Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan Paliatif suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
manusiawi dengan tujuan menghilangkan/meringankan penderitaan dan
meningkatan kualitas hidup penderita dan keluarganya, yang pernah
menjadi ciri khas pelayanan dan perawatan medis.
Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak
ada harapan lagi, bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang
dikenal pasien stadium terminal (PST) tentunya membutuhkan
pelayanan yang spesial. Maka, disinilah perawatan paliatif menjadi
aspek penting pada pengobatan.
Setelah terjadi kemajuan-kemajuan dalam teknologi kedokteran,
paliatif care terpinggirkan dan diabaikan. Hal ini disebabkan oleh
anggapan bahwa kemajuan teknologi kedokteran itu mampu
memperpanjang hidup dan kehidupan manusia, meskipun tanpa
mempertimbangkan kualitas hidup penderita akibat penerapan teknologi
tersebut.
Tersisihnya Perawatan Paliatif dengan filosofi dan tujuannya,
tampak juga dari berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang
dibuat oleh berbagai pihak, hampir selalu terlihat: “... preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Hampir tidak pernah tercamtum
“paliatif”. Meskipun pada kenyataannya sering Perawatan Paliatif
dibutuhkan dalam implementasi kebijakan tersebut.
Apalagi kebijakan untuk paliatif care telah dicanangkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 604/MENKES/SK/IX/1989, dan

1
telah lebih jelas lagi dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 812/MenKes/SK/VII/2007 dengan
penjelasannya yang terdapat di dalam lapiran surat keputusan tersebut.
Tata kerja organisasi perawatan paliatif ini bersifat koodinatif dan
melibatkan semua unsur terkait dengan mengedepankan tim kerja yang
kuat, membentuk jaringan yang luas, inovasi tinggi, serta layanan
sepenuh hati.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah
perkembangan keperawatan paliatif dan trend keperawatan saat ini
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan paliatif .
2. Untuk mengetahui trend keperawatan saat ini

1.3 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari makalah ini adalah menambah
wawasan tentang sejarah perkembangan keperawatan paliatif dan trend
keperawatan saat ini.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005
bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat


aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.

2.2 Tujuan Paliatif Care

Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang


umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan


penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga
keluarganya.

3
2.3 Prinsip – prinsip dalam perawatan paliatif care

Menurut dr. Maria A. Witjaksono, prinsip-prinsip perawatan paliatif


adalah sebagai berikut:

a. Menghargai setiap kehidupan.


b. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
c. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
d. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
e. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
f. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan Keluarga.
g. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
h. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif
sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.
i. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Perkembangan Kepeawatan Paliatif

Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan


rumah sakit pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan
hospice yang memberikan perawatan untuk orang sakit dan sekarat di
London dan Irlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif
telah menjadi suatu pergerakan yang besar, yang mempengaruhi banyak
penduduk. Pergerakan ini dimulai sebagai sebuah gerakan yang
dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah berkembang
menjadi bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun
1960-an. Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini
dimana sangat memiliki peran penting dalam menarik perhatian pasien
pada akhir kehidupannya saat mengidap penyakit ganas stadium lanjut.
Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek kegiatan ditahun
1970 dan datang untuk menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang membatasi hidup,
disampaikan oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang.
Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah
kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua puluh layanan yang
terkait dengan palliative care tersedia di seluruh negeri. Tiga belas
organisasi yang dibangun di Singapura untuk menyediakan palliative
care. Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum sekolah
kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan
rumah sakit umum untuk memperkenalkan suatu palliative care pada

5
tahun 1998 di Malaysia. Palliative care dimasukkan ke dalam rencana
kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative care termasuk dalam
kurikulum sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program
pendidikan palliative care telah diterapkan untuk asisten keperawatan di
Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan palliative care ini sudah
tersebar di seluruh negeri dan mulai tahun 2005 palliative care diakui
sebagai spesialisasi medis di Australia.
Tanggal 6 Oktober seluruh masyarakat dunia memperingati World
Hospice Palliative Care Day, Hari Perawatan Hospice dan Paliatif
Sedunia. Mungkin peringatan ini tidak banyak yang tahu karena
memang peringatannya tidak seheboh peringatan Hari AIDS Sedunia
atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Walaupun demikian, tidak
mengecilkan arti dari perjuangan mereka yang bergelut dalam bidang
perawatan paliatif.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang
secara medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan
pada semua stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-
penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan
berbagai kelainan yang bersifatkronis.
Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19
Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).
Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat
Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan
meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care,
dan respite care.
Dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif baru ada di 6
ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
JawaTimur, Bali dan Sulawesi Selatan.

6
Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah
seperti RS Hasan Sadikin Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr
Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr Wahidin Sudirohusodo
Makasardan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Betapa pentingnya perawatan paliatif untuk pasien pasien yang telah
memasuki fase terminal dari penyakit yang diderita. Menteri kesehatan
sampai perlu menerbitkan sebuah Kepmenker No.
812/Menkes/SK/VII/2007 yang isinya agar setiap rumah sakit
menyediakan perawatan paliatif di masing masing rumah sakit untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang paripurna tidak hanya yang dilakukan di
rumah sakit, tetapi juga meliputi perawatan pra-rumah sakit, selama di
rumah sakit, dan purna rumah sakit. Tujuannya mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, yang tujuan utamanya
mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal
selama mungkin.
Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak
ada harapan lagi, bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang
dikenal pasien stadium terminal (PST), tentunya dibutuhkan pelayanan
yang spesial. Di sinilah perawatan paliatif menjadi aspek penting pada
pengobatan, khususnya bidang geriatri (masalah kesehatan pada lansia).
Lebih lanjut perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam
jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui
identifikasi awal dan penilaian serta terapi dan masalah lain-fisik,
psikososial, dan spiritual. “Dalam perawatan paliatif ini membutuhkan
tim multidisiplin,” kata dokter dari Subbagian Geriatri, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam, FK UGM/SMF Geriatri RSUP Dr. Sardjito tersebut.
Melihat pentingnya peran perawatan paliatif ini, Probosuseno berharap
agar setiap rumah sakit (misalnya tipe B) memiliki semacam instalasi

7
perawatan paliatif dan dipakai sebagai salah satu syarat penilaian
akreditasi rumah sakit. Sementara itu, di lingkungan fakultas
kedokteran, akper, sekolah tinggi keperawatan, SMK kesehatan,
psikologi, gizi, dan farmasi juga diberikan materi terkait dengan
perawatan paliatif. Dengan demikian, para calon civitas hospitalia
mendapatkan paparan dini tentang perawatan paliatif tersebut.
Senada dengan itu, dr. Ali Agus Fauzi, PGD Pall Med dari Pusat
Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo-FK Unair
Surabaya menjelaskan perawatan paliatif tidak saja untuk
menyembuhkan penyakit. Selain penderita, yang ditangani juga pihak
keluarga. Beberapa tempat yang memungkinkan untuk dilakukan
perawatan paliatif adalah rumah sakit, puskesmas, rumah singgah
(panti/hospis), dan rumah pasien.
Aplikasi perawatan paliatif di RSU Dr Soetomo meliputi perawatan
paliatif rawat jalan (poliklinik), rawat inap, rawat rumah (home care),
day care, dan respite care. Tata kerja organisasi perawatan paliatif ini
bersifat koodinatif dan melibatkan semua unsur terkait dengan
mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan yang luas,
berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati.
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM, Christantie
Effendy, S.Kp., M.Kes.pada kesempatan tersebut mengangkat
persoalan dan kebutuhan pasien kanker di Indonesia dan Belanda.
Menurut Christantie, meskipun Indonesia dan Belanda sangat berbeda,
pasien kanker pada kedua kelompok ini memiliki masalah fisik yang
nyaris sama, dengan kelelahan dan nyeri di urutan atas.
Dari semua masalah yang dialami pasien, unmeet needs (kebutuhan
yang tidak terpenuhi) di Indonesia lebih tinggi daripada di Belanda.
Untuk prevalensi masalah pskikososial dan sosial di Indonesia lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok penelitian di Belanda.
Perbedaan dalam budaya dan juga sistem kesehatan mungkin telah
berkontribusi terhadap kondisi ini.

8
3.2 Trend Penerapan Hospice care pada Penyakit Kanker
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang kesehatan telah menjadikan penyakit kanker tidak lagi
merupakan penyakit fatal dan terlambat diobati namun telah menjadi
penyakit kronis yang memiliki potensi untuk mengubah pola kehidupan
para pengidapnya. Dengan perkembangan ini terjadi penurunan angka
kematian yang merupakan hasil dari keberhasilan terapi kanker
sehingga dapat memperpanjang hidup klien.
Namun demikian, keefektifan terapi ini hanya diukur dari hasil
keluaran secara fisik seperti sembuh dari penyakit, kematian, angka
kesakitan, dan angka kekambuhan. Oleh karena itu, pada dua dekade
terakhir, tim kesehatan telah menyadari bahwa keberhasilan terapi harus
dinilai juga dari pengalaman klien baik secara kualitatif maupun
kuantitatif (King, et al, 1997).
Penurunan angka kematian akibat penyakit kanker dan sifat kronik
dari penyakit ini telah menimbulkan kecenderungan banyak klien tidak
dirawat di rumahsakit melainkan pada pelayanan hospis atau home
care. Perawatan hospis dan home care diberikan oleh tim multi disiplin
kesehatan dimana seorang perawat menjadi koordinatornya.
Para klien pengidap kanker yang dirawat di hospis atau home care
masih tetap menjadi populasi berresiko dimana kebutuhan akan
kesehatannya memerlukan perhatian jangka panjang (Ferrel & Dow,
1997). Ironisnya, tidak banyak yang perduli dengan tingkat kualitas
hidup mereka yang menghabiskan sisa hidupnya di hospis atau home
care ini (Stetz, 1998).
Pada penderita kanker yang tidak mungkin tersembuhkan lagi,
perawatan paliatif pada dasarnya adalah upaya untuk mempersiapkan
awal kehidupan baru (akhirat) yang berkualitas. Tidak ada bedanya
dengan perawatan kandungan yang dilakukan seorang calon ibu, yang
sejak awal kehamilannya rutin memeriksakan diri untuk memastikan

9
kesehatannya dan tumbuh kembang calon bayinya, agar dapat melewati
proses kelahiran dengan sehat dan selamat, selanjutnya dalam
kehidupan barunya sebagai manusia sibayi dapat tumbuh menjadi
manusia yang sehat dan berkualitas.
Sedang bagi penderita kanker stadium dini, perawatan paliatif
merupakan pendamping pengobatan medis. Meningkatnya kualitas
kehidupan pasien karena perawatan paliatif diharapkan akan membantu
proses penyembuhan kanker secara keseluruhan.
Kualitas hidup merupakan masalah yang penting dalam pengalaman
para pengidap penyakit kanker yang telah berhasil mengendalikan
penyakitnya dan memperpanjang masa hidup yang harus dilaluinya
(Ersek, Ferrel, Dow, &Melancon, 1997).Masalah kualitas hidup bagi
klien dengan penyakit kanker meliputi efek fisiologis, masalah keluarga
dan sosial, pekerjaan atau aktifitas harian serta distres spiritual (Dow,
Ferrel, Haberman, & Eaton, 1999).
Kualitas hidup juga dilihat dari berbagai aspek dalam tujuh
kategoriya itu gejala fisik seperti gejala, dan nyeri; kemampuan
fungsional seperti aktifitas; kesejahteraan keluarga; kesejahteraan
emosi; kepuasan akan terapi meliputi masalah finansial; seksualitas dan
keintiman termasuk citra tubuh; dan fungsisosial (Cella, 1998).
Di Indonesia, perawatan di hospis atau home care merupakan hal
yang baru bagi klien pengidap kanker. Di Jakarta khususnya, pelayanan
hospis telah diberikan pada klien pengidap kanker yang sedang
menghadapi fase terminal namun masih menjadi suatu pengalaman
yang jauh dari harapan klien itu sendiri. Hal ini terlihat pada kenyataan
dimana klien mengeluh minimnya upaya untuk memenuhi harapan
mereka.
Klien pengidap kanker pada umumnya menaruh harapan yang tinggi
terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya dan akan memberikan
dampak positif terhadap penyakitnya. Namun, ditemukan jumlah klien
yang menaruh harapan tinggi sama besarnya dengan jumlah klien yang

10
menyatakan memiliki harapan yang rendah terhadap pelayanan yang
diterimanya. Hal ini menunjukan bahwa kondisi penyakit yang diidap
klien tidak memiliki kepastian akan hasil pelayanan yang diterimanya.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil riset temuan John (2001)
yang menjelaskan klien penerima terapi radiologik yang bersifat kuratif
memiliki harapan tinggi terhadap dampak pelayanan yang diterimanya.
Ini menunjukan klien yang mengatakan keberadaan keluarga sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidupnya memiliki harapan terhadap
pelayanan yang tinggi, sedikit lebih rendah dari pada klien yang
memiliki harapan pelayanan yang rendah (49%:51%). Hasil ini
menunjukan harapan pelayanan tidak dapat mempertimbangkan
keberadaan keluarga sebagai aspek yang mempengaruhi harapan
terhadap pelayanan.
Ada sebuah data yang menyampaikan kesimpulan dari penelitianya
mengenai kualiatas hidup pasien kanker dengan perawatan hospice care
menunjukan bahwa persentase kapasitas fungsional responden baik
secara fisiologis, psikologis, sosial, maupun spiritual masih rendah
yaitu dibawah 50%.
Dukungan dan keberadaan keluarga memegang peranan penting dan
sangat diperlukan oleh seseorang pengidap kanker dalam menjalani
sisa-sisa hidupnya. Klien pengidap kanker menyatakan harapan yang
tinggi terhadap pelayanan kesehatan sama besarnya dengan yang
menyatakan harapan yang rendah. Harapan klien terhadap model
asuhan dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien pengidap
kanker adalah hospis home care.

3.3 Trend Keperawatan Saat Ini


Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat
ini dan kejadiaannya berdasarkan fakta atau sudah ada buktinya.
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun
belum jelas fakta atau buktinya.

11
Trend dan Issue Keperawatan secara umum, yaitu :
1. Trend
a) Trend dalam pendidikan keperawatan.
b) Trend praktik keperawatan.
c) Trend dalam keperawatan sebagai profesi.
d) Trend meningkatnya pengaruh politik keperawatan.
2. Issue
Berfokus pada pemberian perawatan kesehatan.
a) Perpindahan pelayanan kesehatan, seperti adanya rawat jalan.
b) Tuntutan klien.

Bentuk-Bentuk Trend Keperawatan Masa Kini

1. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di


Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia
terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:

a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak


Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan
keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan
tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari
teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis,
mengembangkan model pendidikan keperawatan

12
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden
1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi
intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep
perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh
ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit
di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal
ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan
teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana
prasarana yang masih belum memadai.
Definisi lain dari telenursing :

 Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak


jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi
dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan
keperawatan kepada klien. Yang menggunakan
saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio
dan optik) dalam menstransmisikan signal
komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di
definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,
menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar
manusia dan atau komputer.

 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak


jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi
dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam
bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara
fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan
aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti

13
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.

 Telenursing is defined as the practice of nursing


over distance using telecommunications technology
(National Council of State Boards of Nursing).

 Telenursing diartikan sebagai pemakaian


telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat
ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas
kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine
atau telehealth)

2. Trend Current issue dan kecenderungan dalam


keperawatan jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap
penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan
jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa
tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut :
• Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
• Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
• Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
• Kecenderungan situasi di era global
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

14
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Meningkatnya masalah psikososial
• Trend bunuh diri pada anak
Masalah AIDS dan NAPZA
Pattern of parenting
• Perspektif life span history
• Kekerasan
• Masalah ekonomi dan kemiskinan

3. Trend keperawatan komunitas


Tren yang sedang dibicarakan adalah:

a. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional


Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas.
Walaupun secara individu ada beberapa nama seperti
F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai
bidang nampaknya perawat kurang di hargai sebagai
kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada
perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi atau meyakinkan seseorang untuk memihak
pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan
dari pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan
(Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena
mayoritas perawat adalah wanita dan poolitik merupakan
dominasi laki-laki (Marson,1990) . Keterlibatan perawat
dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar
dalam kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan

15
tempat perawtan professional. Organisasi keperawatan
mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing
Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam
kurikulum keperawatan, sosialisasi dini, berpartisipasi
dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik
klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan.

b. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan


Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating
cenderung semakin berkembang dan dibutuhkan dalam
system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat
kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi
sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan.
Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada peran
yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan
masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar
dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan,
dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat

1) Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara


cepat (population) dan perubahan dalam gambaran
penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi
usia, penyebarannya, dan kepadatan penduduk kota
besar.
Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi
penyakit yaitu perubahan penyakit menular ke penyakit
degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,

16
depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan
kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini
marak adalah penyalahgunaan narkotika.
2) Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi
social. Perkembangan industrialisasi serta perubahan
kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-
perubahan sikap, niali, gaya hidup, kondisi lingkungan,
kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu,
dan masyarakat.
3) Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai
pelayanan kesehatan akan meningkatkan juga harapan
mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatanpola pelayanan kesehatan yang baru akan
meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang
pada tahun 2000.
4) Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan
tanggung jawab atau wewenang pada perawat.
5) Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan
kesehatan masyarakat. Banyak pelayanan yang akan
dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan
pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

4. Trend dan Issue Keperawatann Maternitas


Inisisasi Menyusui Dini, yaitu proses bayi menyusui segera
segera setelah dilahirkan, dimana bayinya dibiarkan mencari
putting susu ibunya sendiri.
Kangaroo mother care dikenal sebagai metode kangaroo atau
perawatan bayi lekat. Metode ini terus berkembang dan
mengalami modifikasi yang pada prinsipnya terdiri dari 4

17
komponen, yaitu kangaroo position, kangaroo nutrition,
kangaroo support, dan kangaroo discharge.
Water birth adalah proses dan melahirkan dalam air sama
dengan melahirkan normal, hanya tempatnya yang berbeda.
dilakukan didalam sebuah kolam yang terbuat dari plastik atau
bath tube dan fasilitas pendukung lainnya adalah pompa air agar
air tetap bersikulasi, pengatur suhu serta termometer
Stimulasi janin sejak dini adalah stimulasi dini adalah
rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan
untuk merangsang semua sistem indra
(pendengaran,penglihatan,perabaan, pembauan dan pengecapan)

5. Trend dan Issue Keperawatan Anak


Reaksi Hosptalisasi, yaitu proses yang mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit, yang diannggap pengalaman yang
mengancam dan stressor. Reaksi biasanya anak menjadi stress
dan ada rasa takut akan perpisahan, penyakitnya dan kehilagan
interaksi sosial.
Senam otak merupakan suatu program dengan melakukan
gerakan tertentu untuk meningkatkan stabilitas, mobilitas dan
koordinasi sensor motorik. Pengulangan dari kegiatan ini
dinyatakan dapat meningkatkan fleksibilitas, kemampuan
tangan-mata dan membuat otak memiliki penyimpanan yang
lebih optimal dan penyampaian informasi.

3.4 Faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis


1. Faktor agama dan adat istiadat
2. Faktor sosial.
3. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi

18
4. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
5. Faktor dana/keuangan
6. Faktor pekerjaan
7. Faktor Kode etik keperawatan
8. Faktor Hak-hak pasien

3.5 Peran Perawat Terhadap Trend Issue


Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat
melakukan perannya sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver)
dengan lebih baik. Pemberian asuhan keperawatan akan lebih baik
dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi.
Dengan adanya telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat.
Dengan demikian Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan
dengan asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional dan
mengedepankan perkembangan teknologi kesehatandalam memberi
pelayanan kesehtan. Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi,
asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan hasil yang lebih baik.
Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan
tim kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing
sehingga pelayanan kepada pasien lebih meningkat.
.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan


rumah sakit pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan
hospice yang memberikan perawatan untuk orang sakit dan sekarat di
London dan Irlandia.

Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun


1960-an. Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini
dimana sangat memiliki peran penting dalam menerik perhatian pasien
pada akhir kehidupannya saat mengidap penyakit ganas stadium lanjut

Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19


Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).

Di Indonesia, perawatan di hospice atau home care merupakan hal


yang baru bagi klien pengidap kanker. Apalagi kebijakan untuk paliatif
care telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
604/MENKES/SK/IX/1989, dan telah lebih jelas lagi dengan terbitnya
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
812/MenKes/SK/VII/2007 dengan penjelasannya yang terdapat di
dalam lapiran surat keputusan tersebut

20
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi
aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada
penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan
informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan
secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan
dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia
pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak Negara.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.

Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi


kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan
dan pasien dan keluarga-keluarga merek Telenursing saat ini semakin
berkembang pesat di banyak Negara. Tren paraktik keperawatan
meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan
keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan
keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik

4.2 Saran

Kepada para pembaca makalah, penulis menyarankan agar dapat


mengambil manfaat dari penulisan ini sehingga menambah referensi
pegetahuan tentang perawatan paliatif di Indonesia dan trend
keperawatan saat ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://ekanovriadytanjung.blogspot.co.id/2013/04/tren-dan-isu-keperawatan-
komunitas.html

https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/04/tren-dan-issue-legal-
dalam-keperawatan-profesional/

http://ugm.ac.id/new/id/berita/2936-mengembangkan-perawatan-paliatif-di-
indonesia.xhtml

http://ukhtihuda.blogspot.co.id/2012/07/konsep-dasar-keperawatan-
palliatif.html

22

Anda mungkin juga menyukai