Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Definisi Persepsi

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh

proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra

kemudian individu memperhatikan, lalu diteruskan ke otak, dan baru

kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan

lingkungan yang ada disekitar maupun tentang hal yang ada didalam diri

individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2002).

Persepsi ialah pandangan individu tentang kenyataan. Persepsi

merupakan proses kompleks yang dilakukan individu untuk memilih,

mengatur, dan memberi makna pada kenyataan yang dijumpai di

sekelilingnya. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, dan

kebudayaan (Hardjana, 2003).

Individual adalah sifat dari persepsi, dimana persepsi merupakan

aktivitas yang terintegrasi dalam individu itu sendiri, maka persepsi dapat

dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman

individu tidak sama, maka dalam mempersepsikan stimulus, hasil dari

persepsi mungkin akan berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya yang

sangat subjektif (Roger 1965 dalam Walgito, 2002).

Murdoko (2006) berpendapat bahwa persepsi yang dibentuk oleh

seseorang dapat bernilai positif maupun negatif, tergantung dengan cara

10
pandang tentang hal yang dipersepsikan seseorang tersebut. Persepsi negatif

muncul jika banyak mendatangkan kerugian bagi dirinya sedangkan,

persepsi positif muncul jika sesuatu tersebut banyak mendatangkan untung

pada dirinya.

Persepsi merupakan pengertian, pemahaman ataupun pandangan

individu terhadap suatu objek (kussusanti, 2010). Pemahaman adalah proses

akal yang menjadi sarana untuk mengetahui suatu objek melalui sentuhan

pancaindra (Sayyid, 2007). Pandangan adalah proses pengamatan individu

terhadap objek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pandangan adalah

hasil dari melihat, memandang, memperhatikan suatu objek atau pun benda.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian persepsi diatas,

dapat di simpulkan bahwa persepsi adalah cara individu menafsirkan pesan

setelah adanya proses pengindraan karena stimuli yang di pengaruhi oleh

pengalaman masa lalu tentang objek, dan setiap individu pasti mempunyai

persepsi yang berbeda karena persepsi itu sendiri bersifat sangat subyektif

tergantung dari perasaan dan kemampuan berfikir dari individu dan output

dari persepsi tersebut akan menghasilkan persepsi negatif dan persepsi

positif.

2. Macam-macam persepsi

Menurut Sunaryo (2002) terdapat dua macam persepsi, yaitu :

a. External Perception, yaitu persepsi tersebut terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

11
b. Self Perception, yaitu persepsi tersebut terjadi karena adanya rangsangan

yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek

adalah dirinya sendiri.

3. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (2002) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

a. Adanya objek yang diamati

Objek yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat

datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat

datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori)

yang bekerja sebagai reseptor dapat menimbulkan stimulus.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima alat indra atau reseptor ke pusat

syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan syaraf sensori sebagai alat

untuk mengadakan respon.

c. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

untuk memulai proses persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan

terbentuk persepsi.

B. Persepsi Keluarga

Persepsi keluraga ibu khususnya terhadap anak obesitas pada penelitian

dari Dhyanaputri, Hartini dan Kristina (2011) obesitas pada anak bukanlah suatu

12
masalah kesehatan, para ibu cendrung ingin anaknya terlihat lebih gemuk.

Hasil penelitian dari Aruan dan Trianingsih (2006) pada penelitiannya masih

banyak orang tua yang perpengetahuan rendah tentang obesitas yang tercermin

dengan 60% responden memiliki pesepsi positif terhadap obesitas. Sedangkan

40% memiliki persepsi negatif terhadap obesitas.

Persepsi positif adalah persepsi yang menghasilkan pandangan

penilaian yang baik terhadap sesuatu (Murdoko, 2006). Dalam hal ini ibu yang

mempunyai persepsi positif terhadap obesitas dapat dikatakan bahwa obesitas

pada anak tidak mempengaruhi kesehatannya maupun aktifitasnya. Sedangkan

persepsi negatif yakni persepsi yang menghasilkan pandangan penilaian yang

tidak baik atau sesuatu yang akan terjadi banyak mendatangkan kerugian

(Murdoko, 2006). Ibu yang mempunya pandangan dan penilaian yang buruk

terhadap obesitas, bahwa obesitas mempunyai dampak yang buruk terhadap

kesehatan anak.

C. Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi

di dalam tubuh (Almatsier, 2006).

Klasifikasi status gizi dapat menggunakan Indeks massa tubuh. Indeks

massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk

mendeteksi masalah gizi pada seseorang. Pengukuran IMT dapat dilakukan

pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa. (Kementrian

13
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Berikut adalah tabel

klasifikasi obesitas menurut WHO (2014).

Tabel 2.1
Klasifikas Obesitas

Klasifikasi Kategori IMT (kg/m2)


Underweight <18.5
Normal weight 18,5-24,9
Overweight 25,0-29,9
Obese class I 30,0-34,9
Obese class II 35,0-39,9
Obese class III >40,0

Sumber : WHO (2014)

D. Obesitas Pada Anak

1. Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya

ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ

tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya

(Misnadiarly, 2007).

2. Etiologi

14
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Tidak bisa hanya memandang dari satu sisi.

a. Makanan yang Berlebihan

Obesitas pada anak dapat terjadi akibat penyakit bawaan atau

di peroleh karen surplus energi akibat asupan energi dari makanan

melebihi penggunaan ataupun Penggunaan energi rendah karena anak

kurang aktif (Wiramihardja, 2004).

Surplus enegi pada seorang anak sama halnya seperti pada orang

dewasa. Anak mendapat asupan energi yang besar belum tentu

disebabkan oleh porsi makan besar, tetapi bisa di sebabkan berasal dari

makanan selain nasi, yaitu makanan cemilan, makanan jajanan, dan dari

minuman berenergi seperti soft drink atau susu (Wiramihardja, 2004).

Salah satu penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak

baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,

diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Perilaku makan yang

tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi

juga memiliki kontribusi dalam obesitas. Obesitas pada kanak- kanak

cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton &

Hall, 2007).

b. Gaya hidup kurang gerak

Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bermain.

Bermain bagi anak semestinya bukan sekedar aktivitas fisik biasa,

melainkan dapat menjadi sarana belajar yang menyengkan dan

15
berolahraga secara tidak langsung bagi anak. Permainan tradisional

umumnya dimainkan secara berkelompok, banyak bergerak dan

membutuhkan lahan yang luas seperti : berlari, sepak bola, galaksin,

atau main petak umpet. Permainan semacam ini sangat bermanfaat

untuk melatih kekuatan otot dan fisik secara keseluruhan, kemampuan

komunikasi, sosialisasi serta menyehatkan bagi anak. Namun, kini

permainan tradisional telah banyak ditinggalkan, salah satu alasannya

ialah lahan yang digunakan untuk bermain kian berkurang, terutama di

kota kota besar seperti Jakarta (Wahyu, 2009).

Gaya hidup tidak aktif ataupun kurang aktif dapat dikatakan

sebagai penyebab utama obesitas (Guyton & Hall, 2007). Anak yang

kurang aktif penggunaan energinya rendah, misal tidak suka atau tidak

pernah bermain permainan tradisional yang banyak menggunakan

tenaga fisik (Wiramihardja, 2004). Anak dapat tahan duduk berjam jam

di depan televisi menonton acara televisi atau main playstation

(Wiramihardja, 2004). Oleh karena itu pada orang yang kelebihan berat

badan, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan

pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas

penurunan berat badan (Guyton & Hall, 2007).

3. Faktor resiko

a. Faktor Genetik

Keterlibatan genetik dalam meningkatkan faktor resiko

kegemukan dan obesitas diketahui berdasarkan fakta adanya

perbedaan kecepatan metabolisme tubuh antara satu individu dan

16
individu lainya. Individu yang memiliki kecepatan metabolisme

lebih lambat memilii resiko lebih besar menderita kegemukan dan

obesitas. Penelitian juga mengungkapkan fakta bahwa beberapa gen

terlibat dalam hal ini (Wahyu, 2009).

b. Faktor Budaya

Indonesia masih menghadapi paradoks dalam hal kesehatan gizi

masyarakat, terutama pada sekelompok usia anak. Paradoks yg

dimaksud ini ialah persoalan kekurangan gizi (malnutrisi) di satu sisi

dan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas di sisi laiinya

(WHO, 2016). Paradoks ini menyebabkan adanya keyakinan bahwa

anak yang sehat selalu identik dengan gemuk. Keyakinan ini

membuat para orang tua pun berlomba lomba membuat anaknya

gemar makan dengan berbagai cara dan mengabaikan komposisi gizi

dalam makanan tesebut (Wahyu, 2009).

4. Komplikasi

Komplikasi terhadap anak gemuk dan obesitas mempunyai resiko

cukup tinggi untuk menjadi gemuk pada saat dewasa nanti (Arvin, 2000).

Obesitas adalah penyebab dari timbulnya suatu penyakit kronis seperti

penyakit kardiovaskular, sehingga dapat menyebabkan kecacatan dan

kematian (Yusuf, Cairns, Camm, Fallen, & Gersh, 2011). Anak yang

memiliki obesitas akan sulit untuk kembali ke berat badan normalnya dan

terbawa hingga remaja, dan remaja yang ditemukan memiliki Indeks

17
Massa Tubuh (IMT) tinggi berhubungan dengan kematian pada umur muda

(Bang et al 2012 dan WHO, 2016).

Masalah lain yang timbul pada anak obesitas yaitu overweight pada

anak dan remaja merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung,

seperti tingginya kadar kolesterol dan tingginya tekanan darah, bila

dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Overweight dan

obesitas sangat berhubungan dengan Diabetes tipe 2 (WHO, 2016).

Menurut D‟Adamo (2007) obesitas selalu disertai dengan resistensi

insulin yang mengarah pada diabetes. Obesitas merusak pengaturan energi

metabolisme dengan dua cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi leptin

dan meningkankan resistensi insulin. Leptin berperan dalam hipotalamus

untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampaun untuk membakar lemak

menjadi energi. Semakin banyak lemak tubuh semakin tinggi resistensi

insulin. (D'Adamo & Whitney, 2007)

5. Karakteristik anak obesitas

Anak yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara

berlebihan biasanya tidak hanya lebih berat daripada teman sebayanya

namun juga lebih tinggi, dan umur tulang lebih tua. Wajah anak yang

mengalami obesitas tampak sering sangat tidak sepadan dengan umurnya.

Pada anak laki laki adipositas di daerah dada sering berkesan tumbuh

payudara dan karena ini, bisa dapat menjadi memalukan. Abdomen

cendrung menggantung, dan sering ada striae putih. Genetalian eksterna

anak laki laki tampak kecil tidak sepadan, penis sering terbungkus dalam

18
lemak pubis. Pubertas dapat terjadi lebih awal pada anak obesitas (Behrman,

Kliegman, & Arivin, 2000).

Perkembangan genetalia pada anak perempuan normal dan

menarkhe tidak tertunda dan mungkin lebih awal. Pada obesitas, ekstermitas

biasanya lebih besar di lengan atas dan paha dan kadang kadang mempunyai

batas (Behrman, Kliegman, & Arivin, 2000).

19
E. Kerangka Teori

Proses persepsi dalam individu

Objek yang di amati


adalah anak obesitas

Di tangkap oleh alat


indera

Adanya perhatian
terhadap nutrisi anak,
status gizi

Persepsi negatif
pengalam
an
persepsi
Lingkungan
sekitar Persepsi positif

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Dimodifikasi dari : Sunaryo (2002); Walgito (2002); Murdoko (2006)

20

Anda mungkin juga menyukai