Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber informasi yang
kami dapatkan sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “philosophies
dari Florence Nightingale: Modern Nursing, Jean Watson: Caring, Patricia Benner:
Excellence And Power In Clinical Nursing” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
kepada pembaca.
Penyusun
3.1 Teori patrcia banner
3.1.1. Latar Belakang
patrcia banner lahir di hampton, virgia, dan menghabiskan masa kecil
di california, dimana ia menerima pendidikan awal dan profesinya, mengambil
jurusan keperawatan, memperolah gelar sarjana seni dari pasadena college
tahun 1964. Pada tahun 1970 ia meraih gelar master dalam keperawatan
dengan spesialis keperawatan medikal bedah dari university of california, san
frasisco (UCSF) school of nursing. PhD-nya tentang stress koping dan
kesehatan diberikan pada tahun1982 di university Of california, berkeley,dan
sisertasinya diterbitkan tahun 1984 (benner,1984b).
Benner memulai karirnya pada tahun 1970 sebagai perawat pasca
sarjana peneliti di school of nursing di UCSF. Pada saat menyelesaikan gelar
doktornya pada tahun 1982 benner meraih posisi associate profesor di
departement of physiological nursing di UCSF dan pengajar tetap professor
pada tahun 1989. Selama studinya dengan gelar doktor di berkeley,Benner
bekerja sebagai asisten penelitian untuk richard S. Lazarus, dikenal karena
teorinya tentang stres dan coping (Lazarus 1984b). Teori stress dan koping
lazarus dideskripsikan sebagai fenomenologi yaitu seseorang memahami
untuk membentuk dan dibentuk makna. Pada tahun 2002 pindah ke
departemen ilmu perilaku dan sosial di UCSF di mana ia sebagai orang
pertama yang menempati posisi di Thelma Shobe Cook Endowed Chair In
Ethics And Spirituality.
Ia mengajar pada tingkat doktor dan master dan bertugas pada tiga
sampai empat komite disertasi tiap tahunnya, banner pensiun dari mengajar
purna waktu tahun 2008 sebagai professor emeritus di UCSF, namun terus
berlibat dalam berbagai proyek penelitian saat ini ia menjadi proffesor tamu
terkemuka di seattle university school of nursing, membantu mereka dalam
transformasi kurikulum sarjana dan pascasarjana.
a. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model,
adalah seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.
Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk
memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang
relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk
mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan
perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan
pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
b. Advanced beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika
seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang
dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai
pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali
atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan
dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan
orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan
memegang pasien tertentu pada situasi yang memerlukan
perspektif lebih luas.
Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance
beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan
terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya.
Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar
untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya
mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner
menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
c. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan
mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi
competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan
kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang
diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu
adalah penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat
menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih
realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam
pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola
terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang
dapat diabaikan. Competent harus mengetahui alasan dalam
pembuatan perencanaan dan prosedur pada situasi klinis. Untuk
dapat menjadi proficient, competent harus diizinkan untuk
memandu respon terhadap situasi. Point pembelajaran yang
penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan competent
adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke
proficient.
d. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk
melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan
dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan
percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada
tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
e. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert
mempunyai pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga
mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan
penyelesaian.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien”
yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien
sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:
1) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
2) Mewujudkan proses know-how
3) Melihat gambaran yang luas
4) Melihat yang tidak diharapkan
B. Asumsi utama
Asumsi teori benner mengadopsi dari disertasi Brykczynski’s (1985).
Berikut penelitian yang mendukung teori Benner :
a. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala
asumsi dari pengetahuan alami bahwa semua tergantung pada
bentuk atau konsep-konsep abstrak yang diintepretasikan (Taylor,
1982).
b. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik,
perhatian, perkiraan dan hasil tindakan. Pemahaman-pemahaman
tersebut akan dapat berjalan dengan pengetahuan yang sering
didapatkan.
c. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain
berdasarkan kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian
dan intepretasi yang benar. Heidegger 1962 mengatakan bahwa
yang dapat memberikan pengertian dan pemahamana yang benar
adalah pengorganisasian kebudayaan dan pengertian/pemahaman
terdahulu serta pengembangan pemahaman individu.
d. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari
tindakan tidak dapat dibentuk secara lengkap, namun bagaimanapun
juga kemampuan tersebut dapat diintepretasikan oleh orang yang
memberikan perawatan kepada orang yang meiliki bahasa, latar
belakang budaya yang sama. Manusia merupakan inteperatsi bagi
dirinya sendiri (Heidegger, 1962). Hermeneutik merupakan
intepretasi dari conteks budaya dan arti dari aksi manusia itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya membuat tema
besar yaitu perawat, individu, situasi dan kesehatan.
1. Perawat
Perawat didefinisikan sebagai hubungan perawatan (caring)
“memungkinkan terjadinya konndisi yang penuh koneksi dan fokus.
Caring merupakan hal mendasar karena caring menyusun kemungkinan-
kemungkinan dalam pemberian dan penerimaan suatu bantuan. Perawat
sebagai pemberi caring berdasarkan etika, moral dan tanggungjawab.
Benner dan Wrubel (1989) memahami seorang perawat sebagai pemberi
perawatan dan belajar secara langsung melalui pengalaman sehat, sakit
dan penyakit serta hubungan tiga elemen tersebut.
