Anda di halaman 1dari 101

Prinsip Dasar Kegawatdaruratan

Ns Fredy Akbar K,S.Kep

"Bagian Keperawatan GADAR

Akademi Keperawatan YPPP Wonomulyo"

PRINSIP DASAR KEGAWATDARURATAN

1. Prinsip Keperawatan Gawat Darurat

Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini
dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.

Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi mata
kuliah Gadar:2005):

a. Gawat darurat

Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan


pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma, trauma
kepala dengan penurunan kesadaran

b. Gawat tidak darurat

Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut

c. Darurat tidak gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa atau
anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.

d. Tidak gawat tidak darurat

Pasien poliklinik yang datang ke UGD

2. Triage Dalam Gawat Darurat

Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang
tidak mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan
prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat kegawatannya.

Pemberian label dalam triage meliputi :

a. Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat

b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat

c. Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan

d. Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).

3. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat Sesuai Aspek Legal

Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari konsekuensi
hukum yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka berikan. Banyak
negara-negara yang telah memberlakukan undang-undang untuk melindungi personal
kesehatan yang menolong korban-korban kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi
diberbagai negara, salah satu diantaranya memberlakukan undang-undang “ Good
Samaritan” yang berfungsi untuk mengidentifikasikan bahasa/ istilah hukum orang-orang
atau situasi yang memberikan kekebalan tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya
ditimbulkan oleh adanya undang-undang yang umum.

Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat pada tempat


kecelakaan biasanya dinilai sebagai perawatan yang diberikan oleh perawatan serupa
lainnya dalam kondisi-kondisi umum yang berlaku. Maka perawatan yang diberikan
tidaklah dianggap sama dengan perawatan yang diberikan diruangan emergensi.
Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus menyadari implikasi
hukum dari perawatan yang diberikan seperti memberikan persetujuan dan tindakan-
tindakan yang mungkin dilakukan dalam membantu kondisi mencari bukti-bukti.

4. Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat

a. Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat

b. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat

c. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat

5. Tindakan – tindakan yang Berhubungan dengan bantuan hidup dasar dan


bantuan hidup lanjut.

Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal ancaman kematian yang
disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan/ventilasi dan
gangguan sirkulais darah dalam tubuh kita.

Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus dilakukan upaya
pertolongan pertama yang termasuk dalambantuan hidup dasar yang meliputi :

a. Pengelolaan jalan nafas (airway)

b. Pengelolaan fungsi pernafasan/ventilasi (breathing management)

c. Pengelolaan gangguan fungsi sirkulasi (circulation management)

Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan lanjutan ataubantuan


hidup lanjut yang meliputi :

d. Penggunaan obat-obatan (drugs)

e. Dilakukan pemeriksaan irama/gelombang jantung (EKG)

f. Penanganan dalam kasus fibrilasi jantung (fibrilasi)

Khusus untuk kasus-kasus kelainan jantung pengetahuan tentang ACLS (Advanced


Cardiac Life Sipport) setelah tindakan ABC dilakukan tindakan D (differential
diagnosis), untuk kasus-kasus ATLS (Advanced Trauma Life Support) setelah ABC
dilanjutkan dengan D (disability) serta E (exposure)

Posted 2 days ago by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Labels: Prinsip Dasar Kegawatdaruratan

Add a comment

1.

Nov

11

KONSEP KEPERAWATAN
KOMUNITAS

Ns Fredy Akbar K,S.Kep

Bagian Keperawatan GADAR

Akademi Keperawatan YPPP Wonomulyo

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. FALSAFAH
Keyakinan terhadap nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan masyarakat baik untuk individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah pekerjaan luhur dan manusiawi yang
ditujukan untuk klien.
2. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwijudnya manusia sehat
khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

3. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima


semua orang.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif.
5. Perawat Kesehatan Masyarakat sebagai provider dan masyarakat sebagai consumer
pelayanan kesehatan , menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijakan dan pelayanan keearah peningkatan status
kesehatan masyarakat
6. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat secara berkesinambungan.
7. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatan.

B. PENGERTIAN
1. WHO (1959)
Lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu
keperawatan,ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya
yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana
hl itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
2. Ruth B Freeman
Suatu lapangan khusus bidang keperawatan dimana teknik keperawatan, ketrampilan
berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada ketrampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial lain demi untuk memelihara kesehatan
masyarakat.
3. American Nursing Association (ANA)
Suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan penduduk.
4. Badan Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat.

Ilmu Keperawatan
Peran serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Tiga komponen dasar ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Konsep keperawatan dikarakteristikan oleh 4 konsep pokok yaitu:


1. Manusia
2. Kesehatan
3. Keperawatan
4. Lingkungan

PARADIGMA KEPERAWATAN

1. Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh dan unik, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Konsorsium Ilmu
kesehatan, 1992)
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara
lain dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
secara terus menerus mengahadapi perubahan lingkungan dan selalu berusaha beradaptasi
terhadap pengaruh lingkungan.

Gambar. 3
Dimensi manusia sebagai satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual, emosional,
social-kultural, spiritual dan lingkungan ( Dikutip dari Taylor C. dkk. Fundamental of
Nursing, 1989)

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga
dan masyarakat.

a. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

b. Keluarga sebagai klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama,
di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

Gambar. 4
Hirarki Maslow tentang Kebutuhan Dasar manusia

Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan
keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau
mengabaikan maslah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah
kesehatan mulai dari awal sampai pada penyelesaiannya akan dipengaruhi keluarga.
Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga.
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. Peran dari anggota-
anggota keluarga akan mengalami perubahan, bila salah satu angota menderita sakit.
Disisi lain status kesehatan dari klien juga sebagian akan ditentkan oleh kondisi
keluarganya.
4) Dalam merawat

c. Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
Ciri-ciri:
1) Interaksi antar warga
2) diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas

3) Suatu komuniatas dalam waktu


4) identitas yang kuat mengikat semua warga

2. Kesehatan

Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif
(Parson).
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif (Paplau).
Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan
1) Keturunan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Lingkungan

Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayanan keperawatan , dimana kondisi sehat-
sakit berada dalam suatu rentang dari kondisi sehat optimal sampai dengan status
kesehatan yang terendah yaitu kematian dan kondisi normal berada di tengah.

SEHAT OPTIMAL

SEHAT

NORMAL

SAKIT

KEMATIAN

Rentang sehat-sakit sebagai skala hipotesa kondisi sehat-sakit ( Taylor C. dkk )

3. Keperawatan

Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok
dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab
serta etika profesi keperawatan.
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan
kegiatan keperawatan yang dilakukan. Pertama, Keperawatan menganut pandangan yang
holistic terhadap manusia yaitu keutuhan sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual.
Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistic dalam arti
menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta
menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal
dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama,
aliran politik dan status ekonomi social. Keempat, keperawatan adalah bagian integral
dari pelayanan kesehatan serta yang kelima, keperawatan menganggap klien sebagai
partne aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan
keperawatan.

4. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat,


dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan di sini
meliputi lingkungan fisik, psikologis, social budaya dan lingkungan spiritual. Untuk
memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau
agent-host-environment triangle model yang dikemukakan oleh Leavelll,(1965), dimana
ketiga komponen saling berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan
penduduk.

AGENT/PENYEBAB

LINGKUNGAN HOSPES/MANUSIA
Model Leavell. Agen, hospes dan lingkungan saling berhubungan dan mempengaruhi
kesehatan (Taylor.C. dkk, Fundamental of Nursing, 1989)

C. ASUMSI DASAR
1. Sistem pelayanan adalah kompleks
2. Pelayanan kesehatan (primer, sekunder dan tertier) merupakan komponen dari
pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan sebagai subsistem pelayanan kesehatan merupakan hasil produk
pendidikan, riset yang dilandasi praktek.
4. Focus utama Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah primery care.
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat terutama terjadi ditatanan kesehatan utama.

D. Pandangan /Keyakinan
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima oleh semua
orang.
2. Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan
kesehatan.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan klien sebagai penerima pelayanan
kesehatan dapat membentuk kerjasama untuk mendorong dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, kelompok, keluarga dan
individu.
5. Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab individu.
7. Klien merupakan anggota tetap team kesehatan. Individu dalam komunitas
bertanggung jawab untuk kesehatan sendiri dan harus didorong serta dididik untuk
berperan dalam pelayanan kesehatan.

E. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan memampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di pandi dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninnya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat yang optimal.

F. RUANG LINGKUP
1. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dengan jalan
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan ki\unjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, Iodium
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit dirumah
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
d. Perawatan buah dada
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang
menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan:
a. Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya
b. Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll

5. Resosialitatif
Adalah upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya
dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

G. SASARAN
Individu, keluarga, kelompok dam masyarakat baik yang sehat atau sakit atau yang
mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta
ketidakmampuan.

Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan


yaitu :
1. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
a. Ibu hamil tertenti yang belum ANC.
b. Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya.
c. Balita tertentu.
d. Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program.
e. Penyakit endemis.
f. Penyakit kronis tidak menular.
g. Kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2. Keluarga dengan resiko tinggi
a. Ibu hamil dengan masalah gizi.
1) anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)
2) Kurang Energi Kronis (KEK)
b. Ibu hamil dengan resiko tinggi lai (perdarahan, infeksi, hipertensi)
c. Balita dengan BGM
d. Neonatus dengan BBLR.
e. Usia lanjut jompo.
f. Kasus percobaan bunuh diri.

3. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan


a. Drop out tertentu
1) Ibu hamil
2) Bayi
3) Balita dengan keterlambatan tumbuh kembang.
4) Penyakit kronis atau endemis.
b. Kasus pasca keperawatan
1) Kasus pasca keperawatan yang dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan.
2) Kasus katarak yang dioperasi di puskesmas.
3) Persalinan dengan tindakan.
4) Kasus psikotik.
5) Kasus yang seharusnya dirujuk yang tidak dilaksanakan rujukannya.

4. Pembinaan kelompok khusus.

Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah kesehatan


a. Terikat dalam institusi, misalnya
1) Panti
2) Rutan/lapas
3) Pondok pesantren
4) Lokalisasi/WTS.
b. Tidak terikat dalam institusi, misalnya:
1) Karang wredha
2) Karang balita
3) KPKIA
4) Kelompok pekerja informal
5) Perkumpulan penyandang penyakit tertentu (jantung, asma, DM dan lain-lain ).
6) Kelompok remaja.

5. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah


1. Masyarakat di daerah endemis suatu penyakit misalnya endemis malaria, filariasis,
HHF, diare.
2. Masyarakat didaerah dengan keadaan lingkungan kehidupan buruk, misalnya derah
kumuh di kota besar.
3. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah yang menonjol dibanding dengan
daerah lain, misalnya daerah dengan AKB tinggi.
4. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah kesenjangan pelayanan kesehatan
lebih tinggi dari daerah sekitar, misalnya cakupan ANC rendah, immunisasi rendah.
5. Masyarakat di daerah pemukiman baru, yang diperkirakan akan mengalami
hambatan dalam melaksanakan adaptasi kehidupannya, seperti daerah transmigrasi,
pemukiman masyarakat terasing.

H. KEGIATAN
1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui
home care.
2. Penyuluhan kesehatan
3. Konsultasi dan problem solving
4. Bimbingan
5. Melaksanakan rujukan
6. Penemuan kasus
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
9. Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
10. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
11. Memberikan tauladan
12. Ikut serta dalam penelitian

I. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar dalam praktek perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat


2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di
rumah sakit.
7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditkankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru
kembali dari rumah sakit.
12. Home visite sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

J. PENDEKATAN

Contoh pendekatan yang dapat digunakan:


1. Problem solving approach
Pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dengan menggunakan proses
keperawatan.
2. Family approach
Pendekatan terhadap keluarga binaan
3. Case Approach
Pembinaan dilakukan berdasar kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan
tindak lanjut.
4. Community approach
Pendekatan dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survey mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

K. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mesekak
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Linda Jarvis)
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu
kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang esensial atau sangat
dibutuhkan oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih
ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat
sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan
praktek kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan dari masyarakat. Perawatan Kesehatan Masyarakat mempunyai
tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan
terhadap penyakit melalui:
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan
kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok,
pendidikan kesehatan serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara
komprehensive.

Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,


yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Perawat komunitas dapat bekerja diberbagai tatanan:


1. Klinik rawat jalan
2. Kantor kesehatan
3. Kesehatan kerja
4. Sekolah
5. Rumah
6. Perkemahan
7. Institusi pemeliharaan kesehatan
8. Tempat pengungsian

Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai:


1. Perawat keluarga
2. Perawat sekolah
3. perawat kesehatan kerja
4. perawat gerontologi

1. Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan
sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya,
1978).

Perawat keluarga adalah :


Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk
praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara
langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis.
Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan
konsultasi.

2. Perawat kesehatan sekolah


Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan
pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun
masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986)
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat,
menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan
sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.

3. Perawat kesehatan kerja


Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam
memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American
Asociation of Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat
kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain.
Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan,
pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan,
administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas.

4. Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan
utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut
perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan,
konsultasi , penelitian dan administrasi.

Posted 2 days ago by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Labels: Konsep Keperawatan Komunitas

Add a comment

2.

Nov

11

PANDUAN PRAKTEK KOMUNITAS

Ns Fredy Akbar K,S.Kep

Bagian Keperawatan Komunitas,Keluarga & Gerontik


(KOMKELGER)

Akademi Keperawatan YPPP Wonomulyo

PEMBUATAN SAP PENYULUHAN


I. Health Education

a. Pengertian

Azrul Aswar

HE : Kegiatan pendidikan dilakukan dengan menyebarkan pesan,


menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan.

b. Tujuan

Memberikan informasi/latihan kepada masyarakat dengan mampu


memahami situasi kesehatan yang dihadapi dan mampu mengambil
keputusan dalam memilih cara yang terbaik untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi dan meningkatkan kesehatannya.

 Peningkatan kesehatan

 Preventif

 Kuratif

 Rehabilitasi

c. Prinsip penyuluh yang efektif

1. Memilih strategi belajar yang tepat

- Penyusunan program pengajaran (SAP + Materi) secara tertulis


untuk di implementasikan

2. Penetapan lingkungan belajar yang tepat


a. Persiapan kondisi fisik

- Posisi presenter – klien/peserta

- Penerapan dan suhu ruangan

- Alat pengeras suara

d. Pengertian

SAP adalahprogram pengajaran yang merupakan rencana/rancangan


atau kerangka pengajaran penyuluhan yang akan disampaikan kepada
peserta (masyrakat) dalam situasi interaksi belajar mengajar

e. Format SAP

SAP Penyuluhan

1. Topik penyuluhan :

2. Waktu :

3. Sasaran :

4. Lokasi :

5. Tanggal Pelaksanaan :

6. Tujuan Umum :

7. Tujuan Khusus :

8. Pokok Bahasa :
9. Metode :

10. Kegiatan Belajar :

Kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Penyuluh
1 Membuka pengajaran (5 – 10 no ) …………………... …………………...
2 Penyajian materi 80 – 90 % …………………... …………………...
3 Menutup pelajaran 5 – 10 % …………………... …………………...

11. Metode penyuluhan

 AVA

 OHP

12. Evaluasi

 Objektif test

 Check list

 Mood meter, dan lain-lain

13. Sumber

 Panitia/penanggung jawab

 Dena : ……………………………

 Pengarahan massa : ………………………….

Rujukan / kepustakaan
II.Aktivitas mahasiswa

Setelah mahasiswa membaca dan memahami cara pembuatan SAP


penyuluhan kesehatan maka diharapkan mahasiswa mampu.

a. Membuat SAP penyuluhan tentang masalah tertentu yang terjadi di


masyarakat.

b. Mengaplikasikan/ mendemonstrasikan penyuluhan kesehatan di


masyarakat sesuai dalam SAP yang sudah dibuat.

STRATEGI

1. Mahasiswa membagi diri ke dalam kelompok kecil

2. Masing-masing kelompok membuat SAP penyuluhan dengan menilai


salah satu pokok materi berdasarkan hasil undian. Pokok- pokok materi
immubilitasi balita.

Pokok-pokok materi penyuluhan

- Immubilisasi, gizi balita, gizi ibu hamil, pembuangan sampah, jamban


keluarga, kesehatan lansia, antenatal care, post natal care,
pencegahan penyakit dan lain-lain.

3. Bila sudah SAP tambah materi sudah siap masing-masing kelompok


mendemonstrasikan pelaksanaan penyuluhan dengan kelompok lain
sebagai peserta dan masing-masing dalam kelompok membawa materi
sesuai pembagian tugas dengan kelompoknya

4. Masing-masing mahasiswa yang menyajikan materi memperagakan


mulai dari membuka penyuluhan, penyajian materi dan menutup
penyuluhan.
III. Format Evaluasi

Nama mahasiswa :

Nim Pokok :

Topik :

No Elemen yang dinilai 1 2 3 4 Keterangan


A. Pembuatan SAP
1 Merumuskan tujuan
2 Merumuskan pokok bahasan
3 Menentukan metode dan materi
4 Penyuluhan
5 Menentukan kegiatan pembelajaran
6 Menentukan media pembelajaran
Menentukan cara evaluasi

B. Keterampilan
1 Keterampilan menjelaskan
2 Keterampilan bertanya
3 Keterampilan memberi penguatan
4 Keterampilan membuka pelajaran
5 Keterampilan menutup pelajaran
6 Keterampilan mengevaluasi dan
memberi umpan balik
Jumlah Score
Pembimbing

(.................................. )

PEMBUATAN LEAFLET

Dasar Pemahaman :

Definisi

Selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khususnya
untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.

Pemanfaatan :

a. Dapat ditempel dipapan pengumuman puskesmas, rumah sakit, kantor


atau sekolah tempat-tempat lainnya yang mudah untuk dilihat oleh
masyarakat umum.

b. Dapat diberikan kepada sasaran setelah penyuluhan


Bentuk leaflet :

a. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi
dengan gambar

b. Harus dapat dibaca sekali pandang

c. Ukuran biasanya 20 x 30 cm

d. Dapat berupa leaflet tentang imunisasi, penatalaksanaan diare, demam


berdarah, pemberian vitamin A dan lain-lain.

Keuntungan :

a. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali

b. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan

c. Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi

d. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain

e. Jika perlu dapat dicetak ulang

f. Dapat dipakai sebagai bahan kesempatan yang berbeda

Kerugiannya

a. Bila cetakannya kurang menarik,orang akan kurang tertarik untuk


menyimpannya
b. Kebanyakan orang malas membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan
susunanya kurang menarik

c. Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca

Aktifitas Mahasiswa

Setelah mahasiswa membaca dan memahami dasr pemahaman pembuatan


leaflet, maka diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam bentuk
nyata tentang pembuatan leaflet dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya :

a. Mahasiswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang sehingga
mahasiswa terbentuk 4 kelompok kecil.

b. Masing-masing kelompok menyiapkan alat tulis menulis yang diperlukan


seperti pulpen, pensil, spidol, kertas ukuran leaflet, penggaris, pewarna
kalau ada, dan lainnya yang dianggap perlu.

c. Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang topik yang akan


disampaikan dalam leaflet yang akan dibuat seperti tentang manfaat ASI
dan cara menyusui yang benar, penanggulangan diare, manfaat jamban
keluarga, Imunisasi dan Posyandu, dan beberapa topik lainnya.

d. Topik yang telah dipilih selanjutnya didesain oleh masing-masing kelompok


secara manual untuk dibuat leaflet.

e. Leaflet yang telah jadi selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing


kemudian didesain secara komputerisasi (dilanjutkan dirumah untuk
disempurnakan).

f. Setelah selesai dikonsultasikan, dikumpulkan kepada pembimbing.


PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA KESEHATAN

Dasar Pemahaman

Pengertian

Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya


disebabkan karena faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan sebagai akibat dari rendahnya status sosial
ekonomi masyarakat terutama pada masyarakat kalangan menengah kebawah.
Hal ini akan mengakibatkan menurunnya status kesehatan keluarga dan
masyarakat yang akan mempengaruhi produktifitas individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga daya beli dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidupnya
akan menurun, yang akan berdampak pula pada kemampuan memperoleh
bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi, obat-obatan dan pelayanan
kesehatan yang profesional dan nantinya akan mempengaruhi lagi
produktifitasnya. Siklus ini akan menjadi sebuah lingkaran setan. Olehnya itu
perlu dipikirkan suatu upaya-upaya yang diharapkan mampu membantu
masyarakat melalui upaya pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Salah satu upaya yang dapat dipikirkan antara lain melalui pembentukan
kelompok kerja kesehatan.

Kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) merupakan suatu kelompok


kerja yang dibentuk oleh masyarakat yang anggota-anggotanya berasal dari
komponen yang ada di masyarakat dan berusaha untuk mengidentifikasi dan
mangatasi permasalahan-permasalahan dalm bidang kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Pembentukan kelompok kerja ini beranjak dari pemahaman
bahwa masyarakat bukan hanya sebagai obyek atau sasaran akan tetapi juga
sebagai subyek dai pembangunan termasuk pembangunan di sektor kesehatan,
disamping itu juga dipahami bahwa kerjasama melalui kelompok kerja ini
mutlak diperlukan untuk memudahkan terlaksananya program-program
kesehatan. Kelompok kerja ini

a. Pengenalan dengan masyarakat setempat baik dengan melalui jalur tokoh-


tokoh formal maupun tokoh-tokoh informal.

b. Interaksi dan interelasi dengan masyarakat untuk mengenal masalah


kesehatan misalnya melalui survey masalah kesehatan.

c. Musyawarah masyarakat dusun/rembuk dusun dengan melibatkan elemen-


elemen yang ada termasuk puskesmas. Pada pertemuan ini yang dibahas
antara lain :

 Permasalahan kesehatan di dusun

 Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerjasama yang akan


dilakukan.

 Pembentukan POKJAKES
 Hal lain yang dianggap penting

d. Musyawarah masyarakat Desa/Kelurahan atau lokakarya mini kesehatan


atau rembuk desa/kelurahan dengan melibatkan elemen-elemen yang ada di
desa termasuk puskesmas dan POKJAKES tingkat dusun. Pada pertemuan
ini yang dibahas antara lain

 Permasalahan kesehatan masing-masing dusun

 Penyusunan program penanggulangan dan bentuk kerjasama yang


akan dilakukan

 Pembentukan POKJAKES tingkat desa/kelurahan

e. Pengesahan Kelompok Kerja kesehatan (POKJAKES) oleh Lurah atau


pemerintah daerah

f. Pembinaan POKJAKES

Kegiatan Mahasiswa

Setelah memahami tentang pembentukan POKJAKES maka diharapkan


mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam bentuk kegiatan simulasi
pembentukan diharapkan menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan di
masyarakat dan menjadi perpanjangan tangan pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dalam melaksanakan program kesehatan.
Penjabaran operasional pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat

a. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah


kesehatan/keperawatan, baik yang dihadpi individu, keluarga, kelompo dan
masyarakat.

b. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisa dan


menyusun perencanaan penanggulangan masalah.

c. Beri kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk


melaksanakan perbaikan dalam bidang kesehatan.

d. Dalam prosesnya sedapat mungkin digali sumber-sumber daya yang ada


dalam masyarakat sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dapat
dimintakan bantuan dari luar.

Prinsip-prinsip pengorganisasian dan pengembangan masyarakat

a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat

b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat

c. Dalam melaksanakan kegiatan harus selalu diberikan bimbingan,


pengarahan dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan
lainnya.

d. Selama proses, petugas harus bersedia mendampingi masyarakat dengan


mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
Operasional pembentukan kelompok kerja kesehatan (POKJAKES)

Pembentukan kelompok kerja kesehatan juga merupakan salah satu komponen


yang semestinya teralisasi pada fase pengorganisasian masyarakat sebenarnya
telah harus dipikirkan sewaktu tahap persiapan. Adapun kerangka
pembentukan POKJAKES sebagai berikut :

POKJAKES. Dalam kegiatan ini sangat diharapkan parisipasi aktif mahasiswa


dalam memainkan peran untuk menghidupkan kegiatan simulasi ini. Kegiatan
selanjutnya adalah :

1. Mahasiwa membentuk 2 kelompok kecil, satu kelompok sebagai


provider/mahasiswa dan selanjutnya disebut kelompok provider dan
kelompok lainnya sebagai elemen masyarakat (kadus, kader kesehatan,
kepala puskesmas, PKK/ketua dasawisma, kelompok pemuda/pemudi dan
elemen lainnya) dan disebut sebagai kelompok masyarakat.

2. Melompok provider melakukan peran sebagai provider/mahasiswa untuk


mengorganisir kelompok masyarakat untuk membentuk POKJAKES
tingkat dusun.

3. Setelah kegiatan tersebut terlaksana, kedua kelompok bertukar posisi.


Kelompok provider/mahasiswa berubah menjadi kelompok masyarakat
demikian pula sebaliknya.

4. Kelompok provider/mahasiswa akan mengorganisir pembentukan


POKJAKES tingkat desa/lurah.

5. Masing-masing kelompok membuat laporan pelaksanaan kegiatan

POSYANDU BALITA
Tujuan Mempelajari Posyandu Balita :

1. Untuk mengetahui program yang ada diposyandu

2. Melaksanakan kegiatan bulanan UPGK di dalam posyandu

3. Memahami dan dapat mempraktekkan cara pengisian KMS

4. Mengerti alur tindakan berdasarkan hasil timbangan

Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi anak balita dan angka
kelahiran dalam pelita IV telah dikembangkan pendekatan partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan keberhasilan dalm mencapai sasaran yang
telah ditetapkan dalam pelita IV dengan cara membina masyarakat untuk
berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas
yang mempunyai dampak kasar dan menurunkan angka kematian bayi balita
dan menurunkan angka kelahiran.

5 program yang dimaksud adalah KIA, KB, GIZI, Imunisasi, dan


penanggulangan diare. Dalam pelaksanaan posyandu balita untuk mengetahui
dan memantau pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat dilihat
pada kartu menuju sehat yang harus dimiliki oleh setiap anak. Kartu menuju
sehat untuk balita (KMS balita) adalah alat yang sederhana dan murah yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita dirumah, dan harus selalu
dibawah setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
Manfaat KMS Balita adalah :

1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita


secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan, pemberian ASI Eksklusif, dan makanan pendamping ASI.

2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

3. Sebagai sarana komunitas yang dapat digunakan oleh petugas untuk


menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

KMS Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita di lakukan setiap bulan

- Semua kolom isian diisi dengan benar

- Semua keadaan kesehatan dan gizi anak di catat.

- Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS balita.

- Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan

- Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan


dilakukan tindakan yang sesuai

- Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai
di timbang dan hasil penimbangan dicatat dalam KMS

- KMS balita disimpan oleh ibu balita dan sebelum dibawa setiap
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan
dan dokter.
Bagaiman cara memantau pertumbuhan balita ? Pertumbuhan balita
dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang hasil penimbangan di catat di
KMS, dan aaantara titik berat KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan
hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis.

- Balita naik berat badannya bila :

 Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna

 Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

- Balita tidak naik berat badannya bila :

 Garis pertumbuhannya turun atau

 Garis pertumbuhannya mendatar

 Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah –pindah ke pita warna


dibawahnya

- Berat badan balita di bawah garis merah artinya :

Pertumbuhan balita mengali gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian


khusus sehingga harus langsung di rujuk ke puskesmas / rumah sakit.

- Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
puskesmas / rumah sakit.

- Balita tumbuh baik bila :

Garis berat badan naik setiap bulannya


- Balita sehat bila :

Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke
pita warna diatasnya

ALUR TINDAKAN

BERDASARKAN HASIL PENIMBANGAN

Hasil Penimbangan

Timbangan KMS

Nasehat Makanan dan


Penyembuhan Penyakit
Beri pujian kepada anak
& ibunya dan dianjurkan
agar meneruskan cara
pemberian makanan
kepada anaknya tapi
lebih banyak agar bulan
berikutnya Berat Badan
naik lagi

Rujuk ke Puskesmas /
Rumah Sakit

 Tanyakan riwayat makanan


dan penyakit (jika ada)
 Nasehat makanan
 Manajemen terpadu balita
sehat
 Tindakan sesuai temuan
3T

2T

1T
Garis Pertumbuhan
Naik

Garis
Pertumbuhan
di Bawah
Garis Merah

Garis
Pertumbuhan
tidak naik

Antropometri
Tanda Tanda

Klinis
Klinis

PMT - 10
langkah

Penuh tata
laksana

gizi buruk

- Obat
penyakit

penyerta
FORMAT PENILAIAN

PROGRAM DAN SASARAN POSYANDU

DILAKSANAKAN
NO ITEM PENILAIAN
YA TIDAK
A Program yang ada di posyandu
1. KIA
2. KB
3. GIZI
4. Imunisasi
5. Penanggulan Diare

B Sasaran utama UPGK


1. Wanita Usia Subur (WUS)
2. Ibu Hamil
3. Ibu Menyusui
4. Bayi
5. Ibu yang mempunyai balita
6. Balita

6.

Nilai :

Penilai :
FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN

BULANAN UPGK DI POSYANDU

DILAKSANAKAN
NO ITEM PENILAIAN
YA TIDAK
A Persiapan Pelaksanaan UPGK
1. Sehari sebelumnya semua ibu
hamil, ibu menyusui, ibu balita
diberitahu akan ada kegiatan di
posyandu dan harus mengetahui /
mencatat sasaran UPGK
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan :
- Timbangan
- Balok SKDN
- Buku register
- Buku KMS
- Macam - macam alat kontrasepsi
- Oralit
- Vitamin A
- SF
- Tablet Iodium
- Peralatan Membuat LGG
- Media penyuluhan
3. Pembagian tugas diantara

Cara melaksanakan kegiatan


B bulanan UPGK di posyandu
- Meja 1
 Mendaftar balita-balita, ibu hamil,
ibu menyusui.
 Ibu hamil setelah didaftar di meja 1
langsung menuju meja 4.
- Meja 2
 Menimbang bayi
- Meja 3
 Mencatat hasil penimbangan.
- Meja 4
 Menyuluh bayi berdasarkan hasil
penimbangan anaknya, memberikan
pelayanan gizi kepada ibu balita
serta ibu hamil.
- Meja 5
 Pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana.

Nilai :

Penilai :
FORMAT PENILAIAN

PENGISIAN KMS

DILAKSANAKAN
NO ITEM PENILAIAN
YA TIDAK

Pengisian KMS
- Buku KMS balita yang bersangkutan.
- Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik
ke KMSnya.
- Pada penimbangan pertama isi semua kolom
yang tersedia pada KMSnya.
- Bila ada kartu kelahiran catat bulan lahir anak
dari kartu tersebut.
- Bila tidak ada kartu kelahiran tetapi ibu ingat,
catat bulan lahir anak sesuai ingatan ibunya.
- Bila ibu tidak ingat semua dan hanya tahu umur
anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir
anak dan catat.
- Cantumkan bulan lahir anak pada kolom
pertama.
- Kemudian isi semua kolom bulan secara
berurutan.
- Setelah anak ditimbang, tuliskan titik berat
badannya pada titik temu garis tegak (sesuai
dengan bulan penimbangan) dengan garis datar
(sesuai dengan hasil penimbangan dalam
kilogram).
- Catat semua kejadian yang diderita anak.

Nilai :

Penilai :

POSYANDU USIA LANJUT

Usia lanjut bukan merupakan penyakit. Usia lanjut merupakan tahap


lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan
tubuh untuk beradaptasi. Terhadap stress, baik stress eksternal maupun internal.
Pada dasarnya proses menua berlangsung, sejak saat pembuahan sampai
kematian, tetapi umumnya tanda-tanda penerima mulai tampak sejak usia 30
tahun dan diatas usia 65 tahun mulai menjadi masalah, baik disertai maupun
tidak disertai penyakit. Masalah dapat berupa masalah fisik atau psikososial atau
gabungan keduanya.

Jika kita membahas tentang posyandu usia lanjut sebenarnya hampir


sama dengan balita yakni mempunyai 5 meja :

1. Meja I : Pendaftaran

2. Meja II : Penimbangan

3. Meja III : Pengisian KMS

4. Meja IV : Pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan


5. Meja V : Pelayanan kesehatan

Melihat hal tersebut maka pada umumnya tempat/lokasi posyandu usia


lanjut sama dengan posyandu balita, serta kader kesehatan yang membantu sama
dengan kader balita dan kader usia lanjut berbeda karena masing-masing
mempunyai kenaikan tersendiri.

Posted 2 days ago by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Labels: Panduan Praktek Komunitas

Add a comment

3.

Nov

Perawatan Peri Operatif


KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Oleh : Ns. Fredy Akbar K, S.Kep


Bagian Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan
Kritis
Akademi Keperawatan YPPP Wonomulyo

PENDAHULUAN

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang
agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara
fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter
bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalahhal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas,
maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah
perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang ?berkesinambungan dan tepat akan
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi
rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula
pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan
pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir
telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan
penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan
laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif.
Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan
obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat.?
Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti
oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga
komunikasi psikologis) sehingga outcome ?yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.
Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh
perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya :
hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan
persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu
pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk
dilakukan prosedur pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien
di rumah sakit.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu? preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.
Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula
dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim
kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien
dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima. ?
Berikut adalah gambaran umum masing-masing tahap dalam keperawatan perioperatif
Phases of Surgery
Phase Description Typical activities
PRE OPERATIVE Begins with decision for surgery and ends when the patient in
transfered to the operating room; aims to prepare patient for surgery Pre operative patient
teaching, skin preparation, medication administration
INTRA OPERATIVE Begins when patient is laced on the operating room bed and ends
when the patient transferred to the postanesthesia care unit (PACU); aims to protect the
patiens during surgery Surgical asepsis, minimazing traffic flow, maintaning patient
safety
POST OPERATIVE Begins when the patient admitted to the PACU and ends when
surgery related nursing care is no longer required; aims to alliviate the patient?s pain and
nausea and support the patient until normal physiologic responses return Monitoring fluid
intake dan output, assesing cardiac and respiratory function, meeting nutritional and
activity needs, providing guidace and return to functional level.

Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama
waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang
diberikan dan pembedahan.
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup ?pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena,
melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama
induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien
d atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery
room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini.
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan
yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.? ?

Contoh Aktivitas Keperawatan dalam Peran Perawat Perioperatif

FASE PRAOPERATIF FASE INTRAOPERATIF FASE POSTOPERATIF


Pengkajian:
Rumah/Klinik:
1. Melakukan pengkajian perioperatif awal
2.Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3.Melibatkan keluarga dalam wawancara.
4.Memastikan kelngkapan pemeriksaan pra operatif
5.Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif

Unit Bedah :
1. Melengkapi pengkajian praoperatif
2.Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
3.Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi.
4.Membuat rencana asuhan keperawatan

Ruang Operasi :
1.Mengkaji tingkat kesadaran klien.
2.Menelaah ulang lembar? observasi pasien (rekam medis)
3.Mengidentifikasi pasien
4.Memastikan daerah pembedahan
Perencanaan :
1.Menentukan rencana asuhan
2.Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim Operasi)
Dukungan Psikologis :
1. Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
2.Menentukan status? psikologis
3.Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri.
4.Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang lain
yang berkaitan. Safety Managenent :
1. Atur posisi klien :
a. Kesejajaran fungsional
b.Pemajanan area pembedahan
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
2. Memasang alat grounding ke pasien
3. Memberikan dukungan fisik
4. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum da instrumen tepat.
Pemantauan Fisiologis :
1. Melakukan balance cairan
2. Memantau kondisi cardiopulmonal
3. Pemantauan terhdap perubahan vital sign
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
1. Memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
3. Mengkaji status emosional klien
4. Mengkomunikasikan status emosional klien ?kepada tim kesehatan.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Melakukan prosedur? keselamatan bagi klien
2. Mempertahankan lingkugan aseptik dan terkontrol
3. Mengelola sumber daya manusia secara efektif. Komunikasi dari Informasi Intra
operatif :
1. Menyebutkan nama pasien
2. Menjelaskan jenis pembedahan yang dilakukan
3. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif, meliputi pemasangan drain atau kateter,
kekambuhan peristiwa-peristiwa yang tidak diperkirakan.
4. Menjelaskan pembatasan fisik dan keterbatasan fisik yang dialami pasien.
5. Menerangkan gangguan akibat pembedahan
6. Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif klien
7. Mengkomunikasikan tentang peralatan yang diperlukan.
Pengkajian Pasca operatif di Rocovery Room :
1Menentukan respon segera pasien terhadap pembedahan
Unit Bedah :
1. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi.
2. Menentukan tingkat kepuasan pasien
3. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi.
4. Menetukan status psikologi pasien
5. Membantu dalam perencanaan pemulangan
Rumah/Klinik :
1. Kaji persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi,
damapak pada citra tubuh, penyimpangan dan immobilisasi
2. Tentkan persepsi keluarga tentang pembedahan.

PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI


Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah :
1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi
3. Reparatif : Memperbaiki luka multipel
4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh :
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi
dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung
kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat
luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.
Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam bebeapa
minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih.
Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka idak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi
pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh :
bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :
1. Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh :
incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2. Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh : Total
abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.
TAHAPAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
a. Keperawatan Pre Operatif
b. Keperawatan Intra Operatif
c. Keperawatan Post Operatif
KEPERAWATAN PRE OPERATIF
________________________________________________________________________
_____
A. PENDAHULAN
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini.
Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat
fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi
fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara
umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. ?Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan
bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien
dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum
(normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 ? 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 ? 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan
fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric
tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan
untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi,
herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur,
hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga
dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan. ?
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain
untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi
balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan nafas dalam
2. Latiihan batuk efektif
3. latihan gerak sendi
1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah
operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi
dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan
melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk
dan perut tidak boleh tegang.
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat.
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (?15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu
nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa
tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.
Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya
batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan
pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti
ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien
akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran
pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara
pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien
diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan
mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan
mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat
mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usis/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu
sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko
lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua
fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan.
Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah
protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan
seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama
sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan
teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien
obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal
saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi
pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler,
endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi
ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan
primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga
komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang
tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan
pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan
akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca
operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah
asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami
insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter
anastesi dan dokter bedahnya.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama
terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah
sistemiknya.
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-
masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko
pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk.
Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk
menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.
II. PERSIAPAN PENUNJANG
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak
meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter
bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan
untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi
pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai
macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding
time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin,
protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang
(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) ,
MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi,
CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro
Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin),
elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT ?BT, ureum kretinin, BUN, dll.? Bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk
memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam
10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi)? dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2
jam PP (ppst prandial).
e. Dan lain-lain
PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan
selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien
akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana
resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan
mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel
pemeriksaan ASA.
ASA grade Status fisik Mortality (%)
I Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan herinia
ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat 0,05
II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang
akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita
dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi 0,4
III Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi
pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut. 4,5
IV Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat
diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard 25
V Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai
pilihan terakhir. Misal: penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar
rahim pecah. 50
INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung
gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat
dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata,
tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien.
Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa
komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait
dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat,
kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama
dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. ?Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait
dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya
berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Berikut ini merupakan contoh? form inform consent :
PERNYATAAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS/OPERASI NAMA PASIEN : (L/P)
No. RM :
UNIT RAWAT?? :
Saya yang bertnda tangan di bawah ini :
Nama : .................
Umur : .................. tahun
Jenis kelamin? : ................
Alamat : .................
Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫ ٭‬dari pasien yang bernama :
......................................................
1. Menyatakan? SETUJU/TIDAK SETUJU‫ ٭‬bahwa pasien tersebut akan dilakukan
tindakan medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien.
2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resiko/komplikasi yang mungkin terjadi
dari tindakan medis/operasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila
terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam batas-batas etik
kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan
menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.
3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum
dalam kaitannya dengan tindakan medis/operasi tersebut. Saya juga mengerti dan
memahami tujuan dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang dapat terjadi sehingga
bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebagai manusia ddan dalam batas-batas
etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan
menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit.
Yogyakarta, ........................2007
Mengetahui,
Saya yang menyatakan,
Dokter yang merawat, Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬
____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,

_____________________________________________________
(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)
‫ ٭‬coret yang tidak perlu

III. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS


Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap
kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis(Barbara
C. Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi
bisa dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi
lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman
operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya
perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai
penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan,
gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah,
menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat
perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi
stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk
membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal
yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
• Pengalaman operasi sebelumnya
• Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi
• Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
• Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.
• Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
• Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus
dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya
telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian
datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu
persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh
keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan
kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan
dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi
lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki
pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi
sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan
samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan
penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan
pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan? dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala
prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium
dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat
tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih
tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn
untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang
cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik
profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi
dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
C. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang
perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan.
Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan
anastesi dan kemudian prosedur drapping.

Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa
tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun
(disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka
dengan memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
• Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur drapping.
• Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik dan benar
prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
• Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang
digunakan steril dan tidak bocor.
• Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop harus
berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
• Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
• Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan harus di
jaga kesterilannya.
• Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan kertas water
prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun steril.
Teknik Drapping :
• Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering
• Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan prinsip
steril
• Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
• Pegang drape sedikit mungkin
• Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun steril tanpa
perlindungan gaun operasi.
• Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang tidak
steril.
• Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh lampu
operasi)
• Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop bertugas
menyingkirkan alat tenun tersebut.
• Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum tertutup.
• Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja
operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
• Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut dianggap
terkontaminasi.
Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat
dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan
tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun
pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan
suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan
selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat
berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik
antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang
optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.
KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

________________________________________________________________________
_____
A. PENDAHULUAN
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan
oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada
pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau
menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat
dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis
pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah
fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada
masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan
yang kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara
umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi
pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan
membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan
asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra
operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well
being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas
ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama
pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered
Nurse First Assitant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di negara-
negara amerika utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di indonesia masih belum
sepenuhnya tepat. Peran perawat sebagai RNFA diantaranya meliputi penanganan
jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan
bedah dan pemberian hemostatis.
Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan, informasi
mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan perawat anastesi, serta perawat
bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala macam perkembangan yang berkaitan
dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti perdarahan,
temuan yang tidak diperkirakan, permasalahan cairan dan elektrolit, syok, kesulitan
pernafasan harus dicatat, didokumentasikan dan dikomunikasikan dengan staff PACU.
B. PRINSIP-PRINSIP UMUM
a. Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang
memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan,
baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan
tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua
implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan
lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan
b. Prinsip asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci
tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan Gloving (teknik pemakaian
sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas
untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga
menghilangkan atau? meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk
meghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur
pembedahan (infeksi nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut
juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya
yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya
penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan
peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.
c. Prinsip asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan
melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi
steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan
operasi dan tindakan drapping.
d. Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada
dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan
sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan
menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan
benda-benda non steril.
C. FUNGSI KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
Selain sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin kelancaran
jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan pembedahan. Secara
umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali dijelaskan dalam hubungan
aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).
Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan
kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi
di dalam ruang operasi. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan,
suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap berfungsi dan
ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi.
Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran teknik
asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga
medis, rontgen dan petugas laboratorium). Perawat sirkuler juga memantau kondisi
pasien selama prosedur operasi untuk menjamin keselamatan pasien.
Aktivitas perawat sebagai scrub nurse ?termasuk melakukan desinfeksi lapangan
pembedahan dan drapping, mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan
peralatan khusus yang dibutuhkan untuk pembedahan. Selain itu perawat scrub ?juga
membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan tindakan-
tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang dibutuhkan, spon, kassa,
drainage dan peralatan lain serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah
pengaruh anastesi. Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan
material untuk memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung
lengkap
Kedua fungsi tersebut membutuhkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan perawat
tentang anatomi, perawatan jaringan dan prinsip asepsis, mengerti tentang tujuan
pembedahan, pemahaman dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan
dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan kemampuan untuk menangani
segala situasi kedaruratan di ruang operasi.
D. AKTIVITAS KEPERAWATAN SECARA UMUM
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :
a. Safety Management
b. Monitoring Fisiologis
c. Monitoring Psikologis
d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur
pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :
1. Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan
memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi
berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan
pada posisi tertentu. Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di
ruang operasi adalah:
a. Daerah operasi
b. Usia
c. Berat badan pasien
d. Tipe anastesi
e. Nyeri : normalnya nyeri dialami oleh pasien yang mengalami gangguan pergerakan,
seperti artritis.
Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan
penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda
akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh :
• Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi,
mastectomy atau pun reseksi usus.
• Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectomy
• Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering digunakan
untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis.
• Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya digunakan
untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti :
Hemmoiroidektomy
• Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul. .
b. Pemajanan area pembedahan
-Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah
operasi dengan teknik drapping
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan
sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai
bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah
terjadinya injury.
2. Memasang alat grounding ke pasien
3. Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien
selama operasi sehingga pasien kooperatif.
4. Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus,
oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan meliputi :
1. Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk
dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap
imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
2. Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah
kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan,
nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll.
3. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih
dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
Dukungan psikologis yang dilakukan antara lain :
1. Memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
3. Mengkaji status emosional klien
4. Mengkomunikasikan status emosional klien? kepada tim kesehatan (jika ada
perubahan)
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care
Tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Memanage keamanan fisik pasien
2. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
D. TIM OPERASI
Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi, maka
sekarang kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi. Anggota tim
operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota tim steril dan
anggota tim non steril. Berikut adalah bagan anggota tim operasi.
Steril :
a. Ahli bedah
b. Asisten bedah
c. Perawat Instrumentator (Scub nurse)
Non Steril :
a. Ahli anastesi
b. Perawat anastesi
c. Circulating nurse
d. Teknisi (operator alat, ahli patologi dll.)
Surgical Team
Perawat steril bertugas :
a. Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk operasi
b. Membatu ahli bedah dan asisten saat prosedur bedah berlangsung
c. Membantu persiapan pelaksanaan alat yang dibutuhkan seperti jatrum, pisau bedah,
kassa dan instrumen yang dibutuhkan untuk operasi.
Perawat sirkuler bertugas :
a. Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi aktivitas
keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b. Mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman
c. Menyiapkan bantuan kepada tiap anggota tim menurut kebutuhan.
d. Memelihara komunikasi antar anggota tim di ruang operasi.
e. Membantu mengatasi masalah yang terjadi.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada tahap intra operatif yang biasanya muncul adalah:
Resiko infeksi b.d prosedur invasif (luka incisi)
-Resiko injury b,d kondisi lingkungan eksternal misal struktrur lingkungan, pemajanan
peralatan, instrumentasi dan penggunaan obat-obatan anastesi.
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi tindakan? keperawatan yang bisa dilakukan antara lain :
1. Memberikan dukungan emosional
Kesejahteraan emosional pasien harus dijaga selama operasi. Sebelum dianastesi perawat
bertanggung jawab untuk membuat pasien nyaman dan tidak cemas. Bila pasien sadar
atau bangun selama prosedur pembedahan. Perawat bertugas menjelaskan prosedur
tindakan yang dilakukan, memberikan dukungan psikologis dan menyakinkan pasien.
Ketika pasien sadar dari pengaruh anastesi, penjelasan dan pendidikan kesehatan perlu
dilakukan. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien, terutama pada operasi dengan sistem
anastesi lokal maupun regional. Pemantauan kondisi pasien akan mempengaruhi kondisi
fisik dan kerja sama pasien.
2. Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien
Posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan pembedahan dan juga untuk menjamin
keamanan fisiologis pasien. Posisi yang diberikan pada saat pembedahan disesuaikan
dengan kondisi pasien. Lihat keterangan di atas.
3. Mempertahankan keadaan asepsis selam pembedahan
Perawat bertanggung jawab untuk mempertahankan keadaan asepsis selama operasi
berlangsung. Perawat bertanggung jawab terhadap kesterilan alat dan bahan yang
diperlukan dan juga bertanggung jawab terhdap seluruh anggota tim operasi dalam
menerapkan prinsip steril. Jika ada sesuatu yang diangggap tidak steril menyentuh daerah
steril, maka instrumen yang terkontaminasi harus segera diganti.
4. Menjaga kestabilan temperatur pasien
Temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan
kelembapannya diatur untuk mengahmabat pertumbuhan bakteri. Pasien biasanya merasa
kedinginan di kamar operasi jika tidak diberik selimut yang sesuai. Kehilangan panas
pada pasien berasal dari kulit dan daerah yang terbuka untuk dilakukan operasi. Ketika
jaringan tidak tertutup kulit akan terekspose oleh udara, sehingga terjadi kehiilangan
panas akan berlebihan. Pasien harus dijaga sehangat mungkin untuk meminimalkan
kehilangan panas tanpa menyebabkan vasodilatasi yang justru menyebabkan
bertambahnya perdarahan.
5. Memonitor terjadinya hipertermi malignan
Monitoring kejadian hipertermi maligan diperlukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berupa kerusakan sistem saraf pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara
kontinu diperlukan untuk menentukan tindakan pencegahan dan penanganan sedini
mungkin sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien.
6. Membantu penutupan luka operasi
Langkah terakhir dalam prosedur pembedahan adalah penutupan luka operasi. Penutupan
luka dilakukan lapis demi lapis dengan menggunakan benag yang sesuai dengan jenis
jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedah untuk mendekatkan tepi luka
sampai dengan terjadi penyembuhan luka operasi. Luka yang terkontaminasi dapat
terbuka seluruhnya atau sebagian saja. Ahli bedah memilih metode dan tipe jahitan atau
penutupan luka beedasarkan daerah operasi, ukuran dan dalamnya luka operasi serta usia
dan kondisi pasien. Setelah luka operasi dijahit kemudian dibalut dengan kassa steril
untuk mencegah kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan
incisi. Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka
setelah 7 sampai dengan 10 hari tergantung letak lukanya.
7. Membantu drainage
Drain ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah, serum,debris dari tempat
operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan luka dan
menyebabkan terjadinya infeksi. Ada beberapa tipe drain bedah yang dipilih berdasarkan
ukuran luka. Perawat bertanggung jawab mengkaji bahwa drain berfungsi dengan baik.
Darain bisaasanya dicabut bila produk drain sudah berkurang dalam jumlah yang
signifikan. Dan bentuk produk sudah serous, tidak dalam bentuk darah lagi.
8. Memindahkan pasien dari ruang opersai ke ruang pemulihan/ICU
Sesudah operasi, tim operasi akan memberikan pasien pakain yang bersih, kemudian
memindahkan pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan ini tim operasi
meghindari membawa pasien pasien tanpa pakaian, karena disamping memalukan bagi
pasien juga merupakan salah satu predisposisi terrjadinya kehilangan panas, infeksi
respirasi dan shock, mencegah luka operasi terkontaminasi serta kenyamanan pasien.
Hindari juga memindahkan pasien dengan tiba-tiba dan perubahan posisi yang terlalu
sering yang merupakan predisposisi terjadinya hipotensi. Perubahan posisi pada pasien
harus dilakukan secara bertahap, misalnya dari litotomi ke posisi horizontal kemudian
kearah supinasi dan lateral. Saat memindahkan pasien post operasi harus dilakukan ekstra
hati-hati dan mendapatkan bantuan yang adekuat dari staff. Sesudah memindahkan pasien
ke barnkard, pasien ditutup dengan selimut dan dipasang sabuk pengaman. Pengaman
tempat tidur (side rail) harus selalu dipasang untuk keamanan pasien, karena pasien
biasanya akan mengalami periode gelisah saat dipindahkan dari ruang operasi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi selama operasi bisa muncul sewaktu-waktu selama tindakan pembedahan.
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi
malignan.
Hipotensi
Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan dengan pemberian obat-
obatan tertentu (hipotensi di induksi). Hipotensi ini memang diinginkan untuk
menurunkan tekanan darah pasien dengan tujuan untuk menurunkan jumlah perdarahan
pada bagian yang dioperasi, sehingga menungkinkan operasi lebih cepat dilakukan
dengan jumlah perdarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya dilakukan
melalui inhalasi atu suntikan medikasi yang mempengaruhi sistem saraf simpatis dan otot
polos perifer. Agen anastetik inhalasi yang biasa digunakan adalah halotan.
Oleh karena adanya hipotensi diinduksi ini, maka perlu kewaspadaan perawat untuk
selalu memantau kondisi fisiologis pasien, terutama fungsi kardiovaskulernya agar
hipotensi yang tidak diinginkan tidak muncul, dan bila muncul hipotensi yang sifatnya
malhipotensi bisa segera ditangani dengan penanganan yang adekuat.
Hipotermi
Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 oC (normotermi : 36,6 ? 37,5 oC).
Hipotermi yang tidak diinginkan mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah
di kamar operasi (25 ? 26,6 oC), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin,
kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-
obatan yang digunakan (vasodilator, anastetik umum, dan lain-lain).
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari hipotermi yang tidak diinginkan
adalah atur suhu ruangan kamar operasi pada suhu ideal? (25 ? 26,6 oC) jangan lebih
rendah dari suhu tersebut, caiaran intravena dan irigasi dibuat pada suhu 37 oC, gaun
operasi pasien dan selimut yang basah harus segera diganti dengan gaun dan selimut yang
kering. Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipotermi. Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada saat
periode intra operatif saja, namun juga sampai saat pasca operatif.
Hipertermi Malignan
Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang dioperasi. Angka mortalitasnya
sangat tinggi lebih dari 50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat.
Hipertermi malignan terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anastetik.
Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot
(suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi malignan.
Ketika diinduksi agen anastetik, kalsium di dalam kantong sarkoplasma akan dilepaskan
ke membran luar yang akan menyebabkan terjadinya kontraksi.? Secara normal, tubuh
akan melakukan mekanisme pemompaan untuk mengembalikan kalsium ke dalam
kantong sarkoplasma. Sehingga otot-otot akan kembali relaksasi. Namun pada orang
dengan hipertermi malignan, mekanisme ini tidak terjadi sehingga otot akan terus
berkontraksi dan tubuh akan mengalami hipermetabolisme. Akibatnya akan terjadi
hipertermi malignan dan kerusakan sistem saraf pusat.
Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan oksigen 100%, natrium dantrolen,
natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. lakukan juga monitoring terhadap kondisi
pasien meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa gas darah.
KEPERAWATAN POST OPERATIF
________________________________________________________________________
_____
A. PENDAHULUAN
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan
akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di
rumah sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan
post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
B. TAHAPAN ?KEPERAWATAN POST OPERATIF
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery
room)
2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
3. Transportasi pasien ke ruang rawat
4. Perawatan di ruang rawat
1. PEMINDAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE RUANG PEMULIHAN
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan
pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca
operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap
upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien
diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang
drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke
posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi
terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat
menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan
secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat
tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti
dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi
tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail
harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury.
Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien.
Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan
optimal.
Gambar 1. pasien di transportasikan dari kamar operasi
ke ruang pemulihan
Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi
dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
2. PERAWATAN POST ANASTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY ROOM)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih
sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi
operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan
untuk mempermudah akses bagi pasien untuk (1) perawat yang disiapkan dalam merawat
pasca operatif (perawat anastesi) (2) ahli anastesi dan ahli bedah (3) alat monitoring dan
peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu
pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal,
ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat
yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi
permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi
dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat
tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti :
pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk
mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak
penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai
pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan
adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria
penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari
PACU adalah :
Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
Mual dan muntah dalam kontrol
Nyeri minimal
Berikut di bawah adalah form pengkajian post anasteshia
RUANG PEMULIHAN POST ANASTESI
PENILAIAN

Nama : Nilai Akhir :


Ruangan : Ahli bedah/Anasteshia :
Tanggal : Perawat R.R :
Area pengkajian Score Saat penerimaan Setelah
1 jam 2 jam 3 jam
Respirasi : 2
Kemampuan nafas dalam dan batuk 1
Upaya bernafas terbatas (dsipneu)
Tidak adan upaya nafas spontan 0

Sirkulasi (tekanan sisteolik) 2


80 % dari pre anastesi 1
50 % dari pre anastesi 0
< 50 % dari pre anastesi
Tingkat Kesadaran : 2
Orientasi baik dan respon verbal positif 1
Terbangun ketika dipanggil namanya 0
Tidak ada respon

Warna kulit : 2
Warna dan penampilan kulit normal 1
Pucat, agak kehitaman, keputihan. Ikterik 0
Sianosis

Aktivitas : 2
Mampu menggerakkan semua ekstrimitas 1
Mampu menggerakkan hanya 2 ekstrimitas 0
Tak mampu mengontrol ektrimitas

Total
Keterangan :
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACU/RR jika nilai pengkajian
post anastesi > 7-8.
TUJUAN PERAWATAN PASIEN DI PACU adalah :
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui
ventilaot mekanik atau nasal kanul
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirukais darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma
ekspander
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus
balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau
justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait
dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahanakn kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar
untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya.
Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat
juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anastesi di ruang PACU adalah :
1. Jenis pembedahan
Jenis pembedahan yang berbeda tentunya akan berakibat pada jenis perawatan post
anastesi yang berbeda pula. Hal ini sangat terkait dengan jenis posisi yang akan diberikan
pada pasien.?
2. Jenis anastesi
Perlu diperhatikan tentang jenis anastesi yang diberikan, karena hal ini penting untuk
pemberian posisi kepada pasien post operasi. Pada pasien dengan anastesi spinal maka
posisi kepala harus agak ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh
obat-obatan anastesi, sedangkan untuk pasien dengan anastesi umum, maka pasien
diposisika supine dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh.
3. Kondisi patologis klien
Kondisi patologis klien sebelum operasi harus diperhatikan dengan baik untuk
memberikan informasi awal terkait dengan perawatan post anastesi. Misalnya : pasien
mempunyai riwayat hipertensi, maka jika pasca operasi tekanan darahnya tinggi, tidak
masalah jika pasien dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil. Tidak
perlu menunggu terlalu lama.
4. Jumlah perdarahan intra operatif
Penting bagi perawata RR untuk mengetahui apa yang terjadi selama operasi (dengan
melihat laporan operasi) terutama jumlah perdarahan yang terjadi. Karena dengan
mengetahui jumlah perdarahan akan menentukan transfusi yang diberikan.
5. Pemberian tranfusi selama operasi
Apakah selama operasi pasien telah diberikan transfusi atau belum, jumlahnya berapa dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien masih layak untuk
diberikan transfusi ulangan atau tidak.
6. Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung dibandingkan dengan
keluarannya. Keluaran urine yang terbatas < 30 ml/jam kemungkinan menunjukkan
gangguan pada fungsi ginjalnya.?
7. Komplikasi selama pembedahan
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi
malignan. Apakah ada faktor penyulit dan sebagainya.
3. TRANSPORTASI PASIEN KE RUANG RAWAT
Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan
mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan
score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil.
Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :
a. Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya dari sumber daya
manusia sampai dengan peralatannya.
b. Sumber daya manusia (ketenagaan)
bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang yang boleh melakukan
proses transfer pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang
mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien
dan perawat. Harus seimbang.
c. Eguipment (peralatan)
Peralatan yang dipersipkan untuk keadaan darurat, misal : tabung oksigen, sampai
selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan
dalam kondisi siap pakai.
d. Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan sebagainya.
Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan
posisioning pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan
pasien.
e. Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling singkat. Ekstra waspada
terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.
4. PERAWATAN DI RUANG RAWAT
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu :
a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan
komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini
merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.
b. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan
abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka
meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
c. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif
yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan
sekret dan lendir.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien
(sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
Contoh nota discharge planning pada pasien post tracheostomy :
1. Untuk perawat : pecegahan infeksi pada area stoma
2. Untuk klien : tutup lubang operasi di leher dengan kassa steril (sudah disiapkan)

Dalam merencanakan kepulangan pasien, kita harus mempertimbangkan 4 hal berikut:


1. Home care preparation
Memodifikasi lingkungan rumah sehingga tidak mengganggu kondisi klien. Contoh :
klien harus diatas kursi roda/pakai alat bantu jalan, buat agar lantai rumah tidak licin.
Kita harus juga memastikan ada yang merawat klien di rumah.
2. Client/family education
Berikan edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal yang harus
dilakukan atau dihindari kepada keluarga klien, terutama orang yang merawat klien.
3. Psychososial preparation
Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan hubungan interpersonal sosial dan
aspek psikososial klien tetap terjaga.
4. Health care resources
Pastikan bahwa klien atau keluarga mengetahui adanya pusat layanan kesehatan yang
terdekat dari rumah klien, seperti rumah sakit, puskesmas dan lain-lain. Jadi jika dalam
keadaan darurat bisa segera ada pertolongan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul? pada saat pasca operasi
a. Impaired gas exchange r.t residual effect of anasthesia
b. Ineffective airway clearance r.t increased secretion
c. Pain r.t surgical incision and positioning during surgery
d. Impaired skin integerity r.t surgical woud, drains abd wound infection
e. Potensial injury r.t effect of anasthesia, sedation and immobility
f. Fluid volume deficit r.t fuid loss during surgery
g. Altered patterns of urinary elimation (decreased) r.t anasthesia agent and immobility
h. Activity intolerance r.t surgery and prolonged bed rest
i. Selfcare deficit r.t surgical wound, pain adn treatment regimen
j. Knowledge deficit r.t lack of information about treatment regimen
Masalah kolaboratif :
a. Perubahan perfusi jaringan sekunder terhadap hipovolemia dan vasikontriksi
b. Hipovolemia
c. PK : infeksi
d. Dan lain-lain
D. INTERVENSI KEPERWATAN
Secara umum intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien psot operasi meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Memastikan fungsi pernafasan yang optimal
2. Meningkatkan ekspansi paru
3. Menghilangkan ketidaknyamanan pasca operatif : nyeri
4. Menghilangkan kegelisahan
5.menghilangkan mual dan muntah
6. Menghilangakn distensi abdomen
7. Menghilangkan cegukan
8. Mempertahankan suhu tubuh normal
9. Menghindari cedera
10. Mempertahankan status nutrisi yang normal
11. Meningkantkan fungsi urinarious yang normal
12. Meningkatkan eliminasi usus
13.Pengaturan posisi
14. Ambulasi
15.Latihan di tempat tidur
E. KOMPLIKASI POST OPERASI
1. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik, syok nerogenik
jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah sebagai berikut :
Pucat
Kulit dingin, basah
Pernafasan cepat
Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
Nadi cepat, lemah dan bergetar
Penurunan tekanan darah
Urine pekat
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait
dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, penggantian cairan per IV dan
juga terapi pernafasan. Terapi obat yang diberikan meliputi obat-obatan kardiotonik
(natrium sitroprusid), diuretik, vasodilator dan steroid. Cairan yang digunakan adalah
cairan kristaloid sperti ringer laktat dan koloid seperti terapi komponen darah, albumin,
plasma. Terapi pernafasan dilakukan dengan memantau gas darah arteri, fungsi pulmonal
dan juga pemberian oksigen melalui intubasi atau nasal kanul.
Intervensi mandiri keperawatan meliputi :
Dukungan psikologis,
Pembatasan penggunaan energi,
Pemantauan reaksi pasien terhadap pengobatan
Peningkatan periode istirahat.
Pencegahan hipotermi dengan menjaga tubuh pasien agar tetap hangat karena hipotermi
mngurangi oksigenasi jaringan
Melakukan perubahan posisi pasien tiap 2 jam dan mendorong pasien untuk melakukan
nafas dalam untuk meningkatkan fungsi optimal paru
Pencegahan komplikasi dengan memonitor pasien secara ketat selama 24 jam. Seperti
edema perifer dan edema pulmonal.
2. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi
terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur
sementara lutut harus dijag tetap lurus.
Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus selalu diinspeksi
terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan yang kuat
dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian jantung.
Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena
bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan
sindrom pasca flebitis.
4. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus dan
vagina. Atau juga setelah herniofari dan pembedahan pada daerah abdomen bawah.
Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu
mengeluarkan urine dari kandung kemih.
5. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka psot operasi seperti dehiseinsi dan sebaginya dapat terjadi karena adanya
kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang
perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai
indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
6. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak.
Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan
multi organ.
7. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang
terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa
menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti
ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
8. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan
juga distensi abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Christantie, 2002, Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif
Nursing, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti, 2005, Kiat Sukses menghadapi Operasi,
Sahabat Setia, Yogyakarta.
Shodiq, Abror, 2004, Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi, EGC,
Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah:? Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press, Surabaya.

Posted 4 days ago by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

4.

Nov
9

SERDOS
INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN

Deskripsi Diri

IDENTITAS DOSEN

1. Nama Dosen yang diusulkan :


2. NIP/NIK/NRP :
3. Perguruan Tinggi Pengusul :
4. Nomor Peserta

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2008

BAGIAN I

Uraikan apa saja yang telah Anda lakukan dalam beberapa tahun terakhir yang dapat
dianggap sebagai prestasi dan/atau kontribusi bagi pelaksanaan dan pengembangan
Tridharma Perguruan Tinggi, yang berkenaan dengan hal-hal berikut.

A. Pengembangan Kualitas Pembelajaran (usaha dan dampak perubahan)


Saya mengamati fenomena yang sering terjadi pada mahasiswa ketika kuliah cenderung
untuk sekedar lulus mata kuliah dan atau mendapat nilai bagus. Sepertinya tidak penting
bagi mereka untuk dapat benar-benar memahami dan memperoleh manfaat dar mata
kuliah yang diikutinya. Oleh karena itu, ketika mata kuliah sudah selesai diambil, seolah
semua teori-teori yang sudah dipelajari sebelumnya seperti lewat saja tidak ada yang
‘nyantel’ atau membekas di benaknya. Hal ini tampak jelas ketika mengerjakan skripsi
sampai ujian skripsi. Walaupun kalau dilihat nilai mata kuliah tersebut B atau Bahkan A.
Memperhatikan fenomena ini maka di setiap awal perkuliahan saya selalu menyampaikan
kepada mahasiswa apa manfaat mata kuliah yang sedang diikuti ini bagi skripsi nantinya
dan juga bagaimana aplikasinya di dunia kerja setelah mereka lulus. Bagaimana posisi
mata kuliah ini keterkaitannya dengan mata kuliah – mata kuliah lain. Saya berharap
dengan cara ini mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih holistik dan
kontekstual dari materi yang diikutinya, sehingga tidak menjadi sekedar hafalan semata.
Untuk lebih menunjang tujuan ini, di dalam perkuliahan saya selalu menerapkan ada
tugas/praktikum yang relevan dengan mata kuliah yang saya ampu. Di samping juga
pengayaan metode pembelajaran dengan diskusi kelompok, dan presentasi tugas.
Dampak dari cara-cara yang telah saya terapkan menunjukkan mahasiswa menjadi lebih
aktif, dan bersemangat dalam mengikuti kuliah. Diskusi kelompok mendorong semua
mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk bicara dan berlatih berargumentasi secara
sistematis rasional. Presentasi melatih keberanian mereka tampil di depan umum. Hal ini
bagus sebagai latihan bagi mereka sebelum mereka presentasi saat ujian skripsi kelak.
Praktikum mendekatkan mahasiswa pada fenomena-fenomena nyata di lapangan
sekaligus melatih keterampilan mereka sebagai seorang calon ilmuwan psikologi.

B. Pengembangan Keilmuan/Keahlian Pokok (produktivitas dan makna karya ilmiah)

Dalam perjalanan pengembangan keilmuan yang saya jalani sampai saat ini, saya telah
menyelesaikan beberapa penelitian, baik yang dibiayai oleh Lemlit UMS sebagai
penelitian reguler, ataupun yang dibiayai oleh lembaga di luar UMS, seperti penelitian
Dosen Muda dan penelitian Hibah bersaing yang didanai oleh Dikti. Hasil penelitian
telah saya publikasikan di jurnal Ilmiah terakreditasi nasional. Selain itu saya juga sering
melibatkan diri sebagai pembicara di forum-forum ilmiah nasional untuk
mempresentasikan hasil karya saya. Yang mungkin penting untuk saya ketengahkan di
sini adalah bahwa ada topik minat khusus yang saya kaji secara konsisten baik untuk
beberapa penelitian, publikasi ataupun presentasi di forum ilmiah, yaitu tentang
pengembangan teori psikologi berdasarkan konsep-konsep Suryomentaram telah saya
tekuni sejak saya menyelesaikan tesis S-2 sampai disertasi doktor dan diteruskan dalam
kajian-kajian penelitian atau makalah-makalah presentasi. Satu buku tentang kepribadian
sehat menurut konsep Suryomentaram telah saya terbitkan. Saya masih ingin menulis
buku-buku berikutnya lagi, baik untuk keperluan mahasiswa maupun untuk masyarakat
umum. Bagi saya karya ilmiah tidak akan menjadi bermakna kalau hanya menjadi hiasan
rak buku perpustakaan, hanya untuk pemenuhan kepangkatan CCP saja, untuk mengejar
pangkat profesor saja. Ada hal yang jauh lebih penting lagi. Bagi saya, sebuah karya akan
menjadi bermakna kalau dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Terlebih lagi bila buku-
buku itu bukan hanya dibaca saja tetapi juga mampu menginsipari pembaca untuk
bertumbuh dan berkembang secara utuh, mancapai perubahan positif dalam
kehidupannya. Ini baru bermakna, ilmu bukan sekedar untuk ilmu, melainkan ilmu untuk
kemaslahatan umat. Ini obsesi cita-cita saya dalam penghayatan saya sbagai seorang
ilmuwan yang berprofesi dosen sekaligus psikologi. Harapan saya adalah melalui karya-
karya saya, sebagai dosen saya ingin berbagai yang terbaik untuk mahasiswa, sebagai
psikologi saya ingin mengamalkan ilmu untuk kesejahteraan masyarakat. Perjalanan
masih panjang untuk menggapainya. Satu yang saya inginkan adalah : Eksistensi saya
ada di karya-karya saya dan bukan pada kepangkatan saya.

C. Peningkatan Kualitas Manajemen/Pengelolaan Institusi (perubahan pengelolaan,


implementasi kebijakan, dan dukungan institusi)

Dalam pengelolaan institusi di tingkat fakultas keterlibatan saya tertuang dalam


pelaksanaan kegiatan sebagai koordinator bidang psikologi Klinis, baik yang terkait
dengan akademis maupun sosialisasi ilmu. Dalam hal ini kegiatan tidak terbatas pada
kebijakan penyusunan kurikulum semata tetapi juga monitoring dan evaluasi
implementasi pembelajaran. Saya pernah menduduki posisis sebagai PD I sebelum saya
studi S-3, saat itu untuk mendukung Kualitas Manajemen Institusi saya mengusulkanpada
Dekan suatu kebijakan tentang pemberdayaan dosen tetap dari dalam bersamaan dengan
pengurangan peran dosen tidak tetap yang saat ini banyak dari UGM semula usulan saya
tidak langsung disetujui Dekan tetapi setelah pengurangan peran dosen tidak tetap setelah
saya jelaskan dan saya bersedia melaksanakauntuk implementasinya pada akhirnya
Dekan mendukung sepenuhnya.

D. Peningkatan Kualitas Kegiatan Mahasiswa (perubahan pengelolaan, implementasi


kebijakan, dan dukungan institusi)
Dalam kegiatan mahasiswa, secara informal membimbing mahasiswa yang tengah
mengikuti lomba karya ilmiah mahasiswa. Selain itu juga melibatkan beberapa mahaiswa
dalam program-program atau penelitian yang sedang saya laukan. Memberikan supervisi
bagi asisten mata kuliah. Memberikan konsultasi di luar jam kuliah atau diluar kelas, baik
untuk keperluan konsultasi kuliah, skripsi, maupun konsultasi kegiatan mahasiswa.
Seperti pelaksanaan kegiatan pelatihan metodologi penelitian yang diselenggarakan oleh
mahasiswa, atau pertemuan-pertemuan lainnya yang diadakan atas inisiatif mahasiswa.

E. Peningkatan Pengabdian kepada Masyarakat (kegiatan dan implementasi perubahan,


serta dukungan masyarakat)

Kegiatan peningkatan Pengabdian kepada Masyarakat saya lakukan melalui lembaga


LSM yang bergerak di bidang perlindungan anak, seperti Yayasan KAKAK saya pernah
terlibat sebagai psikologi dan konsultan penelitian. Selain itu, di Dinas Pariwisata Pemda
Surakarta, bersama rekan – rekan dari institusi lain, pernah terlibat dalam satu tim
sebagai evaluator peristiwa-peristiwa budaya di kota Solo sepanjang tahun. Melalui
program yang diselenggarakan Pusat Studi budaya, kerjasama dengan ISI Surakarta saya
terlibat dalam pelaksanaan Pendidikan Apresiasi Seni di sekolah-sekolah dasar di
Surakarta, Karanganyar dan Sragen.

BAGIAN II

Sebagai anggota komunitas sosial, berikan deskripsi diri Anda sendiri pada aspek-aspek
berikut.
F. Karakter pribadi dalam berbagai situasi dan kondisi (kendali diri, kesabaran, ekspresi
perasaan, rasionalitas)

Kebetulan di suatu kesempatan beberapa tahun yang lalu di fakultas ada pelatihan
Analisis Transaksional, dengan mengundang seorang pelatih pakar dari Universitas
Indosesia. Di sanalah satu sesi, acaranya berbentuk memberikan penilaian tentang
karakter seseorang. Saat itu saya manfaatkan kesempatan memberanikan diri untuk
mengajukan diri saya sebagai orang yang dinilai oleh teman-teman sejawat. Berdasarkan
hasil penilaian teman-teman, saya dinilai sebagai orang yang : disiplin, teguh pendirian,
rasional,cerdas, tegas, gigih, pandai menjaga rahasia, tidak suka gosip, disamping juga
ada hal yang dinilai sebagai kelemahan yaitu tetutup, kurang hangat dalam pergaulan dan
masa bodoh. Berdasarkan pengakuan seorang mahasiswi yang menyampaikan
apresiasinya melalui sebuah surat kepada saya saat setelah diwisuda saya juga lebih tau
bagaimana saya di mata mahasiswa saya, pada surat ucapan terima kasih itu terselip di
dalamnya ungkapan yang menyatakan penilaiannya terhadap saya. Mahasiswa tersebut
menilai karakter keibuan, sikap empati plus ketegasan yang menurutnya seringkali dapat
mempengaruhi orang lain, selain merupakan orang yang enak diajak sharing dan trasfer
ilmu. Pada pertemuan terakhir perkuliahan saya kadang-kadang meninta mahasiswa
untuk mengevaluasi saya baik dalam metode pembelajaran maupun penilaian secara
umum, dan ungkapan-ungkapan seperti itu sering saya temui.

G. Etos kerja (semangat, target kerja, disiplin, ketangguhan)

Saya merasa saya memiliki ketangguhan yang tinggi selain juga kesabaran, dan ini telah
saya buktikan ketika dalam proses pembimbingan penyelesaian disertasi saya yang lalu.
Barangkali saya tidak akan mampu menyelesaikan disertasi saya kalau saya tidak
tangguh, semangat dan disiplin, karena tidak mudah menghadapu tiga orang promotor
yang satu sama lain memiliki perbedaan pandangan terhadap obyek kajian disertasi saya.
Saya dituntut untuk pandai-pandai membawa diri, menghadapi berbagai kritikan para
promotor, yang benar-benar bisa saya ibaratkan sebagai ‘uji nyali’. Saya harus berpikir
keras bagaimana caranya agar ide-ide gagasan saya tetap bisa diterima mereka tanpa
harus membuat beliau-beliau merasa tidak dihargai. Ini bukan hal yang mudah, awalnya
beliau tidak berkenan walaupun pada akhirnya bisa menerima ide saya. Bahkan saat
mengetahui hasilnya saat promosi beliau merasa salut. Dalam keseharian di kampus tidak
jarang pula menghadapi mahasiswa yang komplain nilai yang tidak memuaskan bagi
mereka, namun biasanya setelah saya jelaskan transpsran, mereka bisa menerima tanpa
protes.

H. Integritas Diri (kejujuran, keteguhan pada prinsip, konsistensi, tanggung jawab dan
keteladanan)

Saat itu saya mendapat kesempatan untuk ditugaskan studi lanjut S-2. Bagi saya tugas
studi lanjut, merupakan tugas yang harus saya laksanakan, karena menurut saya studi
lanjut adalah sebuah keniscayaan yang perlu dijalani sebagai konsistensi dan
tanggungjawab saya atas pilihan keputusan saya untuk menjadi dosen. Saat itu saya telah
berpikir bahwa untuk mengajar S-1 semestinya minimal harus berpendidikan S-2. Saya
perlu belajar lebih banyak lagi agar lebih banyak pula yang akan saya bagikan kepada
mahasiswa. Segala macam keragu-raguan dan kekhawatiran gagal sekolah (seperti yang
dirasakan teman-teman yang lebih senior saat itu) tidak saya pedulikan, saya kuatkan diri
untuk secara bulat menyatakan sanggup untuk mengemban tugas belajar studi lanjut.
Menurut pimpinan fakultas saat itu, kebetulan saat itu memang tidak ada dari dosen yang
lebih senior bersedia berangkat studi lanjut, padahal telah beberapa tahun fakultas tidak
mengirimkan dosen untuk studi lanjut, oleh karena itu tahun itu harus ada yang bersedia
berangkat. Dan akhirnya sayalah yang berangkat S-2. Setelah saya saat itu berangkat
studi lanjut S-2, baru pada tahun-tahun berikutnya beruntun teman-teman dosen ingin
melanjutkan studi lanjut. Begitu juga untuk studi lanjut S-3 saya menjadi orang pertama
di fakultas yang melaksanakannya.

I. Keterbukaan terhadap kritik, saran, dan pendapat orang lain (penyikapan, penerimaan)

Kritik bukanlah sesuatu yang harus dihindari apalagi ditakuti, justru melalui kritik kita
jadi lebih tau tentang diri kita. Saya biasanya akan dengarkan kritikan yang dilontarkan
pada saya, saya akan melihatnya secara obyektif kebenaran kritikan ini. Bila saya tidak
yakin akan kebenaran kritikan ini saya akan mencari pendapat orang ketiga agar saya
lebih yakin tentang objektivitas isi kritikan. Karena menurut saya kritikan yang obyektif
justru diperlukan untuk kemajuan dan perbaikan diri. Begitu juga dalam mensikapi saran
atau pendapat orang lain, saya berusaha mengambil sikap bijak. Artinya tidak semata-
mata percaya dan menggantungkan diri pada pendapat orang lain, tetapi juga bukan
berarti sama sekali mengabaikan atau menutup mata atas pendapat orang lain.

J. Peran sosial (kemampuan kerja sama, kemampuan komunikasi)

Sejauh pengetahuan saya selama ini, saya bisa bekerja sama dan berkomunikasi
denganorang lain dengan cukup baik dan lancar, baik dengan teman sejawat, staf
administrasi, atasan, mahasiswa dan masyarakat. Dalam bekerja sama saya suka bila
dalam kerjasama ini ada saling percaya pada sesama anggota dalam satu tim, saling
besedia bahu membau satu sama lain bertanggung jawab atas peran dan tugas masing-
masing.

K. Orisinalitas (kreativitas dan inovasi)

Orisinalitas dalam pekerjaan saya tunjukkan mlalui karya disertasi saya, yang mengkaji
topik yang menurut para promotor termasuk topik yang orisinal sekaligus merupakan
inovasi baru di tengah-tengah pengembangan ilmu psikologi di Indonesia yang selama ini
lebih banyak berkiblat pada teori-teori Barat. Kreativitas dan inovasi senantiasa saya
lakukan dalam tugas saya selaku pengajar. Pada tiap semester pasti saya selalu meninjau
ulang metode pembelajaran yang saya terapkan. Bersama mahasiswa saya lakukan
evaluasi kurang lebihnya metode dan materi kuliah. Seringkali terjadi pula metode yang
telah saya siapkan suatu saat tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa peserta di satu
kelas tertentu. Dalam kondisi ini saya biasanya langsung ganti metode yang saya pandang
lebih cocok untuk kelas tersebut.
Deskripsi diri ini saya buat dengan sesungguhnya dan jika diperlukan saya bersedia untuk
menyampaikan bukti-bukti terkait.

Posted 4 days ago by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

5.

Nov

12

CARA PEMERIKSAAN DAERAH


ABDOMEN
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
pemeriksaan fisik abdomenUrutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi
dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita
belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
@ Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
@ Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
@ Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan
teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah
tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon
asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan
organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio
urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

INSPEKSI

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-
bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
2. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
3. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).
4. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
5. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
6. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
7. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:


1.Pasien sering merubah posisi ? adanya obstruksi usus.
2.Pasien sering menghindari gerakan ? iritasi peritoneum generalisata.
3.Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi ?
peritonitis.
4.Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri ?
pankreatitis parah.

AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
1.Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila
obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi
seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
2.Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,
terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
1.Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
2.Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak
melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
3.Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
4.Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah
muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka
itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu
adalah spasme sejati.
5.Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.
6.Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan
cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga
organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan
pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
7.Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.

Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas.
Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS.
Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba.
Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan
berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus

PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa
berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya
udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani
(organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
1.Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus,
pekak hati akan menghilang.
2.Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi
timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant.
Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan
terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:
* Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu
sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi
yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen
dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang
lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
* Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur
terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi.
Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat
peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.

Posted 12th November 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

6.

Nov

12

PEMERIKSAAN FISIK PERAWAT


TAHAP PENGKAJIAN

november , 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang respon klien agar dapat mengidentifikasi dan
mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Area yang
termasuk respon klien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-ekonomi,
kultural dan spiritual (Yura & Wals, 1988).

Menurut Kozier et al. (1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu:
pengumpulan data, organisasi data, validasi data, dan analisa data.
1.Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis dan
kontinyu tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala
sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual,
kemampuan dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan keperawatan
yang mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang berkaitan dengan
rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien.
Dari semua informasi yang terkumpul didapatkan data dasar berupa riwayat kesehatan/
keperawatan, pengkajian fisik, riwayat pengobatan dan pemeriksaan fisik, termasuk hasil
laboratorium dan tes diagnostik, dan data berupa kontribusi informasi dari tenaga
kesehatan lainnya.

Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi dan menilaii tentang
keadaan kesehatan klien, untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan serta
membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.

Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data subjektif
adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, termasuk
sensasi klien, perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap
status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa
kuatir, cemas, dan lain lain.
Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengamatan,
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku),
misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dan lain
lain.
Sumber data yang dapat dipergunakan untuk pengumpulan data adalah sumber data
primer, sekunder, dan tersier. Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan
langsung dari klien, yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Sumber data sekunder adalah data-data
tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber lain, seperti keluarga, teman,
profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber data tersier adalah data yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan, laboratorium, analisis diagnostik, rekam medik dan dari
literatur yang relevan. (Craven & Hirnle, 2000; Kozier et al., 1995).

Dalam pengumpulan data agar dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya
dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan: keluhan utama, riwayat
kesehatan sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, keadaan fisik, pola kebiasaan,
psikologis, sosial, spiritual, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi,
electrocardiograph, dan keadaan khusus lainnya yang berhubungan.
Cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a.Wawancara (Interview/ Anamnese)
Menurut Potter dan Perry (1997) wawancara adalah suatu pola dalam memulai
komunikasi dengan tujuan yang spesifik dan terarah dalam area tertentu. Dalam
keperawatan tujuan utama dari wawancara adalah untuk mengetahui riwayat kesehatan/
keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor-faktor risiko, dan faktor-
faktor spesifik dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien, serta untuk
menjalin hubungan perawat-klien. Wawancara dapat dilakukan dengan klien langsung
atau dengan orang yang terdekat dengan klien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perawat melakukan wawancara dengan klien
(Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995) adalah:

1) Menerima keberadaan klien sebagai mana adanya. 2) Memberikan kesempatan kepada


klien dan keluarganya untuk menyampaikan keluhan/ pendapat secara bebas.3) Harus
dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien. 4) Perawat harus bersikap tenang,
sopan dan penuh perhatian. 5) Menggunakan teknik komunikasi terapeutik. 6) Tidak
bersifat menggurui tetapi lebih kepada mengarahkan wawancara agar terfokus dan
spesifik tentang masalah yang dihadapi klien. 7) Menciptakan lingkungan yang
mendukung.

b.Pengamatan (Observasi).
Pengamatan adalah mangamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah keperawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengamatan: 1) Tidak melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien
sehingga data yang diperoleh murni. 2) Lakukan seleksi dan interpretasi dari data yang
diamati menyangkut aspek bio-psiko-sosio-spiritual klien (Craven & Hirnle, 2000;
Kozier et al. 1995).

c.Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah
kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et
al., 1995). Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan, hasil data yang diperoleh misalnya: sclera
mata berwarna kuning (icterik), kulit kebiruan (ciyanosis), wajah pucat, dan lain-lain.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan pendengaran dan dibantu
dengan penggunaan statescope, misalnya: mendengar bising usus, bunyi jantung, bunyi
paru-paru, dan lain-lain. Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan, misalnya: perabaan
pada bagian tubuh yang diduga adanya radang, pembengkakan, pemeriksaan kehamilan,
oedem, dan lain-lain.

Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh
yang dilakukan dengan cara menggunakan ujung-ujung jari tangan atau menggunakan
alat seperti reflek hammer pada pemeriksaan reflek.

d.Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik merupakan bagian dari tahap pengumpulan
data, hal ini sangat membantu dalam penatalaksanaan, pemeliharaan dan restorasi
kesehatan. Pengetahuan tentang tujuan, prosedur, dan hasil dari pemeriksaan
laboratorium dan tes diagnostik diperlukan untuk keberhasilan pemeriksaan yang
merupakan sekumpulan informasi yang berguna untuk menetapkan masalah keperawatan
serta meningkatkan intervensi keperawatan yang tepat waktu dan sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan (Doenges, Moorhouse & Burley, 1995).

2.Organisasi data
Organisasi data merupakan sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk keteraturan
pengumpulan data dan pencatatan hasil pengumpulan data. Kerangka kerja membantu
sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik,
mencegah tidak tercantumnya informasi yang berhubungan, dan memudahkan dalam
analisa data pada tahap perumusan diagnosa keperawatan. Kerangka kerja dapat
dimodifikasi berdasarkan status kesehatan klien (Fuller & Schaller-Ayers, 1994, dalam
Craven & Hirnle, 2000).

3.Validasi data
Menurut Kozier et al. (1995) validasi data adalah kegiatan “Double-Checking” atau
verifikasi data untuk mengkonfirmasi kelengkapan, keakuratan, dan aktualitas data.
Dengan memvalidasi data, membantu perawat untuk memastikan kelengkapan informasi
dari pengkajian, kecocokan data objektif dan subjektif, mendapatkan tambahan informasi,
menghindari ketidakteraturan dalam mengumpulkan dan memfokuskan data sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dan identifikasi masalah. Alfaro – LeFevre
(1998), menjelaskan bahwa yang termasuk cara memvalidasi data antara lain: bandingkan
antara data yang didapat dengan fungsi normal, rujuk pada buku, jurnal, dan hasil
penelitian, periksa konsistensi data subjektif dengan dapat objektif yang didapat,
klarifikasi dengan pernyataan-pernyataan klien, dan cari persetujuan kolega tentang
kesimpulan yang dibuat.

4.Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berpikir
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman,
dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses penyakit. Dalam
melakukan analisa data diperlukan kemampuan menghubungkan data dengan penyebab
berdasarkan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah keperawatan klien.

Fungsi dari analisa data adalah perawat dapat menginteprestasi data yang diperoleh dari
klien maupun dari sumber lain, sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti
dalam pengambilan keputusan untuk menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan
klien.
Dasar pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam melakukan analisa
data, antara lain: anatomi dan fisiologi sistem tubuh, patofisiologi penyakit, farmakologi,
ilmu perilaku, konsep manusia, konsep sehat-sakit, stress, adaptasi, etika keperawatan,
tindakan dan prosedur keperawatan, serta konsep teori keperawatan.

Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan langkah-langkah sebagai


berikut:
a) Validasi kembali data, teliti kembali data yang terkumpul.
b) Identifikasi kesenjangan data.
c) Susun kategorisasi data secara sistematis dan logis.
d) Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang askep klien.
e)Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah& penyebabnya.
f) Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

Posted in KEPERAWATAN | Tagged KEPERAWATAN, pengkajian keperawatan,


analisa data, pengumpulan data, organisasi data, validasi data, pemeriksaan fisik,
observasi, pemeriksaan penunjang, proses keperawatan

Posted 12th November 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

7.

Nov

12

TANDA-TANDA VITAL
Vital Signs atau Tanda Vital

Yaitu : pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling dasar. Empat tanda-tanda
vital utama tubuh adalah :

* Tekanan Darah / tensi


* Denyut Nadi
* Respirasi ( Pernafasan)
* Suhu Tubuh

mengukur vital signs

Tanda-tanda vital berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis, yang
berkaitan dengan masalah kesehatan klien.

Tekanan Darah / Tensi

Tekanan darah, adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri, Tekanan
ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas
dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop.
Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan
emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.

Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah
tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan
memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik,
mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah.
Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa).
Rekaman ini merepresentasikan seberapa tinggi kolom air raksa diangkat oleh tekanan
darah.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi, langsung meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner (serangan jantung) dan stroke (serangan otak). Dengan tekanan darah tinggi,
arteri dapat mengalami peningkatan resistensi terhadap aliran darah, menyebabkan
jantung memompa lebih keras untuk mengedarkan darah.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute of
Health (NIH), tekanan darah tinggi atau hipertensi bagi orang dewasa didefinisikan
sebagai:
tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih
tinggi
Dalam Pembaruan NHLBI pedoman untuk hipertensi pada tahun 2003, sebuah kategori
tekanan darah baru ini ditambahkan disebut prehipertensi
yaitu tekanan sistolik 120 mm Hg - 139 mm Hg dan tekanan diastolik 80 mm Hg - 89
mm Hg
Panduan NHLBI baru sekarang mendefinisikan tekanan darah normal sebagai berikut:
tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mm Hg
Namun angka-angka ini harus digunakan sebagai pedoman saja. Sebuah pengukuran
tekanan darah tinggi tidak selalu merupakan indikasi dari suatu masalah. membuat
diagnosis hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak hanya dari pengukuran sekali saja
namun perlu melihat beberapa pengukuran tekanan darah selama beberapa hari atau
minggu sebelumnya.

Denyut Nadi
Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit.
Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga
mengkaji :

* irama jantung

* kekuatan denyut jantung

Nadi normal untuk orang dewasa yang sehat berkisar 60-100 denyut per menit. Denyut
nadi dapat berfluktuasi dan meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit,
cedera, dan emosi.

Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas,
lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal,
menurut American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8 derajat Fahrenheit,
atau setara dengan 36,5 derajat Celsius sampai 99 derajat Fahrenheit atau 37,2 derajat
Celcius.

Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui :

* Oral

Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau yang
lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk mengukur
suhu tubuh.

* Dubur

Suhu yang diambil melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer
digital) cenderung 0,5-0,7 derajat lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.

* Aksilaris

Temperatur dapat diambil di bawah lengan dengan menggunakan termometer gelas atau
termometer digital. Suhu yang diambil oleh rute ini cenderung 0,3-0,4 derajat lebih
rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.

* Telinga

Termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu gendang telinga, yang
mencerminkan suhu inti tubuh (suhu dari organ-organ internal).
Mungkin suhu tubuh abnormal karena demam (suhu tinggi) atau hipotermia (suhu
rendah). Demam ditandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37 derajat Celsius secara
oral atau 37,7 derajat Celsius melalui dubur, menurut American Medical Association.
Hipotermia didefinisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 35 derajat Celsius.
Tingkat Respirasi
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit.
Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali
dada meningkat.

Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa
pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan
bernapas.
Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20 kali per menit.

Posted 12th November 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

View comments

8.

May

24

DEPARTEMEN FISIOLOLOGI FIK


UNIV INDONESIA TIMUR
PEMERIKSAAN FISIS JANTUNG
Tujuan percobaan
Mempelajari empat cara pemeriksaan fisis jantung
Menentukan letak apeks jantung
Menentukan batas – batas jantung
Mempelajari suara –suara yang ditimbulkan dari aktivitas jantung selama satu siklus
jantung

1. Alat percobaan
Stetoskop
Spidol boardmarker

2. Review anfis jantung


Sirkulasi jantung
Paru (oksigenasi) V.pulmonal atrium kiri ventrikel kiri aorta jaringan
(metabolisme) VCS & VCI atrium kanan ventrikel kanan A.pulmonal

3. Siklus jantung
Fase pengisisan
Fase kontraksi isovolumetrik
Fase relaksasi isovolumetrik
Fase ejeksi

Inspeksi (periksa pandang)


Palpasi (periksa raba)
Perkusi (Periksa Ketuk)
Auskultasi (periksa dengar)

Bunyi jantung I (S1)


Bunyi jantung II (S2)
Bunyi jantung III (S3)
Bunyi jantung IV (S4)

ELECTROKARDIOGRAM

Defenisi
EKG ad/ grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari tentang EKG

B. Tujuan percobaan
Mengetahui cara pemeriksaan dan pembacaan hasil EKG
Mengetahui aktivitas jantung secara fisiologis
C. Alat dan Bahan Percobaan
Elektrokardiogram
Plat elektrode
Jelly elektrode/kapas alkohol
Kertas EKG
Kertas tissue
D. Manfaat pengukuran EKG
Untuk mengetahui :
adanya hipertropi atrium dan ventrikel
adanya infark miokardium
aritmia jantung
perikarditis
penyakit sistemik yg mempengaruhi jantung
pengaruh obat – obat jantung
gangguan metabolisme elektrolit
E. Sistem Konduksi Jantung
SA – Node (sino atrial node)
AV – Node (atrio ventrikuler node)
Berkas His
Serabut Purkinye
F. Jalur Exitasi jantung
Depolarisasi atrium di gambarkan dengan gelombang P
Depolarisasi ventrikel digambarkan dengan gelombang QRS
Repolarisasi Ventrikel digambarkan dengan gelombang T
G. Sadapan EKG
Sadapan Bipolar : LEAD I, LEAD II, LEAD III
Sadapan Unipolar :
sadapan ekstremitas
sadapan pericordial
H. Interpretasi EKG
frekuensi (Heart Rate)
Irama (Rhythm)
Gelombang P
Interval P – R
Gelombang/kompleks QRS
Segment S – T
Gelombang T

--------------------------------------------------------------------------------------------------
TEKANAN DARAH ARTERI PADA MANUSIA

TDA Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah
TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara pengukuran tekanan darah arteri.
Mempelajari faktor2 yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.
ALAT
Stetoskop
Sphigmomanometer
Manometer air raksa/aneroid
CARA KERJA
Cara Palpasi/Meraba
Tekanan darah sistol
Cara Auskultasi/Mendengarkan
Tekanan darah sistol + diastol
Cara Osilasi/Melihat gerakan osilasi
Tekanan darah sistol + diastol

Tekanan sistol max. darah dalam arteri pd saat jantung berkontraksi.


Tekanan diastol min. darah dalam arteri pd saat jantung berelaksasi.

Tekanan nadi perbandingan antara tekanan sistol dan tekanan diastol.

Ket :
TDA = Tekanan darah arteri
CO = Cardiac Output ( curah jantung ) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel tiap
menit, N = 5 L/menit.
TPR = Tahanan perifer total ukuran hambatan terhadap aliran darah melalui dinding
pembuluh darah yang disebabkan oleh friksi ( gesekan ) antara aliran darah yang
mengalir dengan pembuluh darah.
HR = Heart Rate/Frekwensi denyut jantung ( N=60-80 x/menit )
SV = Stroke Volume/Volume sekuncup ( N = 70 ml/denyut )
Rumus TDA dipengaruhi oleh :
Kontraktilitas otot jantung : kemampuan jantung untuk berkontraksi.
Freeload : beban kerja yang diberikan oleh ventrikel sebelum berkontraksi.
Afterload : beban kerja yang diberikan oleh ventrikel pada saat berkontraksi.
Atrium kanan Ventrikel kanan ( malalui katup trikuspid) Paru-paru ( malalui arteri
pulmonalis ) Atrium kiri ( malalui vena pulmonal ) Ventrikel kiri ( melalui katup
bikuspid ) Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui vena cava superior dan vena cava
inferior.

Pengaruh istirahat
Pengaruh perubahan sikap
Pengaruh kerja otot
Pengaruh berfikir
Pengaruh Valsava ( Ekspirasi )
Pengaruh Muller ( Inspirasi )

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Mikrosirkulasi
By: Fredy Akbar K
Cp : 085255715162
Defenisi
Tujuan percobaan
1. Mempelajari susunan
mikrosirkulasi ( kapilaroskopi ).
2. Melihat aliran darah melalui
susunan ini.
3. Melihat beberapa faktor terhadap
mikrosirkulasi.
Alat dan bahan
Mikroskop
Katak
Papan Lilin
Pinset
Jarum Pentul
Spoit
Tissue
Handskun

An_fis pembuluh darah pada mikrosirkulasi


Arteri
Arteriole
Kapiler
Venula
Vena kecil
Melihat aliran darah melalui susunan mikrosirkulasi
Bagaimana kecepatan aliran normal
Kapan aliran darah cepat
Kapan aliran darah lambat
Pengaruh aliran terhadap kapiler dan jaringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mikrosirkulasi


Vasokontriktor
Contoh : - Adrenalin
- Epinefrin
- Angiotensin
- Vasopresin
- Air dingin
Sekian
&
Terimakasih

--------------------------------------------------------------------------------------------------

BERAT JENIS URINE

A. Defenisi
BJU ad pengukuran berat jenis urine untuk evaluasi umum terhadap sistem eropoetik
maupun stasus kesehatan.
Urine merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan tubuh melalui ginjal
Rumus BJU :
BJU = BJ terbaca + (suhu kamar – suhu tera) x 0,001
3
Ket :
BJU Normal = 1,005 – 1,030
Suhu Kamar = 27 o C
Suhu Tera di Urinometer = 20 o C
B. Tujuan Percobaan
Mengukur BJU (Berat Jenis Urine)
Melihat Fungsi Ginjal Dalam Pemekatan dan Pengenceran Urine
C. Alat dan Bahan
Gelas penampung dan gelas ukur
Urinometer
Strip untuk urinalis (Combistik)
Air 1,5 Liter
Tissue
Urine
D. Cara Kerja
Membandingkan Berat Jenis Urine dengan air (H2O) Pada Volume yang Sama
Menggunakan Reagen Strip
ANFIS SISTEM PERKEMIHAN
Ginjal
Ureter
Kandung Kemih
Uretra
Pemekatan dan Pengenceran
Pemekatan = Dehidrasi (Kekurangan cairan)
Pengenceran = Overhidrasi (Kelebihan cairan)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---
SPIROMETRI
By
Fredy Akbar K.
Spirometri
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume udara yang dihirup dan
dihembuskan paru-paru.
Tujuan Percobaan :

1. Mengukur volume dan kapasitas paru-paru


dengan spirometri
2. Menentukan Peak Flow Rate//Maximal Flow
Alat-Alat yang Dibutuhkan :
Spirometri
Kapas Alkohol

ANATOMI SISTEM PERNNAPASAN

Mekanisme bernapas
Ventilas Udara masuk ke ventilasi utama (hidung) karena perbedaan tekanan udara pada
atmosfer dan paru-paru yang disebabkan oleh kontraksi otot inspirasi.
2. Difusi Pertukaran gas antara oksigen dan karobondioksida antara kapiler paru dan
alveoli.

3. Transfor oksigen dan Karbondioksida

Volume yang Dapat Diukur Oleh Spirometri


TD (Tidal Volume)
VCI (Volume Cadangan Inspirasi)
KI (Kapasitas Inspirasi)
VCE (Volume Cadangan Ekspirasi)
VR (Volume Residual)
KRF (Kapasitas Residual Fungsional)
KV (Kapasitas Vital)
KPT (Kapasitas Paru Total)
Terima Kasih

“Belajar adalah sebuah proses,dan sebuah proses butuh kesabaran.”

Posted 24th May 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

9.

May

23

narkoba
UPYA DAN PENANGGULANGAN NARKOBA
Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba saat ini menjadi masalah yang sangat
memprihatinkan dan cenderung semakin meningkat serta merupakan masalah bersama
antara yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sehingga memerlukan suatu strategi
yang melibatkan seluruh komponen bangsa yang bersatu padu dalam suatu gerakan
bersama untuk melaksanakan strategi ”menyeimbangkan dan memadukan pengurangan
pemasukan dan pengurangan permintaan” sehingga program P4GN dapat berhasil guna
yang meliputi bidang-bidang sebagai berikut :

1. Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.

Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkan kapasitas


kelembagaan lintas bidang terkait, meningkatkan kualitas individu aparat, serta
menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat
melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga keagamaan, organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja, serta
lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. (Pendidikan, Kesehatan sosial, Sosial-
Akhlak, Sosial-pemuda & OR Ekonomi-Tenaga Kerja). Mencegah terjadinya
penyalahgunaan dan perredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat
mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh
komponen masyarakat dengan motto yang menjadi pendorong semangat adalah
”Mencegah Lebih baik Daripada Mengobati”,a. Strategi pre-emtif (Prevensi Tidak
Langsung)
Merupakan pencegahan tidak langsung yaitu, menghilangkan atau mengurangi faktor-
faktor yang mendorong timbulnya kesempatan atau peluang untuk melakukan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan usaha/kegiatan dengan
menciptakan kesadaran, kepedulian, kewaspadaan, dan daya tangkal masyarakat dan
terbina kondisi, prilaku dan hidup sehat tanpa narkoba.
b. Strategi Nasional Usaha Promotif
Usaha-usaha promotif dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan pembinaan dn
pengembangan lingkungan masyarakat bebas narkoba, pembinaan dan pengembangan
pola hidup sehat, beriman, kegiatan positif, produktif, konstruktif dan kreatif.
c. Strategi nasional untuk komunikasi,
Informasi dan Pendidikan Pencegahan.
Posted 23rd May 2010 by Ns.Fredy Akbar K,S.Kep

Add a comment

Loading
Send feedback

Anda mungkin juga menyukai