Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber informasi yang
kami dapatkan sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “philosophies
dari Florence Nightingale: Modern Nursing, Jean Watson: Caring, Patricia Benner:
Excellence And Power In Clinical Nursing” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
kepada pembaca.

Jakarta, 15 september 2019

Penyusun
3.1 Teori patrcia banner
3.1.1. Latar Belakang
patrcia banner lahir di hampton, virgia, dan menghabiskan masa kecil
di california, dimana ia menerima pendidikan awal dan profesinya, mengambil
jurusan keperawatan, memperolah gelar sarjana seni dari pasadena college
tahun 1964. Pada tahun 1970 ia meraih gelar master dalam keperawatan
dengan spesialis keperawatan medikal bedah dari university of california, san
frasisco (UCSF) school of nursing. PhD-nya tentang stress koping dan
kesehatan diberikan pada tahun1982 di university Of california, berkeley,dan
sisertasinya diterbitkan tahun 1984 (benner,1984b).
Benner memulai karirnya pada tahun 1970 sebagai perawat pasca
sarjana peneliti di school of nursing di UCSF. Pada saat menyelesaikan gelar
doktornya pada tahun 1982 benner meraih posisi associate profesor di
departement of physiological nursing di UCSF dan pengajar tetap professor
pada tahun 1989. Selama studinya dengan gelar doktor di berkeley,Benner
bekerja sebagai asisten penelitian untuk richard S. Lazarus, dikenal karena
teorinya tentang stres dan coping (Lazarus 1984b). Teori stress dan koping
lazarus dideskripsikan sebagai fenomenologi yaitu seseorang memahami
untuk membentuk dan dibentuk makna. Pada tahun 2002 pindah ke
departemen ilmu perilaku dan sosial di UCSF di mana ia sebagai orang
pertama yang menempati posisi di Thelma Shobe Cook Endowed Chair In
Ethics And Spirituality.
Ia mengajar pada tingkat doktor dan master dan bertugas pada tiga
sampai empat komite disertasi tiap tahunnya, banner pensiun dari mengajar
purna waktu tahun 2008 sebagai professor emeritus di UCSF, namun terus
berlibat dalam berbagai proyek penelitian saat ini ia menjadi proffesor tamu
terkemuka di seattle university school of nursing, membantu mereka dalam
transformasi kurikulum sarjana dan pascasarjana.

3.1.2. Konsep utama teori dan Konsep Mayor


A. Benner mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From Novice To
Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi. Konsep
teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner
diambil dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus
dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5
tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1)
novice, (2) advance beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5)
expert. Pendekatan pada pengembangan pengetahuan yang dimulai
dengan from novice to expert (1984) mengawali suatu perkembangan,
tradisi kehidupan untuk pembelajaran praktik keperawatan klinis melalui
koleksi dan interpretasi contoh (benner,1994: benner & sbenner ,
1999:benner, tanner & chesla, 1996; benner, hooper-kyriakidis, &
stannard, 1999). Benner dan benner (1999) mengatakan sebagai berikut:
“pemberian asuhan keperawatan yang efektif terhadap pasien/keluarga
membutuhkan perhatian kolektif dan saling mendukung untuk praktik
yang baik yang melekat sebagai bagian moral dari komunitas praktis
untuk terus menciptakan dan mempertahankan praktik yang baik...visi dari
praktik ini diambil dari tradisi aristotelian dalam etika (aristotle, 1985) dan
ucapakan terkini dari tradisi ini oleh alasdair macIntyre (1981), dimana
praktik didefinisikan sebagai upaya kolektif semacam itu haruslah terdiri
dari individu-individu praktisi yang memiliki keterampilan “tahu
bagaimana”,kiat, ilmu pengetahuan, dan imaginasi moral, yang terus
menerus menciptakan dan mencontohkan praktik yang baik (hal.23-24).

a. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model,
adalah seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.
Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk
memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang
relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk
mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan
perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan
pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
b. Advanced beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika
seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang
dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai
pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali
atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan
dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan
orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan
memegang pasien tertentu pada situasi yang memerlukan
perspektif lebih luas.
Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance
beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan
terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya.
Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar
untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya
mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner
menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
c. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan
mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi
competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan
kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang
diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu
adalah penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat
menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih
realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam
pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola
terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang
dapat diabaikan. Competent harus mengetahui alasan dalam
pembuatan perencanaan dan prosedur pada situasi klinis. Untuk
dapat menjadi proficient, competent harus diizinkan untuk
memandu respon terhadap situasi. Point pembelajaran yang
penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan competent
adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke
proficient.
d. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk
melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan
dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan
percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada
tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
e. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert
mempunyai pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga
mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan
penyelesaian.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien”
yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien
sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:
1) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
2) Mewujudkan proses know-how
3) Melihat gambaran yang luas
4) Melihat yang tidak diharapkan
B. Asumsi utama
Asumsi teori benner mengadopsi dari disertasi Brykczynski’s (1985).
Berikut penelitian yang mendukung teori Benner :
a. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala
asumsi dari pengetahuan alami bahwa semua tergantung pada
bentuk atau konsep-konsep abstrak yang diintepretasikan (Taylor,
1982).
b. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik,
perhatian, perkiraan dan hasil tindakan. Pemahaman-pemahaman
tersebut akan dapat berjalan dengan pengetahuan yang sering
didapatkan.
c. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain
berdasarkan kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian
dan intepretasi yang benar. Heidegger 1962 mengatakan bahwa
yang dapat memberikan pengertian dan pemahamana yang benar
adalah pengorganisasian kebudayaan dan pengertian/pemahaman
terdahulu serta pengembangan pemahaman individu.
d. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari
tindakan tidak dapat dibentuk secara lengkap, namun bagaimanapun
juga kemampuan tersebut dapat diintepretasikan oleh orang yang
memberikan perawatan kepada orang yang meiliki bahasa, latar
belakang budaya yang sama. Manusia merupakan inteperatsi bagi
dirinya sendiri (Heidegger, 1962). Hermeneutik merupakan
intepretasi dari conteks budaya dan arti dari aksi manusia itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya membuat tema
besar yaitu perawat, individu, situasi dan kesehatan.
1. Perawat
Perawat didefinisikan sebagai hubungan perawatan (caring)
“memungkinkan terjadinya konndisi yang penuh koneksi dan fokus.
Caring merupakan hal mendasar karena caring menyusun kemungkinan-
kemungkinan dalam pemberian dan penerimaan suatu bantuan. Perawat
sebagai pemberi caring berdasarkan etika, moral dan tanggungjawab.
Benner dan Wrubel (1989) memahami seorang perawat sebagai pemberi
perawatan dan belajar secara langsung melalui pengalaman sehat, sakit
dan penyakit serta hubungan tiga elemen tersebut.
2. Individu
Benner dan Wrubel mendiskripsikan mengnai ndividu berdasarkan teori
penomenologi Heidegger. Benner dan Wrubel mendefinisikan individu
adalah menjadi intepretasi bagi dirinya sendiriri, ini menunjukkan bahwa
indivudu hadir di dunia untuk mendapatkan pengalaman dari hidup selama
ini. Benner dan Wrubel membuat 4 aspek individu untuk memudahkan
memahami pengertian individu. Aspek tersebut adalah: (a) Aspek situasi
(b) aspek tubuh (body) (c) aspek fokus personal dan (d) apsek duniawi.
Benner dan Wrubel mencoba mengerucutkan definisi dari tubuh (body)
menjadi lima komponen yaitu : (1) tidak dilahirkan secara kompleks, tidak
berbudaya, dan seorang bayi baru lahir (2) Skills yang komplit dengan
postur, gaya/sikap, kebiasaan budaya/sosial dan keterampilan yang jelas
(3) Proyeksi dari citra tubuh/body (4) kinestetik sensasi (5) proyeksi dari
situasi sekitar seperti menggunakan komputer.
3. Kesehatan
Kesehatan diartikan sebagai keadaan dimana saat dikaji dalam keadaaan
sehat secara keseluruhan. Keadaan sehat dan sakit merupakan hal yang
jelas terjadi dalam kehidupan. Sehat tidak hanya sekedar bebas dari
penyakit atau sakit tetapi juga (dalam perspektif Kleinman, Eisenberg
Good) seseorang mungkin memiliki penyakit dan pengalaman sakit
karena sakit merupakan pengelaman seseorang yang mengakami
kehilangan atau disfungsi mengingat penyakit mempengaruhi tingkat
kesehatan fisik.
4. Situasi
Benner dan Wrubel menggunakan kata situasi daripada lingkungan karena
situasi lebih mengarah pada lingkungan sosial dengan definisi sosial.
Mereka menggunakan pendekatan fenomenologi “menjadi situasi” dan
“arti situasi” diamana kalimat itu didefinisikan berdasarkan interaksi
intepretasi dan memahami situasi seseorang. Ini berarti bahwa masa lalu,
sekarang dan masa datang seseorang tergabung dalam pemahaman
(pemaknaan) pribadi, kebiasaan, perspektif dan perkembangan situasi
yang terjadi.

3.1.3 Penegasan teoritis


Benner (1984) menyatakan bahwa selalu ada yang lebih dari setiap
situasi dibandingkan prediksi tentang suatu teori. Praktik keperawatan yang
terampil melampaui batasan teori formal. Pengalaman nyata memudahkan
pembelajaran mengenai pengecualian dan corak makna dalam setiap situasi.
Pengetahuan yang terwujud dalam praktik dapat membawa kepada suatu
penemuan dan interpretasi teori, teori awal dan perluasan teori, serta sintesis
dan adaptasi teori dalam praktik asuhan keperawatan. Benner telah
menggunakan pendekatan hermeneutika untuk mengungkapkan pengetahuan
yang ada dalam praktik keperawatan klinis. Dunlop (1986) mengatakan “saat
ia melakukan hal ini, ia mengungkapkan asuhan keperawatan yang terjalin erat
terhadap dirinya” (hal.668).
Oleh karena itu, kompetensi didalam setiap ranah sama sekali tidak
dimaksudakan sebagai daftar panjang. Melainkan, pendekatan interpretatif
berbasis situasi untuk menguraikan praktik keperawatan yang berusaha
mengatasi beberapa permasalahan dari redoksionisne dan permasalahan global
dan deskripsi yang terlalu umum berdasarkan kategori proses keperawatan
(benner,1984). Pada penjelasan lebih lanjut tentang pendekatan ini, bennner
(1992) meneliti peran laporan naratif untuk memahami gagasan yang baik atau
asuhan etis dalam praktik keperawatan pakar klinis. “memori naratif dari
kejadian nyata diambil dari kompartemen dan perwujudan tahu-bagaimana,
lengkap dengan respon emosional terhadap situasi. Memori naratif dapat
membangkitkan persepsi atau memori sensori yang meningkatkan pengenalan
hubungan yang ada didalam karya banner sebagai berikut:
A. “penemuan asumsi, dan ekspektasi, dapat mengungkapkan area
pengetahuan praktis yang belum terkaji yang kemudian dapat secara
sistematis diteliti dan diperluas bahkan disangkal” (benner, 1984a,hal.8).
B. Pengetahuan klinis terwujud didalam persepsi bukan pedoman/ajaran.
C. “kesadaran persepsi merupakan inti dari penilaian keperawatan yang baik...
(untuk pakar) dimuali dengan dugaan yang samar dan penilaian global yang
awalnya mendahului analisis kritis, kejelasan konseptual lebih sering
mengikuti dari pada mengawali” (benner,1984a,hal.xviii)
D. Peraturan formal sifatnya terbatas dan penilaian diskresi dibutuhkan dalam
situasi klinis sesungguhnya.
E. Pengetahuan klinis berkembang seiring waktu, dan setiap klinisi
mengembangkan khasanah personal mengenai pengetahuan praktik yang
dapat dibagikan dalam dialog dengan klinisi yang lain.
F. “keahlian berkembang ketika klinisi menguji dan memperbaiki proposisi,
hipotesis, dan prinsip berbasis ekspektasi dalam situasi praktik nyata”
(benner,1984a,hal.3).

3.1.4 Paradigma Keperawatan


Benner mempelajari praktik keperawatan melalui percobaan untuk
menemukan dan menjelaskan pengetahuan didalam praktik keperawatan. Dia
mempertahankan pengetahuan yang terjadi sepanjang waktu dalam praktik dan
mengembangkannya berdasakan interaksi situasional. Paradigma pertama Benner
adalah membuat perbedaan yang jelas antara praktik dan teori. Benner memulai
dengan mendefinisikan praktik yaitu “Terdiri dari menebarluaskan pengetahuan
tahu bagaimana (Know-How) investigasi berdasarkan teori dasar dan
menghubungkannya dengan pemetaan Know-How pada pengalaman praktik”.
Benner percaya bahwa perawat memeilki kelalaian dalam melakukan pencatatan
keperawatan selama pembelajaran praktik dan ini merupakan keburukan dalam
pemetaan praktik kita dan menghilangkan teori keperawatan.
Citing Khun, 1970 dan Polanyi, 1958 cit. Benner, 2009 menekankan
perbedaan antara Knowing how “Pengetahuan praktik yang mungkin dapat
menghindarkan kita dari pengetahuan abstrak” dengan tahu bahwa (Knowing that)
“yang diawali dengan penjelasan teori”. Knowing That adalah cara seseorang untuk
mengetahui melalui menentukan hubungan antara penyebab dengan kejadian.
Knowing how adalah kemahiran keterampilan/praktik yang mungkin akan
bertentangan dengan teori yang ada.ini menunjukkan bahwa seseorang mengetahui
sesuatu bekerja sebelum teori berkembang. Situasi-situasi klinik selalu bervariasi
dan kompleks dibandingkan dengan teori oleh karena itu, praktik klinik menjadi
ladang penelitian dan pengembangan pengetahuan. Melalui prakatik klinik, perawat
dapat menerima pengetahuan baru. Perawat harus mengembangan pengetahuan
berdasarkan praktik (Know-How) dan melanjutkan dengan investigasi dan
pengamatan secara menyeluruh. Semua ini dimulai dari pencatatan dan
pengembangan Know-how tentang keahlian keterampilan.
Benner mengadopsi teori Dreyfus untuk praktik klinik keperawatan. Dreyfus
bersaudara mengembangakan model kemahiran keterampilan dengen mempelajari
kemampuan perawat gawat darurat. Meodel inimencakup (1) Novice (2) Adnvanced
Beginner (3) Competent (4) Proficient (5) Expert. Pembagian kelompok tersebut
berdasarkan 4 komponen yaitu (1) perubahan dari kepercayaan mengenai prinsip
abstrak dan aturan masa lalu menuju pengalaman yang konkrit (2) perubahan dari
kepercayaan dalam analisis dan berpikir (3) Perubahan persepsi pembelajar
(Lerner’s) dalam membaca situasi (4) perubahan penerimaan dari pengamat, keluar
dari situasi yang terjadi menuju siatuasi yang tidak terlibat, fully engaged in the
situastion.
Teori ini berdasarkan situasi dan bukan dari karakter, aplikasi ini bukan
berdasarkan karakteristik individual melainkan dari fungsi umum perawat dengan
kombinasi situasi khusus dengan latar belakang pendidikan. Pengaplikasian teori
ini, Benner mencatat “Pengalaman berdasarkan kemahiran keterampilan lebih aman
dan cepat bila disertai dengan pendidikan. Benner mendefinisikan keterampilan
dan keterampilan klinik yang dimaksudkan dalam implementasi asuhan
keperawatan dan justifikasinya dalam situasi klinik yang aktual. Kondisi tanpa ada
kondisi aktual tidak akan terjadi peningkatan keterampilan klinik perawat.
Benner berusaha untuk menyoroti dari pengembangan ilmu pengetahuan klinis
daripada untuk menggambarkan keseharian dari perawat. Penjelasan Benner praktik
keperawatan melampaui penerapan aturan yang kaku dan teori dan didasarkan pada
"perilaku yang wajar yang merespon tuntutan situasi tertentu". Keterampilan yang
diperoleh melalui pengalaman keperawatan dan kesadaran persepsi bahwa perawat
ahli berkembang sebagai pengambil keputusan dari "gestalt situasi" memimpin
perawat untuk mengikuti firasat saat perawat mencari bukti untuk mengkonfirmasi
perubahan halus yang perawat amati pada pasien.
Konsep bahwa pengalaman didefinisikan sebagai hasilnya ketika negara-
negara yang terbentuk sebelumnya ditantang, disempurnakan, atau ditolak dalam
situasi yang sebenarnya didasarkan pada karya-karya Heidegger (1962) dan
Gadamer (1970). Keuntungan perawat pengalaman, pengetahuan klinis menjadi
perpaduan pengetahuan praktis dan teoritis. Keahlian berkembang sebagai tes klinis
dan memodifikasi harapan berbasis prinsip dalam situasi yang sebenarnya.
Pengaruh Heidegger bukti dalam hal ini dan dalam tulisan-tulisan berikutnya
Benner pada keunggulan dari perawat. Benner membantah deskripsi dualistic dari
Cartesian mind-body-person dan phenomeno-logis Heidegger mengemban deskripsi
manusia sebagai makhluk diri ditafsirkan sebagai kekhawatiran, praktik, dan
pengalaman hidup. Orang selalu berada dalam sebuah situasi, yaitu, mereka terlibat
bermakna dalam konteks di mana mereka berada. Orang datang pada suatu tempat
dengan kesalahpemahaman diri di dunia. Heidegger (1962) menyebut pengetahuan
praktis sebagai jenis tahu yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam situasi
tersebut.
Benner dan Wrubel (1989) menyatakan, "Kegiatan yang terampil, yang
dimungkinkan dengan kecerdasan kita diwujudkan, telah lama dianggap sebagai hal
yang lebih 'rendah' daripada intelektual, aktivitas reflektif" tapi menyatakan bahwa
intelektual, kapasitas reflektif tergantung pada pewujudan dari apa yang
diketahuinya. Pendekatan Benner untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimulai dengan Novice to Expert merupakan awal dari tumbuhnya hidup/tradisi
untuk belajar dari praktik keperawatan klinis melalui pengumpulan dan interpretasi
eksemplar. Benner dan Benner memulai konsep tersebut dengan ilustrasi sebagai
berikut :
Pengiriman efektif pasien/keluarga pasien perawatan membutuhkan perhatian
bersama dan saling mendukung praktek yang baik tertanam di komunitas moral
praktisi berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan praktik yang baik. Visi
praktek diambil dari tradisi Aristotelian dalam etika (Aristoteles, 1985) dan
artikulasi lebih baru dari tradisi ini Alasdair MacIntyre Teluk (1981), di mana
praktek didefinisikan sebagai usaha kolektif yang memiliki pengelompokan baik
internal untuk praktek. Namun, upaya kolektif tersebut harus terdiri dari individu
praktisi yang terampil tahu bagaimana, kerajinan, ilmu pengetahuan, dan imajinasi
moral, yang terus membuat dan instantiate praktik yang baik.
Benner mengungkapkan keperawatan yang merupakan paradoks budaya
dalam masyarakat yang sangat teknis yang lambat untuk di nilai dan
mengartikulasikan praktek peduli. Dia merasa bahwa nilai individualisme ekstrim
membuatnya sulit untuk merasakan kecemerlangan peduli dalam praktek
keperawatan ahli. Benner (2003) menyampaikan untuk etika relasional yang
didasarkan pada praktek untuk menyeimbangkan fokus dominan pada hak-hak dan
keadilan.

3.1.5 Penerimaan komunitas Keperawatan


3.1.4.1 Praktik
Pendekatan Pemikiran-tindakan (Benner, Hooper-Kyriakidis, &
Stannard, 2000), ditemukan bahwa pekerjaan keselamatan pasien adalah fokus
utama pekerjaan perawat di ICU (dan kami menduga bahwa ini mirip di semua
pengaturan perawatan kesehatan). Keselamatan kerja terpusat bersarang di
tradisi praktik keperawatan dengan kebiasaan dari " enam hak " checklist
untuk administrasi obat yang aman ( pasien, tepat obat yang tepat, tepat dosis,
tepat rute, untuk alasan yang tepat, dan pada waktu yang tepat ), pencegahan
bahaya imobilitas, pencegahan infeksi, pencegahan jatuh pasien, penggunaan
penghakiman keperawatan klinis dalam mengevaluasi resep penyedia
perawatan kesehatan untuk obat dan intervensi, penilaian keperawatan tentang
titrasi obat-obatan dan terapi berdasarkan respon pasien, penilaian tentang
pasien pemantauan, terjemahan dan evaluasi yang cermat penyedia layanan
kesehatan ' instruksi tertulis dan lisan, penggunaan memeriksa silang
identifikasi obat dan identitas pasien dengan produk darah dan terapi pasien
berisiko tinggi lainnya, dan banyak lagi. Hal ini bertujuan untuk
mendokumentasikan tradisi panjang keselamatan pasien dalam praktek
keperawatan.
Sangatlah penting untuk tidak mengesampingkan praktek-praktek mapan
sementara pelaksanaan sangat bermanfaat untuk perubahan seluruh sistem
untuk meningkatkan keselamatan pasien. Sebagai salah satu laporan Institute
of Medicine (IOM) (Kohn, Corrigan, & Donaldson 1999) menyatakan,
perawat menjadi ujung tombak perawatan pasien, sering menjadi kemungkinan
baris terakhir pertahanan dalam mencegah kesalahan perawatan pasien. Dalam
studi baru keselamatan pasien oleh Dewan Nasional Dewan Negara
Keperawatan, ( Malloch, Benner, & Weeks ) mendefinisikan : breakdown
Praktek, gangguan atau tidak adanya salah satu aspek praktek yang baik terjadi
ketika individu, tim kesehatan atau sistem perawatan kesehatan tidak hadir
untuk satu atau lebih dari unsur-unsur berikut :
1) Administrasi pengobatan yang aman.
Perawat mengelola dosis yang tepat dari obat yang tepat melalui rute yang
tepat kepada pasien yang tepat pada waktu yang tepat untuk alasan yang
tepat
2) Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan memberikan informasi yang relevan tentang
pasien dan tindakan yang dilakukan dalam menanggapi kebutuhan
mereka.
3) Perhatian / Surveillance.
Perawat memantau apa yang terjadi dengan pasien dan staf. Perawat
mengamati kondisi klinis pasien, jika perawat tidak mengamati pasien,
maka dia tidak bisa mengidentifikasi perubahan jika mereka terjadi dan
atau membuat discernments berpengetahuan dan keputusan tentang
pasien.
4) Penalaran klinis.
Perawat menafsirkan tanda-tanda, gejala, dan respon pasien terhadap
terapi. Perawat mengevaluasi relevansi perubahan tanda pasien dan gejala
dan memastikan bahwa penyedia perawatan pasien akan diberitahu dan
perawatan pasien disesuaikan dengan tepat.
5) Pencegahan
Perawat memiliki langkah-langkah untuk mencegah risiko, bahaya, atau
komplikasi karena sakit atau rawat inap. Ini termasuk tindakan
pencegahan jatuh, mencegah bahaya imobilitas, kontraktur, atau stasis
pneumonia.
6) Intervensi.
Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan benar. Interpretasi
dengan tepat. Perawat menafsirkan perintah dengan tepat.

7) Profesional jawab / advokasi Pasien.


Perawat menunjukkan tanggung jawab profesional dan memahami sifat
dari hubungan perawat -pasien. Advokasi mengacu pada ekspektasi bahwa
perawat bertindak secara bertanggung jawab dalam melindungi pasien dan
kerentanan keluarga dan menganjurkan untuk melihat bahwa kebutuhan
pasien atau masalah ditangani ( Benner Sheets, Uris, Malloch, Schwed, &
Jamison 2006).

3.1.4.2 Pendidikan
Benner menyarankan dua cara dimana perawat pendidik dapat menjadi
aspek yang signifikan dalam proses pendidikan keperawatan dasar. Pertama,
skema tugas (penugasan) yang bisa membantu mahasiswa mempelajari
keterampilan tentang memperoleh dan menginterpretasikan etnografi klinis
atau kasus penyakit yang dapat menambah kekuatan mahasiswa untuk
mengerti dunia orang lain (pasien). Kedua, praktik sebaiknya dilakukan oleh
mahasiswa dan dosen, bercerita tentang situasi klinis tertentu sepanjang waktu,
mengkaji apa yang sudah dilihat (diketahui) dan apa yang terlupa, mendalami
bagaimana pemahaman klinis dirubah ke situasi praktis, dan bagaimana respon
perawat dibentuk melalui perubahan pemahaman ini, serta menyediakan
kesempatan untuk mengartikulasi pembelajaran pengalaman dan
pengembangan pengetahuan klinis mengajarkan mahasiswa untuk
merefleksikan pengalaman praktik mereka dengan tujuan meningkatkan
kemampuannya.
3.1.4.3 Penelitian
Lima aspek umum yang dieksplorasi dalam penelitian Benner adalah:
a. Situasi
Ini meliputi pemahaman tentang bagaimana seseorang dikondisikan, baik
secara historis maupun saat ini. Pertanyaan yang diberikan terkait dengan
apakah situasi itu dimengerti sebagai salah satu dari fungsi sosial yang
mulus atau apakah situasi tersebut adalah kehancuran, hal yang baru, atau
kebingungan.
b. Perwujudan
Ini meliputi perwujudan pengetahuan yang menekankan komponen
keterampilan dan respon persptual dan emosional. Perwujudan pemahaman
tentang situasi dieksplorasi seperti pada perawat dengan kompetensi yang
tinggi, respon demi yang terbaik atau respon tubuh seperti pengenalan dini
dari krisis pasien yang tertunda sebagai akibat dari ketajaman perseptual dan
rekognisi pola atau pengalaman mual yang diantisipasi pada pasien yang
akan menerima kemoterapi.
c. Keduniawian
Pengalaman waktu hidup adalah cara seseorang memproyeksikan dirinya ke
masa depan dan mengerti seseorang di masa lalu. Keduniawian lebih dari
momen kesuksesan linier, namun meliputi kualitas waktu hidup atau
keabadian.
d. Perhatian
Perhatian adalah cara seseorang mengorientasikan diri secara bermakan pada
situasi tertentu. Perhatian akan mendiktekan apa yang akan muncul sebagai
hal penting dan dengan demikian apa yang akan diketahui pada situasi
tersebut. Perhatian akan menentukan apa saja hal yang dianggap penting
bagi seseorang.
e. Makna umum
Ini adalah makna linguistik apa adanya dan makna kultural yang membentuk
apa yang diketahui, apa masalah yang mungkin terjadi, dan apa yang
mungkin disetujui atau tidak disetujui diantara masyarakat. Sebagai contoh,
situasi di dalam kelas didasarkan pada makna tentang apa maksudnya
menjadi seorang dosen maupun menjadi mahasiswa. Walaupun
ketidaksetujuan tentang pemaknaan tersebut tergantung dari pemahaman
yang lebih baik yang membiarkan perbedaan dan ketidaksetujuan yang
berarti untuk dapat terjadi.
Pengkajian dari seluruh aspek di atas sangat penting untuk memahami
pengalaman orang lain dan belajar dari sebuah pengalaman klinik.

3.1.6 Kelemahan Teori


Teori “From Novice to Expert” Patricia Benner secara umum belum dapat
diaplikasikan di Indonesia karena teori tersebut belum sesuai dengan kondisi di
Indonesia. Artinya, bahwa kewenangan dan kompetensi perawat yang jelas
sehingga pembagian tugasnya terlihat. Pada dasarnya perawat yang masa kerja lama
memiliki ketrampilan yang lebih dibandingkan perawat yang baru bekerja,
meskipun jenjang pendidikannya dibawah perawat yang baru. Perawat yang
memiliki kepandaian lebih, tetapi baru memulai karir sebagai perawat juga akan
disebut sebagai perawat “novice”. Perawat “expert” pun apabila dihadapakan pada
situasi klinis yang baru juga akan kembali menjadi “Novice”. Butuh waktu yang
lama untuk menjadi seorang perawat “expert”. Di Indonesia pembagian
kewenangan antara perawat lama dan baru belum terlihat jelas. Kritik terhadap teori
Benner dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
1. Kesederhanaan
Benner telah mengembangkan laporan deskriptif interpretif tentang praktik
keperawatan klinis. Konsepnya adalah tingkatan ketrampilan praktik dari model
Dreyfus, meliputi novice, advance beginner, competent, proficient, dan expert.
Benner menggunakan lima konsep ini untuk menjelaskan praktik keperawatan
berdasarkan wawancara, observasi, dan analisis tentang catatan keperawatan. Dari
penjelasan tersebut, kompetensi perawat dapat diidentifikasi dan dapat
dikelompokkan secara induktif dalam tujuh domain praktik keperawatan sesuai
dasar tujuan umum dan maksudnya (Benner, 1984a). Benner, dkk (1996) dalam
studi keperawatan kritis mengeksplor perbedaan level praktik pada kedalaman dan
diusulkan, seperti dituliskan di awal, bahwa perawat pada level yang berbeda hidup
pada dunia yang berbeda dalam pengertian Heideggerian. Proyek penelitian Benner
yang terus menerus telah menghasilkan sembilan domain dalam praktik
keperawatan kritis (Benner et.al, 1999). Model yang dipakai relatif sederhana
dengan melihat pada lima tingkatan ketrampilan, dan ini menyediakan
perbandingan panduan untuk mengidentifikasilevel praktik keperawatan dari
deskripsi perawat secara individu dan observasi praktik keperawatan yang
sesungguhnya. Interpretasi ini divalidasi dengan persetujuan umum (mufakat).
Derajat kerumitan dijumpai dalam sub konsep untuk pembedaan diantara level
kompetensi dan kebutuhan untuk mengidentifikasi maksud dan tujuan. Pendekatan
interpretif ini didesain untuk mengatasi ketidakleluasaan pendekatan rasional-
tehnis pada studi dan penjelasan praktik. Walaupun penjelasan yang berkaitan
dengan konsep pelaksanaan level novice memungkinkan, sepertinya penjelasan
pelaksaan expert akan sulit, jika tidak memungkinkan, dan kegunaan yang terbatas
karena terbatasnya sikap obyektif. Dengan kata lain, masalah filosofi tentang
kemunduran yang tidak terbatas akan dijumpai dalam usaha untuk menspesifikkan
semua aspek tentang praktik ahli (expert). Malahan, pemahaman holistik tentang
situasi khusus diperlukan untuk menjadi expert.
2. Pernyataan umum
Model kemahiran ketrampilan “from novice to expert” mempunyai
karakteristik yang universal yang tidak dapat dibatasi dengan umur, penyakit,
kesehatan, atau lokasi praktik keperawatan. Bagaimanapun, karakteristik teori yang
universal menyatakan secara tidak langsung properti operasionalisasi untuk
prediksi adalah bukan bagian dari perspektif ini. Tentu saja, fenomena perspektif
ini mengkritisi keterbatasan keuniversalan dalam mempelajari praktik terhadap
manusia. Model interpretif dalam praktik keperawatan mempunyai kekuatan untuk
mengaplikasikan secara universal sebagai suatu kerangka kerja, tetapi
penjelasannya dibatasi oleh ketergantungan situasi klinik keperawatan sebenarnya
yang diperoleh. Ini digunakan tergantung pada pemahaman lima level kompetensi
dan kemampuan mengidentifikasi karakteristik maksud dan tujuan yang melekat
pada tiap level praktik.
Walaupun pengetahuan klinik berhubungan dan melibatkan isu yang lokal,
spesifik, dan historikal, ini dapat digeneralisasikan dalam istilah penerjemahan
maksud pada situasi yang sama (Guba&Lincoln, 1982). Untuk menangkap aspek
praktis yang berhubunagn, Benner menggunakan laporan narasi situasi klinik yang
sebenarnya dan menjaga pendekatan ini memudahkan pembaca mengenal maksud
dan tujuan yang sama, walaupun keadaan sekitar relatif berbeda, sebagai contoh
penggeneralisasian atau penggantian digunakan dalam hal berikut: saat membaca
atau mendengar sebuah narasi tentang seorang perawat berhubungan dengan
keluarga pasie yang anaknya meninggal, perawat yang lain dapat menceritakan
bahwa mereka mungkin telah menemukan keluarga lain dengan pasien yang
berbeda umur yang meninggal.
3. Ketepatan empiris
Model teori Benner telah diuji dengan metode kualitatif: 31 kompetensi, 7
domain praktik keperawatan, dan 9 domain praktik keperawatan kritis diderivasi
secara induktif. Penelitian-penelitian berikutnya mengindikasikan bahwa model
Benner dapat diaplikasikan dan berguna untuk pengembangan berkelanjutan
pemahaman ilmu pengetahuan dalam praktik keperawatan. Pendekatan ini untuk
pengembangan ilmu pengetahuan menekankan pentingnya kepedulian dan etika
inti keperawatan serta tanggung jawab yang melekat pada para ahli praktik
keperawatan, yang tidak tampak bila kita hanya menggunakan strategi ilmiah,
teknis, dan kelembagaan untuk melegitimasi ahli-ahli praktik keperawatan.
Penggunaan proses kualitatif alternatif untuk menemukan pengetahuan
keperawatan menyulitkan rujukan teori Benner ke model rasional-empirikal.
Dimana biasanya peneliti positivistik menggunakan metode kuantitatif untuk
mencari teori yang bisa diaplikasikan dalam praktik, sedangkan pendekatan
interpretif kualitatif menjelaskan para ahli dalam keperawatan dengan contoh-
contoh. Teori Benner lebih tampak sebagai pembangunan hipotesis daripada
pengujian hipotesis. Benner tidak menjelaskan tentang “bagaimana cara” untuk
praktik keperawatan, melainkan menyediakan metode untuk mengupas dan
memasuki situasi yang bermakna bagi para ahli keperawatan. Altmann (2007)
menyatakan bahwa kebanyakan kritik terhadap teori Benner terjadi akibat
kesalahan interpretasi filosofinya sebagai teori dan evaluasi penelitian kualitatifnya
dengan parameter kuantitatif.
4. Konsekuensi yang bisa diderivasi
Walaupun banyak perawat klinik di seluruh dunia secara antusias menerima
teori “From Novice to Expert”, beberapa akademisi dan administrator awalnya
menginterpretasikan teori ini sebagai pengembangan tradisionalisme serta
mengurangi makna pendidikan dan teori-teori praktik keperawatan. Pendekatan
interpretif kualitatif Benner untuk menginterpretasi makna dan tingkatan praktik
keperawatan menciptakan keraguan pada para peneliti objektif yang mencari
kontrol dan ketepatan. Debat berkelanjutan berkembang dalam koridor interpretasi
kognitif dari konsep Benner tentang keahlian dan intuisi. Hingga saat ini tidak
pernah tersirat kalau konsep fenomenologikal ini diobjektifkan dan
dioperasionalisasikan.
Perspektif Benner adalah fenomenologikal, bukan kognitif. Dia menyatakan
“Keputusan klinis dan praktik caring memerlukan interaksi dengan klien sepanjang
waktu, yang menuju pada kondisi perubahan dan hal-hal baru yang dipelajari.
Dalam pandangan keputusan klinis ini, keterampilan tahu-bagaimana dan tindakan
saling brhubungan”. Kekuatan teori Benner adalah penelitian berbasis data-data
berkontribusi pada keperawatan sebagai disiplin praktik. Signifikansi temuan
penelitian Benner terletak pada kesimpulannya bahwa “pengetahuan klinis seorang
perawat relevan dengan seberapa jauh manifestasi keterampilan perawat dapat
memberi perubahan dan dampak dalam perawatan pasien.
Generalisasi didekati melalui pemahaman makna yang biasa, keterampilan,
praktik, dan kapasitas yang melekat daripada melalui hukum abstrak umum yang
memprediksi dan menjelaskan. Makna, keterampilan, dan praktik yang biasa
seperti itu melekat secara sosial dalam pendidkan tinggi keperawatan dan dalam
praktik serta tradisi keperawatan. Pngetahuan yang melekat pada praktik
keperawatan klinis seharusnya diperkenalkan kepada masyarakat sebagai
pengetahuan publik agar memunculakn pemahaman yng lebih baik tentang praktik
keperawatan. Benner yakin bahwa cakupan dan kompleksitas praktik keperawatan
terlalu luas bagi perawat untuk dapat bergantung pada idealisme, pandangan
dekontekstual dari eksperimen maupun praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood,Martha R.2017.pakar teori keperawatan dan karya mereka.edisi indonesia
ke-8 volume 2.indonesia.

Anda mungkin juga menyukai