2. Individu
Benner dan Wrubel mendiskripsikan mengnai ndividu berdasarkan teori
penomenologi Heidegger. Benner dan Wrubel mendefinisikan individu
adalah menjadi intepretasi bagi dirinya sendiriri, ini menunjukkan bahwa
indivudu hadir di dunia untuk mendapatkan pengalaman dari hidup selama
ini. Benner dan Wrubel membuat 4 aspek individu untuk memudahkan
memahami pengertian individu. Aspek tersebut adalah: (a) Aspek situasi
(b) aspek tubuh (body) (c) aspek fokus personal dan (d) apsek duniawi.
Benner dan Wrubel mencoba mengerucutkan definisi dari tubuh (body)
menjadi lima komponen yaitu : (1) tidak dilahirkan secara kompleks, tidak
berbudaya, dan seorang bayi baru lahir (2) Skills yang komplit dengan
postur, gaya/sikap, kebiasaan budaya/sosial dan keterampilan yang jelas
(3) Proyeksi dari citra tubuh/body (4) kinestetik sensasi (5) proyeksi dari
situasi sekitar seperti menggunakan komputer.
3. Kesehatan
Kesehatan diartikan sebagai keadaan dimana saat dikaji dalam keadaaan
sehat secara keseluruhan. Keadaan sehat dan sakit merupakan hal yang
jelas terjadi dalam kehidupan. Sehat tidak hanya sekedar bebas dari
penyakit atau sakit tetapi juga (dalam perspektif Kleinman, Eisenberg
Good) seseorang mungkin memiliki penyakit dan pengalaman sakit
karena sakit merupakan pengelaman seseorang yang mengakami
kehilangan atau disfungsi mengingat penyakit mempengaruhi tingkat
kesehatan fisik.
4. Situasi
Benner dan Wrubel menggunakan kata situasi daripada lingkungan karena
situasi lebih mengarah pada lingkungan sosial dengan definisi sosial.
Mereka menggunakan pendekatan fenomenologi “menjadi situasi” dan
“arti situasi” diamana kalimat itu didefinisikan berdasarkan interaksi
intepretasi dan memahami situasi seseorang. Ini berarti bahwa masa lalu,
sekarang dan masa datang seseorang tergabung dalam pemahaman
(pemaknaan) pribadi, kebiasaan, perspektif dan perkembangan situasi
yang terjadi.
3.1.4.2 Pendidikan
Benner menyarankan dua cara dimana perawat pendidik dapat menjadi
aspek yang signifikan dalam proses pendidikan keperawatan dasar. Pertama,
skema tugas (penugasan) yang bisa membantu mahasiswa mempelajari
keterampilan tentang memperoleh dan menginterpretasikan etnografi klinis
atau kasus penyakit yang dapat menambah kekuatan mahasiswa untuk
mengerti dunia orang lain (pasien). Kedua, praktik sebaiknya dilakukan oleh
mahasiswa dan dosen, bercerita tentang situasi klinis tertentu sepanjang waktu,
mengkaji apa yang sudah dilihat (diketahui) dan apa yang terlupa, mendalami
bagaimana pemahaman klinis dirubah ke situasi praktis, dan bagaimana respon
perawat dibentuk melalui perubahan pemahaman ini, serta menyediakan
kesempatan untuk mengartikulasi pembelajaran pengalaman dan
pengembangan pengetahuan klinis mengajarkan mahasiswa untuk
merefleksikan pengalaman praktik mereka dengan tujuan meningkatkan
kemampuannya.
3.1.4.3 Penelitian
Lima aspek umum yang dieksplorasi dalam penelitian Benner adalah:
a. Situasi
Ini meliputi pemahaman tentang bagaimana seseorang dikondisikan, baik
secara historis maupun saat ini. Pertanyaan yang diberikan terkait dengan
apakah situasi itu dimengerti sebagai salah satu dari fungsi sosial yang
mulus atau apakah situasi tersebut adalah kehancuran, hal yang baru, atau
kebingungan.
b. Perwujudan
Ini meliputi perwujudan pengetahuan yang menekankan komponen
keterampilan dan respon persptual dan emosional. Perwujudan pemahaman
tentang situasi dieksplorasi seperti pada perawat dengan kompetensi yang
tinggi, respon demi yang terbaik atau respon tubuh seperti pengenalan dini
dari krisis pasien yang tertunda sebagai akibat dari ketajaman perseptual dan
rekognisi pola atau pengalaman mual yang diantisipasi pada pasien yang
akan menerima kemoterapi.
c. Keduniawian
Pengalaman waktu hidup adalah cara seseorang memproyeksikan dirinya ke
masa depan dan mengerti seseorang di masa lalu. Keduniawian lebih dari
momen kesuksesan linier, namun meliputi kualitas waktu hidup atau
keabadian.
d. Perhatian
Perhatian adalah cara seseorang mengorientasikan diri secara bermakan pada
situasi tertentu. Perhatian akan mendiktekan apa yang akan muncul sebagai
hal penting dan dengan demikian apa yang akan diketahui pada situasi
tersebut. Perhatian akan menentukan apa saja hal yang dianggap penting
bagi seseorang.
e. Makna umum
Ini adalah makna linguistik apa adanya dan makna kultural yang membentuk
apa yang diketahui, apa masalah yang mungkin terjadi, dan apa yang
mungkin disetujui atau tidak disetujui diantara masyarakat. Sebagai contoh,
situasi di dalam kelas didasarkan pada makna tentang apa maksudnya
menjadi seorang dosen maupun menjadi mahasiswa. Walaupun
ketidaksetujuan tentang pemaknaan tersebut tergantung dari pemahaman
yang lebih baik yang membiarkan perbedaan dan ketidaksetujuan yang
berarti untuk dapat terjadi.
Pengkajian dari seluruh aspek di atas sangat penting untuk memahami
pengalaman orang lain dan belajar dari sebuah pengalaman klinik.