Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Halaman Depan.......................................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II Tinjauan Teori.........................................................................................................................2


2.1 Latar Belakang Teori………………………………………………………........................ 2
2.2 Definisi dan Konsep Mayor...............................................................................................2
2.3 Penjelasan Model Konsep Patricia Benner......................................................................5
2.4 Asumsi Mayor...................................................................................................................6
2.5 Penerimaan Oleh Keperawatan........................................................................................8
2.6 Kelemahan Teori Benner................................................................................................10
2.7 Kelebihan Teori Benner...........................................................................................10

BAB III Penutup.................................................................................................................................24


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................24
3.2 Saran..............................................................................................................................24
Daftar Pustaka…………………….........................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perubahan pola pikir, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak  pada
tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas, termasuk
pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya
pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggung
jawabkan . Teori keperawatan menyediakan sebuah perspektif tentang cara mendefinisikan perawatan,
menggambarkan siapa yang diberikan perawatan, kapan perawatan dibutuhkan, serta mengidentifikasi
batas dan tujuan kegiatan terapiutik dalam perawatan.
Teori adalah dasar untuk meningkatkan efektifitas praktik dan riset keperawatan. Peningkata n
perkembangan teori keperawatan diawali pada tahun 1950-an, saat perawat mulai menyadari bahwa
ilmu pengetahuan keperawatan perlu disusun dalam suatu kerangka kerja yang sistematis. Meskipun
setiap teori umumnya merujuk pada suatu fenomena yang spesifik, tetapi dapat digunakan pada lingkup
yang lebih luas. Berdasarkan pada lingkup teorinya, teori keperawatan dibedakan menjadi 3.
Philosofical theory, Grand theory, Middlerange theory, dan Micro range theory.
Semakin meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan membuat beberapa teoris modern
merancang perspektif baru keperawatan yang menunjukkan bahwa keperawatan adalah gabungan ilmu
dan seni, yang berfokus pada kliennya secara holistic dan humanistic. Salah satu teori keperawatan
filosofi adalah From Novice to Expert  yang menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan
perkembangan profesi. Teori ini diperkenalkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus”
yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus.

1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum 
Mampu mengaplikasikan kasus berdasarkan model Benner.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi latar belakang dan definisi teori Benner, mengidentifikasi model konsep dan
asumsi mayor teori Benner, mengidentifikasi penerimaan teori dan kelemahan teori , d a n
menerapkan teori benner dalam studi kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Latar Belakang Teori


Patricia Benner lahir di Hampton, pada tahun 1942. Beliau memperoleh gelar sarjana
keperawatan dari Pasadena College pada tahun 1964, kemudian pada tahun 1970 Benner mendapat
gelar Master in Nursing dari University of California San Fransisco (UCSF). Benner diterima di
University of California berfokus pada stress dan mengatasi kesehatan (Alligood & Tomey, 2014).
Dalam keperawatan karya Benner telah digunakan untuk menentukan pengujian inovasi dan
perubahan praktik keperawatan. Sebagai contoh Filosofi Benner dipakai untuk menguji ancaman
terhadap kelangsungan keperawatan kepada individu yang kritis (Walsh, 1997), sementara itu Alcock
(1996) menggunakan karya Benner untuk mempelajari praktik keperawatan tingkat lanjut dari sudut
pandang administratif. Hal serupa dilakukan oleh Dunn (1997) yang menggunakan karya Benner untuk
menguji praktik keperawatan lanjut di literatur keperawatan. (Alligood & Tomey, 2014).
Benner menggunakan teori keperawatan. berdasarkan pemikiran fenomenologi Heidegger, di
mana kekuatan utama merawat adalah sebagai fondasi dasar bagi semua kehidupan manusia dan
menyusun sebagai sebuah profesi. Benner juga mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “ From
Novice to Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi (Alligood & Tomey, 2014).
Teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan eleh Particia Benner diadaptasi dari “Model
Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus yang menjelaskan 5 tingkat tahap
akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice (2) Advance Beginner (3) Competent (4)
Proficient (5) Expert

2.2 Definisi dan Konsep Mayor


Penjelasan dari 5 tingkatan teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfys Model, adalah seseorang tanpa latar
belakang pengalaman pada situasinya
2. Advance Beginner
Advance Beginner dalam model dreyfys adalah ketika seseorang menunjukkan penampilan
mengatasi masalah yang dapat diterima pada situasi nyata
3. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain,
Advance Beginner akan menjadi kompeten. Tahap kompeten dari model Dreyfus ditandai
dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk
suat situasi dan sudah dapat dilepaskan
4. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan
pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respons keterampilan dari situasi
yang dikembangkan.
5. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitive dari
situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membangun diagnosa alternative dan penyelesaian.
2.3 Penjelasan Mondel Konsep Patricia Benner

1. Novice
Seorang pemula adalah pemula tanpa pengalaman. Mereka disajikan aturan umum untuk
membantu melakukan tugas-tugas, dan perilaku aturan-diatur mereka terbatas dan tidak
fleksibel. Dengan kata lain, mereka diberitahu apa yang harus dilakukan dan hanya mengikuti
instruksi.
a. Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya
b. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya
c. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.
d. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa
mengklasifikasi perawat pada level yang lebih tinggi ke Novice jika ditempatkan pada area
atau situasi yang tidak familiar dengannya.
2. Advance Beginner
Pemula maju menunjukkan kinerja yang dapat diterima, dan telah memperoleh pengalaman
sebelumnya dalam situasi keperawatan yang sebenarnya. Hal ini membantu perawat mengakui
berulang komponen bermakna sehingga prinsip, berdasarkan pengalaman-pengalaman, mulai dari
merumuskan dalam rangka untuk memandu tindakan.
a. Ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada
situasi nyata.
b. Advance Beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi.
c. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan
pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
d. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada penyelesaian
tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi yang memerlukan
perspektif lebih luas.
e. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian terhadap
kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan responnya
f. Advance beginner mempunyai respons sibilitas yang lebih besar untuk melakukan
managemen asuhan pada pasien, sebelum mereka mempunyai lebih banyak pengalaman.
Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3. Competent
Seorang perawat yang kompeten umumnya memiliki dua atau tiga tahun pengalaman pada
pekerjaan di bidang yang sama. Sebagai contoh, dua atau tiga tahun dalam perawatan
intensif. Pengalaman juga mungkin mirip situasi sehari-hari. Perawat ini lebih sadar akan
tujuan jangka panjang, dan mereka mendapatkan perspektif dari perencanaan tindakan
mereka sendiri, yang membantu mereka mencapai efisiensi dan organisasi yang lebih besar.
a. Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang
lain, advance beginner akan menjadi kompeten.
b. Tahap kompeten dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan
dan membuat perencanaan yang di perlukan untuk suatu situasi pada tahap kompeten
c. Perawat kompeten dapat menunjukkan responsibilitas yang lebih pada respons pasien,
lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
d. Tingkat kompeten adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena
pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan
perhatian yang dapat diabaikan.
4. Proficient
Seorang perawat mahir merasakan dan memahami situasi secara keseluruhan bagian. Dia
memiliki pemahaman yang lebih holistic keperawatan, yang meningkatkan pengambilan
keputusan. Perawat ini belajar dan pengalaman apa yang diharapkan dalam situasi tertentu,
serta bagaimana memodifikasi rencana yang diperlukan
a. Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang
relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respons
keterampilan di situasi yang di kembangkan.
b. Mereka akan mendemontrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan
keterampilannya.
c. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
5. Expert
Perawat ahli tidak lagi bergantung pada prinsip-prinsip , aturan, atau pedoman untuk
menghubungkan situasi dan menentukan tindakan. Mereka memiliki latar belakang yang lebih
pengalaman dan pemahaman yang intuitif situasi klinis. Penampilan mereka adalah cairan,
fleksibel, dan sangat mahir. Tulisan Benner menjelaskan bahwa keterampilan keperawatan
melalui pengalaman merupakan prasyarat untuk menjadi perawat ahli.
a. Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitif dari situasi yang terjadi
sehingga mampu mengidentifikasi area dan masalah tanpa kehilangan pertimbangan
waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.
b. Perubahan kualitatif pada expert adalah “mengetahui pasien” yang berarti mengetahui tipe
pola respons dan mengetahui pasien sebagai manusia.
c. Aspek kunci pada perawat expert adalah
1. Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
2. Mewujudkan proses know-how
3. Melihat gambaran yang luas
4. Melihat yang tidak diharapkan
2.4. Asumsi Mayor (terkait dengan paradigma keperawatan)
a. Keperawatan
Keperawatan didefinisikan sebagai hubungan yang didasarkan pada caring dalam berbagai
situasi dan kondisi yang memungkinkan dan menjadi perhatian. Ilmu keperawatan sebagai panduan
melalui seni dan etik dari pelayanan dan tanggung jawab. Perawat mempromosikan penyembuhan
melalui pelayanan kepada pasien dalam mempertahankan hubungan manusia. Hal ini merupakan
hubungan manusia dimana orang dapat memberikan pengobatan pada saat sakit, hubungan antara
sehat dan sakit serta penyakit yang mengacu kepada pandangan Benner dan Wrubel dalam praktik
keperawatan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
Sitzman & Eichelberger (2011) menjelaskan caring didefenisikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dan memiliki masalah dengan menyatukan pikiran, perasaan dan tindakan, caring
mengatur apa yang paling penting bagi seseorang/manusia. Oleh karena itu, menyelesaikan stress dan
bagaimana seseorang bisa mengatasinya. Benner dan Wrubel (1989) menyatakan bahwa caring timbul
dari keterkaitan dan memiliki beberapa hal yang lebih penting dari yang lain.”tanpa caring seseorang
akan menjadi memprihatinkan”.
Karakteristik sikap yang berhubungan dengan caring adalah empati, dukungan, ingin
menghibur orang lain dan pengasuhan. Ketika seorang perawat memberikan pelayanan kepada klien,
dimana pelayanan itu menimbulkan stress/masalah, maka yang perlu dilakukan adalah pengkajian
emosional dan proses keterlibatan. Keterlibatan dengan klien membuat perawat dapat mendiagnosis
suatu masalah dan mengidentifikasi solusi dan menciptakan lingkungan yang terpercaya.

Caring adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel karena dapat menciptakan lingkungan
dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada klien.
Caring penting karena:
 Menciptakan apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan apa pilihan yang tepat
untuk mengatasi.
 Menciptakan lingkungan yang memungkinkan, apa yang berhubungan dan apa yang menjadi
tujuan
 Menciptakan hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan bantuan.

b. Manusia
Interpretasi Benner dan Wrubel tentang manusia didasarkan pada eksistensi filosofi dan
kesatuan atau keutuhan manusia. Sehingga Benner mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang
menginterpretasikan diri, yaitu manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah
ditetapkan tetapi melalui proses perjalanan hidup. Manusia dipandang sebagai sesuatu yang kreatif,
mahluk generatif yang hidup di dalam sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman
komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel karakterikstik manusia yaitu sebagai sosok yang harus
berhadapan dengan situasi, tubuh, masalah perorangan dan peristiwa yang bersifat sementara (Benner
& Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

c.  Kesehatan
Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman, Elsenberg, dan Good
yang menyatakan bahwa kesehatan adalah tidak adanya penyakit yang digambarkan sebagai
pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud dari kelainan pada
sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama sakit harus masuk akal dalam konteks
pengalaman hidup manusia. (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

d. Situasi
Benner lebih mengarah ke situasi atau lebih mengutamakan situasi daripada konsep
lingkungan dalam bekerja. Benner memilih situasi karena menurut Benner, situasi memiliki konteks
sosial dalam arti dan penafsirannya yang berdampak pada manusia. Manusia lebih terbiasa dengan
dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap
situasi. Pandangan fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Hal ini di buktikan dalam tulisannya
saat dia menggunakan istilah “being situated and situated meaning” menunjukkan adanya keterlibatan
dan interpretasi dari setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam
Sitzman & Eichelberger 2011).

e.  Stress
Menurut Benner, stress adalah makna dari gangguan, pemahaman, dan fungsi kelancaran
sehingga bahaya, kehilangan, atau tantangan yang dialami mampu membuat manusia memperoleh
keterampilan baru. Stress sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau intelektual yang
mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari bahwa ada sesuatu yang salah
atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress adalah konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa
dihindarkan dalam kehidupan di dunia sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut (Benner &
Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

f. Koping
Koping tidak termasuk solusi untuk stres melainkan apa yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh stres. Benner dan Wrubel berdasarkan pada karya
Lasarus (1986) yang menjelaskan stres dan koping. Koping adalah melakukan sesuatu secara
langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara langsung atas dasar tujuan yang ada. Perilaku
koping lainnya adalah mencari informasi. Cara seseorang memandang situasi dan membuat pilihan
untuk memiliki sifat yang positif dalam menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel memberikan banyak
contoh tentang bagaimana seseorang berupaya dengan situasi seperti : pengembangan diri selama
hidup / dalam kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit diantaranya kanker dan
penyakit neurologis (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

1. Tidak ada data yang dapat diinterpresentasikan secara bebas.


2. Masyarakat memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda yang dapat dipahami
dan diinterpresentasikan.
3. Masyarakat memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda yang dapat dipahami
dan diinterpresentasikan.
4. Manusia adalah makhluk yang terintegrasi dan holistik. Pikiran dan tubuh merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan

2.5. Penerimaan Oleh Keperawatan (praktik, pendidikan, penelitian)


1. Praktik Keperawatan
Benner menggambarkan praktik klinik keperawatan menggunakan pendekatan interpretasi
fenomenologi. From Novice to Expert (1984) berisi beberapa contoh aplikasi dalam penerapan
metodenya di beberapa situasi praktik (Dollan et.all,1984). Awalnya, Benner menggunakan pendekatan
promosi, jenjang perawat klinik, program untuk lulusan perawat yang baru dan seminar untuk
menggembangkan pengetahuan klinik. Simposium berfokus pada keunggulan pada praktik
keperawatan yang dilaksanakan untuk pegembangan staff, pengenalan, dan penghargaan sebagai
salah satu jalan untuk mendemonstrasikan perkembangan pengetahuan klinik dalam praktik
(Dollan,1984).
Benner mengembangkan banyak literatur yang berfokus pada praktik keperawatan dan
melakukan publikasi karyanya tersebut.
Contoh penerapan praktik di Indonesia: Seorang perawat yang sudah senior atau ahli boleh membuka
praktek sendiri atau di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan undang-undang.

2. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai Acuhan oleh para pendidik
untuk mempelajari setiap level perawat dari Novice sampai Expert dan mempelajari perbedaan masing-
masing level sehingga memberikan pengalaman pembelajaran pada mahasiswa keperawatan. Benner
(1982) mengkritisi tentang konsep competency-based testing yang berlawanan dengan kompleksitas
keahlian dan tingkat keahlian yang dijelaskan dalam model dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan
oleh AMICAE (Benner,1984). Dalam Expertise In Nursing Practice. Benner dan kolega (1996)
menekankan pentingnya pembelajaran skill dan perawatan melalui pengalaman praktis, penggunaan
ilmu pengetahuan dalam praktik, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in Critical
Care, Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar.
Contoh penerapan praktik di Indonesia: Mengadakan Health Education kepada masyarakat
3. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan penelitian dalam bidang keperawatan
sebagai contoh Fenton (1984,1985) menggunakan model Benner dalam penelitian pendidikan. Lock
dan gordon (1989) yang membantu proyek EMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiri
dalam model formal yang digunakan dalam praktek keperawatan dan medis. Mereka menyimpulkan
bahwa model formal memberikan petunjuk mengenai pelayanan langsung, pengetahuan dan hasil yang
diinginkan.
Contoh penerapan praktik di Indonesia: Pengaruh pendidikan seks terhadap peningkatan pengetahuan
dan sikap

remaja dalam mencegah penyakit menular seksual di kota A

2.6. Kelemahan Teori Benne


1. Teori Patricia Benner diadaptasi dari model “Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus
dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat atau tahap akuisisi
peran dan perkembangan profesi meliputi: Novice, Advance Beginner, Competen,Proficiet, dan
Expert. Model ini relatif simpel dengan hanya membagi tingkat kemahiran perawat dalam 5
tahap dan hal itu memerlukan identifikasi tingkat praktik keperawatan dari gambaran perawat
secara individu dan dari observasi praktik klinik yang sebenarnya
2. Teori From Novice to Expert mempunyai karakteristik universal yang tidak dibatasi oleh umur,
penyakit, kesehatan atau lokasi praktik keperawatan. Untuk interpretasi model ini dalam praktik
keperawatan digunakan sebagai kerangka kerja saja sedangkan penerapannya dibatasi oleh
situasi praktik keperawatan, sehingga diperlukan pemahaman yang kompetensi 5 level perawat
tersebut dan kemampuan mengidentifikasi karakteristik dan tujuan disetiap level
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif ysng terdiri dari
31 kompetensi, 7 domain prsktik keperawatan, dan 9 domain perawatan kritis. Dengan
pendekatan kualitatif, Benner menganggap sebagai hipotesis generating (penyebab) daripada
hipotesis testing, maka dari itu perlu dibuktikan dengan pendekatan alternatif lain selain
kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif. Model Benner didasarkan pada
data based research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan.

2.7. Kelebihan Teori Benner


1. Karya dari Benner ini lebih merujuk pada artikulasi, artinya ebagai deskripsi atau melukiskan,
ilustrasi atau menggambarkan dan mengkomunikasikan pada area-area kebijakan praktis, keterampilan
tenang dan bagaimana serta menjelaskan praktik yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai