NAMA : RURIWINITA
NIM : 20210920100021
JAKARTA, 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Perawatan Berbasis
Teknologi (Video): Pediatric Palliative Care”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan anak lanjut dalam konteks keluarga pada program magister
keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan tujuan untuk memahami trend dan
issue keperawatan anak. Hal ini sangat bermanfaat untuk kita sebagai perawat agar mengetahui
tren terkini didalam bidang ilmu keperawatan anak.Saya berterima kasih karna atas bantuan dari
semua pihak yang mendukung dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki kekurangan, segala kritik dan saran sangat saya harapkan.
(Ruriwinita)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................3
BAB IV PENUTUP
1.
1.
2.
3.
4.
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….22
B. Saran…………………………………………………………………………....23
REFERENSI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insiden kanker meningkat pada populasi anak sejak 10 tahun terakhir. Pada tahun 2016,
sekitar 10.000 anak diproyeksikan terdiagnosis kanker di Amerika Serikat (American
Cancer Society, 2016). Tingkat kelangsungan hidup di sebagian besar pasien kanker anak
lebih dari 80% sekarang, kanker tetap menjadi penyebab paling umum kematian setelah
trauma pada kelompok usia 5-14 tahun selama bertahun-tahun (Neha & Vivek, 2016).
Dalam dekade terakhir, sekitar 4 juta anak dengan penyakit onkologis di seluruh dunia
membutuhkan perawatan paliatif karena sifat dan kondisi mereka (Connor, et al., 2017).
Anak-anak dengan kanker jarang dirujuk ke perawatan paliatif dan dirujuk terlambat oleh
ahli onkologi dan hematologi. Pengetahuan tentang rujukan perawatan paliatif dalam
pengaturan onkologi pediatrik dapat meningkatkan kolaborasi antara onkologi pediatrik
dan perawatan paliatif pediatrik (Salin et al., 2022). WHO mendefinisikan perawatan
paliatif pediatrik (PPC) sebagai pencegahan dan pengurangan penderitaan pada pasien
dengan penyakit yang mengancam jiwa atau penyakit yang membatasi hidup, serta untuk
keluarga mereka (WHO, 2018).
Perawatan paliatif dapat meringankan penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup anak
dan keluarga mereka. International Society of Pediatric Oncology (SIOP) telah
merekomendasikan bahwa perawatan paliatif dapat dianggap sebagai komponen kunci
dari semua perawatan anak dengan kanker dalam pengaturan berpenghasilan rendah dan
1
WHO merekomendasikan agar semua rumah sakit yang merawat pasien kanker harus
memiliki pelayanan perawatan paliatif (WHO, 2020).
Perawatan paliatif anak adalah konsep perawatan yang terkoordinasi dalam pengasuhan
multidisipliner pada anak dengan kondisi pembatasan hidup progresif dan keluarga
mereka. Perawatan diberikan di lingkungan anak dan pilihan keluarga, dan menyediakan
dukungan fisik, sosial, emosional dan spiritual untuk anak, keluarga mereka, Sekolah,
komunitas dan teman. Perawatan paliatif diakui sebagai komponen penting dari
perawatan untuk anak-anak dengan kanker dan kondisi lain yang membatasi kehidupan
(Dhoerty & Thabet, 2018).
Dalam 5 tahun terakhir, trend keperawatan paliatif anak dengan kanker berfokus pada
perawatan yang berpusat pada keluarga, perawatan berbasis teknologi, primary pediatric
nurse, perawatan di rumah, dan nonfarmakologis . Family Centered Care (FCC) dimana
perawatan anak berpusat pada keluarga, orang tua telah lebih berpartisipasi dalam
perawatan medis anak-anak mereka dan berkomunikasi lebih efektif dengan anak mereka
serta memberikan banyak perawatan suportif (Toruner, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk meninjau trend dan issue keperawatan paliatif pada
anak dengan kanker
2
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu keperawatan paliatif anak
b. Untuk menganalisis permasalahan kesehatan kesehatan anak dengan kanker
c. Untuk menegetahui apa itu trend dan issue keperawatan anak
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien (orang
dewasa dan anak-anak) dan keluarga yang menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa. Perawatan paliatif merupakan pencegahan dan
penanggulangan dari penderitaan fisik, psikologi, sosial maupun spiritual yang dialami oleh
orang dewasa atau anak-anak yang mengalami life-limiting illness. Hal ini dapat menjadi
promosi mengenai martabat, kualitas hidup dan penyesuaian terhadap penyakit progresif
(WHO, 2016).
Perawatan paliatif yang didefinisikan oleh the National Consensus Project for Quality
Palliative Care (2013) merupakan tujuan akhir dari perawatan paliatif yaitu mencegah dan
mengurangi penderitaan serta memberikan bantuan untuk memperoleh kualitas kehidupan
terbaik bagi pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatikan stadium penyakit atau
kebutuhan terapi lainnya. Perawatan paliatif merupakan gabungan dari sebuah filosofi
perawatan dan pengorganisasian sistem yang sangat terstruktur dalam memberikan
pelayanan. Perawatan paliatif memperluas model pengobatan penyakit tradisional kedalam
tujuan peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga, mengoptimalkan fungsi, membantu
membuat keputusan, dan menyiapkan kesempatan pengembangan pribadi. Dengan
demikian, perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan perawatan yang
memperpanjang atau mempertahankan kehidupan atau sebagai fokus pelayanan (Campbell,
2013).
4
1. Perawatan paliatif kanker anak
Perawatan Paliatif pasien kanker anak adalah pendekatan aktif, menyeluruh meliputi
badan, pikiran, semangat anak serta melibatkan dukungan bagi keluarganya, dimulai
sejak diagnosis ditegakkan dan terus berlanjut; terlepas pasien anak menerima perlakuan
seperti dimaksud dalam standar penanganan penyakitnya; yang bertujuan untuk
mencapai kualitas hidup terbaik bagi anak dan keluarganya (WHO, 2016)
PPC (Pediatric Paliative care) adalah tentang mencocokkan pengobatan dengan tujuan
pasien dan dianggap sebagai perawatan medis khusus untuk anak-anak dengan penyakit
serius. Ini difokuskan pada menghilangkan rasa sakit, gejala menyedihkan, dan stres dari
penyakit serius dan tepat pada usia berapa pun dan pada tahap apa pun, bersama dengan
perawatan kuratif. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anak dan
keluarganya. Dalam kata-kata anak yang sakit: “Perawatan paliatif tidak lagi berarti
membantu anak-anak mati dengan baik, itu berarti membantu anak-anak dan keluarga
mereka untuk hidup dengan baik, dan kemudian, ketika waktunya sudah pasti,
membantu mereka mati dengan lembut” (Friedrichsdorf dan Bruera, 2018).
5
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga untuk menghadapi
penyakit pasien dan kehilangan mereka
Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak
dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan
memberikan solusi atas maslah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik
masalah medis, psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien selama
jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya sedang ada keperluan.
Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling
dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti
terapi music dan lain-lain (Wati dan Agustini, 2022).
6
b. Non-Malefincence
c. Otonomy
d. Justice
Selama perawatan paliatif hal-hal tersebut harus digunakan dalam pemikiran bahwa
pasien yang menderita penyakit tidak bisa disembuhkan. Objektivitas bisa saja sulit
diterapkan ketika memutuskan agar mereka meras tetap kuat dalam menghadapi hidup
atau mati. Pasien harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan tapi meungkin tidak
realistik menyangkut prognosis mereka, kemudian memberikan dorongan melakukan
terapi aktif (seperti kemoterapi) meskipun tidak ada kesempatan kea rah perbaikan (Wati
dan Agustini, 2022).
7
b. Kualitas hidup
Meningkatnya kualitas hidup pasien kanker merupakan indikator keberhasilan
pelayanan paliatif. Kualitas hidup pasien kanker diukur dengan Modifikasi dari Skala
Mc Gill. Terdapat 10 indikator yang harus dinilai oleh pasien sendiri, yaitu :
Gambar.1
c. Tatalaksana Gejala
1) Nyeri : Nyeri adalah keluhan yang paling banyak dijumpai pada pasien kanker
stadium lanjut. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh pasien
dan keluarga. 95% nyeri kanker dapat diatasi dengan kombinasi modalitas yang
tersedia, termasuk memberikan perhatian terhadap aspek psikologi, sosial, dan
spiritual (Kemenkes, 2013). Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata
laksana yang digunakan di perawatan paliatif, modalitas yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
a) Medikamentosa
Analgetik: NSAID, Non opioid, Opioid; Adjuvant (kortikosteroid,
antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispas modik)
b) Non-Medikamentosa
8
Fisik: kompres hangat, TENS
Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis dan
neurosurgery
Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang memacu
atau memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit dengan alat,
gunakan alat bantu untuk jalan atau kursi roda
Psikologis: penjelasan untuk mengurangi dampak psikologis Relaksasi,
cognitive-behavioural terapy, psychodynamic terapy.
b) Stomatitis
Peradangan pada mulut bisa sangat mengganggu pasien. Stomatitis dapat
menyebabkan perubahan rasa yang dapat menyebabkan penurunan nafsu
makan. Nyeri yang muncul mengakibatkan pasien tidak dapat makan/minum
sehingga pemberian obat dapat terganggu. Stomatitis dapat disebabkan oleh
radiasi, kemoterapi, infeksi (jamur, virus, bakteri), pemakaian obat, dan
9
malnutrisi. Pengobatan berupa perawatan mulut dan menghilangkan
penyebabnya (Kemenkes, 2013).
Perawatan Mulut: Mencuci mulut setiap 2 jam dengan air biasa atau air
yang dicampur dengan air jeruk, sodium bikarbonat, Jaga kelembaban
mulut dengan sering minum, untuk mencegah agar`bibir tidak pecah
pecah, olesi dengan krim dengan bahan dasar lanolin Pada
hypersalivasi: teteskan di mulut atropine tetes mata 1%, 1 – 2 tetes 3 x
sehari
Perawatan Simtomatis untuk mengurangi nyeri : Parasetamol gargle
setiap 4 jam, Lignocain 2% 10 – 15 ml, kumur setiap 4 jam
c) Disfagia
Terdapat tiga fase yang diperlukan untuk menelan, yaitu fase bukal, faringeal
dan esophageal. Disfagia dapat terjadi pada ketiga fase tersebut. Penyebab
disfagia berbagai macam seperti obstruksi tumor, peradangan yang
disebabkan oleh infeksi, radiasi atau kemoterapi, xerostomia, gangguan
fungsi neuromuskuler akibat operasi, fibrosis karena radiasi, ganguan saraf
kranial dan kelemahan umum. Disfagia dapat disertai dengan odinofagia yang
mempersulit keadaan pasien (Kemenkes, 2013).
1) Tata laksana pada disfagia orofaringeal:
Edukasi cara makan seperti posisi duduk agar bisa menelan lebih
mudah, dan jenis makanan yang lembut dalam porsi kecil.
Kortikosteroid sering bermanfaat pada disfagia yang disebabkan oleh
obstruksi intrinsik, infiltrasi pada saraf dan disfungsi saraf kranial.
Akumulasi air liur akibat obstruksi dapat dikurangi dengan obat
antikolinergik untuk mencegah aspirasi dan air liur yang mengalir
terus menerus yang mengganggu.
Nutrisi enteral: Pemberian makanan melalui rute lain seperti sonde
lambung (Nasogastic tube) atau gastrostomi subkutanius perlu
dipertimbangkan manfaat dan kerugiannya dilihat dari kondisi
pasien.
10
2) Tata laksana pada disfagi esophageal:
Kortikosteroid yang diberikan pada waktu singkat: dexametason 8
mg 3 – 5 hari
Pemberian obat untuk mengurangi refluks asam lambung :
omeprazole 1 x 20 mg : atau ranitidine 2x 300mg.
Pemasangan stent
Radioterapi bila kondisi memungkinkan
d) Anorexia
Tidak bisa makan atau hanya bisa makan sedikit pada pasien stadium lanjut
adalah normal, dan berikan makanan apa dan kapan pasien mau. Berikan
makanan dalam dosis kecil yang bervariasi dan dalam penyajian yang
menarik akan menimbulkan selera. Jika Pasien ingin makan namun tidak ada
nafsu makan, berikan: Kortikosteroid 2 – 4 mg pagi hari akan bermanfaat
pada kurang lebih 50% pasien dalam beberapa minggu. Obat lain: megestrol
160- 800 mg pagi hari (Kemenkes, 2013).
e) Mual/Muntah
Mual dan muntah adalah salah satu keluhan yang sangat menganggu pasien.
Penyebabnya bias anya lebih dari satu macam. Mual dapat terjadi terus
menerus atau intermiten
3) Sesak Nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang menakutkan pasien, karena dihubungkan
dengan waktu kematian yang sudah dekat. Sesak nafas dapat merupakan gejala
kronis seiring dengan progresifitas penyakit, namun bisa juga merupakan gejala
akut. Sesak nafas akut merupakan gejala yang biasanya lebih dapat diatasi
dibanding dengan sesak nafas yang terjadi secara kronis. Menentukan faktor
11
yang bersifat reversible sangat bermanfaat dalam penanganan sesak nafas pada
dasarnya atasi penyebab dari sesak nafas diantaranya (Kemenkes, 2013) :
a) Non Medikamentosa:
Dukungan psikososial: bahas tentang kecemasan dan ketakutan dengan
mendengarkan secara aktif, pemberian penjelasan dan yakinkan.
Atur posisi nyaman
Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energy
Fisioterapi: cara bernafas
Relaxasi: terapi musik, aromaterapi
Aliran udara segar: buka jendela, fan
b) Medikamentosa:
Opioid: morfin menurunkan sensasi sesak nafas tanpa menyebabkan
depresi pernafasan. Untuk pasien naïf opioid, berikan IR mofin 2.5 –
5 mg PO atau morfin 1 – 2.5 mg SK. Jika berlanjut SR 10 mg/24 jam
secara teratur. Pada pasien yang telah mendapat morfin sebelumnya,
berikan dosis 1/12 -1/6 dosis dasar. Bila berlanjut, naikkan dosisi
dasar 30 – 50%.
Oksigen: bila terjadi hipoksia
Cemas dan panik: Alprazolam 0,125 PO 2x sehari atau klonazepam
0,25 PO 2x/hari atau diazepam 2 mg PO, 2x sehari. Bila tidak
berhasil: midazolam 2.5 mg SC
Nebulizer: gunakan saline
Bronkodilator: salbutamol bila terjadi obstruksi
Korticosteroid: pada limfangitis karsinomatosa, obstruksi bronkus
atau pneumonitis radiasi
Diuretik: Gagal Jantung Kongestif dan edema paru
Antikolinergik: untuk sekresi yang berlebihan.
12
B. Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
1. Family-Centered Care (FCC)
Dalam beberapa dekade terakhir, telah terlihat perubahan signifikan dalam cara
perawatan di bangsal onkologi pediatrik. Orang tua telah lebih berpartisipasi dalam
perawatan medis dan bedah anak-anak mereka dan berkomunikasi lebih efektif dengan
anak mereka dan memberikan banyak perawatan suportif. Ada peningkatan penekanan
pada manfaat untuk memberikan perawatan yang berpusat pada keluarga di bangsal
onkologi pediatrik (Toruner dan Altay, 2018).
Misalnya, untuk satu studi baru-baru ini, Coyne, et al, (2014). menyatakan bahwa
keseriusan penyakit mempengaruhi peran anak dan orang tua dalam pengambilan
keputusan. Anak-anak yang terlibat dalam keputusan kecil (pilihan tentang pemberian
perawatan) daripada keputusan besar untuk memberikan kontrol dan rasa percaya.
Untuk penyakit jangka panjang, pengasuh anak memiliki tantangan untuk memberikan
intervensi perawatan serta gaya pengasuhan (Smith, et al., 2015). Ditemukan bahwa
strategi dan gaya pengasuhan dapat berubah selama periode sakit. Kualitas hidup,
ketahanan keluarga, beban perawatan, stres orang tua, dan dukungan sosial juga
diselidiki dalam beberapa penelitian, bahwa semua keluarga mengungkapkan kebutuhan
akan dukungan sosial, namun persentase yang menerima dukungan sosial lebih rendah
dari kebutuhannya (Altay, et al., 2014).
13
2. Intervensi Berbasis Technologi
Linder, (2017) menyebutkan dalam studi berbasis teknologi untuk pengumpulan data
dan evaluasi diri, alat penangkap gejala terkomputerisasi berdasarkan aplikasi iPad
digunakan untuk mengeksplorasi gejala yang dialami remaja selama perawatan
kemoterapi. Gejala diselidiki dengan gambar grafis dan singkat, tanggapan teks bebas.
Peserta menggambarkan program yang membantu untuk memahami gejala mereka
dengan lebih baik, dan gejala dikumpulkan secara efektif.
3. Palliative care
Berdasarkan literature review terkait PPC sudah mengalami progress, dengan jumlah
yang semakin banyak, cakupan yang semakin luas, dan distribusi global yang tidak
merata. Integrasi perawatan paliatif ke dalam pediatri, perawatan kanker di onkologi
pediatrik, metode pendidikan PPC, dan pembentukan tim profesional adalah tema utama
selama 2004-2008, kemudian tema berubah menjadi membangun intervensi untuk
14
meningkatkan kualitas hidup pasien dan orang tua, membangun hubungan profesional-
keluarga, dan menyelidiki sikap tenaga kesehatan di PPC selama 2009-2013 dan
selanjutnya berubah menjadi keterampilan komunikasi, pengambilan keputusan akhir
hayat, dan pembuatan pedoman di PPC (Zhang & Li, 2021).
Anak dan keluarga dianggap sebagai unit perawatan. Kematian seorang anak adalah hal
yang sangat menegangkan acara untuk keluarga, karena itu di luar tatanan alam. Anak-
anak mewakili kesehatan dan harapan, dan kematian mereka mempertanyakan
pemahaman tentang kehidupan. Sebuah tim multidisiplin profesional perawatan
kesehatan yang terdiri dari pekerja sosial, pendeta, perawat, pembantu perawatan
pribadi, dan dokter terampil dalam merawat pasien sekarat membantu keluarga dengan
memfokuskan perawatan pada kompleks interaksi antara masalah fisik, emosional,
sosial, dan spiritual. Perawatan paliatif berusaha untuk menciptakan lingkungan
terapeutik senyaman mungkin jika tidak dalam rumah anak sendiri. Melalui pendidikan
15
dan dukungan anggota keluarga, suasana terbuka komunikasi disediakan mengenai
proses kematian anak dan dampaknya terhadap semua anggota keluarga (Hockenberry,
et al., 2017).
Aktivitas yang memberikan distraksi, seperti musik, seni, atau terapi ekspresif lainnya,
telah terbukti bermanfaat pada pasien dengan nyeri kronis. Klinisi harus terbiasa dengan
sumber daya yang tersedia di daerah mereka sendiri dan dorong pasien dan keluarga
16
untuk mempertimbangkan terapi modalitas lainnya (American Academy of Pediatric,
2015).
BAB III
PEMBAHASAN
TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN
Dalam 5 tahun terakhir, trend keperawatan paliatif anak dengan kanker berfokus pada perawatan
yang berpusat pada keluarga, perawatan berbasis teknologi, , primary pediatric nurse, perawatan
di rumah, dan nonfarmakologis. Family Centered Care (FCC) dimana perawatan anak berpusat
pada keluarga, orang tua telah lebih berpartisipasi dalam perawatan medis anak-anak mereka dan
berkomunikasi lebih efektif dengan anak mereka serta memberikan banyak perawatan suportif
(Toruner, 2018).
Perawat mendukung keluarga secara alami peran pengasuhan dan pengambilan keputusan
dengan membangun kekuatan unik mereka dan mengakui keahlian mereka dalam merawat
anak mereka baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah sakit. Perawat
mempertimbangkan kebutuhan semua anggota keluarga dalam kaitannya dengan
pengasuhan anak. Filsafat mengakui keragaman di antara struktur dan latar belakang
17
keluarga; tujuan keluarga, mimpi, strategi, dan tindakan; dan dukungan keluarga,
pelayanan, dan kebutuhan informasi (Hockenberry, et al., 2017).
FCC mempromosikan komunikasi dialogis antara keluarga dan dokter yang bertujuan untuk
mendukung "perawatan kesehatan anak yang lebih efektif, efisien, dan empatik" dan
diusulkan sebagai kontributor penting untuk mengatasi kesulitan keluarga dan
meningkatkan hasil jangka panjang dari anak-anak dan keluarga mereka (Kuo, et al., 2012).
Terdapat dua konsep dasar dalam perawatan yang berpusat pada keluarga adalah Enabling
dan pemberdayaan. Profesional memungkinkan keluarga dengan menciptakan peluang dan
sarana bagi semua anggota keluarga untuk menampilkan diri mereka saat ini kemampuan
dan kompetensi dan untuk memperoleh yang baru untuk memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga. Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga sedemikian
rupa sehingga keluarga mempertahankan atau memperoleh rasa kontrol atas kehidupan
keluarga mereka dan mengakui perubahan positif yang hasil dari perilaku membantu yang
mendorong kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka sendiri. Meskipun merawat
keluarga sangat ditekankan di seluruh teks ini, hal itu disorot dalam fitur seperti
pertimbangan budaya dan perawatan yang berpusat pada keluarga (Hockenberry, et al.,
2017).
Pentingnya perawatan yang berpusat pada keluarga merupakan sebuah filosofi yang
menganggap keluarga sebagai konstanta dalam kehidupan anak terutama terbukti dalam
pengasuhan anak berkebutuhan khusus Sebagai orang tua belajar tentang kebutuhan
perawatan kesehatan anak, mereka sering menjadi ahli dalam memberikan perawatan.
Penyedia layanan kesehatan, termasuk perawat, adalah tambahan untuk perawatan anak dan
perlu membentuk kemitraan dengan orang tua. Komunikasi dan negosiasi yang efektif
antara orang tua dan perawat sangat penting untuk membentuk kepercayaan dan kemitraan
18
yang efektif dan menemukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga
(Hockenberry, et al., 2017).
Aspek penting lain dari pengasuhan yang berpusat pada keluarga untuk anak-anak dengan
kondisi kronis dan kompleks sedang membangun hubungan terapeutik dengan anak dan
keluarga, yang telah terbukti memprediksi peningkatan hasil terkait kesehatan (Kuhlthau, et
al, 2011)
Video conferencing adalah salah satu metode yang digunakan untuk menghubungkan anak-
anak dengan kanker ke rumah sekolah mereka. Intervensi berbasis teknologi ini dapat
memberikan manfaat termasuk hubungan yang lebih kuat dengan teman sekelas dan guru,
penerimaan teman sebaya, dan reintegrasi sekolah (Elis, et al., 2013).
Holmen, et al., (2020) juga menyebutkan dari hasil study literatur mengenai intervensi
berbasis technologi secara keseluruhan, 6 dari 7 makalah melaporkan konferensi video
sebagai metode utama untuk komunikasi jarak jauh, sedangkan 1 studi lain mengevaluasi
alat berbasis Web. Teknologi E-Health atau Intervensi berbasi video menunjukkan
bagaimana teknologi e-Health memungkinkan HCP (Health Care Personal) untuk
19
mengamati pola pernapasan dalam kehidupan nyata dan kemudian menyesuaikan rencana
perawatan mereka.
Profesi Kesehatan menyarankan agar mereka lebih siap untuk konsultasi video daripada
panggilan telepon karena keluarga dapat mengamati Profesi Kesehatan dan tindakan mereka
melalui pertemuan tersebut (Bradford, et al., 2014).
Dalam studi berbasis teknologi lain untuk pengumpulan data dan evaluasi diri, alat
penangkap gejala terkomputerisasi berdasarkan aplikasi iPad digunakan untuk
mengeksplorasi gejala yang dialami remaja selama perawatan kemoterapi. Gejala diselidiki
dengan gambar grafis dan singkat, tanggapan teks bebas. Peserta menggambarkan program
yang membantu untuk memahami gejala mereka dengan lebih baik, dan gejala dikumpulkan
secara efektif (Linder, 2017).
Hal tersebut didukung oleh hasil studi literature review oleh Anne, et al., (2021) Digital
Health Intervention (DHI) memiliki potensi untuk meningkatkan aksesibilitas dan
efektivitas perawatan paliatif. Dari sepuluh database dari tahun 2006 hingga 2020,
mengungkapkan 21 tinjauan sistematis yang relevan, mencakup 332 publikasi. Intervensi
yang disampaikan melalui konferensi video (17%), catatan perawatan kesehatan elektronik
(16%) dan telepon (13%) paling sering dijelaskan dalam studi dalam ulasan. DHI biasanya
digunakan dalam perawatan paliatif untuk pendidikan (20%), manajemen gejala (15%),
pengambilan keputusan (13%), penyediaan informasi atau manajemen (13%) dan
komunikasi (9%). Di semua tinjauan, sebagian besar dampak positif dilaporkan pada
pendidikan, berbagi informasi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan biaya.
Memperluas cakupan intervensi berbasis teknologi adalah tujuan yang diinginkan. Seberapa
cepat intervensi berbasis teknologi yang sedang berlangsung akan beradaptasi dengan
pengaturan perawatan onkologi saat ini tidak diketahui. Oleh karena itu, lebih banyak
intervensi berbasis teknologi diperlukan untuk meningkatkan pendekatan berbasis bukti.
Mengembangkan intervensi berbasis teknologi yang efektif dan praktis untuk anak-anak
dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya memiliki cakupan yang sangat luas dan
20
memiliki potensi besar untuk berdampak positif pada hasil perawatan kanker anak (Toruner,
2018).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa.
Perawatan paliatif merupakan pencegahan dan penanggulangan dari penderitaan fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual yang dialami oleh orang dewasa atau anak-anak yang
mengalami life-limiting illness. Hal ini dapat menjadi promosi mengenai martabat, kualitas
hidup dan penyesuaian terhadap penyakit progresif (WHO, 2016).
Dalam 5 tahun terakhir, trend keperawatan paliatif anak dengan kanker berfokus pada
perawatan yang berpusat pada keluarga, perawatan berbasis teknologi, , primary pediatric
nurse, perawatan di rumah, dan nonfarmakologis. Family Centered Care (FCC) dimana
perawatan anak berpusat pada keluarga, orang tua telah lebih berpartisipasi dalam perawatan
medis anak-anak mereka dan berkomunikasi lebih efektif dengan anak mereka serta
memberikan banyak perawatan suportif (Toruner, 2018).
Memperluas cakupan intervensi berbasis teknologi adalah tujuan yang diinginkan. Seberapa
cepat intervensi berbasis teknologi yang sedang berlangsung akan beradaptasi dengan
pengaturan perawatan onkologi saat ini tidak diketahui. Oleh karena itu, lebih banyak
intervensi berbasis teknologi diperlukan untuk meningkatkan pendekatan berbasis bukti.
Mengembangkan intervensi berbasis teknologi yang efektif dan praktis untuk anak-anak
21
dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya memiliki cakupan yang sangat luas dan
memiliki potensi besar untuk berdampak positif pada hasil perawatan kanker anak (Toruner,
2018).
B. Saran
Penulis menyarankan agar tenaga kesehatan terkait memberikan dukungan dan turut andil
dalam perawatan palliative pada pasien anak dengan kanker maupun dengan penyakit
terminal lainnya, agar kualitas hidup anak dengan kanker mengalami peningkatan yaitu
dengan cara perawatan paliatif dengan melibatkan keluarga atau support sistem anak.
22
DAFTAR PUSTAKA
Altay N, Kilicarslan E, Sarı , Kisecik Z., (2014). Determination of social support needs and
expectations of mothers of children with cancer. J Pediatr Oncol Nurs ;31:147-53.
Anne, M., Finucane, Hannah, O’D., Jean, Lugton2., Tilly, Gibson., Connie, Swenson., and
Claudia, Pagliari. (2021). Digital health interventions in palliative care: a systematic
meta-review ; https://doi.org/10.1038/s41746-021-00430-7
Bradford, N.K., Young, J., Armfield, N.R., Herbert, A., Smith, A.C., (2014). Home telehealth
and paediatric palliative care: clinician perceptions of what is stopping us? BMC Palliat
Care doi: 10.1186/1472-684X-13-29
Coyne, I., Amory, A., Kiernan, G., Gibson, F., (2014). Children’s participation in shared
decision-making: Children, adolescents, parents and healthcare professionals’
perspectives and experiences. Eur J Oncol Nurs ;18:273-80
Connor, S.R.; Downing, J.; Marston, J., (2017). Estimating the global need for palliative care for
children: A cross-sectional analysis. J. Pain Symptom Manag., 53, 171–177. PubMed.
Dhoerty, M., & Thabet, Chloe., (2018). Development and Implementation of a Pediatric
Palliative Care Program In Deleving Country. Diakses pada tanggal 10 april di Frontiers
| Development and Implementation of a Pediatric Palliative Care Program in a
Developing Country | Public Health (frontiersin.org)
Ellis, S.J., Drew, D., Wakefield, C.E., Saikal, S.L., Punch, D., Cohn, R.J,. (2013). Results of a
nurse-led intervention: Connecting pediatric cancer patients from the hospital to the
school using videoconferencing technologies. J Pediatr Oncol Nurs 30:333-41
Friedrichsdorf, S.J., & Bruera, E., (2018). Delivering Pediatric Palliative Care: From Denial,
Palliphobia, Pallilalia to Palliactive. Diakses pada tanggal 14 April 2022, di
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30200370/
23
Hockenberry, M. et al. (2017). Wong’s essentials of pediatric nursing, (10th ed.). St. Louis:
Elsevier,Inc.
Holmen, H., Riiser, K., Winger, A., (2020). Home-Based Pediatric Palliative Care and Electronic
Health: Systematic Mixed Methods Review. Journal of medical internet research. Vol.
(22). Oslo.
Li, M. Z. X., (2021). Focuses and trends of the studies on pediatric palliative care : A
bibliometric analysis from 2004 to 2018 : International Journal of Nursing Sciences 8
Diakses pada tanggal 14 April 2022, di
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352013220301708
Kemenkes, RI. (2011). Pedoman Penemuan Dini Kanker Pada Anak di akses pada 14 April
2022, di http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Pedoman-Penemuan-Dini-Kanker-
Pada-Anak.pdf
Komatz, C.K., & Carter, B., (2017). Pain and Symptom Management in Pediatric Palliative.
Diakses pada tanggal 10 April 2022, di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26628733/
Neha, C., & Vivek, K., (2016). Challenges to Palliative Care in Pediatric Patients. Diakses pada
tanggal 10 April 2022, di https://www.omicsonline.org/open-access/challenges-to-
palliative-care-in-pediatric-patients-2165-7386-1000256.php?aid=72308
Salins, N., Hughes, S., & Preston, N., (2022). Palliative Care in Paediatric Oncology: an Update
Current Oncology Reports 24:175–186
Smith J, Cheater F, Bekker H. (2015). Parents’ experiences of living with a child with a
long-term condition: A rapid structured review of the literature. Health Expect
;18:452-74
WHO. (2016). Planning and Implementing Palliative Care Services: A Guide for Programme
Managers [cited January 8, 2018]. Available from: http://apps.who.
int/iris/bitstream/10665/250584/1/9789241565417-eng.pdf. 3.
WHO. (2020). Global Atlas of Palliative Care at the End of Life (2 nd Ed.). Available from:
http://www.thewhpca.org/resources/global-atlas-on-end-of-life-care
WHO. (2018). Integrating Palliative Care and Symptom Relief in Paediatrics. Available online:
https: //apps.who.int/iris/handle/10665/274561 (accessed on 23 Maret 2022).
24