OLEH :
1. HAERUNISA PUTRI
2. HOTARI
3. HIJRATUL IKSAN
4. I GEDE ARYANATA
5. KUSMIATI AGUSTINA
6. LALU MANSYUR
7. LINA SOLIHAN
8. NI NYOMAN INDAH SARI
9. PIPIT PUTRI HANDAYANI
10. SELVI ROVIYATI
11. SUMARJAN
12. VIVIN SEPTA KIHANTARI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM JURUSAN
KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Kanker Leukimia dan Avidenced
Based” dengan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia atau yang biasa disebut kanker darah adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan
ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan
(Hidayat, 2006). Leukemia sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun dan
merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga sebagai
penyebab kematian pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007).
Anak dengan leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif, selain
terapi farmakologi dan non farmakologi, anak dengan leukemia juga memerlukan
perawatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya. Sehingga tenaga
kesehatan tidak hanya perlu berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada
kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan pemberian perawatan paliatif.
Perawatan paliatif merupakan perawatan total secara aktif terhadap tubuh, pikiran,
dan jiwa anak yang turut melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga.
Perawatan paliatif dimulai sejak terdiagnosa penyakit sampai akhir kehidupan
(Kars, dkk, 2011). Perawatan ini melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan. Jenis
kegiatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik
lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan
kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa berkabung
(bereavement) (MENKES RI, 2007).
Pada perawatan paliatif ini dilakukan identifikasi, penilaian penyakit, dan
masalah yang dihadapi anak baik fisik, psikologi, dan rohani (WHO, 2002).
Berbagai keluhan yang tidak teratasi pada anak dengan leukemia dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya, lambatnya penyembuhan luka, kecemasan,
gangguan tidur, regresi perkembangan, dan penurunan imun. Anak terkadang
menunjukkan berbagai perilaku yaitu perilaku secara verbal (berteriak, mengerang)
dan perilaku non verbal (meringis karena nyeri, memijat daerah yang sakit).
Sehingga dibutuhkan perawatan palitif untuk mengontrol emosional anak.
Perawat sangat penting untuk menilai secara berkelanjutan dari kebutuhan
emosional yang dialami anak dan orang tua dan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan
spiritual yang melibatkan keluarga dan tokoh agama. Perawat dapat memfasilitasi
1
kegiatan yang dapat digunakan anak dan orang tua dalam mengontrol setiap respon
yang akan muncul, tentunya dengan pendekatan-pendekatan yang professional dan
memberikan kenyamanan pada pasien, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien dan mengurangi penderitaan yang dialami pasien karena penyakitnya.
Dari penyusunan makalah ini, adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep perawatan paliatif?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.4 Langkah-Langkah Dalam Pelayanan Perawatan Paliatif
5
dimana pasien ingin dirawat sesuai keinginannya. Instruksi ini membuat klinisi
atau petugas kesehatan lain dapat menetapkan dan memenuhi keinginan pasien
saat mengalami penyakit yang membuat pasien terbatas. Yang menjadi catatan
khusus, POLST ini dibuat oleh pasien dengan angka harapan hidup kurang dari 1
tahun, atau dapat juga pada semua orang dengan usia lanjut yang mengharapkan
perawatan tertentu saat akhir hidupnya. Physician orders for life-sustaining
treatment ini sifatnya adalah sebagai pengganti pasien (surrogate) untuk
memberi instruksi kepada tenaga medis. 10,18 Untuk lebih jelasnya, table 3
menerangkan perbedaan ADs dan POLST.
2.2.2 Sejarah Pembuatan Advanced Directives
Sejak pertengahan tahun 1970an, advance directives dipromosikan sebagai
alat hukum utama untuk mengkomunikasikan keinginan perawatan kesehatan yang
sah mengenai perawatan akhir kehidupan dan, mungkin, untuk meningkatkan
tingkat kepastian bahwa keinginan seseorang diikuti oleh profesional perawatan
kesehatan. Dokumen tersebut menguraikan sasaran dan instruksi perawatan
kesehatan seseorang dan menunjuk seseorang atau pembuat keputusan pengganti
jika terjadi perburukan kondisi kesehatan.
Advance directives pertama diajukan oleh Perhimpunan Euthanasia di
Amerika pada tahun 1967. Luis Kutner, seorang pengacara hak asasi manusia dari
Chicago yang mewakili masyarakat, menggambarkan konsep ini dalam sebuah
artikel tahun 1969. Dia memulai dengan hukum umum dan undang-undang
konstitusional, yaitu “konstitusi dan undang-undang menetapkan bahwa seorang
pasientidak boleh mengalami suatuperlakuan/ tindakan tanpa persetujuannya”.
Tantangannya adalah hal yang harus dilakukan terhadap pasien yang tidak lagi
mampu membuat keputusan perawatan kesehatan. Dia menyarankan agar individu
tersebut memberi indikasi secara tertulis sebelum waktu pengobatannya. Kutner
juga membandingkan keinginan hidup dengan “kepercayaan yang baik atau
bersyarat dengan tubuh pasien sebagaimana adanya, pasien sebagai penerima
manfaat dan pemberi hibah, dan dokter dan rumah sakit sebagai wali amanat”.
Dengan instrumen kepercayaan, dokumen menetapkan persyaratan untuk
mengelola, dalam konteks perawatan kesehatan, berarti sejauh mana penyedia
layanan kesehatan diperbolehkan melakukan perawatan.
6
2.2.3 Kegunaan Advanced Directives
Advanced directives mempunyai kegunaan bagi pasien maupun petugas
kesehatan. Kegunaan yang dapat dirasakan pasien, antara lain:
1) Pasien dapat mengemukakan otonominya;
2) Kebebasan dari pasien untuk menentukan sendiri pilihan-pilihan alternatif terapi
berdasarkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan;
3) Mengurangi kecemasan pasien terhadap tindakan-tindakan perawatan yang
tidak diinginkan;
4) Mengurangi kecemasan dan rasa bersalah anggota keluarga. Dengan adanya ADs
dapat membantu mengambil keputusan terbaik yang sesuai dengan keinginan pasien.
7
eksperimental.
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali.
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya.
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang
akan dilakukan.
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter
lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
2.2.4 Hambatan pada pembuatan Advances Directives
Hambatan peran pasien menetapkan ADs terjadi jika onset timbulnya
penyakit cepat, adanya penyangkalan dan penundaan, dan kurangnya kepercayaan
bahwa penyedia layanan kesehatan akan mengikuti ADs yang dibuat.
Membicarakan masalah akhir kehidupan secara tidak langsung memaksa seseorang
untuk membicarakan kematian, hal demikian menghilangkan otonomi, dan
meningkatkan kerentanan kepribadian pasien. Diskusi tentang ADs dapat memicu
masalah emosional, ditambah lagi jika berhubungan dengan adat dan budaya dalam
keluarga pasien.23,24
Faktor yang menjadi hambatan dalam pembuatan dan penyelesaian ADs: 22,25
a. Keengganan pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk mendiskusikan
masalah akhir kehidupan (end of life)
b. Kendala waktu untuk membuat ADs
c. Penolakan dan penangguhan dari pasien terhadap pembuatan ADs
d. Penundaan ADs sampai terjadi krisis
e. Harapan tidak realistis atas keberhasilan resusitasi kardiopulmonar
f. Ketidaknyamanan perencanaan perawatan paliatif
g. Hambatan sistem budaya dan kesehatan setempat
h. Kesiapan diskusi: pasien tidak dapat atau tidak tertarik memikirkan masalah
akhir kehidupan
8
i. Seorang pasien diliputi oleh implikasi dari onset penyakit baru atau dokter
dari pasien tersebut khawatir membebani pasien dengan membicarakan
kematian
j. Akses terhadap informasi ADs masih kurang
k. Kompleksitas membuat keputusan tentang preferensi akhir kehidupan
l. Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seseorang yangditunjuk sebagai
pengganti pengambil keputusan akhir
m. Kurangnya kepercayaan pada proses ADs
n. Etnisitas.
2.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembuatan Advanced Directives
a. Ras/Etnis
Ruang rawat intensif adalah tempat perawatan dimana keputusan
perawatan akhir pada pasien diputuskan, karena 1 dari 5 kematian terjadi
setelah dirawat di ruang intensif atau segera setelah pasca rawat ruang intensif.
Disparitas ras dan etnis merupakan hal yang penting untuk menentukan
perawatan kesehatan. Ada perbedaan antara ras pada kesadaran untuk membuat
Advances Directives.
Di kebanyakan masyarakat Afrika, diskusi tentang kematian dan
kematian dianggap tabu. Keputusan akhir perawatan hidup sebaiknya
ditangguhkan kepada anggota keluarga atau tetua masyarakat. Di Kenya,
misalnya, 68,2% responden dalam satu penelitian mengindikasikan bahwa
mereka ingin seorang kerabat terlibat dalam pengambilan keputusan akhir
kehidupan. Penelitian yang dilakukan di Nairobi dan Kenya Barat ini
merupakan survei berbasis populasi terhadap preferensi dan prioritas publik
untuk perawatan akhir kehidupan. Ditemukan bahwa mayoritas, 61,4%,
kualitas hidup yang disukai melebihi kuantitas, yaitu memperpanjang umur.
Rumah sendiri adalah tempat yang paling sering atau disukai untuk meninggal
(51,1%).
b. Moralitas
Advance directives dipercaya merupakan usaha utama untuk menjaga
otonomi pasien saat sudah inkompeten. Filosofi utamanya adalah bahwa
pasien inkompeten tidak memiliki keinginan untuk hidupnya, seperti pada
kondisi demensia. Pilihan instruksi dalam ADs masih dipertanyakan
9
sehubungan dengan keterkaitan moral, walaupun dibuat berdasarkan otonomi
pasien. Perlu dipertimbangankan juga apakah saat membuat ADs, hasil yang
tertuang merupakan keputusan terbaik untuk pasien.
Otonomi merupakan determinasi diri seseorang, yaitu preferensi,
keinginan, perhatian, rencana, dan hal lainnya yang berhubungan dengan
keputusan akhir seseorang. Advance directives masih merupakan kontroversi
moral, karena keinginan seseorang yang tertulis dalam ADs dapat merupakan
otonomi. Faktanya adalah saat pelaksanaan ADs akan terjadi negasi dari
otonomi dan moral.
c. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang dapat diukur hubungannya dengan ADs
adalah penghasilan, tingkat pendidikan, dan status asuransi. Faktor sosial
ekonomi ini bersifat independen dan memiliki pengaruh pada pelayanan
kesehatan yang tersedia. Untuk faktor penghasilan, semakin tinggi
penghasilan yang didapatkan maka semakin erat hubungannya dengan
diadakannya pertemuan keluarga dalam waktu 72 jam pertama dalam
memutuskan tindakan terhadap pasien. Sedangkan semakin tingginya tingkat
pendidikan maka semakin baik pendokumentasian ADs. Pasien yang tidak
memiliki jaminan asuransi kesehatan semakin rendah pendokumentasian ADs
atau akses pelayanan kesehatan yang nyaman bagi pasien.
2.3 Konsep Dasar Penyakit Terminal: Leukemia
10
2.3.2 Definisi Leukemia
a. Radiasi
11
Sindrom Down lebih rentan terkena leukimia dibanding yang
tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan
dibanding yang normal.
12
2.3.4 WOC
d. Perdarahan gusi
e. Mudah memar
i. Iritabilitas
j. Muntah
14
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Pada Setiap Stadium Leukemia
15
2. Stadium 2 Selain terjadi pembengkakan - Merespon terhadap keluh
pada kelenjar getah bening, kesah anak dan keluarga.
memasuki stadium 2 ditandai Pada tahap ini, peran
dengan pembengkakan pada perawat adalah menjadi
limpa dan hati,atau salah satu pendengar yang baik.
diantara kedua organ tersebut. Karena berat badan anak
Ada perkembangan yang cukup semakin menurun, peran
signifikan pada pertumbuhan perawat dalam edukasi dan
limfosit. Tingkat resiko untuk manajemen nutrisi sangat
tahap ini masih terbilang dibutuhkan. Selain itu
sedang. Manisfetasi yang sering perawat selalu memberikan
terjadi adalah : dukungan psikologis dan
1. Benjolan pada kelenjar getah spiritual kepada keluarga
bening semakin besar untuk tetap menemani anak
2. Mudah lelah dan lemas hingga akhir pengobatan.
17
4. Nyeri pada sendi atau tulang bisa menggunakan teknik
nafas dalam, pilihan
5. Rambut rontok (akibat
lainnya adalah teknik
kemoterapi)
bermain untuk
menghilangkan rasa nyeri
pada anak.
- Kemudian perawat tetap
memberikan dukungan
informatif kepada anak
bahwa efek pengobatan
adalah rambut rontoh dan
muntah, sehingga anak
mampu menerima
kondisinya saat ini. Selain
itu perawat tetap
memperhatikan manajemen
nutrisi pada anak.
4. Stadium 4 Stadium 4 adalah yang paling - Memberikan rasa nyaman dan
berbahaya, karena tahap terakhir responsif selama proses
perkembangan kanker. Tingkat kematian
keping darah akan menurun - Meningkatkan kualitas
drastis. Jika di tahap 3 kanker hidup/kualitas meninggal
menyebar ke organ tubuh selain dengan damai
limpa dan hati, pada tahap ini - Merespon terhadap
kanker akan mempengaruhi paru- keluh kesah pasien/keluarga
paru. Di samping itu, anemia akan
terjadi lebih akut. Tahap ini
merupakan tahap yang paling
beresiko.
18
2.3.6 Penatalaksanaan Medis
1) Kemoterapi
3) Radiasi
4) Penanganan suportif
Dukungan psikologis
20
2.4 Konsep Penatalaksanaan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Leukemia
2.4.3 Penanganan Nyeri dan Ansietas Pada Pasien Terminal: Leukemia dalam
Perawatan Paliatif
Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien
kanker stadium lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti
oleh pasien dan keluarga. Hampir 95% nyeri yang dialami pasien kanker
dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang tersedia, termasuk
memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan spiritual.
21
Tata laksana nyeri merupakan salah satu bagian dari terapi paliatif.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian
terapi kuratif bersamaan dengan terapi paliatif untuk stadium lanjut dan
terminal. Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana
yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan
adalah:
a. Medikamentosa
22
ketika suatu masalah muncul. Dukungan sosial sangat diperlukan
oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan
sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang
menghadapi masalah atau sakit (Amanda, 2017).
Lain-lain: modifikasi terhadap proses patologi yang ada, yaitu
diperlukan pada kondisi darurat seperti patah tulang karena proses
metastase, resiko patah tulang pada tulang penyangga tubuh,
metastase ke otak dan metastase ke paru-paru.
23
2.4.4 Tata Laksana Akhir Kehidupan Untuk Anak dengan Leukimia
1) Pastikan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress, serta menjaga agar tidak
mengalami nyeri yang berkepanjangan.
Tempat yang tepat bagi anak untuk meninggal adalah di rumah dan
jangan biarkan anak meninggal tanpa ditunggu. Sebaiknya ada tempat
tersendiri dan nyaman untuk. Kita juga sebaiknya memahami kebiasaan
budaya dan keagamaan di daerah tempat kerja. Kita harus dapat bersikap
fleksibel terhadap permintaan orang tua. Tanda-tanda akhir kehidupan,
yaitu:
Kesadaran menurun
banyak tidur
24
Disorientasi
Menolak makan, walaupun dalam bentuk cair
Buang air kecil terganggu
Kulit dingin, pucat, cutis mamorata
Pola nafas tidak teratur (napas cepat pendek dengan adanya periode cepat atau
lambat).
25
2. Membantu agar keluarga mampu beradaptasi dengan situasi dan
kondisi baru
3. Membantu merubah lingkungan yang memungkinkan keluarga
dapat melanjutkan hidup tanpa pasien yang meninggal
4. Membantu keluarga agar mendapatkan kembali rasa percaya diri
untuk melanjutkan hidup.
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
An. T usia 8 tahun dirawat di Rumah Sakit X sejak tanggal 20 Januari 2020,
hari ini adalah hari rawat ke 4. An. T sudah di diagnosis leukemia sejak 2 tahun
yang lalu pada stadium awal (stage 1). Sejak terdiagnosis, An. T sudah melakukan
kemoterapi per 3 bulan sekali, namun pada bulan agustus Mei 2019 An. T tidak
melakukan kemoterapi karena faktor ekonomi keluarga dan keluarga merasa
anaknya tidak kunjung sembuh. Sejak saat itu keluarga hanya melakukan
pengobatan secara alternative di rumah.
Pada tanggal 20 Januari 2020 pukul 06.00, keluarga membawa An.T ke IGD
Rumah Sakit X karena sangat takut dengan keadaan An. T. Keluarga mengatakan
sudah 1 bulan, badan An.T sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa
bagian tubuhnya, serta keringat selalu keluar di malam hari. Keluarga sangat
khawatir melihat anaknya merasa kesakitan dan lemah tidak berdaya. Keluarga
menyesali perbuatannya karena hanya mengobati anaknya dengan pengobatan
alternative.
Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap di IGD, dokter telah mendiagnosis
bahwa leukemia yang dialami An. T sudah pada stadium lanjut (stage 3) dan sudah
metastase ke beberapa organ lainnya. Dan dokter mengatakan bahwa hidup An. T
sudah tidak lama lagi. Saat mendengar kabar tersebut keluarga sangat syok dan
tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Keluarga mengatakan ingin mendapat
pengobatan semaksimal mungkin untuk hidup anaknya, namun pada stadium ini
kemoterapi dan obat-obatan sudah tidak akan berpengaruh banyak.
Akhirnya diputuskan bahwa An. T akan dirawat di ruang rawat inap dengan
pengobatan yang terus diberikan. Pengobatan An.T sudah berjalan selama 3 hari,
namun keadaan An. T semakin hari semakin memburuk. Pada hari ke 4, An. T
menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang-
tulangnya hingga merasa tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam
27
sampai pagi ini. An. T megatakan pasrah karena tidak kuat merasakan rasa
sakitnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan An. T sangat pucat,
CRT > 2 detik, GCS 11, konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien turun dari 18
kg (20 Januari) menjadi 15 kg (24 Januari), dan mual (+). Selain itu terdapat
pembesaran limfa (splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital diperoleh: TD: 96/50 mmHg, N: 99x/menit, RR: 30x/menit, S:
38,6°C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab: Hb: 5,2 gr/dl,
leukosit: 13,9 x 103/µl, trombosit: 99.000 mcL.
3.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Nama : An. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Surabaya
Nama : Tn. I
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
28
Hub dg px : Ayah
Alamat : Surabaya
Keluhan Utama
- Klien menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan
nyeri pada tulang-tulangnya hingga merasa tidak nyaman.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Sosial/interaksi
Klien tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya
ditemani oleh ibu dan ayahnya.
- Psikologis
Klien terlihat sangat cemas dan sering menangis, klien juga mengatakan
pasrah karena tidak kuat dengan sakit yang dirasakan.
- Toleransi koping
Klien mengatakan takut dengan keadaan dirinya sekarang. Klien merasa
dirinya hanya menyusahkan ayah dan ibunya. Klien mengatakan tidak
nyaman dengan keadaannya saat ini.
2) Spiritual
Menggunakan pengkajian FICA
4) Ekonomi
- Akral dingin
31
3. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis ditandai dengan
klien mengungkapkan keputusasaan dan afek datar (D.0088)
4. Intervensi Keperawatan
32
- Bantuan yang
obat antiansietas, jika
ditawarkan oleh
perlu
keluarga dan
Terapi Musik (I.08250)
perawat meningkat
Observasi
(5)
9. Identifikasi minat
- Dukungan emosi
terhadap music dan
yang disediakan
identifikasi musik yang
oleh keluarga dan
disukai
perawat meningkat
Terapeutik
(5)
10. Pilih musik yang disukai
9. Identifikasi isyarat
nonverbal
34
ketidaknyamanan pada
anak
10. Identifikasi faktor
penyebab mual
11. Identifikasi antiemetik
untuk mencegah mual
12. Monitor mual dan
juga asupan nutrisi
dan kalori
Terapeutik
35
masa depan 5. Anjurkan
meningkat (5) mengungkapkan
- Upaya mencari perasaan yang dialami
dukungan sesuai 6. Anjurkan mengungkapkan
kebutuhan pengalaman emosional
meningkat (5) sebelumnya dan pola
- Harga diri respons yang biasa
positif digunakan
meningkat (5) Promosi Harapan
- Keyakinan (I.09307)
positif Observasi
meningkat (5)
7. Identifikasi harapan
pasien dan keluarga
dalam pencapaian hidup
Terapeutik
8. Pandu mengingat
kembali kenangan yang
menyenangkan
9. Ciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi
10. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan terhadap
kondisi dengan realistis
11. Anjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang tua
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering
disertai dengan jumlah leukosit yang berlebihan. Leukemia sering terjadi pada anak
dibawah 15 tahun dan merupakan penyakit kronis kedua dan ketiga sebagai
penyebab kematian pada anak.
Anak penderita leukemia sangat membutuhkan perawatan yang intensif,
selain terapi farmakologi dan non farmakologi. Anak penderita leukemia juga
memerlukan perawatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya, sehingga
tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada
kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan pemberian perawatan paliatif.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ners Handayani, Wiwik S.kep & dr. Andi Sulistyo H. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.
Marpaung, Junierissa dan Sinaga Boneka. 2019. Dukungan Sosial Keluarga Pada Anak
Penderita Leukimia Berdasarkan Film “My Sister Keeper”. Jurnal KOPASTA,
6 (1), (2019).
Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker Pada Dewasa. 2016. Kementrian kesehatan
Republik Indonesia.
Buku Petunjuk Teknis Paliatif Kanker. 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Fitria, C.N. 2010. Palliative Care pada penderita Penyakit Terminal. GASTER. 7 (1:
527-535). Surakarta.
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47