Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ika Mardiyah Bratajaya

NIM: 222320102006

1.1 Latar Belakang

Teori Novice to Expert, dikembangkan oleh Patricia Benner, yang lahir di Hampton, Virginia
USA, pada tanggal 10 Mei pada tahun 1942. Patricia Benner adalah Profesor di Departemen
Fisiologis Keperawatan di Sekolah Keperawatan di University of California, San Francisco.
Dr Benner menerima gelar sarjana di bidang keperawatan dari Pasadena College pada tahun
1964, pada tahun 1970, beliau mendapat gelar master dalam keperawatan bedah medis dari
University of California, San Francisco, dan Ph.D. Teori tersebut berfokus pada stress dan
mengatasi kesehatan serta mengusulkan agar perawat mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan mereka dari waktu ke waktu melalui pengalaman, refleksi, dan pemahaman
konseptual. Teori tersebut menunjukkan bahwa perawat bergerak melalui lima tahap
kemahiran, masing-masing dengan serangkaian karakteristik dan kompetensinya sendiri
(Alligood & Tomey, 2014).. Teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan eleh
Particia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan
Stuart Dreyfus yang menjelaskan 5 tingkat tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi
meliputi: (1) Novice (2) Advance Beginner (3) Competent (4) Proficient (5) Expert.

Dalam keperawatan karya Benner telah digunakan untuk menentukan pengujian inovasi dan
perubahan praktik keperawatan. Sebagai contoh Filosofi Benner dipakai untuk menguji
ancaman terhadap kelangsungan keperawatan kepada individu yang kritis (Walsh, 1997),
sementara itu Alcock (1996) menggunakan karya Benner untuk mempelajari praktik
keperawatan tingkat lanjut dari sudut pandang administratif. Hal serupa dilakukan oleh Dunn
(1997) yang menggunakan karya Benner untuk menguji praktik keperawatan lanjut di
literatur keperawatan. (Alligood & Tomey, 2014). Benner menggunakan teori keperawatan.
berdasarkan pemikiran fenomenologi Heidegger, dimana kekuatan utama merawat adalah
sebagai fondasi dasar bagi semua kehidupan manusia dan menyusun sebagai sebuah profesi.
Benner juga mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From Novice to Expert ” yang
artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi (Alligood & Tomey, 2014). 

1.2 Tinjauan Konsep

a. Teori Filosofis Keperawatan

Teori filosofis keperawatan merupakan kumpulan konsep, defenisi dan usulan yang
memproyeksikan sebagai pandangan sistematis atas penomena dengan merancang hubungan-
hubungan khusus diantara konsep- konsep untuk keperluan penggambaran, penjelasan,
perkiraan atau pengendalian fenomena. Filosofis keperawatan merupakan keyakinan yang
berasal dari nilai, etik, moral yang terdapat dalam pemahaman seseorang serta yang
mendasari perilaku dan tindakan keperawaatan dalam memberikan layanan keperawatan
kepada mereka yang membutuhkan. Paradigma keperawatan menurut Patricia Benner
meliputi :Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap peran dan perkembangan
profesi meliputi: Novice, Advance Beginner, competent, proficient, dan expert.

1. Novice

Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut
yang obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat
situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa
keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke
novice jika ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.

2. Advance Beginner

Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan penampilan
mengatasi masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai
pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek
tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada
pengakuan dalam konteks situasi. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan
orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada
situasi yang memerlukan perspektif lebih luas. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada
level advance beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap
situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner mempunyai
responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien,
sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner menempatkan perawat
yang baru lulus pada tahap ini.

3. Competent

Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain,
advance beginner akan menjadi competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai
dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperkenalkan
untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan. Konsisten, kemampuan memprediksi, dan
manajemen waktu adalah penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat
menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
menampilkan kemampuan kritis pada dirinya. Tingkat competent adalah tingkatan yang
penting dalam pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap
elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan.

