Anda di halaman 1dari 23

MODEL TEORI KONSEP KEPERAWATAN

PATRICIA BENNER : EXECELLENCE AND POWER


IN CLINICAL NURSING PRACTICE

MATA KULIAH SAINS


Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Yati

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan yang
maha esa karena atas rahmat Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas
makalah inidengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita
haturkan kepada kekasih Allah junjungan baginda besar Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang
benderang seperti sekarang ini. 

Berikut penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Teori


Keperawatan Patricia Benner : Execellence And Power In Clinical
Nursing Practice “. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
Mata Kuliah Sains Keperawatan pada Program Magister Keperawatan.

Dengan ini saya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya mahasiswa-mahasiswi fakultas ilmu keperawatan
dan profesi keperawatan pada umumnya sebagai sumbangan pikiran dalam
upaya meningkatkan mutu dalam pelayanan keperawatan kepada
masyarakat.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I BIOGRAFI.................................................................................. 1
1.1. BiografiPatricia Benner........................................................................... 1
BAB II KONSEP MODEL TEORI ....................................................... 5
2.1. Sumber Teoritis ...................................................................................... 5
2.2. Konsep Utama dan Definisi ................................................................... 8
2.3. Penggunaan Bukti Empiris ..................................................................... 10
2.4. Asumsi Utama ........................................................................................ 11
2.5. Teori Konseptual Caring Jean Waston ................................................... 13
BAB III KONSEP TEORI PARADIGMA KEPERAWATAN ............. 16
3.1. Konsep Teori .......................................................................................... 16
3.2. Proses Keperawatan ............................................................................... 19
BAB IV APLIKASI KONSEP MODEL ............................................... 20
BAB V KESIMPULAN.......................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 28
BAB I
BIOGRAFI

Gambar 1.

1.1. BIOGRAFI JEAN WATSON


Patricia Benner lahir di Hampton, Virginia, Amerika pada bulan 31 Agustus tahun
1942 , berkebangsaan Amerika dan menghabiskan masa kecilnya di California
dimana ia menerima pendidikan dasar dan profesionalnya (Alligood, 2014), menikah
dengan Richard Benner pada tahun 1967 dan mereka memiliki dua anak.

Patricia Benner adalah seorang perawat yang berpengalaman di Rumah Sakit dan
pernah bekerj di berbagai perawatan Rumah Sakit. Pada akhir 1960-an, Benner
bekerja dibidang perawatan sebagai kepala perawat Unit Perawatan Koroner di RS
Kansas City. Benner mendapatkan gelar sarjana muda di bidang keperawatan dari
Pasadena College pada tahun 1964. Ia mendapatkan Master keperawatan dengan
kekhususan keperawatan medikal bedah dari University of California di San
Francisco (UCSF) School of Nursing pada tahun 1970.

Tahun 1970-1975, ia adalah seorang Research Associate di University of California di


San Fransisko School of Nursing. Benner mampunyai latar belakang yang baik dalam
penelitian dan memulai karirnya dari tahun 1970 sampai 1975 sebagai Research
Associate di University of California di San Francisco School of Nursing, setelah itu
menjadi Asisten Riset untuk Richard S. Lazarus di University of California di
Berkeley.Tahun 1979 sampai 1981 sebagai  Direktur Proyek di San Francisco
Consortium/University of San Francisco untuk sebuah proyek konsensus, penilaian,
dan evaluasi intraprofessional.

Benner bergabung dengan fakultas keperawatan di UCSF pada tahun 1982 dan
mendapatkan gelar PhD focus pada koping dan kesehatan dari University of
California di Berkeley. Kemudian sejak tahun 1982, Benner telah bekerja dalam
penelitian dan pengajaran di University of California di San Francisco School of
Nursing dan menerima posisi sebagai rekan Profesor pada Department of Social
Physiological Nursing di USCF serta menjadi profesor tetap 1989 hingga sekarang

Di awal karir akademiknya, Benner memimpin Metode Pencapaian Proyek


Konsensus, Penilaian, dan Evaluasi Intraprofesional (Proyek AMICAE). Ia
memegang jabatan di UCSF dalam bidang etika dan spiritualitas selama beberapa
tahun. Pada tahun 2004, ia menjadi direktur program Persiapan untuk Profesi
di Yayasan Carnegie untuk Kemajuan Pengajaran  .  Dia menulis bukunya yang
berpengaruh, Dari Novice menjadi Pakar: Keunggulan dan Kekuatan dalam Praktik
Perawatan Klinis , pada tahun 1984, berdasarkan pada pekerjaannya dengan Proyek
AMICAE. Benner mengadaptasi model akuisisi keterampilan Dreyfus ke karier
perawat. Pekerjaan ini menggambarkan lintasan karir lima tahap dari perawat pemula
ke ahli. Model Benner didasarkan pada penelitian kualitatif.

Bekerja dengan Judith Wrubel pada tahun 1989, Benner memperluas modelnya untuk
menggabungkan konsep merawat dengan tahap-tahap perolehan keterampilan. Selain
pengaruh model Dreyfus, Benner telah menerbitkan sembilan buku, termasuk From
Novice to Expert, Nursing Pathways for Patient Safety, and The Primacy of Caring
juga telah menerbitkan banyak artikel dan pada tahun 1995 ia  dianugerahi
Penghargaan Penelitian Helen Nahm ke 15 dari Universitas California di San
Francisco School of Nursing. Dr Benner saat ini menjadi Emerita profesor di
Departemen Ilmu Keperawatan Fisiologis di University of California di San Francisco
School of Nursing.

Beberapa karyanya antara lain :


a. Educating Nurses : A Call for Radical Transformation
(Jossey-Bass/Carnegie Foundation for the advancement of Teaching
b. From Novice to Expert : Excellence and Power in Clinical Nursing Practice,
Commemorative Edition 
c. Expertise in Nursing Practice : Caring, Clinical Judgment, and Ethics,
Second Edition 
d. Clinical Wisdom and Interventions in Acute and Critical Care : A Thinking-
in-Action Approach, Second Edition 
e. Interpretive Phenomenology : Embodiment, Caring, and Ethics in Health
and Illness (Nurse-patient relations)

f. New Nurses Work Entry : A Trouble Sponsorship 


g. Stress and Satisfaction on the Job

Dr. Benner adalah peneliti international dan dosen pada pendidikan kesehatan.
Karyanya memiliki pengaruh luas pada keperawatan baik di Amerika serikat
maupun di international, misalnya dalam memberikan dasar untuk perundang –
undangan baru dan desain untuk praktek keperawatan dan pendidikan untuk tiga
negara bagian di Australia. Dia terpilih sebagai rekan kehormatan dari Royal
College or Nursing. Karyanya memiliki pengaruh dalam keperawatan di bidang
praktik klinis dan etika klinis.
BAB II
KONSEP TEORI MODEL

2.1. SUMBER TEORITIS


Benner mengeluarkan sebuah teori Excellence and Power in Clinical Nursing
Practice yang lebih dikenal Teori “From Novice To Expert” yang artinya jenjang atau
tahapan dalam sebuah profesi. Konsep teori “From Novice To Expert” yang
dikembangkan oleh Patricia Benner diambil dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5
tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) novice, (2)
advance beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.

Penjelasan Model Konsep Teori From Novice to Expert yang diusung oleh Benner
menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi.
Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang
tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan
atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Di
sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum
level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa
mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.

2. Advanced beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang
menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada
situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk
memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat
dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang didasarkan
pada pengakuan dalam konteks situasi. Fungsi perawat pada situasi ini
dipandu dengan aturan dan orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan
kesulitan memegang pasien tertentu yang sifatnya komplek. Situasi klinis
ditujukan oleh perawat level advance beginner sebagai ujian terhadap
kemampuannya. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih
besar untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien melalui pengalaman.
Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini tapi lebih
tinggi dari novice.

3. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti
kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap
competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu
situasi dan sudah dapat dilepaskan. Konsisten, kemampuan memprediksi,
dan manajemen waktu adalah penampilan pada tahap competent. Perawat
competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien,
lebih realistik. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam
pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap
elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.
Competent harus mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan dan
prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi proficient, competent
harus diizinkan untuk memandu respon terhadap situasi.
Point pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan
competent adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke
proficient.

4. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat
perubahan yang relevan pada setiap situasi, lebih mampu dan terampil
dalam mengimplementasikan pemenuhan berbagai respon kebutuhan
keterampilan dari situasi yang dikembangkan. Rasa percaya diri meningkat
dan kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya
lebih berkembang. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan
keluarga dan pasien.
5. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai
pegangan intuitif yang kuat karena lebih analitis dan kritis dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi masalah lebih cepat tanpa
kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan
penyelesaiannya.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang
berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
Aspek kunci pada perawat expert adalah:
a. Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
b. Mewujudkan proses know-how
c. Memiliki paradigma keperwatan yang lebih dan melihat gambaran
keperawatan dari perspektif yang luas
d. Mengantisipasi dan mencegah kondisi yang tidak diharapkan

2.2. PENGGUNAAN BUKTI EMPIRIS


Model teori Benner telah diuji dengan metode kualitatif: 31 kompetensi, 7 domain
praktik keperawatan, dan 9 domain praktik keperawatan kritis diderivasi secara
induktif. Penelitian-penelitian berikutnya mengindikasikan bahwa model Benner
dapat diaplikasikan dan berguna untuk pengembangan berkelanjutan pemahaman
ilmu pengetahuan dalam praktik keperawatan. Pendekatan ini untuk
pengembangan ilmu pengetahuan menekankan pentingnya kepedulian dan etika inti
keperawatan serta tanggung jawab yang melekat pada para ahli praktik keperawatan,
yang tidak tampak bila kita hanya menggunakan strategi ilmiah, teknis, dan
kelembagaan untuk melegitimasi ahli-ahli praktik keperawatan. Penggunaan proses
kualitatif alternatif untuk menemukan pengetahuan keperawatan menyulitkan
rujukan teori Benner ke model rasional-empirikal. Dimana biasanya peneliti
positivistik menggunakan metode kuantitatif untuk mencari teori yang bisa
diaplikasikan dalam praktik, sedangkan pendekatan interpretif kualitatif menjelaskan
para ahli dalam keperawatan dengan contoh-contoh. Teori Benner lebih tampak
sebagai pembangunan hipotesis daripada pengujian hipotesis. Benner tidak
menjelaskan tentang “bagaimana cara” untuk praktik keperawatan, melainkan
menyediakan metode untuk mengupas dan memasuki situasi yang bermakna bagi
2.3. ASUMSI TEORI
Benner mengadop dari disertasi Brykczynski’s (1985). Berikut penelitian yang
mendukung teori Benner :
1. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala asumsi
dari pengetahuan alami bahwa semua tergantung pada bentuk atau konsep-
konsep abstrak yang diintepretasikan (Taylor, 1982).
2. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik, perhatian,
perkiraan dan hasil tindakan. Pemahaman-pemahaman tersebut akan dapat
berjalan dengan pengetahuan yang sering didapatkan.
3. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain
berdasarkan kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian dan
intepretasi yang benar. Heidegger 1962 mengatakan bahwa yang dapat
memberikan pengertian dan pemahaman yang benar adalah pengorganisasian
kebudayaan dan pengertian/pemahaman terdahulu serta pengembangan
pemahaman individu.
4. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari tindakan tidak
dapat dibentuk secara lengkap, namun bagaimanapun juga kemampuan
tersebut dapat diintepretasikan oleh orang yang memberikan perawatan
kepada orang yang memiliki bahasa, latar belakang budaya yang sama.
Manusia merupakan intepretasi bagi dirinya sendiri (Heidegger, 1962).
Hermeneutik merupakan intepretasi dari conteks budaya dan arti dari aksi
manusia itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya membuat tema


besar yaitu perawat, individu, situasi dan kesehatan.
1. Perawat
Perawat didefinisikan sebagai hubungan perawatan (caring)
“memungkinkan terjadinya konndisi yang penuh koneksi dan fokus. Caring
merupakan hal mendasar karena caring menyusun kemungkinan-
kemungkinan dalam pemberian dan penerimaan suatu bantuan. Perawat
sebagai pemberi caring berdasarkan etika, moral dan tanggungjawab.
Benner dan Wrubel (1989) memahami seorang perawat sebagai pemberi
perawatan dan belajar secara langsung melalui pengalaman sehat, sakit dan
penyakit serta hubungan tiga elemen tersebut.
2. Individu
Benner dan Wrubel mendiskripsikan mengenai individu berdasarkan teori
fenomenologi Heidegger. Benner dan Wrubel mendefinisikan individu
adalah menjadi intepretasi bagi dirinya sendiri, ini menunjukkan bahwa
individu hadir di dunia untuk mendapatkan pengalaman dari hidup selama
ini. Benner dan Wrubel membuat 4 aspek individu untuk memudahkan
memahami pengertian individu. Aspek tersebut adalah: (a) Aspek situasi (b)
aspek tubuh (body) (c) aspek fokus personal dan (d) apsek duniawi. Benner
dan Wrubel mencoba mengerucutkan definisi dari tubuh (body) menjadi
lima komponen yaitu : (1) tidak dilahirkan secara kompleks, tidak
berbudaya, dan seorang bayi baru lahir (2) Skills yang komplit dengan
postur, gaya/sikap, kebiasaan budaya/sosial dan keterampilan yang jelas (3)
Proyeksi dari citra tubuh/body (4) kinestetik sensasi (5) proyeksi dari situasi
sekitar seperti menggunakan komputer.
3. Kesehatan
Kesehatan diartikan sebagai keadaan dimana saat dikaji dalam keadaaan
sehat secara keseluruhan. Keadaan sehat dan sakit merupakan hal yang jelas
terjadi dalam kehidupan. Sehat tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau
sakit tetapi juga (dalam perspektif Kleinman, Eisenberg Good) seseorang
mungkin memiliki penyakit dan pengalaman sakit karena sakit merupakan
pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan atau disfungsi
mengingat penyakit mempengaruhi tingkat kesehatan fisik.
4. Situasi
Benner dan Wrubel menggunakan kata situasi daripada lingkungan karena
situasi lebih mengarah pada lingkungan sosial dengan definisi sosial.
Mereka menggunakan pendekatan fenomenologi “menjadi situasi” dan “arti
situasi” dimana kalimat itu didefinisikan berdasarkan interaksi intepretasi
dan memahami situasi seseorang. Ini berarti bahwa masa lalu, sekarang dan
masa datang seseorang tergabung dalam pemahaman (pemaknaan) pribadi,
kebiasaan, perspektif dan perkembangan situasi yang terjadi
BAB III
PARADIGMA KEPERAWATAN

3.1. PARADIGMA
Paradigma pertama Benner adalah membuat perbedaan yang jelas antara praktik
dan teori. Benner memulai dengan mendefinisikan praktik yaitu “Terdiri dari
menyebarluaskan pengetahuan tahu bagaimana (Know-How) investigasi
berdasarkan teori dasar dan menghubungkannya dengan pemetaan Know-How
pada pengalaman praktik”. Benner percaya bahwa perawat memiliki kelalaian
dalam melakukan pencatatan keperawatan selama pembelajaran praktik dan ini
merupakan keburukan dalam pemetaan praktik kita dan menghilangkan teori
keperawatan.

Citing Khun, 1970 dan Polanyi, 1958 cit. Benner, 2009 menekankan perbedaan
antara knowing how “Pengetahuan praktik yang mungkin dapat menghindarkan
kita dari pengetahuan abstrak” dengan tahu bahwa (knowing that) “yang diawali
dengan penjelasan teori”. knowing that adalah cara seseorang untuk mengetahui
hubungan antara penyebab dengan kejadian. Knowing how adalah kemahiran
keterampilan/praktik yang mungkin akan bertentangan dengan teori yang ada.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang mengetahui sesuatu bekerja sebelum teori
berkembang. Situasi-situasi klinik selalu bervariasi dan kompleks dibandingkan
dengan teori, oleh karena itu praktik klinik menjadi ladang penelitian dan
pengembangan pengetahuan. Melalui praktik klinik, perawat dapat menerima
pengetahuan baru. Perawat harus mengembangkan pengetahuan berdasarkan
praktik (know-how) dan melanjutkan dengan investigasi dan pengamatan secara
menyeluruh. Semua ini dimulai dari pencatatan dan pengembangan know-how
tentang keahlian keterampilan.

Benner mengadop teori Dreyfus untuk praktik klinik keperawatan. Dreyfus


bersaudara mengembangakan model kemahiran keterampilan dengen
mempelajari kemampuan perawat gawat darurat.
Model ini mencakup :

1. Novice
2. Advanced Beginner
3. Competent
4. Proficient
5. Expert.

Pembagian kelompok tersebut berdasarkan 4 komponen yaitu :


1. Perubahan dari kepercayaan mengenai prinsip abstrak dan aturan masa lalu
menuju pengalaman yang konkrit
2. Perubahan dari kepercayaan dalam analisis dan berpikir
3. Perubahan persepsi pembelajar (Lerner’s) dalam membaca situasi
4. Perubahan penerimaan dari pengamat, keluar dari situasi yang terjadi
menuju siatuasi yang tidak terlibat, fully engaged in the situastion.
Teori ini berdasarkan situasi dan bukan dari karakter, aplikasi ini bukan
berdasarkan karakteristik individual melainkan dari fungsi umum perawat
dengan kombinasi situasi khusus degan latar belakang pendidikan.
Pengaplikasian teori ini, Benner mencatat “Pengalaman berdasarkan
kemahiran keterampilan lebih aman dan cepat bila disertai dengan
pendidikan. Benner mendefinisikan keterampilan dan keterampilan klinik
yang dimaksudkan dalam implementasi asuhan keperawatan dan
justifikasinya dalam situasi klnik yang aktual. Kondisi tanpa ada kondisi
aktual tidak akan terjadi peningkatan keterampilan klinik perawat.
Pendekatan Pemikiran-tindakan ( Benner, Hooper-Kyri Patricia Benner
terinisiasi oleh fenomena dilapangan dalam menyusun teorinya. Banyak
sekali perawat senior dan berpengalaman di rumah sakit memiliki
pengalaman dan berwawasan luas dengan berbagai kondisi klien dan
berbagai modalitas terapi/know what, tetapi kurang memiliki pengetahuan
yang melatarbelakangi berbagai modalitas keperawatan tersebut/know
how (Alligood, Raille and Tomey. 2006). Demikian pula sebaliknya,
para preceptor (pembimbing klinik) mahasiswa yang berpraktik di rumah
sakit kurang dapat memberikan bimbingan yang optimal kepada
mahasiswanya karena lebih memmahmi pengetahuan teoritis/know
how tanpa dipadukan dengan pengetahuan klinis yang cukup/know
what (Alligood, Raille and Tomey. 2006).

Patricia Benner mengambil sudut pandang dari pengamatan terhadap dua


fenomena ini, bahwasanya teori diturunkan atau dikembangkan dari situasi
klinis, dan praktik keperawatan di klinik yang dilaksanakan berdasarkan
teori (Alligood, Raille and Tomey. 2006). Maka pada intinya, sesungguhnya
antara pengetahuan yang bersifat teoritis dan pengalaman/pengetahuan yang
diperoleh saling menunjang dan memperkuat satu sama lain. Inilah yang
menjadi dasar pemikiran Patricia Benner dalam mengembangkan teorinya
yaitu mengubah pengalaman perawat di klinik dengan menjadikan
pengetahuan teoritis sebagai acuannya. Patricia Benner menjadikan
pengalaman klinik sebagai titik tolak karena memang selalu lebih bervariasi
dan kompleks dibandingkan apa yang dituliskan dalam teori, akan tetapi
tetap sangat bergantung pada teori itu sendiri.

Penerapan konsep model keperawatan oleh Benner lebih difokuskan dalam


penguasaan keterampilan. Menurut Benner dalam Alligood (2014), situasi
klinis selalu lebih beragam dibandingkan catatan teoritis, sehingga praktik
klinis menjadi sebuah area pengembangan pengetahuan. Pengalaman yang
dimiliki saat berada di praktik klinis menjadikan seorang perawat untuk
bersikap caring, bijak dalam memberikan keputusan, serta memiliki etika
dan moral yang baik. Perawat yang memiliki pengalaman dengan berbagai
masalah dan kasus yang terjadi di lahan praktik memiliki perbedaan pola
berpikir kritis dibandingkan perawat yang jarang mendapatkan kasus dan
masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gobet & Chassy
(2008), elemen situasional akan meningkatkan kompetensi individu dalam
mengatur tindakan yang efisien, sehingga saat perawat berfokus terhadap
penyelesaian masalah, maka secara alami perawat akan mudah saat
mengatasi masalah selanjutnya.

Konsep model keperawatan Benner digunakan sebagai konsep dalam


pengembangan tahap keahlian perawat. Benner menjelaskan bahwa asuhan
keperawatan yang berkualitas adalah asuhan keperawatan yang didapatkan
dari pengalaman dan latar belakang pendidikan perawat. Benner
menegaskan adanya interaksi yang saling berkaitan antara teori keperawatan
dan praktik keperawatan  (Gobet & Chassy, 2008). Teori keperawatan
menjadi pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada
tahap pendidikan, teori keperawatan yang dikuasai oleh peserta didik juga
beragam, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak teori
yang dikuasai. Namun, perancangan teori tidak akan berkembang jika tidak
diseimbangkan dengan praktik yang dilakukan. Oleh karena itu, semakin
banyak pengalaman praktik, semakin berkembang teori yang disusun. Hal
ini akan memberikan dampak pada pemberian asuhan keperawatan pada
pasien.

Hubungan Paradigma dengan Model Konseptual Patricia Benner Patricia


Benner melakukan serangkaian pengamatan terkait integrasi antara
pengalaman dan pengetahuan. Hal ini dilakukan karena Patricia Benner
berkeyakinan bahwa pengembangan kompetensi yang berdasarkan
pengalaman klinik yang mengacu pada proses pendidikan akan
memberikan hasil yang lebih cepat dan berkualitas (Benner, 1994 dalam
Alligood, 2006). Salah satu penelitian yang esensial dalam teori Patricia
Benner adalah yang dilakukan pada tahun 1978–1981. Pada penelitian ini,
Patricia Benner mengkaji persepsi dan interpretasi suatu fenomena
keperawatan yang sama oleh perawat yang memiliki perbedaan signifikan
dalam hal pengalaman, mahasiswa baru praktik, dan mahasiswa senior.
Melalui penelitian ini Patricia Benner mengkaji bagaimana tingkat
pengalaman dan pengetahuan dapat memepengaruhi penilaian perawat
terhadap fenomena keperawatan. Patricia Benner berhasil mengidentifikasi
31 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat ahli (expert), yang
secara induktif dituangkan kedalam 7 domain yaitu peran sebagai pemberi
pertolongan, fungsi pemberi edukasi dan pemberi pelatihan, fungsi sebagai
pembuat diagnosa keperawatan dan monitoring pasien, kemampuan
mengatasi situasi yang berubah secara tepat dan mendadak, memberikan
intervensi dan monitoring respon pasien terhadap intervensi keperawatan,
memonitor dan memastikan kualitas pelayanan kesehatan, kemampuan
untuk bekerja dan berperan dalam organisasi/tim.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki integritas dan bersifat satu


kesatuan utuh (Alligood, 2014). Kondisi fiisik dan psikologis tidak dapat
saling dipisahkan dari manusia. Benner meyakini bahwa ada aspek
signifikan yang membuat keberadaan manusia dengan konseptualisasi
sebagai peran situasi, tubuh, masalah pribadi, dan temporalitas.. Oleh karena
itu, perawat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif pada klien. Pada penerapan konsep keperawatan, Benner
menjelaskan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkualitas
berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh perawat (Alligood, 2014).

Menurut Benner, tingkatan kecerdasan yang dimiliki oleh individu berasal


dari tindakan terampil, sehingga pengalaman klinik yang dimiliki perawat
akan mempengaruhi model asuhan keperawatan yang diberikan. Asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat akan mempengaruhi peningkatan
dan pertahanan kondisi kesehatan manusia. Menurut Benner, sakit adalah
pengalaman manusia mengenai gangguan, sedangkan penyakit adalah
gangguan fisik yang dapat dikaji (Alligood, 2014). Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan gangguan sakit dan penyakit yang terjadi pada manusia,
perawat sebaiknya memiliki pengalaman relevan dalam mengatasi gangguan
tersebut. Pengalaman tersebut diasumsikan dapat mengatasi gangguan sakit
yang disebabkan dari pengalaman individu tersebut.
Pada intinya, model konseptual yang dikembangkan oleh Patricia Benner
sangat berhubungan dengan konsep paradigma keperawatan. Konsep asuhan
keperawatan yang dikembangkan oleh Benner mengacu pada pengalaman
yang dimiliki perawat dalam situasi di sekitarnya. Benner lebih
menggunakan istilah situasi daripada lingkungkan, sehingga penafsiran
situasi dibatasi oleh cara individu yang berada di dalamnya (Alligood,
2014). Interaksi antara perawat dan pasien adalah hal yang menunjang
keahlian perawat dalam mengatasi masalah berikutnya. Interaksi antara
manusia, perawat, dan lingkungannya di masa lalu sangat mempengaruhi
kebiasaan dan cara pandang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
di masa kini dan masa mendatang.

3.2. Paradigma keperawatan menurut patricia benner


1. Keperawatan
Menggambarkan sebagai suatu human caring dan kondisi yang
memungkinkan adanya hubungan dan perhatian keperawatan dasar
dirancang untuk memungkinkan memberi bantuan dan menerima
bantuan. Keperawatan di pandang sebagai ilmu praktik keperawatan
yang di dukung oleh adanya aspek moral dan etik keperawatan dan
serta tanggung jawab. Dr. Benner memahami praktik keperawatan
sebagai perawatan dan proses belajar dari pengalaman hidup sehat sakit
dan penyakit yang menggambarkan antara 3 dimensi tersebut.
2. Manusia
Menurut Dr. Benner menggunakan fenomena untuk menjelaskan
tentang orang yang mana mereka digambarkan sebagai seseorang yang
mampu menilai dirinya sendiri. Seseorang juga memiliki kemampuan
untuk merefleksikan dirinya dan juga tidak mampu merefleksinkan
dirinya tentang keselitan yang dihadapi didunia. Menurut Benner
manusia memiliki 4 peran utama yaitu
a. Peran situasi
b. Peran tubuh
c. Peran kepribadian
d. Peran selalu menyesuaikan diri
3. Kesehatan
Fokusnya pada pengalaman hidup sehat dan sakit didefinisikan sebagai
apa yang dapat dinilai, sedangkan kesejahteraan adalah pengalaman
manusia selama masa sehat sedangkan penyakit adalah apa yang dinilai
pada tingkat fisik.
4. Lingkungan
Benner menggunakan istilah situasi dari pada lingkungan sosial dengan
definisi dan kebermaknaan sosial. Mereka menggunakan istilah situasi
yang memiliki makna yang di definisikan oleh orang yang berinteraksi
memaknai dan memahami situasi. Menurut individu situasi itu di batasi
oleh cara individu.
BAB IV
ANALISIS TEORI

4.1. KEKUATAN TEORI

1. Praktek keperawatan
Benner menggambarkan praktek klinik keperawatan menggunakan
pendekatan interpretasi fenomenologi. From Novice to Expert (1984)
berisi beberapa contoh aplikasi dalam penerapan metodenya di beberapa
situasi praktek ( Dolan et all, 1984). Awalnya, benner menggunakan
pendekatan promosi, jenjang perawat klinik, program untuk lulusan
perawat yang baru dan seminar untuk mengembangkan pengetahuan
klinik. Simposium berfokus pada keunggulan pada praktek keperawatan
yang dilaksanakan untuk pengembangan staff, pengenalan, dan
penghargaan sebagai salah satu jalan untuk mendemonstrasikan
perkembangan pengetahuan klinik dalam praktek (Dolan, 1984).

Setelah itu metode benner banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan
misalnya Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner dalam sebuah
studi ethnography untuk penampilan perawat klinik spesialis.
Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi kompetensi perawat
untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988) and silver
(1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan
pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrell and
Bramadat (1990) menggunakan paradigma analisa kasus Benner dalam
proyek kolaborasi antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah
sakit pendidikan untuk mendalami perkembangan klinik yang sesuai
dengan skill dalam praktek yang nyata.

Benner mengembangkan banyak literature yang berfokus pada praktek


keperawatan dan melakukan publikasi karyanya tersebut (Benner, 1984,
1985, 1987, benner et all, 1999). Benner mengedit The American Journal
of Nursing sejak 1980. Dan pada tahun 2001, dia mulai mengedit sebuah
seri yang berjudul Current Controversies in Critical Care pada The
American Journal of Nursing.

2. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan
oleh para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice
sampai expert dan mempelajari perbedaan masing masing level sehingga
memberikan pengalaman pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan.
Benner (1982) mengkritisi tentang konsep competency-based testing yang
berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang
dijelaskan dalam Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh
AMICAE (Benner, 1984). Dalam Expertise In Nursing Practice , Benner
dan kolega (1996) menekankan pentingnya pembelajaran skill dan
perawatan melaui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuna
dalam praktek, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in
Critical Care, Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar
pembelajaran berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan bagaimana
cara mengajar. Mereka mendisain CD ROM interaktif untuk melengkapi
buku.

3. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan penelitian dalam bidang
keperawatan. Sebagai contoh Fenton (1984, 1985) menggunakan model Benner
dalam penelitian pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang membantu proyek
AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry dalam model formal
yang digunakan dalam praktek keperawatan dan medis. Mereka menyimpulkan
bahwa model formal memberikan petunjuk mengenai pelayanan langsung,
pengetahuan dan hasil yang diinginkan.
4.2. KELEMAHAN TEORI
1. Teori Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert
menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi
meliputi: Novice, Advance Beginner, competent, proficient, dan expert.
Model ini relative simple dengan hanya membagi tingkat kemahiran
perawat dalam 5 tahap dan hal itu memerlukan identifikasi tingkat praktek
keperawatan dari gambaran perawat secara individu dan dari observasi
praktek klinik yang sebenarnya .
2. Teori From Novice to Expert mempunyai karakteristik yang universal
yang tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek
keperawatan. Untuk interpretasi model ini dalam praktek keperawatan
digunakan sebagai kerangka kerja saja sedangkan penerapannya dibatasi
oleh situasi praktek keperawatan, sehingga diperlukan pemahaman yang
kompetensi 5 level perawat tersebut dan kemampuan mengidentifikasi
karakteristik dan tujuan disetiap level.
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi
kualitatif yang terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan
dan 9 domain perawatan kritis. Dengan pendekatan kualitatif, benner
menganggap sebagai hipotesis generating (penyebab) daripada hipotesis
testing, maka dari itu perlu dibuktikan dengan pendekatan alternative lain
selain kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif. Model
Benner didasarkan pada data based research yang mendukung
pengembangan praktek keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. 8th Edisi Bahasa Indonesia k2-8 : Elsevier Inc.

Devi, A. (2019). Kelebihan dan kelemahan Teori Benner. Diakses pada tanggal 04 October 2021, diakses
https://www.scribd.com/document/430941277/Kelebihan-Dan-Kelemahan-Teori-Banner

Anda mungkin juga menyukai