(Diskusi Jumat)
Oleh:
Septilia Sugiarti
1718012183
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Palliative Care dan End of Life Care”. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami memohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................. 6
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Paliative Care...............................................................................8
2.2 Tujuan Paliative Care..................................................................................10
2.3 Tujuan dan Sasaran Kebijakan.....................................................................11
2.4 Ruang Lingkup Terapi Paliative..................................................................11
2.5 Klasifikasi Paliative Care.............................................................................12
2.6 Domain Paliative Care.................................................................................12
2.7 Aspek Medikolegal dalam Paliative Care....................................................13
2.8 Sumber Daya Manusia.................................................................................15
2.9 Tempat dan Organisasi Paliative Care.........................................................16
2.10 Tatalaksana Gejala Fisik dan Psikis...........................................................17
2.11 Paliative Care di Indonesia........................................................................18
2.12 Paliative Care di Puskesmas Kampung Sawah..........................................22
BAB III Critical Appraisal
3.1 Validity........................................................................................................23
3.2 Importance..................................................................................................25
3.3 Applicability................................................................................................25
BAB IV Kesimpulan .......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
ada harapan lagi, bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal
pasien stadium terminal (PST) tentunya membutuhkan pelayanan yang spesial,
disinilah perawatan paliatif menjadi aspek penting pada pengobatan. Menurut
Kemenkes (2007) yang termasuk penyakit terminal adalah penyakit kanker,
penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke,
parkinson, gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS (Kemenkes, 2007).
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk
pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru
perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini
5
agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan
paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak
mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald,
2003)
Maka dari itu, diperlukan pembenahan pada pelaksanaan program paliatif care di
pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai layanan kesehatan tingkat
pertama. Tujuannya agar dapat menyediakan dukungan untuk membantu pasien
hidup seaktif mungkin hingga waktunya tiba, menyediakan dukungan untuk
membantu keluarga mengatasi masalahnya terkait penyakit pasien dan rasa
kehilangannya, memberikan dukungan psikologis dan spiritual dalam tatalaksana
pasien, meningkatkan kualitas hidup pasien di wilayah kerja Puskesmas
khususnya, dan masyarakat Indonesia secara umum.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah:
1. Memahami dan mempelajari pengertian paliatif care dan end of life care.
2. Memahami dan mempelajari tujuan, sasaran dan ruang lingkup paliative care
3. Memahami program puskesmas mengenai perawatan paliatif di Puskesmas
Kampung Sawah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
sesuai untuk anak-anak dan keluarga mereka adalah sebagai berikut; prinsip-
prinsip berlaku untuk gangguan kronis pediatrik lainnya (WPCA, 2014).
Perawatan paliatif untuk anak-anak adalah perawatan total aktif dari tubuh,
pikiran dan jiwa anak, dan juga melibatkan memberikan dukungan kepada
keluarga.
Perawatan paliatif dimulai ketika penyakit didiagnosis, dan berlanjut tanpa
memperhatikan apakah seorang anak menerima pengobatan yang
diarahkan pada penyakit.
Penyedia layanan kesehatan harus mengevaluasi dan meringankan
penderitaan fisik, psikologis, dan sosial anak.
Perawatan paliatif yang efektif membutuhkan pendekatan multidisiplin
yang luas yang mencakup keluarga dan memanfaatkan sumber daya
masyarakat yang tersedia; itu dapat berhasil diterapkan bahkan jika
sumber daya terbatas.
Perawatan paliatif dapat disediakan di fasilitas perawatan tersier, di pusat
kesehatan masyarakat dan bahkan di rumah anak-anak.
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon, dan
Hervey Schipper (1999), adalah:
1. Gejala fisik,
2. Kemampuan fungsional (aktivitas),
3. Kesejahteraan keluarga,
4. Spiritual,
5. Fungsi sosial,
6. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan),
7. Orientasi masa depan,
8. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri,
9. Fungsi dalam bekerja.
8
Menurut Kemenkes RI Nomor: 812, 2007 kualitas hidup pasien adalah keadaan
pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan
sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di
rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan
tenaga paliatif. Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium
terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan
yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di
rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-
gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri. Sarana
(fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara
medis bagi masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien
sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami informasi yang
diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional berdasarkan informasi
tersebut.
9
5. Meningkatkan kualitas hidup dan mempengaruhi perjalanan penyakit secara
positif.
6. Dapat dikombinasikan dengan terapi lain untuk memperpanjang kehidupan
(kemoterapi, radioterapi, dll.).
2.3 Tujuan dan Sasaran Kebijakan
2.3.1. Tujuan Kebijakan
Tujuan umum kebijakan paliatif yaitu sebagai payung hukum dan arahan bagi
perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah
terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak
perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih, serta
tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
10
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah
sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan Keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
11
d. Kebutuhan spiritual
12
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien
sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga
terdekatnya. Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan
atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang
harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila
kompetensinya kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat
memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan
mewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten.
Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi
tim perawatan paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
13
Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu
yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga
terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien
berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti
ilmiah pada saat tersebut. (Kemenkes RI Nomor: 812, 2007).
14
b. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
c. Pelatihan dilaksanakan dengan modul pelatihan.
Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama antara para
pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-modul tersebut terdiri dari
modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul untuk tenaga
kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
Pelatih dalam pelatihan adalah Pakar perawatan paliatif dari RS
Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.
Sertifikasi dikeluarkan dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan
dan Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan
sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima)
propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar.
Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
(Kemenkes RI, 2007)
d. Pendidikan.
Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran palliatif, ilmu
keperawatan palliatif) (Kemenkes RI, 2007).
15
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang
tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.
2.9.2 Organisasi Perawatan Paliatif
Organisasi perawatan paliatif menurut tempat pelayanan/sarana
kesehatannya adalah:
a. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
b. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas
B non pendidikan.
c. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan
dan kelas A.
d. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait. (Kemenkes RI, 2007)
2.10 Tatalaksana Gejala Fisik dan Psikis
a. Intervensi dapat berupa farmakologis (berdasarkan etiologi) dan
nonfarmakologis (konseling, terapi perilaku, terapi relaksasi, dll.)
Terapi dalam bentuk komunikasi yang memungkinkan orang untuk berbicara
tentang masalah dan perasaannya dalam lingkungan yang konfidensial dan
dependabel”. (National Health Service, 2014). Tujuan konseling yaitu
membantu mengatasi berbagai kondisi kejiwaan (depresi, cemas, penyakit
jangka panjang, dll.), mengatasi stress yang berhubungan dengan pekerjaan,
mengatasi kehilangan atau keretakan hubungan antar seseorang, memberi
pengertian akan masalah yang dihadapi (National Health Service, 2014).
Saat pasien menderita penyakit terminal atau mengancam jiwa, ada banyak
momen yang berpotensi membuat konflik dan meningkatkan emosi pasien
karena situasi berita buruk. Konseling yang baik meliputi komunikasi efektif
dan empatik yang esensial untuk hal ini.Tujuh langkah efektif untuk
mengkomunikasikan berita buruk: P-SPIKES (Emmanuel, 2012).
16
b. Memastikan adanya perhatian dan kasih sayang dari keluarga, saudara, teman
dekat : kunjungan lebih sering, bantuan aktivitas tertentu, dll.
17
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang sedang menghadapi masalah yang
beruhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial, dan
spiritual (WHO, 2016).
Perawatan paliatif memiliki fokus pada peredaan rasa sakit, gejala serta stress
akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut. Ini merupakan perawatan
medis yang dapat membantu meminimalisir penderitaan serta meningkatkan
kualitas hidup pasien yang menderita penyakit kritis yang mengancam jiwa,
seperti kanker stadium lanjut.
Tujuan umum kebijakan paliatif yaitu sebagai payung hukum dan arahan bagi
perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah
terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia, tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak
18
perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih, serta
tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan. Sasaran kebijakan
pelayanan paliatif yaitu seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota
keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di manapun pasien
berada di seluruh Indonesia (Kemenkes RI Nomor: 812, 2007).
Palliative care atau terapi paliatif di Indonesia dilakukan di rumah sakit dan
diberikan untuk pasien di semua usia. Terapi paliatif juga memperluas layanan
dengan kunjungan rumah dan layanan berbasis komunitas, bergabung dengan
organisasi lain. Organisasi tersebut meliputi puskesmas, Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Indonesian Cancer Foundation
(Rochmawati, et.al, 2015).
19
Aktivitas Tim Terapi Paliatif di RSCM:
Layanan medis: konsultasi dan home care untuk pasien.
Edukasi/pengembangan: membuat pelatihan dan workshop untuk dokter,
perawat, care giver.
Penelitian: tentang tatalaksana nyeri, kualitas hidup, kebutuhan terapi paliatif
pasien yang belum terpenuhi.
Mini survey di RSCM pada 95 pasien geriatri yang dirawat, tahun 2015
menunjukkan: Sebagian besar pasien yang membutuhkan terapi paliatif
adalah pasien gagal ginjal kronik (31,6%). Masalah paliatif terbanyak adalah
sesak napas (35%).
20
pelayanan kesehatan daerah perifer, seperti RS tipe C atau D, juga penambahan
tenaga paliatif bersertifikasi, yang bersedia ditempatkan disana, memberikan
pendidikan dan motivasi untuk dokter umum untuk memberikan pelayanan
paliatif yang berbasis komunitas, menyediakan layanan kesehatan yang
fasilitasnya lengkap, untuk tenaga medis dan paramedis, agar dapat
memberikan pelayanan paliatif dengan kualitas tinggi, memberdayakan fasilitas
perawatan jangka panjang (long term care), terutama home care untuk layanan
paliatif bagi pasien lansia, membuat pusat pelayanan komunitas yang
komprehensif, dimana masyarakat dapat menerima informasi dan saran dari
fasilitas tersebut, menghubungkan pusat pelayanan komunitas, pusat pelayanan
sosial, tenaga paramedis, sekolah, dan organisasi komunitas lainnya, sehingga
masyarakat bisa mendapatkan konsultasi sekali jalan (one stop consultation)
dan layanan bantuan untuk masalah kesehatan dan gaya hidup. (WHO, 2016).
21
Program khusus palliative care dan end of life care di Puskesmas
kampung Sawah belum ada. Penyakit-penyakit yang membutuhkan terapi
paliatif selama ini langsung di rujuk ke Rumah Sakit.
BAB III
CRITICAL APPRAISAL
Jurnal yang penulis dapat untuk ditelaah berjudul Quality of Life Among
Patients recieving palliative care in South Africa and Uganda: a Multi-centred study.
Jurnal ini telah menjawab pertanyaan dasar telaah jurnal, yaitu:
3.1 Validity
Jurnal ini merupakan suatu jurnal dengan metode penelitian menggunakan
komponen dari proyek kolaboratif 30-bulan dan, proyek Encompass. Selama
proyek Encompass, data kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan dalam empat fase
selama validasi dan pengujian African Paliative Care Association. Pada fase yang
dilaporkan di sini, peneliti melakukan survei cross-sectional menggunakan
MVQOLI di tiga layanan perawatan paliatif di Afrika Selatan dan satu layanan
rumah sakit di Uganda. Instrumen yang digunakan adalah dari Missoula Vitas
Quality of Life Index (MVQOLI), dengan validitas r > 0,43 (valid).
22
1. Judul Jurnal
“Quality of life among patients receiving palliative care in South Africa and
Uganda: a multi-centred study”. Judul menarik, menggambarkan isi
penelitian, tidak menggunakan singkatan dan tidak terlalu pendek atau
panjang.
2. Pengarang dan Institusi
Nama pengarang pada penelitian ini telah dituliskan sesuai dengan aturan
baku penulisan. Aturan baku penulisan nama pengarang yaitu nama lengkap
(tidak disingkat), tidak mencantumkan gelar, nama keluarga ditulis lebih
dahulu lalu diikuti dengan nama awal, dan nama dituliskan dibawah judul
sehingga mengikuti standar baku penulisan nama pengarang. Sedangkan
penulisan institusi pada jurnal ini dituliskan sesuai dengan aturan baku
penulisan. Aturan baku penulisan adalah meliputi alamat lembaga afiliasi
penulis, alamat untuk korespondensi tetapi tidak dilengkapi dengan nomor
telepon dan HP, hanya ada kode pos, e-mail.
3. Abstrak
Abstrak jurnal ini sudah memenuhi syarat abstrak yang cukup baik. Abstrak
ditulis secara terstruktur dan sudah tercakup komponen Setiap bagian dari
abstrak merepresentasi isi jurnal yang dijelaskan dengan ringkas dan
informatif. Abstrak terdiri dari 321 kata, tidak sesuai dengan penulisan
abstrak yang baik memiliki jumlah kata tidak lebih dari 250.
4. Pendahuluan
Pendahuluan pada jurnal ini telah memenuhi syarat penulisan pendahuluan
yang baik. Bagian pertama mengemukakan latar belakang penelitian disertai
bagian berikutnya yang menyatakan tujuan penelitian, dan desain yang
digunakan. Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan relevan
ditandai dengan adanya sitasi-sitasi yang merujuk ke daftar kepustakaan.
Pendahuluan juga tidak lebih dari satu halaman.
5. Metode
23
Pada penulisan metode, disebutkan desain, tempat, teknik sampling, populasi
sumber (populasi terjangkau). Pada penulisan dicantumkan kriteria inklusi
dan eksklusi, serta waktu penelitian. Perkiraan besar sample disebutkan
namun tidak disertai alasannya. Disebutkan teknik pengukuran, variable
yang dianalisis, rencana analisis, nilai kemaknaan. Dan dijelaskan
kelemahan yang mungkin terjadi saat penelitian.
6. Hasil
Penulisan hasil didukung dengan adanya tabel deskripsi subjek penelitian.
Tabel menjelaskan lebih ringkas mengenai karakteristik responden
penelitian. Analisis dilakukan dengan uji yang sesuai. Dalam hasil disertakan
pula diagram yang mepermudah pembaca memahami isi jurnal ini. Tidak
disebutkan subyek yang drop out dalam hasil analisis.
7. Pembahasan
Semua hal yang relevan dibahas pada pembahasan. Hal yang dikemukakan
pada hasil tidak sering diulang. Pembahasan dilakukan dengan
menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian, teori dan hasil penelitian
terdahulu. Dibahas keterbatasan penelitian, kemungkinan dampaknya
terhadap hasil. Disebutkan kesulitan penelitian, penyimpangan dari protokol
dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil. Lalu juga disebutkan saran
untuk penelitian selanjutnya.
8. Kesimpulan
Pada akhir paragraf ditulis kesimpulan dari penelitian tersebut. Kesimpulan
didasarkan pada data yang didapatkan dan ditambahkan dengan hasil
tambahan.
9. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal yang baku. Semua foot
note pada naskah dijelaskan di daftar pustaka dan merujuk pada sumber
yang jelas.
3.2 Importance
24
Penelitian ini cukup penting bagi penyedia pelayanan kesehatan untuk
mengetahui faktor yang berperan dalam keberhasilan dari perawatan paliatif
yang diberikan yaitu kualitas hidup. Secara umum, hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut. Terdapat lima
subskala yaitu Fungsi, Gejala, Interpersonal, Kesejahteraan, Transenden,
didukung oleh data fisik, sosial, psikologi dan spiritual yang diperkirakan dapat
menjadikan poin untuk menilai kualitas hidup seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran tingkat kualitas hidup paling
berhubungan dengan merasa damai dan memiliki rasa makna dalam hidup lebih
penting bagi pasien daripada kenyamanan aktif atau fisik, dan kesejahteraan
spiritual berkorelasi paling tinggi dengan QOL keseluruhan.
3.3 Applicability
Hasil penelitian ini dapat diterapkan di pelayanan kesehatan sebagai salah satu
pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien terhadap
pelayanan paliatif yang diberikan
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
secara medis dan menyadari pentingnya pasien dalam memenuhi 'kebutuhan
spiritual dan keagamaan serta pentingnya Psychoonkologi.
6. Terapi paliatif di Indonesia belum ideal karena ketakutan dan ketidaktahuan
dokter, pasien, dan keluarga, kurangnya care giver paliatif yang terdidik dan
terlatih, perlu dilakukan pelatihan, kursus, seminar tentang terapi paliatif
untuk tenaga medis dan paramedis yang memberikan layanan paliatif.
27
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine. Oxford
Medical Publications (OUP) 3rd edn 2003
Emmanuel EJ. Palliative and End of Life Care. Harrison’s Principles of Internal
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd
ed. New York, NY:Oxford University Press
Medicine. 18th Edition. United States of America; 2012.
Implementation of Palliative Care Team in Cipto Mangunkusumo National
General Hospital. Palliative Care Team; 2015.
Indonesian Ministry of Health. Indonesian Health Profile. 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif. Diakses dari
paliatif_SK_Menkes_812_2007_kebijakan_paliatif_pdf
Medical Record for Elderly Patient. Medical Record Unit of Cipto Mangunkusumo
National General Hospital; 2015.
National Health Service. Counselling. 2014.
Rochmawati E, Wiechula R, Cameron K. Current status of palliative care services in
28