4. Proficient

Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan
pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon  keterampilan dari situasi
yang dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada
pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan
keluarga dan pasien.
5. Expert

Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari
situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian. Perubahan
kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang berarti mengetahui tipe pola
respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:

Menunjukkan pegangan klins dan sumber praktis

Mewujudkan proses know-how

Melihat gambaran yang luas

Melihat yang tidak diharapkan

1.3 Paradigma
Keperawatan 

1. Keperawatan

Keperawatan didefinisikan sebagai hubungan yang didasarkan pada caring   dalam berbagai
situasi dan kondisi yang memungkinkan dan menjadi perhatian. Ilmu keperawatan sebagai
panduan melalui seni dan etik dari pelayanan dan tanggung jawab. Perawat mempromosikan
penyembuhan melalui pelayanan kepada pasien dalam mempertahankan hubungan manusia.
Hal ini merupakan hubungan manusia dimana orang dapat memberikan pengobatan pada saat
sakit, hubungan antara sehat dan sakit serta penyakit yang mengacu kepada pandangan
Benner dan Wrubel dalam praktik keperawatan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman &
Eichelberger 2011). Caring   didefenisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dan memiliki
masalah dengan menyatukan pikiran, perasaan dan tindakan, caring mengatur apa yang
paling penting bagi seseorang/manusia. Oleh karena itu, menyelesaikan stress dan bagaimana
seseorang bisa mengatasinya. Benner dan Wrubel (1989) menyatakan bahwa caring timbul
dari keterkaitan dan memiliki beberapa hal yang lebih penting dari yang lain.”tanpa
caring  seseorang akan menjadi memprihatinkan”. 

Karakteristik sikap yang berhubungan dengan caring   adalah empati, dukungan, ingin
menghibur orang lain dan pengasuhan. Ketika seorang perawat memberikan pelayanan
kepada klien, dimana pelayanan itu menimbulkan stress/masalah, maka yang perlu dilakukan
adalah pengkajian emosional dan proses keterlibatan. Keterlibatan dengan klien membuat
perawat dapat mendiagnosis suatu masalah dan mengidentifikasi solusi dan menciptakan
lingkungan yang terpercaya. Caring   adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel
karena dapat menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada
klien.

Caring  penting karena:

a. Menciptakan apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan apa pilihan
yang tepat untuk mengatasi.
b. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan, apa yang berhubungan dan apa
yang menjadi tujuan
c. Menciptakan hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan bantuan.

2. Manusia 

Benner mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang menginterpretasikan diri, yaitu


manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah ditetapkan tetapi melalui
proses perjalanan hidup. Manusia dipandang sebagai sesuatu yang kreatif, mahluk generatif
yang hidup di dalam sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman
komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel karakterikstik manusia yaitu sebagai sosok yang
harus berhadapan dengan situasi, tubuh, masalah perorangan dan peristiwa yang bersifat
sementara (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011). Interpretasi
Benner dan Wrubel tentang manusia didasarkan pada eksistensi filosofi dan kesatuan atau
keutuhan manusia. Benner menggunakan fenomena untuk menjelaskan tentang orang, yang
mana, mereka digambarkan sebagai sesorang yang mampu menilai dirinya sendiri. Seseorang
juga memiliki kemampuan untuk merefleksikan dirinya dan juga tidak mampu merefleksikan
dirinya tentang kesulitan yang dihadapi didunia.

Menurut Benner manusia mempunyai empat peran utama yaitu :

1. Peran situasi
2. Peran tubuh
3. Peran kepribadian
4. Peran selalu menyesuaikan diri

3. Kesehatan 

Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman, Elsenberg, dan Good
yang menyatakan bahwa kesehatan adalah tidak adanya penyakit yang digambarkan sebagai
pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud dari
kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama sakit harus masuk
akal dalam konteks pengalaman hidup manusia. (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman &
Eichelberger 2011). Fokusnya pada pengalaman hidup sehat dan sakit. Sehat didefinisikan
sebagai apa yang dapat dinilai, sedangkan kesejahteraan adalah pengalaman mausia selama
masa sehat sedangkan penyakit adalah apa yang dinilai pada tingkat fisik
4. Situasi 

Benner menggunakan istilah situasi dari pada lingkungan sosial dengan definisi dan
kebermaknaan sosial dalam bekerja. Benner memilih situasi karena menurut Benner, situasi
memiliki konteks sosial dalam arti dan penafsirannya yang berdampak pada manusia.
Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan.
Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi. Pandangan fenomenologi Benner
didasarkan pada situasi. Hal ini di buktikan dalam tulisannya saat dia menggunakan istilah
“being situated and situated meaning” menunjukkan adanya keterlibatan dan interpretasi dari
setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman &
Eichelberger 2011).

5. Stress 

Menurut Benner, stress adalah makna dari gangguan, pemahaman, dan fungsi kelancaran
sehingga bahaya, kehilangan, atau tantangan yang dialami mampu membuat manusia
memperoleh keterampilan baru. Stress sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau
intelektual yang mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari
bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress adalah
konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan di dunia
sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut (Benner & Wrubel, 1989 dalam
Sitzman & Eichelberger 2011).

6. Koping 

Koping adalah melakukan sesuatu secara langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara
langsung atas dasar tujuan yang ada. Perilaku koping lainnya adalah mencari informasi.
Koping tidak termasuk solusi untuk stres melainkan apa yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengatasi gangguan yang disebabkan oleh stres. Berdasarkan pada karya Lasarus (1986)
yang menjelaskan stres dan koping. Benner dan Wrubel mendefinisikan bahwa koping adalah
cara seseorang memandang situasi dan membuat pilihan untuk memiliki sifat yang positif
dalam menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel memberikan banyak contoh tentang
bagaimana seseorang berupaya dengan situasi seperti : pengembangan diri selama hidup /
dalam kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit diantaranya kanker dan
penyakit neurologis (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).

1.4 Penerimaan Teori Benner dalam praktik, pendidikan, penelitian oleh Keperawatan

1. Praktik Keperawatan

Benner menggambarkan praktik klinik keperawatan menggunakan pendekatan interpretasi


fenomenologi. From Novice to Expert (1984) berisi beberapa contoh aplikasi dalam
penerapan metodenya di beberapa situasi praktik (Dollan et.all,1984). Awalnya, Benner
menggunakan pendekatan promosi, jenjang perawat klinik, program untuk lulusan perawat
yang baru dan seminar untuk menggembangkan pengetahuan klinik. Benner mengembangkan
banyak literatur yang berfokus pada praktik keperawatan dan melakukan publikasi karyanya
tersebut. Contoh penerapan praktik di Indonesia: Seorang perawat yang sudah senior atau ahli
boleh membuka praktek sendiri atau di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan undang-
undang. Simposium berfokus pada keunggulan pada praktik keperawatan yang dilaksanakan
untuk pegembangan staff, pengenalan, dan penghargaan sebagai salah satu jalan untuk
mendemonstrasikan perkembangan pengetahuan klinik dalam praktik (Dollan,1984).

2. Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan oleh para pendidik
untuk mempelajari setiap level perawat dari Novice sampai Expert dan mempelajari
perbedaan masing- masing level sehingga memberikan pengalaman pembelajaran pada
mahasiswa keperawatan. Benner (1982) mengkritisi tentang konsep competency-based
testing yang berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang dijelaskan
dalam model dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh AMICAE (Benner,1984).
Dalam Expertise In Nursing Practice. Benner dan kolega (1996) menekankan pentingnya
pembelajaran skill dan perawatan melalui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuan
dalam praktik, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in Critical Care,
Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar. Contoh penerapan praktik di
Indonesia: Mengadakan Health Education kepada masyarakat

3. Penelitian

Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan penelitian dalam bidang keperawatan
sebagai contoh Fenton (1984,1985) menggunakan model Benner dalam penelitian
pendidikan. Lock dan gordon (1989) yang membantu proyek EMICAE, yang
mengembangkan pembelajaran inquiri dalam model formal yang digunakan dalam praktek
keperawatan dan medis. Mereka menyimpulkan bahwa model formal memberikan petunjuk
mengenai pelayanan langsung, pengetahuan dan hasil yang diinginkan. Contoh penerapan
praktik di Indonesia: Pengaruh pendidikan seks terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap
remaja dalam mencegah penyakit menular seksual di kota A

Kelemahan Teori Benner

1. Teori Patricia Benner diadaptasi dari model “Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert
Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert  menjelaskan 5 tingkat atau
tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: Novice, Advance Beginner,
Competen,Proficiet,dan  Expert. Model ini relatif simpel dengan hanya membagi tingkat
kemahiran perawat dalam 5 tahap dan hal itu memerlukan identifikasi tingkat praktik
keperawatan dari gambaran perawat secara individu dan dari observasi praktik klinik yang
sebenarnya
2. Teori From Novice to Expert mempunyai karakteristik universal yang tidak dibatasi oleh
umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktik keperawatan. Untuk interpretasi model ini
dalam praktik keperawatan digunakan sebagai kerangka kerja saja sedangkan
penerapannya dibatasi oleh situasi praktik keperawatan, sehingga diperlukan pemahaman
yang kompetensi 5 level perawat tersebut dan kemampuan mengidentifikasi karakteristik
dan tujuan disetiap level
3. Model Benner ini hanya dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif ysng
terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain prsktik keperawatan, dan 9 domain perawatan kritis.
Dengan pendekatan kualitatif, Benner menganggap sebagai hipotesis generating
(penyebab) daripada hipotesis testing, maka dari itu perlu dibuktikan dengan pendekatan
alternatif lain selain kualitatif.
4. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif. Model Benner didasarkan
pada data based research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan.

Kelebihan Teori Benner 

Karya dari Benner ini lebih merujuk pada artikulasi, artinya ebagai deskripsi atau
melukiskan, ilustrasi atau menggambarkan dan mengkomunikasikan pada area-area kebijakan
praktis, keterampilan tenang dan bagaimana serta menjelaskan praktik yang baik dan benar.

1.5 Kesimpulan:

Teori Novice to Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner tersebut menunjukkan
bahwa perawat bergerak melalui lima tahap kemahiran, masing-masing dengan serangkaian
karakteristik dan kompetensinya sendiri (Alligood & Tomey, 2014).. Teori “From Novice To
Expert” yang dikembangkan eleh Particia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang
dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus yang menjelaskan 5 tingkat tahap
akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice (2) Advance Beginner (3)
Competent (4) Proficient (5) Expert

Referensi

Alligood, MR & Tomey, A.M. 2006. Nursing Theories and their work, 7 th edn. Mosby
Elsevier.

Benner, Patricia.1984. From Novice to Expert: Excellence and power in Nursing Practice.
Menlo Park , Calif: Addison-Wesley.

Elstein, A. S., & Schwarz, A. (2002). Clinical problem solving and diagnostic decision
making: selective review of the cognitive literature. BMJ (Clinical research ed.), 324(7339),
729.

Kapborg I. 2003. The Phenomenon of Caring from the Novice Student Nurse’s Perspective:
A Qualitative Content Analysis? International Nursing Review. Vol. 50 Issue 3 Page 129-192
September.

Meyer, T. 2005. Academic and Clinical Dissonance in Nursing Education: Are We Guilty of
Failure to Rescue? Nurse Educator 30(2), Page 76-79
Potter, PA & Perry.2, A.G. 2009. Fundamental of Nursing: Concept, process and practice.
edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Sharoff, L. 2006. The Holistic Nurse’s Search for Credibility. Holistic Nursing Practice
20(1), Page 12-19

Tailor, C. 2002. Assesing Patients Needs: Does the Same Information Guide Expert and
Novice Nurses? International Nursing Review. Vol. 49 Issue 1 Page 1-64

Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Works. Six. Edition.
Missouri: Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai