matang, seperti infrastuktur, aspek legal
dan keamanan. Infrastruktur untuk beberapa daerah kecil di
Indonesia masih dirasa belummemadai, seperti akses jaringan
listrik yang belum teratur. Meninjau dari belum memadainya
pengadaan infrastruktur secara umum, maka begitupun yang
terjadi dalam hal kurang memadainya infrastruktur bagi
telemedika. Untuk aspek legal, di Indonesia masih belum
memiliki undang –undang yang pasti mengatur penggunaan
telemedika, namun yang ada saat ini hanya pengaturan
undang –undang terkait telematika secara umum. Masalah
keamanan pun menjadi pertimbangan,
dikarenakankemungkinan pencurian data pasien yang dapat
dilakukan melalui media internet sangatlah besar.

2.3 Peraturan Peraturan Perundang-Undangan

Kementerian kesehatan memutuskan: Peraturan Menteri Kesehatan


Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak
jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran
informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan
cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan
penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat.
2. Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
yang selanjutnya disebut Pelayanan Telemedicine adalah
Telemedicine yang dilaksanakan antara fasilitas pelayanan
kesehatan satu dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain
berupa konsultasi untuk menegakkan diagnosis, terapi,
dan/atau pencegahan penyakit.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut
Fasyankes adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
4. Fasyankes Pemberi Konsultasi adalah Fasyankes yang
menerima permintaan dan memberikan pelayanan konsultasi
Telemedicine.
5. Fasyankes Peminta Konsultasi adalah Fasyankes yang
mengirim permintaan konsultasi Telemedicine.
6. Expertise adalah hasil analisis dan kesimpulan oleh dokter
spesialis/dokter subspesialis dan/atau ahli lainnya yang terkait
terhadap pembacaan gambar, image atau foto yang berasal dari
pemeriksaan penunjang medis, dan dokumen hasil
pemeriksaan lain yang digunakan sebagai penunjang penegak
diagnosa pasien dan dokumen hasil pemeriksaan lain yang
digunakan sebagai penunjang penegak diagnosa pasien.
7. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kesehatan.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pelayanan kesehatan.

BAB II
Bagian Kesatu Jenis Pelayanan
Pasal 2
Pelayanan Telemedicine dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki surat izin praktik di Fasyankes penyelenggara.

Pasal 3
(1) Pelayanan Telemedicine sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
terdiri atas pelayanan:
a. teleradiologi;
b. teleelektrokardiografi;
c. teleultrasonografi;
d. telekonsultasi klinis; dan
e. pelayanan konsultasi Telemedicine lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Teleradiologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pelayanan radiologi diagnostik dengan menggunakan
transmisi elektronik image dari semua modalitas radiologi beserta
data pendukung dari Fasyankes Peminta Konsultasi ke Fasyankes
Pemberi Konsultasi, untuk mendapatkan Expertise dalam hal
penegakan diagnosis.
(3) Teleelektrokardiografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b merupakan pelayanan elektrokardiografi dengan menggunakan
transmisi elektronik gambar dari semua modalitas
elektrokardiografi beserta data pendukung dari Fasyankes Peminta
Konsultasi ke Fasyankes Pemberi Konsultasi, untuk mendapatkan
Expertise dalam hal penegakan diagnosis.
(4) Teleultrasonografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan pelayanan ultrasonografi obstetrik dengan
menggunakan transmisi elektronik gambar dari semua modalitas
ultrasonografi obstetrik beserta data pendukung dari Fasyankes
Peminta Konsultasi ke Fasyankes Pemberi Konsultasi, untuk
mendapatkan Expertise dalam hal penegakan diagnosis.
(5) Telekonsultasi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan pelayanan konsultasi klinis jarak jauh untuk membantu
menegakkan diagnosis, dan/atau memberikan pertimbangan/saran
tata laksana.
(6) Telekonsultasi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
dilakukan secara tertulis, suara, dan/atau video.
(7) Telekonsultasi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus
terekam dan tercatat dalam rekam medis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
(8) Pasal 4 Pelayanan Telemedicine sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dilaksanakan sesuai dengan standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Fasyankes Penyelenggara
Pasal 5
Fasyankes penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
meliputi Fasyankes Pemberi Konsultasi dan Fasyankes Peminta
Konsultasi.

Pasal 6
(1) Fasyankes Pemberi Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 berupa rumah sakit.
(2) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
rumah sakit milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
swasta yang memenuhi persyaratan.
(3) Fasyankes Peminta Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 berupa rumah sakit, Fasyankes tingkat pertama, dan Fasyankes
lain.

Pasal 7
(1) Fasyankes Pemberi Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 memiliki tugas:
a. menetapkan sumber daya manusia dalam melaksanakan
Pelayanan Telemedicine;
b. menetapkan standar prosedur operasional Pelayanan
Telemedicine melalui keputusan kepala/direktur rumah
sakit;
c. mendokumentasikan Pelayanan Telemedicine dalam rekam
medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. merespon setiap keluhan/usul/kritik atas Pelayanan
Telemedicine dari Fasyankes Peminta Konsultasi.
(2) Fasyankes Peminta Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 memiliki tugas:
a. menetapkan sumber daya manusia dalam melaksanakan
Pelayanan Telemedicine;
b. menetapkan standar prosedur operasional Pelayanan
Telemedicine melalui keputusan pimpinan Fasyankes;
c. mendokumentasikan Pelayanan Telemedicine dalam rekam
medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. memberikan jasa Pelayanan Telemedicine sesuai dengan
perjanjian kerja sama.

Bagian Ketiga
Persyaratan
Pasal 8
Fasyankes Pemberi Konsultasi dan Fasyankes Peminta
Konsultasi yang menyelenggarakan Pelayanan Telemedicine harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. sumber daya manusia;
b. sarana, prasarana, peralatan; dan
c. aplikasi.
Pasal 9
(1) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a pada Fasyankes Pemberi Konsultasi terdiri atas:
a. dokter;
b. dokter spesialis/dokter subspesialis;
c. tenaga kesehatan lain; dan
d. tenaga lainnya yang kompeten di bidang teknologi
informatika.
(2) Selain sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Fasyankes Pemberi Konsultasi dapat memiliki ahli
lain di bidang kesehatan.
(3) Dokter spesialis/dokter subspesialis dan ahli lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) merupakan
sumber daya kesehatan yang memberikan Expertise dan
memiliki kompetensi sesuai dengan jenis Pelayanan
Telemedicine.

Pasal 10
(1) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 huruf a pada Fasyankes Peminta Konsultasi paling
sedikit berupa:
a. dokter/dokter spesialis;
b. tenaga kesehatan lain; dan
c. tenaga lainnya yang kompeten di bidang teknologi
informatika.
(2) Dokter/dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan sumber daya kesehatan yang
meminta Expertise sesuai dengan jenis Pelayanan
Telemedicine.
(3) Dalam hal Fasyankes Peminta Konsultasi tidak memiliki
dokter/dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (2), konsultasi dapat dilakukan oleh bidan atau
perawat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) harus terlatih menggunakan
teknologi dan peralatan, serta memiliki keterampilan
komunikasi dan perilaku yang sesuai dalam Pelayanan
Telemedicine.

Pasal 11
(1) Sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
merupakan bangunan/ruang yang digunakan dalam
melakukan Pelayanan Telemedicine, dapat berdiri sendiri
atau terpisah dari area pelayanan.
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
paling sedikit meliputi listrik, jaringan internet yang
memadai, dan prasarana lain yang mendukung Pelayanan
Telemedicine.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b
paling sedikit meliputi peralatan medis dan nonmedis yang
menunjang Pelayanan Telemedicine.
(4) Sarana, Prasarana, dan Peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) harus memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan, dan laik pakai sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Aplikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
merupakan aplikasi Telemedicine dengan sistem
keamanan dan keselamatan data sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disediakan oleh Kementerian Kesehatan.
(3) Dalam hal Pelayanan Telemedicine menggunakan
aplikasi yang dikembangkan secara mandiri, aplikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus teregistrasi
di Kementerian Kesehatan.
(4) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dalam rangka interoperabilitas data secara
otomatis dan real time.
(5) Interoperabilitas data sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) berupa data agregat Pelayanan Telemedicine.

Bagian Keempat
Registrasi

Pasal 13
(1) Setiap Fasyankes Pemberi Konsultasi dan Fasyankes
Peminta Konsultasi yang telah memenuhi persyaratan
harus teregistrasi.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.
(3) Pengajuan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disertai dengan melampirkan dokumen pemenuhan
persyaratan dan/atau aplikasi yang digunakan.
Bagian Kelima
Expertise

Pasal 14
(1) Fasyankes Pemberi Konsultasi harus menyampaikan jawaban
konsultasi dan/atau menerbitkan Expertise kepada Fasyankes
Peminta Konsultasi.
(2) Jawaban konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa pertimbangan medis dari dokter spesialis/dokter
subspesialis dan/atau ahli lainnya yang terkait terhadap
tindakan atau penatalaksanaan pasien pada pelayanan
telekonsultasi klinis.
(3) Jawaban konsultasi dan/atau penerbitan Expertise
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
paling sedikit nama dokter peminta, dokter spesialis/dokter
subspesialis atau ahli lainnya yang terkait pembuat Expertise,
data identitas pasien, dan keterangan lain yang dibutuhkan.
(4) Jawaban konsultasi dan/atau penerbitan Expertise
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dicetak dan
merupakan bagian dari rekam medis pasien.
(5) Dalam hal komunikasi, tulisan, gambar, video, audio, atau
keterangan lain yang dibutuhkan tidak jelas diterima, dokter
spesialis/dokter subspesialis atau ahli lainnya pemberi
konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dapat meminta pemeriksaan atau pengiriman ulang sesuai
dengan kebutuhan.
BAB III
BIAYA
Pasal 15
(1) Biaya Pelayanan Telemedicine dibebankan kepada
Fasyankes Peminta Konsultasi.
(2) Besaran biaya Pelayanan Telemedicine sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk program jaminan kesehatan
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Selain untuk program jaminan kesehatan, Fasyankes dapat
menetapkan besaran biaya Pelayanan Telemedicine
melalui kesepakatan antar Fasyankes Pemberi Konsultasi
dan Fasyankes Peminta Konsultasi.
(4) Penetapan besaran biaya Pelayanan Telemedicine melalui
kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai
dengan besaran biaya yang ditetapkan oleh Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 16
(1) Pengajuan klaim biaya Pelayanan Telemedicine dilakukan
melalui aplikasi.
(2) Pembayaran klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 17
(1) Fasyankes Pemberi Konsultasi dalam melaksanakan
Pelayanan Telemedicine memiliki hak:
a. menerima informasi medis berupa gambar, citra (image),
teks, biosinyal, video dan/atau suara yang baik dengan
menggunakan transmisi elektronik untuk menjawab
konsultasi dan/atau memberi Expertise; dan
b. menerima imbalan jasa Pelayanan Telemedicine.

(2) Fasyankes Pemberi Konsultasi dalam melaksanakan


Pelayanan Telemedicine memiliki kewajiban:
a. menyampaikan jawaban konsultasi dan/atau memberikan
Expertise sesuai standar;
b. menjaga kerahasiaan data pasien;
c. memberikan informasi yang benar, jelas, dapat
dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil
konsultasi dan/atau Expertise; dan
d. menyediakan waktu konsultasi 24 (dua puluh empat) jam
dalam sehari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu.

Pasal 18

(1) Fasyankes Peminta Konsultasi dalam melaksanakan


Pelayanan Telemedicine memiliki hak:
a. memperoleh jawaban konsultasi dan/atau menerima
Expertise sesuai standar; dan
b. menerima informasi yang benar, jelas, dapat
dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil
konsultasi dan/atau Expertise.
(2) Fasyankes Peminta Konsultasi dalam melaksanakan
Pelayanan Telemedicine memiliki kewajiban:
a. mengirim informasi medis berupa gambar, pencitraan,
teks, biosinyal, video dan/atau suara dengan menggunakan
transmisi elektronik sesuai standar mutu untuk meminta
jawaban konsultasi dan/atau memperoleh Expertise;
b. menjaga kerahasiaan data pasien; dan
c. memberikan informasi yang benar, jelas, dapat
dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil
konsultasi dan/atau Expertise kepada pasien;

BAB V
PENDANAAN
Pasal 19
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat membantu
pendanaan Pelayanan Telemedicine sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal
dari sumber:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
c. sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 20

(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pelayanan


Telemedicine dilakukan oleh Kementerian Kesehatan,
dinas kesehatan daerah provinsi, dan dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota berdasarkan kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi,
dan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pelayanan Telemedicine sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat melibatkan kementerian yang menangani urusan
pemerintahan bidang komunisasi dan informasi dan
organisasi profesi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan,
keselamatan pasien, dan melindungi masyarakat terhadap
segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku


Fasyankes yang telah menyelenggarakan Pelayanan
Telemedicine harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan
2.4.TELAAH JURNAL

No. Komponen Aspek Hasil Analisa

· Anak-anak yang hidup dengan kondisi


keterbatasan memerlukan perawatan yang
kompleks dan intensif dari segi fisik, psikologis,
spiritual, melalui pendekatan pada orang tua
(Family Center Care/FCC), berfokus dari
perawatan kuratif menjadi paliatif. Perawatan
paliatif yang optimal pada anak-anak (pediatric
palliative care) saat ini menjadi terbatas karena
kurangnya tenaga kesehatan profesional yang
memiliki ketrampilan dan pengetahuan untuk
Abstrak
merawat anak dan keluarga dengan kondisi
penyakit yang membatasi kehidupannya.
Dimensi
· Kesimpulannya Telemedicine merupakan
1. Substantif
bagian dari telehealth program yaitu penggunaan
dan Teori
elektronik informasi dan teknologi telekomunikasi
dengan fasilitas pelayanan jarak jauh untuk
mendukung anak dengan perawatan paliatif
berusia 0-18 tahun terdiri dari kegiatan konseling,
diagnostik, dukungan (Bradford, 2012; Bhowmik
et al., 2013).

· Penerapan Home Telehealth Program (HTP)


didirikan pada tahun 2009 untuk mendukung
anak-anak yang menerima perawatan paliatif yaitu
Pendahuluan
dengan lifelimiting condition, yang berusia 0-18
tahun dengan kondisi yang stabil (Bradford et al.,
2012). Telemedicine adalah penggunaan
elektronik komunikasi dan teknologi informasi
untuk memberikan perawatan dengan jarak jauh
ketika jarak menjadi kendala bagi partisipan.

· perawatan paliatif pada anak adalah untuk


memberikan pelayanan yang kompeten, berempati
pada anak dan keluarga, serta perawatan yang
konsisten pada anak untuk menghadapi penyakit
yang membatasi kehidupannya (Foster, LaFond,
Reggio, & Hinds, 2010).

· Tujuan dari perawatan paliatif tidak hanya


terbatas pada pengobatan dan penyembuhan,
diagnosis, intervensi, dan proses penyakit, akan
tetapi pengobatan juga berfokus pada peningkatan
kualitas hidup, mempertahankan martabat,
mengurangi rasa sakit pasien dari penyakit yang
serius dan meninggal dalam kondisi yang bebas
dari rasa sakit.

· Perawatan paliatif pada anak didefinisikan


sebagai filosofi perawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan yang mempengaruhi
kualitas hidup, terlebih ketika seseorang
terdiagnosa dengan penyakit yang mengancam
Kerangka Teori kehidupan. Hal ini terkait dengan gejala fisik,

psikologik, sosial, dan spiritual (Bradford,


Armfield, Young, & Smith, 2013).

· Perawatan paliatif meliputi perawatan end


of life yang berfokus pada kualitas hidup yang
terbaik pada bayi dan anak-anak dan bertahan
sampai dewasa. Perawatan paliatif sangat
kompleks dengan multiple intervensi dan
dukungan penuh yang diperlukan untuk mengatur
anak dan keluarga di rumah. Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, dan
Schwartz (2009) mendefenisikan perawatan
paliatif sebagai perawatan total aktif pada pasien
yang penyakitnya tidak berespons terhadap terapi
kuratif.

· Penelitian Kuantitatif

· Perawatan paliatif melibatkan pendekatan


multidisiplin untuk penatalaksanaan penyakit
Penelitian terminal

· ISDN adalah sistem digital koneksi


telepon, yang bisa mentrnsmisikan suara, data,
Dimensi
dan video secara simultan selama terhubung.
Desain
2.
· Kelompok sampel Tim professional
Metodologi perawatan kesehatan multidisiplin terdiri atas
Sampel dokter, perawat, pekerja sosial, rohaniawan,
bantuan perawatan personal, yang kesemuanya
terampil dalam merawat pasien

·
Instrumen
Penelitian · Outcome penelitian meliputi efek kualitas
hidup dan kecemasan, kebutuhan dari home visit,
faktor ekonomi, hambatan, hal-hal yang mungkin
terjadi, kepuasaan penerimaan
telehealth/telemedicine.

· Hospice care adalah organisasi perawatan


kesehatan komunitas dalam merawat pasien yang
menjelang ajal dengan mengkombinasikan filosofi
Analisis Statik
hospice dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif.

· keluarga yang berharap untuk merawat


anaknya dengan penuh kasih selama fase paliatif,
aplikasi dari telehealth/telemedicine bisa dijadikan
sebagai alternatif untuk komunikasi dan
perubahan informasi dengan petugs kesehatan
(Bradfold et al., 2013). Suatu mitos jika dikatakan
bahwa penerapan dari telemedicine ini
Dimensi
membutuhkan biaya yang mahal. Sistem dasar
3. Pembahansan
yang dibutuhkan adalah hardware, software, dan
Interpretasi
telekomunikasi link. Dari beberapa penelitian
telah terbukti bahwa telemedicine seacra
signifikan mampu mengurangi cost baik dari
pihak keluarga maupun rumah sakit, jika
dibandingkan keluarga harus kontrol ke pusat
pelayanan kesehatan yang jaraknya jauh dari
rumah begitu pula sebaliknya.

· Literature review yang dilakukan oleh


Dimensi Subjek Bradford et al. (2014) menunjukkan bahwa 33
4.
Etik penelitian penelitian telah dilakukan untuk membuktikan
keuntungan dalam penerapan telehealth pediatric
palliative care. Outcome penelitian meliputi efek
kualitas hidup dan kecemasan, kebutuhan dari
home visit, faktor ekonomi, hambatan, hal-hal
yang mungkin terjadi, kepuasaan penerimaan
telehealth/telemedicine.

Dilema Etik

dan Hukum

Pelanggaran

Prinsip Etik

Presentasi Kejelasan
_
dan Informasi
5.
Teknik
Penulisan _
Penulisan

1. American Academy of Paediatrics, Committee


on Bioethics and Committee on Hospital Care.
(2000). Palliative care for children. Pediatrics,
106, 351.
2. Ball, J., Blinder, R., Cowen, K. (2012).
Principles of pediatric nursing: Caring for children
(5th ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.
DAFTAR
6. 3. Bhowmik, D., Duraivel, S., Sing, R.K., &
PUSTAKA
Kumar, S. (2013). Telemedicine: An innovating
health care system in India. The Pharma
Innovation Journal, 2(4). Retrived from:
www.thepharmajournal.com
4. Bradford, N.K, Armfield, N.R., Young, J,
Herbert, A., Mott, C., & Smith, A.C. (2014).
Principles of pediatric palliative care consultation
can be achieved with home telemedicine. Journal
of Telemedicine and Telehealth Care, 20(7), 360-
364. doi: 10.1177/1357633X14552370
5. Bradford, N.K, Armfield, N.R., Young, J, &
Smith, A.C. (2014). Paediatric palliative care by
video consultation at home; A cost minimization
analysis. BMC Health Services Research,
14(328). Retrieved from:
http://www.biomedcentral.com/14726963/14/328
6. Bradford, N., Armfield, N.R., Young, J, &
Smith, A.C. (2013). The case for home based
telehealth in pediatric palliative care: A systemic
review. BMC Palliative Care, 12(4). Retrived
from:
http://www.biomedcentral.com/1472684X/12/4
7. Bradford, N., Herbert, A., Walker, R., Anne-
Pederson, L., Hallahan, A., Irving, H., ……..
Smith, A.C. (2010). Home telemedicine for
paediatric palliative care. IOS Press. doi:
10.3233/978-1-60750-659-1-10
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Perawatan paliatif ditunjukna untuk menutupi atau menyembunyikan
keluhan pasien dan memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan
tida mungkin disembuhkan. bahwa salah satu kelompok yang memerlukan
perawatan paliatif pada anak yatiu kondisi yang membutuhkan tindakan
seumur hidup yang mana tindakan pengobatan memungkinkan tetapi tidak
berhasil seperti kanker. Penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berada
pada tahap palitif.
Penatalaksanaan kanker pada anak sering mengalami kegagalan
meskipun pengobatan yang diberikan teah sesuai prosedur. Hal ini karena
anak sudah memasuki stadium terminal dan prognosa penyakit buruk.
Perawatan diprioritaskan menerima kemoterapi dan diikuti rencana perawatan
paliatif. Keperawatan paliatif pada anak dengan Kanker meliputi : fisik,
psikologis, pendidikan, sosial, dan spiritual dan disediakan secara bersamaan
dengan terapi modifikasi penyakit atau sebagai Tujuan utama perawatan.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat membuat
dampak yang cukup besar dalam seluruh aspek kehidupan dan membawa
manusia saat ini masuk ke dalam era globalisasi, dimana pada era ini manusia
memerlukan informasi yang terbaru dengan cepat, praktis, efisien dan akurat
serta dapat diandalkan, salah satunya adalah pada bidang kesehatan.
Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia kesehatan.Tidak
ada definisi mutlak dari telemedika, arti sebenarnya adalah penanganan
kesehatan dari segala jarak. Telemedika adalah praktik kesehatan dengan
memakai komunikasi audio visual dan data. termasuk perawatan, diagnosis,
konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah
jarak jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai