Anda di halaman 1dari 1

BAB II

KASUS DILEMA ETIK

Seorang wanita usia 38 tahun, berobat ke rumah sakit dengan keluhan batuk yang dialami 1
bulan ada lendir berwarna kuning kehijauan, tidak ada darah, nyeri dada dan nyeri pada
daerah punggung saat menarik nafas di pagi hari. Ny.M mengalami anoreksia dan penurunan
berat badan dari 52 kg menjadi 48 kg. Keluhan ini sudah dirasakan kurang lebih selama satu
bulan. Hasil temuan tanda vital Ny.M adalah sbb: suhu tubuh 37ᴼC, frekuensi nadi 80x/ mnt,
frekuensi pernapasan 20x/mnt, tekanan darah 110/70 mmHg. Setelah dokter melakukan
pemeriksaan fisik, dokter menyarankan perawat untuk melakukan pemeriksaan rontgen dada
pada Ny. M. Ny.M ingin tahu sekali tentang penyakitnya dan meminta perawat tersebut
untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya
pukul 17.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca
oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa kedua lobus paru-paru pasien terinfeksi kuman
Mycobacterium tuberkulosa atau TB Paru. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga
Ny.M untuk menghadap dokter yang menangani Ny.M. Bersama dokter dan seijin dokter
tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat
kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak
memberitahukan penyakitnya ini kepada Ny.M. Keluarga takut Ny.M akan frustasi, tidak
mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Ny.M karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.

Anda mungkin juga menyukai