Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS WANITA

OLEH:
- NUR FIQRY ARDINAR - NURMUTMAINNA
- ATI - HASI
- NUR AMALIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN INSTITUT
KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di
dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker
lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia
menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker
payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara
merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat
kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan
penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).

Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara
mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan
penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat
kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu
gangguanpayudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimna
penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis
khusus.

Menurut World Health Organization (WHO), 8-9 % perempuan akan mengalami


cancer mammae. Setiap tahun, lebih dari 250.000 kasus cancer mammae
terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat, sedangkan pada
tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta perempuan terdiagnosis cancer mammae dan lebih
dari 700.000 meninggal karena cancer mammae. (Mulyani & Nuryani, 2013).

Berdasarkan data dari Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat


Dr.Mohammad Hoesin Palembang, jumlah pasien cancer mammae tahun 2011
sebanyak 872. Kemudian meningkat 14,7 % menjadi 1000 orang. Kemudian pada
tahun 2012 menurun 16,4 % menjadi 846 orang. Cancer mammae di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Moehammad Hoesin Palembang menduduki peringkat pertama
setelah kanker serviks. (RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang, 2014).

Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia
50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.

Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta
populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).

Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara


stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda
dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam
stadium dini.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
Tinjauan Teori

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1) Definisi
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi
sosial,perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya
yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (menurut CHN).
Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat
(PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan
sebagai institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.

2) Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi,
sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki
ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita
salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga
tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif
dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu
lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan
perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit
akibat kesulitan air bersih.

Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya
sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan
saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga,
dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.

3) Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas
terdiri dari tiga tingkat yaitu
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai
masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik,
Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan
pemecahan masalah kesehatan individu
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh
mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan
kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga


rawan yaitu :

a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu
hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang
Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates
BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan
bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.

4) Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan


kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif.

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.

Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan


terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan
rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan
kehamilan, nifas dan menyusui.

Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan
rang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil
dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi
baru lahir.

Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain
sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita
AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

B. Usia Dewasa sebagai Kelompok Resiko

Masa dewasa awal dan tengah adalah periode yang penuh tantangan,
penghargaan dan krisis. Tantangan ini meliputi tuntunan kerja dan membentuk
keluarga, meskipun orang dewasa juga dapat diberi penghargaan karena
kesuksesan karier mereka dan kehidupan pribadi mereka. Orang dewasa juga
menghadapi krisis seperti merawat orang tua mereka yang telah lanjut usia.
Kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan berubah lingkungan ekonomi dan
menghadapi kebutuhan perkembangan mereka sendiri seperti juga kebutuhan
anggota keluarga mereka.
Peran orang dewasa (usia produktif) di masyarakat menjadi sangat urgent
sesuai dengan tugas perkembangan yang menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengaruh yang besar pada taraf kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya. Jumlah
yang mendominasi di masyarakat juga menjadi sebuah alas an yang tepat untuk
menjadikan kelompok khusus usia produktif mendapatkan perhatian lebih dalam
asuhan keperawatan di komunitas.

C. Pengertian Wanita Dewasa

1. Pengertian Wanita
Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan
dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu.
Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun
disebut juga dengan anak gadis.

2. Pengertian Dewasa
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock,
Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa
remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun
sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal
ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik,
transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa
dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa
awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati.
Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Dewasa awal
merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungansecara
intim dengan lawan jemisya. Hurlock (1986) mengemukakan beberapa karakteristik
dewasa awal dan pada salah satu initinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan
suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperolehnya.

3. Ciri-ciri Umum Masa Dewasa Awal


Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah
kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri masa dewasa awal tidak jauh
berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock :

1) Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif.

Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan
membentuk rumah tangga. Pada masa ini khususnya wanita, sebelum usia 30
tahun, merupakan masa reproduksi, dimana seorang wanita siap menerima
tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat reproduksi manusia
telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk melakukan reproduksi.

2) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.

Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan, sehingga


seseorang harus melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri maupun
lingkungannya. Demikian pula pada masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak
melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran sebagai
orang tua dan sebagai warga negara yang sudah dianggap dewasa secara hukum.

3) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional.

Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau


kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada
umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi pada suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan
yang dialami dalam penyelesaian persoalan.

4) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai.

Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua, lembaga


pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena mereka
memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. Sedangkan masa
perubahan nilai masa dewasa awalterjadi karena beberapa alasan seperti ingin
diterima pada kelompok orang dewasa,kelompok-kelompok sosial dan ekonomi
orang dewasa.

4. Pengertian Wanita Dewasa

Secara etimologis (istilah) fiqih seorang wanita dianggap dewasa apabila sudah
memasuki masa haid, biasanya saat usia 13 – 14 tahun. Setelah memasuki masa
inilah berlaku kewajiban dan larangan agama seperti kewajiban salat lima waktu dan
larangan bergaul dengan pria yang bukan muhrim.
Menurut hukum negara, wanita baru dianggap dewasa saat berusia 17 tahun
saat di mana dia mulai memiliki hak dan kewajiban sebagai warga negara penuh
seperti hak untuk mengenyam pendidikan, berpartisipasi dalam pemilu, hak untuk
menikah, memiliki KTP atau SIM serta kewajiban untuk menaati peraturan
pemerintah yang berlaku. Dewasa dalam pengertian di atas adalah definisi dewasa
yang formal yang terkait dengan hukum tertentu baik hukum islam maupun hukum
negara.

Sedangkan dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi,


adalah sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik
yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh pancaindra. Akan tetapi
pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal yang berbeda.

D. Perkembangan pada Usia Dewasa

Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai


berikut.
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau mendalam/
meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip sitematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan berurutan dan tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip
berkesinambungan).

Memerhatikan kompleksitas dari sifat perkembangan perilaku dan pribadi


individu itu maka untuk keperluan studi yang saksama, para ahli telah mencoba
mengembangkan model pentahapan (stages) mengenai proses perkembangan
tersebut sehingga memungkinkan pilihan fokus observasi pada aspek atau fase
tertentu, baik secara longitudinal maupun cross sectional. Beberapa contoh model
tersebut antara lain dikembangka oleh beberapa ahli sebagai berikut ini.

1. Aristoteles (384-233 SM)

Ia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam tiga


tahapan berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.

No Nama Tahapan Waktu Indikator


1 Masa kanak-kanak 0,0-7,0 Pergantian Gigi
2 Masa Anak Sekolah 7,0-14,0 Gejala pubertas
3 Masa remaja 14,0-21,0 Ciri-ciri primer dan sekunder

2. Hurlock (1952)

Ia membagi fase-fase perkembangan inndividu secara lengkap secara berikut ini.


No Nama Tahapan Waktu Indikator
1 Prenatal Conception-280 Days Perubahan-perubahan psikofisis
2 Infancy 0-10 to 144 days
3 Babyhood 2 weeks-2 years
4 Childhood 2 years- adolescence
5 Adolescence 13-21 years (girls) 14-21 years (boys)
6 Adulthood 21-25 years
7 Middle age 25-30 years
8 Old Age 30 years-death
3. Piaget (1961)

Dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Piaget


mengembangkan model pentahapan perkembangan individu sebagai berikut ini.
No Tahapan Waktu
1 Sensorimotor 0-2 years
2 Preoperational 2-7 years
a. Preconceptual 2-4 years
b. Intutive 4-7 years
3 Concrete operations 7-11 years
4 Formal operations 11.15 years

4. Witherington (1952)

Ia mengobservasi penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras


dengan jenjang praktik pendidikan, ia membagi tahapan perkembangan yang
lamanya masing-masing tiga tahun sampai menjelang dewasa.
No Tahapan Indikator
1. 0,0-3,0 Perkembangan fisik yang pesat
2 3,0-6,0 Perkembangan mental yang pesat
3 6,0-9,0 Perkembangan sosial yang pesat
4 9,0-12,0 Perkembangan sikap individualistis

5.Penjelasan Teori Hurlock


Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan
oleh Harvey A.Tilker ,PhD dalam developmental Psycology to day (1975) dan
Elizabeth B.Hurlock dalam Developmental psycology(1980) tampak sudah lengkap
mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia
yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian
periodisasinya.Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B.Hurlock.

-Periode prakelahiran (prenatal period),ialah saat dari pembuahan hingga


kelahiran.Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel
tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemempuan otak dan
perilaku,yang dihasilkan kira-kira dalam periode 9 bulan.

-Masa bayi (infacy),ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran


hingga 18 atau 24 bulan.Masa bayi adalah masa yang sangat tergantung pada
orang pada orang dewasa.Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai
permulaan seperti bahasa,pemikiran, simbolis,koordinasi, sensorimotor,dan belajar
sosial.
– Masa awal anak-anak (early chidhood), yaitu periode pekembangan
yangmerentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode
inibiasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil
belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri,
mengembangkanketerampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan
teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara
umum mengakhiri masa awal anak-anak.
– Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood), ialah periode
perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas tahun, yang
kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut
dengan tahun-tahun sekolah dasar. Keterampilan- keterampilan fundamental seperti
membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan
dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih
sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

– Masa remaja (adolescence), ialah suatu periode transisi dari masa awal anak-
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.

– Masa awal dewasa (early adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula
pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir
pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak anak.

– Masa pertengahan dewasa (middle adulthood), ialah periode perkembangan yang


bermula pada usia kira-kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam
puluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab
pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang
berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam
berkarir.

– Masa akhir dewasa (late adulthood), ialah periode perkembangan yang bermula
pada usia enam puluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini
adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap
kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial
baru.

6. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-40)


 Memilih pasangan.
 Belajar hidup dengan pasangan.
 Memulai suatu kehidupan berkeluarga.
 Memelihara anak.
 Mengelola rumah tangga.
 Memulai bekerja.
 Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
 Menemukan suatu kelompok yang serasi.

E. Konsep Kanker Payudara


1. Anatomi Payudara

Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya air dan dara
yang artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara disebut glandhula
mammae. Salah satu fungsi payudara adalah untuk menyusui. (Suryaningsih &
Sukaca, 2009).
Kelenjar mama atau payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi
perempuan yang mengeluarkan air susu. Payudara terletak di dalam fasia
superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira
iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau iga ketujuh. Berat dan ukuran
payudara berlain-lainan, pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar
selama hamil dan sesudah melahirkan, dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas
kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah yang
berwarna cokelat yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar
sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting
tetap lemas. Puting berlubang-lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari
kelenjar susu.
Payudara terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar, tersusun atas
lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap
lobulus terdiri atas sekelompok aleolus yang bermuara ke dalam duktus laktiferus
(saluaran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya untuk membentuk
saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-
saluran ini mendekat puting, membesar untuk membentuk wadah penampungan air
susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian saluran itu menyempit lagi dan
menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan payudara, dan
juga di antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai. Saluran limfe mulai sebagai
pleksus halus dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk
saluran lebih besar, yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu
kelenjar mammae bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan darah
diambil dari cabang arteria aksilaris, interkostalis, dan mama interna, dan pelayanan
persarafan dari saraf-saraf kutan dada. (Pearce, 2011).

2. Fisiologi Payudara
Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada minggu keenam belas.
Sesudah bayi lahir, dari payudara akan keluar sekret yang berupa cairan bening
yang disebut kolostrum yang kaya protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama;
kemudian air susu mengalir lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam
merangsang pembentukan air susu. (Pearce, 2011).

3. Definisi Cancer mammae


Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam
susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca
2013).
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara. (Romauli & indari,
2013).
Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran
perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan
oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk
mempertahankan fungsi payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap
pengaturan pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut cancer
mammae. (Satmoko, 2012).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer mammae adalah
suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada payudara,
sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.

4. Faktor Resiko Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009) terdapat
beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya cancer mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar dibanding pria.
Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang terkena cancer mammae
dibandingkan pria.
2. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen Replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko cancer
mammae pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan yang menggunakan obat ini
untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa
menghindari adanya penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih
aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan
beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae dibandingkan dengan
perempuan yang berat badannya normal.
4. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani terapi radiasi
di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena cancer mammae.
Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk
terkena cancer mammae di kemudian hari.
5. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu payudaranya
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada
payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat risikonyo
bisa tiga sampai empat
kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti yang
terkena cancer mammae dan semakin mudah ada anggota keluarga yang terkena
kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut menurun.
7. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun) atau
yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia 55 tahun
mempunyai risiko terkena cancer mammae yang sedikit lebih tinggi. Mereka yang
mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga lebih banyak hormon estrogen
dan progesteron.
8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50tahun ke
atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan banyak mengandung
lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak banyak mengandung
lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudarayang dikenal
sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan memiliki
peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas
fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan
dengan penurunan 20 persen resiko cancer mammae. Namun, pengurangan risiko
terbesar adalah pada perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas
fisikk tidak ditemukan pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik
dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga menurunkan
risiko cancer mammae dan berbagai macam penyakit.
12. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena cancer
mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih
keras sehingga sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh dan jumlahnya
akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer mammae, apalagi
bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap cancer mammae.

5. Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat
tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut
antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah,
cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran) luas, maka
tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan .
2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3) Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk yang sulit
untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru- paru dengan dinding dada
sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam bernafas.
4) Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5) Fungsi hati abnormal.

6. Jenis Cancer mammae

Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009);Santoso (2009)


menjelaskan bahwa terdapat beberapa jeniscancer mammae yang sering terjadi :

1. Ductul Carcinoma In Situ (DCIS)


DCIS merupakan tipe cancer mammae noninvasif yang sering terjadi. DCIS
terdeteksi pada mamogram sebagai microcalsifications (tumpukan kalsium dalam
jumlah kecil). DCIS muncul dari ductal epithelium dan masuk ke duktus.
2. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS merupakan kanker yang tidak menyebar. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah
sel terlihat jelas dan berada di dalam kelenjar susu (lobulus).
3. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)
IDC terjadi di dalam saluran susu payudara lalu menjebol dinding saluran dan
menyerang jaringan lemak payudara. Bila dipalpasi akan terasa benjolan yang
keras. Biasanya terjadi metastasis ke nodus lympha aksila.
4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)
ILC mulai terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi sering mengalami
metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang lain.

Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :


a. Medullary Carcinoma
Medullary carcinoma ialah jenis cancer mammae inasif yang membentuk satu batas
yang tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan normal.
b. Mucinous Carcinoma
Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki mukus (lendir) dan
biasanya mucul bersama tipe kanker lainnya. Pertumbuhannya lambat, namun lama-
lama dapat meluas.
c. Tubular Carcinoma
Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae invasif.
d. Inflammatory Breast Cancer (IBC)
Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat meradang (merah
dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal yang disebabkan oleh sel kanker
yang menyumbat pembuluh limfe kulit pembungkus payudara. Pertumbuhannya
cepat.
e. Paget’s Disease of The Nipple
Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang berawal dari saluran
susu, lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala yang tampak seperti kulit
payudara akan pecah-pecah, memerah, timbul borok, dan mengeluarkan cairan.
f. Phylloides Tumor
Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun ganas dan
berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat ditangani dengan
operasi pengangkatan.

7. Stadium Cancer mammae

Stadium Keterangan
0 Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS (ductal carcinoma

in situ) dan LCIS (lobular carcinoma insitu).


I Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak menyerang

kelenjar getah bening.


II Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah

bening.
III Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan benjolan sudah

menonjol ke permukaan kulit, pecah, berdarah, dan bernanah.


IV Sel kanker sudah bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti paru-

paru, hati, tulang, atau otak.

Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :


• Stadium 0

Disebut Ductal Carcinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitu kanker yang tidak
menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara dan kelenjar kelenjar
(lobulus)susu pada payudara.

• Stadium 1
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh
getah bening.
• Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-
titik saluran getah bening di ketiak.
• Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm, telah menyebar
pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan diameter tumor lebih lebar dari 5
cm tapi belum menyebar.
• Stadium IIIA
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titik- titik di pembuluh
getah bening ketiak.
• Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara dapat didiagnosis sebagai infalammatory breast cancer.
Dapat juga sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening di ketiak dan lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ
tubuh.
• Stadium IIIC
Seperti stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
dalam group N3.
• Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasi yang jauh,
seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

8. Program Deteksi Cancer mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat
beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) :
Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang
sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa
lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan
sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu
bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan
(tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1
cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
2. Thermografi Payudara
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang menggambarkan
payudara sebagai langkah deteksi dini cancer mammae. Prosesnya akan
menghasilkan peningkatan suhu di dalam payudara.
Thermografi payudara dapat dilakukan dengan :
a. Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared cameras),
b. Komputer.
Cara penggunaan :
a. Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari pinggang ke atas.
b. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan di belakang
kepala.

Hasil dengan thermografi payudara :


a. Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda penting adanya resiko tinggi
terjadinya cancer mammae.
b. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan thermografi berikutnya
menandakan risiko terkena cancer mammae di masa mendatang 22 kali lipat lebih
tinggi.
c. Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut menjalani perawatan
kesehatan payudara, maka tingkat bertahan hidupnya naik sekitar 61 %.

3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X
berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram.
Cara menggunakan mammogram :
Tahap 1
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas dan diganti pakaian
rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.
c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan meletakkannya di atas
penjepit lembar film dari plastik atau metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film dan kotak plastik yang
disebut paddle, yang menekan payudara dari atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.
Tahap 2
a. Berposisi di samping mesin mamografi.
b. Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis dengan posisi luar payudara,
sedangkan sudutnya menyentuh ketiak.
c. Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali paddle beberapa detik saat
sinar x dipancarkan. Prosedur ini akan diulang pada payudara satunya.
d. Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing payudara.
4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi.
Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan abnormal pada
putting.
Cara melakukan mamografi :
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol untuk membersihkan
sisa cairan yang kering dan menempel pada puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien memegang putting dengan
telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air susu pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui suntikan yang telah
disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g.Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan ke pakaian pasien.

5. Biopsi payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan
payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya sel
cancer mammae yang bersarang.
Cara penggunaan biopsi payudara :
a. Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA)
Alat : menggunakan jarum kecil
Cara : Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung
jarum tersebut, contoh jaringan diambil untuk kemudian diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat : menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar.
Cara : Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai ke benjolan.
c. Open biopsy
Alat : menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara : Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh
benjolan. Jika tidak ada benjolan, jarum atau kabel khusus akan dimasukkan ke
daerah yang dicurigai saat mammogram sebelum pembedahan dilakukan. Gambar
jarum atau kabel tersebut akan membantu menentukan daerah benjolan dan
menentukan lokasi sayatan.

6. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis payudara.
USG sering digunakan untuk memeriksa abnormalitas payudara.
Cara pemeriksaan :
a. Pasien berbaring pada tempat khusus.
b. Olesi payudara dengan gel.
c. Geser transduser pada payudara.
d. Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan jaringan payudara.
e. Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan melewati kista serta
menghasilkan pantulan yang lemah.
f. Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari benda padat tersebut.
Sehingga diterjemahkan komputer menjadi gambar yang diindikasikan sebagai
massa.
g. USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.

9. Pencegahan Cancer Mamm ae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca ,(2009) terdapat
beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu :
a. Strategi Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang
yang sehat untuk menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai resiko.
Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat untuk
mencegah cancer mammae.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
cancer mammae. Pada setiap perempuan yang normal serta memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk cancer mammae. Pencegahan ini dilakukan
dengan melakukan deteksi dini berupa skrining melalui mammografi yang memiliki
akurasi 90% tetapi paparan yang terus-menerus dapat menjadi risiko cancer
mammae.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita cancer
mammae. Dengan penanganan yang tepat dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup.

b. Terapkan pola hidup se hat


1. Menjaga berat badan ideal;
2. Pemberian ASI;
3. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
4. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses;
5. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
6. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak mengandung lemak;
7. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
8. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
9. Mengurangi makanan yang diasap;
10. Metode memasak dengan suhu rendah;
11. Menghentikan konsumai alkohol;
12. Olahraga yang teratur;
13. Hindari merokok;
14. Menghindari stress.

c. Konsumsi makanan pencegah cancer


Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah cancer
mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh hijau, brokoli, kembang kol,
bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut, sayuran, gandum, ikan salmon dan
tuna, yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.

d. Makanan Penderita Cancer Mammae


Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae adalah sayuran
seperti wortel, lobak, pisang raja, belimbimg manis, seledri, kubis, apel, bawang,
susu kedelai, dan tempe.

F. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

A. Data inti komunitas (core inti)


1. Demografi: jumlah kelompok dewasa, golongan umur, pengalaman sebelumnya.
Etnis terdiri dari suku bangsa dan ras.
2. Tipe keluarga: keluarga/ bukan keluarga, kelompok.
3. Status perkawinan: kawin, janda/duda, single.
4. Statistik vital: kelahiran, kematian kelompok usia dewasa dan penyebab kematian.
5. Nilai-nilai keyakinan dan agama: nilai agama dan keyakinan yang dianut oleh
kelompok dewasa berkaitan dengan nilai dan norma yang dianut.

B. Data Subsistem Komunitas


Delapan data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas
meliputi:
1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa, kebersihan lingkungan kualitas air,
pembuangan limbah, kualitas udara, kualitas makanan, akses dan aktifitas kelompok
dewasa dalam pemenuhan kebutuhan. Data dapat dikumpulkan dengan winshield
survey dan observasi.

2. Pelayanan kesehatan dan sosial


Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok dewasa melalui
puskesmas, pengobatan tradisional atau fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan penanggungjawab,
jumlah penghasilan dan pengeluarannya.

4. Transportasi dan keamanan


Dilihat dari jenis transportasi yang digunakan kelompok dewasa untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan adanya rasa aman dan dukungan dari
anggota keluarga untuk kelompok usia dewasa.

5. Politik dan pemerintahan


Pemerintahan: kelompok pelayanan masyarakat seperti PKK, tahlil, kumpulan
bapak-bapak, dll. Terdapat kebijakan yang mendukung optimalnya peran ibu dalam
memberikan ASI. Politik: kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut dan peran
peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan.

6. Komunikasi
a. Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan olehkelompok dewasa
untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan
sosialisasi dari tenaga kesehatan.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/ diskusi yang dilakukan kelompok dewasa dengan tenaga kesehatan,
orang yang berpengalaman dan lingkungan dalam masyarakat dalam
menyelesaikan masalah kelompok dewasa.

7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam
meningkatkan derajat kesehatan.

8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok dewasa.

II. Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
cancer mammae adalah :
a.Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
e. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme ke jaringan

III. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999);
Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada
pasien dengan cancer mammae adalah :
a. Diagnosa
1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).
4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang
Inte rve nsi Ra si onal
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, maupun kualitas.
2. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan music atau menonton TV.
3. Evaluasi keefektifan control nyeri.
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan
intervensi.
2. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa
control.
3. Evaluasi dilakukan setelah mengajarkan teknik pengalihan, sehingga mengetahui
kebutuhan klien.
4. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons individual
berbeda.Saat perubahan penyakit/ pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.

b. Diagnosa
2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan cemas
berkurang.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal.
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Inte rve nsi Ra si onal
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
1. Pasien yang cemas memerlukan teman dan ketenangan dalam mengungkapkan
kecemasannya.
2. Prosedur, dampak dan segala yang berkaitan dengan terapi diberikan. Hal ini
membuat pasien tahu mengenai dampaknya, dan dapat mengambil keputusan yang
tepat.
3. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis.

c. Diagnosa
3 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/
tim kesehatan lainnya.

Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
1. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, dan memberikan dasar pengetahuan
diamana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan hubungannya dengan anatomi fisiologi
dengan cara yang tepat.
2. Informasi akurat dan mendetil dapat membantu menghilangkan ansietas dan
mbmbuat keputusan.
3. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang.
3. Gaya hidup member pengaruh yang penting dalam mencegah komplikasi.

d. Diagnosa
4 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit/
jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu penyembuhan
kulit meningkat.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan baik.
2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjdinya
cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawaatan
alami.
Intervensi Rasional
1. Kaji balutan/ luka untuk karakteristik drainase. Monitor jumlah edema, kemerahan,
dan nyeri pada insisi dan lengan, serta suhu.
2. Tempatkan pada posisi semifowler.
3. Jangan melakuka pengukuran TD, injeksi obat, atau memasukkan IV pada lengan
yang sakit.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tidak sempit/ ketat, perhiasan atau jam
tangan pada tangan yang sakit.
1. Penggunaan balutan tergantung luas pembedahan dan penutupan luka. Drainase
terjadi ketika trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limfatik
pada area tersebut. Pengenalan dini terjadi ketika infeksi dapat memampukan
pengobatan dengan cepat.
2. Membantu drainase cairan melalui gravitasi.
3. Meningkatkan potensial konstriksi , infeksi, dan limfedema pada posisi yang sakit.
4. Menurunkan tekanan pada jaringan yang terkena, yang dapat memperebaiki
sirkulasi/ penyembuhan.

e. Diagnosa
5 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh kembali
efektif.
Kriteria hasil :
1. Gambaran tubuh positif.
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.
Intervensi Rasional
1. Kaji secara verbal dan non- verbal respon klien terhadap tubuhnya.
2. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
3. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
4. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok keci.
1. Dapat menyatakan bagaimana pandangan diri pasien pada perubahan.
2. Dapat menyatakan masalh penyakit sehingga membantu dalam mengambil
keputusan.
3. Kehilangan bagian tubuh, menerima kehilanga hasrat seksual sehingga pasien
membuat rencana untuk masa depan.
4. Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan perasaan dengan orang lain
yang mengalami pengalaman yang sama dan mengidentifikasi cara orang terdekat
dapat memudahkan penyembuhan pasien.

f. Diagnosa
6 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme pada jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi
terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan makanan seiap hari.
2. Ukur tinggi badan, berat badan, dan ketebalan lipatan kulit trisep.
3. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
4. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
5. Kolaborsi denga ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
1. Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi nutrisi.
2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila berat badan
dan hasil antropometrik kurang dari normal.
3. Membuat waktu makan lebih menyenangkan, yang dapat meningkatkan masukan.
4. Sering sebagai distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan member makan pasien dengan sering.
5. Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/ kalori dan defisiensi
mikronutrien.

IV. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah
ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk
menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2013. Angka Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. 2013. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta : Medi Action
Publishing.
Pearce, Evelyne C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu : Nuha Medika.
https://id.wikipedia.org/wiki/Wanita
https://www.fatihsyuhud.net/wanita-dewasa/
Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai