Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Nama : Gabriella Kojongian


NIM : 22210070

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar yang
dibimbing oleh kak Ns.Vonny Y Mewo,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas kasih karunianya saya boleh
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sebagaimana mestinya. Makalah ini
saya susun dengan judul “TEORI KEPERAWATAN” untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah kak Ns.Vonny Y Mewo,M.Kep
Penulisan makalah ini untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang teori
keperawatan yang merupakan suatu pandangan atau pedoman yang diterapkan
dalam keperawatan baik untuk pendidikan dan prakteknya, teori ini dibuat dengan
tujuan mengarahkan, menggambarkan, menjelaskan, dan memperkirakan hasil
asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Penulisan makalah ini bisa dijadikan referensi dalam kegiatan proses belajar
mengajar pada mata kuliah Keperawatan Dasar dan menambah wawasan
pengetahuan.
Demikian makalah ini saya buat tapi sebelumnya saya ucapkan terima kasih
kepada kak vonny yang sudah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi saya
dan memberikan tugas-tugas yang membuat saya lebih efisien, produktif, dan
semangat. Dengan mencantumkan materi dalam makalah ini serta instansi terkait,
diucapkan terimakasih.

Manado, April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI….......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah…..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan…................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan…..............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…........................................................................5
2.1 Dunia Keperawatan................................................................................5
2.2 Teori Keperawatan Menurut Para Ahli..................................................8
2.3 Contoh Aplikasi Dan Kasus Dalam Teori Keperawatan.....................37
BAB III PENUTUP..............................................................................................41
3.1 Kesimpulan…......................................................................................41
3.2 Saran…................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA…......................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam dunia keperawatan kita tahu bahwa semua yang bernaung didalam
bidang tersebut merupakan tenaga kesehatan yang memiliki profesi jelas dan
profesional dalam menjalankan tugasnnya. Sebagai perawat kita dituntut
untuk memprioritaskan kesembuhan serta kebutuhan dasar dari pasien sendiri,
berupa kebutuhan dasar biologis, fisiologis, dan psikologis. Dalam ilmu
keperawatan kita belajar tentang metodologi keperawatan yang melibatkan
segala rangkaian proses dalam keperawatan seperti pengkajian, penentuan
diagnosa, intervensi, rasional, implementasi, dan evaluasi. Dalam melakukan
suatu tindakan, harus membutuhkan suatu pedoman atau suatu arahan agar
tindakan serta intervensi yang dibuat akan sesuai atau tidak dengan
permasalahan kebutuhan pasien, maka diperlukan sebuah teori mendasar
untuk itu. Teori keperawatan merupakan suatu pandangan atau pedoman yang
diterapkan dalam keperawatan baik untuk pendidikan dan prakteknya, teori
ini dibuat dengan tujuan mengarahkan, menggambarkan, menjelaskan, dan
memperkirakan hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsel dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktik keperawatan yang akan
diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktik keperawatan mengandung komponen dasar
seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya
tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien, serta adanya
pengetahuan dan keterampilan yang dibuthkan oleh perawat dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan keperawatan?
b. Apa saja teori dalam bidang keperawatan?
c. Siapa yang mencetuskan teori self care dan deficit self care?
d. Siapa saja para ahli keperawatan yang mencetuskan teori keperawatan?
e. Bagaimana penerapan dari teori-teori keperawatan ini?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui para ahli beserta teori yang dibuat olehnya dalam bidang
keperawatan
b. Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami beberapa teori keperawatan serta contoh kasus
yang terjadi terkait penerapan teori
1.4 Manfaat Penulisan
a. Menambah wawasan atau pengetahuan mahasiswa
b. Menambah bahan acuan dalam perkuliahan maupun pembelajaran
c. Menjadi bahan perbandingan dengan bahan ajar lain
d. Mengembangkan serta meningkatkan kreatifitas mahasiswa
e. Memenuhi tugas mata kuliah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dunia Keperawatan


Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan
perlindungan hukum yang jelas. Dalam dunia keperawatan terdapat banyak
tanggung jawab yang begitu berat bagi seorang perawat. Di dalam UU Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
Sedangkan dalam peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 1 ayat (1)
dijelaskan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan
kewenangan dalam menjalankan upaya kesehatan.
Dalam referensi lain tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar
dalam diri manusia yang berarti dalam bahas indonesia keadaaan wajib
menanggung segala sesuatu yang menjadi tanggungannya, tanggung jawab
akan selalu ada dalam dir manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak
bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan
tanggung jawab. Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat
dipercaya dan terpercaya, sebutan ini menunjukan bahwa perawat profesional
menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan
secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan,
disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan
akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya
kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman.
Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, (integrity), dan kompetensi. Dalam dunia
keperawatan juga terdapat kode etik didalamnya, dimana perawat dihadapkan
pada suatu situasi untuk mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan dasar
seseorang tidak terpenuhi dan berbagai upaya untuk membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini dilakukan dalam proses interaksi perawat
dan klien. Oleh karena objeknya adalah manusia dalam segala tingkatannya,
dan manusia adalah makhluk hidup yang sampai saat ini belum semua
aspeknya terungkap melalui ilmu pengetahuan, berarti pula perawat
senantiasa dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang penuh dengan risiko.
Oleh karenanya, perawat dituntut pada tingkat kemampuan profesional agar
ia mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
Sebagaimana dikemukakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang didasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan. Ini
berarti bahwa pelayanan keperawatan yang profesional hanya dapat
dimungkinkan bila tenaga keperawatan yang bertanggung jawab memberikan
pelayanan keperawatan. Tenaga keperawatan yang profesional ditandai
dengan pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan
kiat yang diperoleh melalui latihan lama dan teliti, serta pelayanan atau
asuhan pada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang
diyakini, yaitu etika profesi.
Dalam dunia kesehatan terutama dalam bidang keperawatan, terdapat isu etik
yang merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi dan kian hangat
dibicarakan dikalangan tenaga kesehatan dan kebanyakan pelakunya adalah
seorang perawat. Isu etik berhubungan dengan pelayanan tindakan
keperawatan dimana perawat juga berperan besar di dalamnya. Perawat harus
mengaplikasikan pemikiran yang kritis untuk tidak terjebak dalam isu etik
keperawatan, seperti perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam
pengambilan keputusan yang mencakup nilai dan keyakinan klien, profesi,
perawat, dan semua pihak terkait. prinsip etik yang dimaksud adalah; otonomi
(menghormati hak pasien), non malficience (tidak merugikan pasien),
beneficience (melakukan yang terbaik bagi pasien), justice (bersikap adil
kepada semua pasien), veracity (jujur kepada pasien dan keluarga), fidelity
(selalu menepati janji kepada pasien dan keluarga), dan confidentiality
(mampu menjaga rahasia pasien). Secara umum, beberapa aspek prinsip etik
yang sering dilangggar secara tidak sadar oleh beberapa perawat adalah aspek
otonomi, perawat terkadang tidak meminta persetujuan sebelum melakukan
tindakan karena dianggap pasien telah pasrah pada petugas medis terhadap
kesembuhannya. Pada banyak kasus terlihat bahwa pelayanan yang diberikan
perawat tidak sesuai dengan kode etik keperawatan yang telah ditetapkan.
Perawat ingin dikatakan profesional terhadap bidangnya namun tidak sesuai
dengan pelaksanaan yang diberikan atau terhadap perlakuan tindakan yang
diberikan kepada pasien masih melanggar kode etik dalam keperawatan
namun secara tidak sadar sering kali dilupakan.
2.2 Teori Keperawatan Menurut Para Ahli
Teori keperawatan merupakan suatu pandangan atau pedoman yang
diterapkan dalam keperawatan baik untuk pendidikan dan prakteknya. Dalam
teori keperawatan tentunya ada sebuah landasan-landasan teori yang ada
didalamnya yang dibuat oleh para ahli keperawatan.

a. Teori keperawatan menurut Lydia E Hall


Lydia Eloise Hall (September 21, 1906 – 27 Februari 1969) adalah
seorang ahli teori keperawatan yang mengembangkan model
keperawatan yaitu Care, Cure, dan Core. Beliau adalah seorang
inovator, motivator, dan mentor untuk para perawat dalam semua
tahap karier mereka, advokat bagi pasien dengan sakit kronis, serta
bekerja untuk melibatkan masyarakat dalam masalah kesehatan
masyarakat. Teori beliau mendefinisikan keperawatan sebagai
“partisipasi dalam aspek perawatan pasien yaitu perawatan, inti dan
penyembuhan, dimana CARE adalah satu-satunya fungsi perawat,
sedangkan CORE dan CURE dibagi dengan anggota lain dari tim
kesehatan.” Tiga lingkaran ini saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Ketiga lingkaran ini adalah
core, cure, dan care. Kemampuan core, cure, dan care harus dimiliki
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Core terdiri dari kemampuan terapeutik dan kemampuan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan yang lain, cure terdiri dari cara mengobati
dan cara merawat pasien, dan care merupakan kepedulian dalam
merawat pasien demi proses kesembuhannya. Ketiga unsur ini harus
dipadukan untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal.

 The Core
Dalam lingkaran core dijelaskan bahwa pasien adalah penerima
asuhan keperawatan dari perawat. Lingkaran core memiliki
tujuan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan perasaan yang dimilikinya. Hal ini
melibatkan penggunaan kemampuan terapeutik dengan diri
sendiri dan tenaga kesehatan yang lain. Lingkaran core
menekankan kepada kebutuhan sosial, emosional, spiritual, dan
intelektual dari pasien dalam hubungannya dengan keluarga,
lembaga, masyarakat, dan dunia. Hal ini dapat membantu
pasien mengungkapkan perasaannya secara verbal mengenai
proses dan dampak penyakit yang diderita dengan
menggunakan teknik refletik, kemudian melalui ekspresi
seperti itu maka pasien dapat memperoleh identitas diri dan
mengembangkan kedewasaannya. Core melibatkan penggunaan
terapi diri sendiri dalam berkomunikasi dengan pasien. Perawat
memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan membantu
pasien menjelaskan alasan-alasan dan tujuan untuk
memudahkan proses peningkatan self-awareness pasien.
Hal ini dapat membantu pasien mengungkapkan perasaannya
secara verbal mengenai proses dan dampak penyakit yang
diderita dengan menggunakan teknik refletik, kemudian
melalui ekspresi seperti itu maka pasien dapat memperoleh
identitas diri dan mengembangkan kedewasaannya. Core
melibatkan penggunaan terapi diri sendiri dalam berkomunikasi
dengan pasien. Perawat memikirkan pertanyaan-pertanyaan
yang tepat dan membantu pasien menjelaskan alasan-alasan
dan tujuan untuk memudahkan proses peningkatan self-
awareness pasien.
 The Care
Dalam lingkaran care perawat berfokus pada tugas mengasuh
pasien. Pengasuhan melibatkan faktor-faktor yang menyusun
konsep pengasuhan (perawatan dan kenyamanan pasien) dan
menyediakan kegiatan untuk pembelajaran. Care menyinggung
pada “hands-on”, perawatan tubuh pasien secara intim dan
termasuk hubungan yang menenangkan (comforting) dan
mengayomi (nurtuting relation-slap). Care mendefinisikan
peran utama seorang perawat profesional yaitu menyediakan
perawatan tubuh bagi pasien dan membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti makan, mandi, dan eliminasi.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, perawat harus
memperhatikan kenyamanan pasien. Tujuan dari lingkaran care
adalah memberikan kepedulian dan kenyamanan bagi pasien.
Perawat juga berperan sebagai pendidik dan membantu pasien
memenuhi kebutuhannya ketika ia tidak dapat melakukannya
secara mandiri. Hal ini dapat menimbulkan kedekatan antara
perawat dan pasien sehingga pasien dapat berbagi dan
mengeksplorasi perasaannya kepada perawat. Contoh yang
termasuk dalam lingkaran care adalah ketika seorang perawat
memandikan pasien dengan cara menyeka bagian-bagian tubuh
pasien untuk menjaga personal hygiene pasien, perawat
membantu pasien makan dengan menyuapi pasien, dan perawat
membantu pasien ketika berpakaian.
 The Cure
Cure adalah aspek keperawatan yang terlibat bersama dengan
urusan berbagai pengobatan dan treatment. Lingkaran cure
dibagi oleh perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Selama
proses pemberian asuhan keperawatan, perawat berperan
sebagai advokat aktif pasien. Fungsi-fungsi perawat pada
prinsip ini sebagai investigator dan potential “painer”. Dalam
lingkaran cure, kepedulian perawat kepada pasien berdasarkan
rasa peduli dan ilmu pengetahuan mengenai cara pengobatan
suatu penyakit dan cara merawatnya. Lingkaran cure adalah
intervensi yang diarahkan pada cara mengobati pasien dari
penyakit atau penyakit apapun yang mungkin ia derita. Perawat
harus bisa membantu pasien agar cepat sembuh sehingga dapat
meringankan beban keluarga. Contoh yang termasuk dalam
lingkungan cure adalah ketika seorang perawat memberikan
obat-obat anti hipertensi pada pasien hipertensi dan
memberikan makanan rendah garam kepada pasien agar
tekanan darah pasien normal kembali.

b. Teori keperawatan menurut Imogene M. King


Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,
Iowa. Karir keperawatan Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah
lulus dari St John's Hospital School of Nursing, St Louis, Missouri. Ia
bekerja sebagai staf perawat medis bedah sambil kuliah di Bachelor of
Science dalam Keperawatan di St Louis University pada tahun 1948.
Dia mengajarkan keperawatan bedah kedokteran selama 10 tahun di
St John's Hospital School of Nursing dan menyelesaikan Master of
Science dalam Keperawatan di St Louis University. Pada tahun 1959
Dr King melanjutkan pendidikan di Columbia University, New York,
Dr Montag sebagai ketua, dan mendapatkan Sgelar Dokter Pendidikan
pada tahun 1961.
 Karakteristik Teori
Pengalaman dalam lingkungan fisik, psikologi, dan sosial
dalam keperawatan. Berdasarkan kerangka kerja konseptual
(conceptual framework) pencapaian tujuan (theory of goal
attainment). Element utama dari teori pencapaian tujuan adalah
interpersonal sistem,dimana dua orang (perawat-klien) yang
tidak saling mengenal berada bersama-sama di organisasi
pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam
mempertahankan status kesehatan sesuai dengan fungsi dan
perannya. Menurut king, intensitas dan interpersonal sistem
sangat menentukan dalam menetapkan dan pencapaian tujuan
keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktifitas-aktifitas
yang saling berhubungan dalam setiap situasi praktek
keperawatan. Konsep-konsep utama dalam teori pencapaian
tujuannya adalah sebagai berikut :
 Interaksi sebagai proses presepsi dan komunikasi antara
orang dan lingkungan dan orang dengan orang,
dipresentasikan oleh perilaku verbal dan nonverbal
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
 Presepsi sebagai presentasi setiap orang tentang realitas
 Komunikasi sebagai proses pemberitauan informasi dari
satu orang ke orang berikutnya, baik secara langsung
atau pun tak langsung.
 Transaksi sebagai maksud tujuan interaksi yang
membawa kepada pencapaian tujuan.
 Peran sebagai seperangkat tingkah laku yang
diharapkan dari orang yang memiliki posisi dalam
sistem sosial, peraturan-peraturan yang menjelaskan
hak-hak dan kewajiban- kewajiban.
 Stress adalah ingkatan dinamis dalam interaksi antara
manusia dengan lingkungan.
 Pertumbuhan dan pengembangan sebagai perubahan
terus menerus dalam dirii individu secara selular,
molekuler, dan tingkat-tingkat aktifitas perilaku
kondusif untuk menolong individu- individu yang
bergerak menuju kedewasaan.
 Waktu sebagai tahapan kejadian- kejadian bergerak
menuju ke masa depan.
 Tempat sebagai keberadaan di seluruh jarak dan di
tempat yang sama. Waktu merupakan durasi antara
kejadian dan yang lain sebagai pengalaman unik setiap
manusia.

 Sistem Personal (individu). Untuk sistem personal


konsep yang relevan adalah persepsi, diri,
peretumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, dan
waktu.
 Persepsi
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang
objek, orang dan kejadian- kejadian. Persepsi
berbeda dari satu orang dan orang lain dan hal
ini tergantung dengan pengalaman masa lalu,
latar belakang, pengetauhan dan status emosi.
Karakteristik persepsi adalah universal atau
dialami oleh semua, selekltif untuk semua
orang, subjektif atau personal.
 Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang
berisi benda-benda dan orang lain. Diri adalah
individu atau bila seseorang berkata “AKU”.
Karakteristik diri adalah individu yang dinamis,
sistem terbuka dan orientasi pada tujuan.
 Pertumuhan dan Perkemangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel,
molekul dan perilaku manusia. Perubah ini
biasnya terjadi dengan cara yang tertib, dan
dapat diprediksiakan walaupun individu itu
berfariasi, dan sumbangan fungsi genetic,
pengalam yang berarti dan memuaskan. Tumbuh
kembang dapat didefinisikan sebagai proses
diseluruh kehidupan seseorang dimana dia
bergerak dari potensial untuk mencapai
aktualisasi diri.
 Citra Tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana
orang merasakan tubuhnya dan reaksi - reaksi
lain untuk penampilanya.
 Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang
punya konsep ruang, personal atau subjektif,
individual, situasional, dan tergantung dengan
hubunganya dengan situasi, jarak dan waktu,
transaksional, atau berdasarkan pada persepsi
individu terhadap situasi. Definisi secara
operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada
untuk semua arah, didefinisikan sebagai area
fisik yang disebut territory dan perilaku oran
yang menempatinya.
 Waktu
King mendefisikan waktu sebagai lama antra
satu kejadian dengan kejadian yang lain
merupakan pengalaman unik setiap orang dan
hubungan antara satu kejadian dengan kejadian
yang lain

 Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk
oleh interkasi antra manusia. Interaksi antar dua orang
disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat
orang disebut GROUP. Konsep yang relefan dengan
sistem interpersonal adalah interkasi, komunikasi,
transaksi, peran dan stress.
 Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku
yang dapat diobserfasi oleh dua orang atau lebih
didalam hubungan timbal balik.
 Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses
diman informasi yang diberikan dari satu orang
keorang lain baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya melalui telpon, televisi atau
tulisan kata. ciri-ciri komunikasi adalah
verbal,non verbal, situasional, perceptual,
transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju
dalam waktu, personal, dan dinamis.
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan
maupun tertulis dalam menyampaikan ide - ide
satu orang keorang lain.Aspek perilaku
nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan.
Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur,
ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan
tubuh.
 Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap
individu mempunyai realitas personal
berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal
-spatial, mereka mempunyai pengalaman atau
rangkaian - rangkaian kejadian dalam waktu.
 Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik
dimana seseorang pada suatu saat sebagai
pemberi dan disat yang lain sebagai penerima
ada 3 elemen utama peran yaitu, peran berisi set
perilaku yang di harapkan pada orang yang
menduduki posisi di sosial sistem, set prosedur
atau aturan yang ditentukan oleh hak dan
kewajiban yang berhubungan dengan prosedur
atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang
atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi
khusus.
 Stress
Stress menurut King adalah suatu keadaan yang
dinamis dimanapun manusia berinteraksi dengan
lingkungannya untuk memelihara keseimbangan
pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan
yang melibatkan pertukaran energi dan informsi
antara seseorang dengan lingkungannya untuk
mengatur stressor. Stress adalah suatu yang
dinamis sehubungan dengan sistem terbuka
yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan
lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi
yang temporal-spatial yang dipengaruhi oleh
pengalaman lalu, individual, personal, dan
subjektif.

 Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga
keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi,
dan kesehatan. Sistem sosial dapat mengantarkan
organisasi kesehatan dengan memahami konsep
organisasi, kekuasaaan, status, dan pengambilan
keputusan.
 Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang
berurutan dan aktifitas yang berhubungan
dengan pengaturan formal dan informal
seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan
personal atau organisasi.
 Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang,
bahwa wewenang itu aktif, proses transaksi
yang timbal balik dimana latar belakang,
persepsi, nilai-nilai dari pemegang
mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan
posisi di dalam organisasi berhubungan dengan
wewenang.
 Kekuasaan
King mendefinisikan otoritas atau wewenang,
bahwa wewenang itu aktif, proses transaksi
yang timbal balik dimana latar belakang,
persepsi, nilai-nilai dari pemegang
mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan
posisi di dalam organisasi berhubungan dengan
wewenang.
 Pembuatan Keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan
bercirikan untuk mengatur setiap kehidupan dan
pekerjaan, orang, universal, individual, personal,
subjektif, situasional, proses yang terus
menerus, dan berorientasi pada tujuan.
 Status
Status bercirikan situasional, posisi
ketergantungan, dapat diubah.King
mendefinisikan status sebagai posisi seseorang
didalam kelompok atau kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain di dalam
organisasi dan mengenali bahwa status
berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-
tugas, dan kewajiban.

 Konsep Interaksi Teori


King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja
konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being)
sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi
dengan lingkungannya. Asumsi dasar King tentang manusia
seutuhnya meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, control,
tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu.
Dari keyakinannya tentang Human Being ini, King telah
menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi
perawat dan klien ;
 Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses
interaksi.
 Tujuan, beberapa kebutuhan dan nilai dari perawat dan
klien mempengaruhi interaksi.
 Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang
dirinya sendiri.
 Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
 Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab
terhadap pertukaran informasi.
 Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak
pelayanan kesehatan.
 Tujuan dari professional kesehatan dan tujuan dari
penerima pelayanan kesehatan dapat bereda.

 Asumsi King
King mengangsumsikan model konsep dan teori keperawatan
secara eksplisit maupun implisit. Asumsi eksplisit meliputi :
 Focus sentral dari keperawan adalah interaksi dari
manusia dan lingkunganya, dengan tujuan untuk
kesehatan manusia
 Individu adalah sosial, mengirim, rasional, reaksi,
penerimaan, control, berorientasi pada kegiatan waktu.
 Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan,
kebutuhan, dan nilai klien serta perawat.
 Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi, berpartisipasi dalam membuat
keputusan yng mempengaruhi kehidupanya, kesehatan,
dan pelayanan komunitas dan menerima atau menolak
keperawatan.
 Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah
memberikan informasi kepada individu tentang semua
aspek kesehatan untuk membantu mereka membuat
atau mengambil keputusan.
 Tujuan dari memberi pelayanan kesehatan dan
menerima pelayanan mungkin tidak sama.

Sedangkan asumsi implicit meliputi :


 Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses
keperawatan.
 Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu
berpartisipasi dalam pembuatan atau pengambilan
keputusan.
 Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang
dirinya sendiri.
 Individu mempunyai hak untuk menerima atau
menolak pelayanan kesehatan.

c. Teori keperawatan menurut Dorothea E Orem


Dorothea E Orem pendidikan sekolah perawatan di rumah sakit
Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930.
Lulus Master tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945
bekerja di Universitas Katolik di Amerika selama perjalanan kariernya
ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas pribadi, pendidik,
administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970).
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah :
"Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh
individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan,
baik sehat maupun sakit " (Orem's, 1980).
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan
dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari
Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem
dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
 Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang
The nepeutic sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri
adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang
perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan
keadaan dan keberadaannya, keadaan kesehatan dan
kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas
yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya
serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar
pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan
terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self
care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan
dan persyaratan kesehatan.Penekanan teori self care secara
umum :
 Pemeliharaan intake udara
 Pemeliharaan intake air
 Pemeliharaan intake makanan
 Mempertahankankan hubungan perawatan proses
eliminasi dan eksresi
 Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat
 Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan
interaksi sosial
 Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan
kesehatan manusia
 Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
 Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem,
yang menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh
karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang
dibutuhkan. Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang
tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam
melakukan self care yang efektif. Teori self care deficit
diterapkan bila :
 Anak belum dewasa
 Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
 Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi
diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan
terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan
kebutuhan.
 Nursing sistem
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien
dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing
sistem ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self
Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self
Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing Sistem :
 The Wholly compensatory sistem Bantuan secara
keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon
terhadap rangsangan.
 The Partly compensantory sistem Bantuan sebagian,
dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan
gerak karena sakit atau kecelakaan.
 The supportive - Educative sistem Dukungan
pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya
untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan
mandiri.
 Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem
dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
Acting atau melakukan sesuatu untuk klien,
Mengajarkan klien, Mengarahkan klien dan Mensupport
klien.
d. Teori keperawatan menurut Dorothy E. Jhonson
Dorothy E. Jhonson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di
Savannah,Georgia. Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari
keyakinan Nightingale yakni tujuan tujuan perawatan adalah
membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari
penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada
pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik.
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi,
sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya. Ia menyandarkan
sepenuhnya pada toeri sistem-sistem dan menggunakan konsep dan
definisi dari A. Rapoport,R. Chin dan W.Buckley. Struktur teori
sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem, sistem dinyatakan
terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-
sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson
mengkonseptualkan manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi
adalah observasi perilaku adalah teori sistem biologi, yang
menyatakan bahwa manusia merupakan sistem biologi yang terdiri
dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan sistem biologi.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku
efektif pada pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia
memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi,
stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk
mengembangkan teorinya. Johnson mencatat bahwa meski literature
menunjukkan ide dukungan lain yaitu bahwa manusia merupakan
sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut adalah asli dari
dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku dicikung dalam
ilmu-ilmu perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan
bahwa sistem perilaku merupakan keseluruhan yang belum
dikembangkan. Dalam sistem biologis, pengetahuan atas bagian-
bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruahan sistem.
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan
pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem
perilakuyang selalu ingin mencapai keseimgangan dan stabilitas, baik
di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan
dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang
ditimbulkanya. Sebagi suatu sistem, didalamnya terdapat komponen
sub sistem yang membentuka sistem tersebut, diantaranya komponen
sub sistem yang membentuk sistem perilaku menurut Johnson adalah :
 Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta
mencapai kesenagan dalam pencapaian pengakuan dari
lingkungan.
 Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui
kterampilan yang kreatif.
 Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau
perlindungan dan berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
 Eliminasi, merupakan bentuk pengelauran segala sesuatu dari
sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis.
 Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling
mencintai dan dicintai.
 Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan
kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang
kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial,
keamanan, dan kelangsungan hidup.

e. Teori keperawatan menurut Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista
Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model
adaptasi Roy adalah :
 Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang
terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
 Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk
mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
 Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia
memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
 Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
 Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima


asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat
yang dipandang sebagai “Holistic adaptif sistem”dalam segala aspek
yang merupakan satu kesatuan.
Sistem adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya
sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling
ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari
proses input, autput, kontrol dan umpan balik (Roy, 1991), dengan
penjelasan sebagai berikut :
 Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,
merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari
lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
 Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung
berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya
infeksi .
 Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang
dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon
negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi
sosial.
 Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan
relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk
diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini
memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi
tetapi ada yang tidak.

 Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk
mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini
dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
 Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen
: input-proses dan output. Input stimulus berupa
internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem
adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord
yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
 Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator
subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar
berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan
untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian
dan kasih sayang.

 Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari
dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik
untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut
mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang
tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan
secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem
pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh.
Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan
antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol
yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut
merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy
mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi
yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai
yang dimilikinya diantaranya :
 Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan sosial
yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
 Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi,
seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan
yang terjadi.
 Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang
dikemukakan oleh roy, diantaranya :
 Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung
beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.
 Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain
yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur secara subjektif.
 Residual stimulus, merupakan stimulus lain
yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi.

 Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya :


 Fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang
adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera,
cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
 Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana
seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain.
 Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang
berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan
dengan orang lain.
 Interdependent merupakan kemampuan seseorang
mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.

 Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan


energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan
sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon
adaptasi. Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien
sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy,
tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep
diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat
dan sakit (Marriner Tomery,1994). Kebutuhan asuhan
keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi
terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
 Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
 Pengembangan konsep diri positif
 Penampilan peran sosial
 Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan
ketergantungan
f. Teori keperawatan menurut Betty Neuman
Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924.Ayahnya
seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga.Anak kedua dari
3 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya.Ketika
berumur 11 tahun bapaknya meninggal setelah 6 tahun dirawat karena
CRF. Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital
School of Nursing yang sekarang berubah nama menjadi General
Hospital Akron di Akron, Ohio pada tahun 1947. Beliau melanjutkan
pendidikannya di University of California dengan jurusan
psikologi.Beliau menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun
1957 dan meadapatkan gelar BS. Pada tahun 1966 beliau mendapat
gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California, beliau melanjutkan program
administrasi pendidikan tinggi di Ohio University.
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi :
 Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan
ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak
stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
 Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri
individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan
internal. Misalnya : respons autoimmune
 Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu
individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh
pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran
 Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup
sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal.
Misalnya : sosial politik.
 Garis pertahanan dan perlawanan
 Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh
yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk
individu, sistem atau kondisi yang menyertai
pengaturan karena adanya stressor yang disebut
wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness
untuk sistem klien. Misalnya mekanisme sistem immun
tubuh. Jika lines of resistance efektif dalam merespon
stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika
tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul
kematian.
 Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon
awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis
ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan
normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat
maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu
untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien,
maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan
bertindak sebagai buffer.Kondisi ini bersifat dinamis
dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Dapat
mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan
diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.
Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman’s
merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini
melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada
invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense).
 Tingkatan pencegahan
Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara
keseimbangan yang terdiri dari :
 Pencegahan primer
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor,
meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan
kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada
penguatan flexible lines of defense dengan cara
mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko.
Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya
mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah
raga dan perubahan gaya hidup.
 Pencegahan sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada
gejala dari stressor.Pencegahan sekunder
mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-
faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar
melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai
gejala.Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan
sistem secara optimal dan memelihara energi.Jika
pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi
tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat
mendukung sistem dan intervensi-intervensinya
sehingga bisa menyebabkan kematian.
 Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-
strategi pencegahan sekunder.Pencegahan tersier
difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas
sistem klien secara optimal.Tujuan utamanya adalah
untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk
mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga
dapat mempertahankan energi.Pencegahan tersier
cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
 Sistem klien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem
yang terbuka dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan
untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi masalah
keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien
dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem
terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam
organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres
merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai
suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar
aspek yang terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien
akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya,
komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya.
Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem,
memiliki lima variabel yang membentuk sistem klien yaitu
fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual.
Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien
merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional
(Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik klien dipandang
sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam
suatu interaksi dinamis. Perubahan istilah dari Holistik menjadi
Wholistik untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang
secara keseluruhan.
Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor
dengan baik, sehingga sakit atau kematianatau stabilitasasi
sistem.perubahan dapat mempertahankan kesehatan secara
adekuat. Keseimbangan fungsional atau harmonis menjaga
keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien
berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika
kebutuhan-kebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila
terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-bagian dari sistem,
hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

 Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan
hidup dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai
karakteristik individu yang unik.Variabel-variabel tersebut
yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-
bagian sistem.
 Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk
memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem
keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan
tertier.
 Rekonstitusi
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai
peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi
terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai
tindakan terhadap invasi stressor. Rekonstitusi bisa
memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya,
menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit

g. Teori keperawatan menurut Martha E. Rogers


Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas
Texas, tertua dari 4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan
Lucy Mulholland tajam rogers. Dia menerima gelar diploma
keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxvillepada tahun 1936.
Pada tahun 1937 ia menerima gelar B.S dari george peabody
perguruan tinggi di nashville, tennessee.
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan
sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan
manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari
manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. Rogers
dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang
terdiri dari lima bagian, yaitu :
 Unifield whole is greater and different than the sum of part.
Manusia adalah sistem yang utuh yaitu merupakan keseluruhan
dari proses yang utuh dari dirinya dan antara satu dan lainnya
berbeda di beberapa bagian dan merupakan penjumlahan dari
bagian-bagiannya..
 Mutual exchange of matter and energy.
Manusia dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu
termasuk energi keduanya. Individu dan lingkungan saling
tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa
individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal
pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh
dari semua hal.
 Unidirectionality : life process does not reverse nor repeat.
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap
dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara
terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah
kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
 Pattern and organization identify the human field.
Pola dan organisasi mengidentifikasi perilaku pada individu
merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif
 Human beings have abstraction, imagery, language, and
thought, sensation and emotion.
Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak,
membayangkan, bertutur bahasa, sensasi dan emosi. Dari
seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu
berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.

Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang


menggambarkan proses kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang
merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep
sentral adalah sebagai berikut :
 Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary
Human Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan
bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara
keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan
sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan
dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik
yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan
memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta
merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek
professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis
untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan
intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk.
 Kesehatan
Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang
ditentukan oleh budaya atau individu. Kesehatan dan penyakit
merupakan manifestasi pola dan diangap menunjukkan pola
perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang
konsep sehat-sakit sebagai suatu ekspresi dari interaksi
manusia dengan lingkungannya dalam proses yang mendasar
(Fitzpatrick dan Whall, 1986).
 Lingkungan
Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat
direduksi yang diidentifikasi dengan pola dan manifestasi
karakteristik yang spesifik. Lingkungan mencakup segala
sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan
manusia. (Meleis 2007).
 Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Proses kehidupan manusia
dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling
mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai sistem terbuka.
Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang
mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan.
2.3 Contoh Aplikasi Dan Kasus Dalam Teori Keperawatan
Aplikasi teori Dorothy Orem dalam pemberian asuhan keperawatan pada
Ny.J dengan Infeksi Luka Post SC.
Pada tahap pengkajian. Penerapan pengkajian dengan menggunakan Self
Care Theory dari Dorothea E Orem. Menurut Orem manusia adalah
individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atau koping dan efeknya. Orem juga mendefinisikan, keperawatan
merupakan individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus-
menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari
sakit atau trauma atau koping dan efeknya. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan adalah menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana
klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
Oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan. Pengkajian
menurut orem difokuskan pada : Universal self care requisite,
Developmental self care requisite,Health deviation self care, nursing
system dan nursing Agency. Berdasarkan pengkajian yang dilakukansesuai
dengan aplikasi teori model Orem didapatkan data senjang sebagai
berikut : Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi yang
terbuka, pasien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan terasa
panas dengan sekala nyeri 5-6, Pasien mengatakan tidak tau mengapa
luka oprasinya jadi bernanah.
Diagnosa Keperawatan. Menurut Orem, penegakan diagnosa mengacu
pada, diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa
dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang
dikembangkan Maslow didapatkan 1 masalah keperawatan dari hasil
pengkajian menurut aplikasi teori Orem yang telah dilakukan yaitu:
Gangguan health devition self care berhubungan dengan infeksi pada luka
Post SC. Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh nyeri pada daerah
luka operasi yang terbuka, Pasien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk dan terasa panas dengan sekala nyeri 5-6, Pasien mengatakan
tidak tau mengapa luka oprasinya jadi bernanah.
Intervensi Keperawatan. Menurut Orem intervensi Keperawatan diberikan
jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan
untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Teori Orem
mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu: Merumuskan,
memberikan dan mengatur antuan langsung pada klien dan orang-orang
terdekat dalam bantuan keperawatan;
 Membimbing dan mengarahkan,
 Memberi dukungan fisik dan psikologis,
 Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu,
 Pendidikan,
 Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan
kontak
 bantuan keperawatan,
 Kolaburasi, pelimpahan wewenang, melibatkan anggota masyarakat,
lingkungan.
Intervensi yang disusun untuk mengatasi masalah pada klien merujuk pada
intervensi menurut Orem, yaitu: pertahankan tirah baring selama masa akut,
ukur TTV pasien/8 Jam, terangkan nyeri yang diderita klien dan
penyebabnya, ajarkan teknik distraksi, kolaborasi pemberian
analgetika, kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri, kaji kondisi
keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi,
terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post
operasi, lakukan pemeriksaan pada dischart, lakukan perawatan luka,
terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi, ajarkan keluarga
dan pasien cara perawatan luka dengan tehnik aseptic, ajarkan pasien
cara perawatan diri bertahap.
Implementasi keperawatan. Diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah gangguan health devition self care berhubungan dengan infeksi
pada luka Post SC. Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini
dilaksanakan sesuai intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap
implementasi, akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya.
keperawatan ini dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri (Self care) dengan penyakit yang ia alami
sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan
efektif, implementasi dilakukan selama 3 hari perawatan.
Evaluasi keperawatan. Menurut Orem evaluasi dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pasien atas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat
disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau belum.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan evaluasi keperawatan selama 3
hari, dari 3 hari perawatan dapat dievaluasi bahwa, terjadi penurunan skala
nyeri, TTV dalam batas normal, pasien bisa melakukan perawatan
luka, terdapat 2 tanda infeksi, pasien mampu melakukan self care berdasarkan
criteria hasil dalam pembuatan askep, dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan berhasil dilakukan. Pasien memiliki tingkat ketergantungan yang
minimal care, karena pasien membutuhkan bantuan dalam melakukan
perawatan diri dan aktifitas sehari-hari, sehingga pasien mengalami
keterbatasan dalam mobilisasi hal ini disebabkan karena rasa nyeri yang
dirasakan pada luka infeksi post SC. Keadaan kesehatan pasien
menyebabkan gangguan perawatan diri pada pasien, sehingga membuat
pasien terganggu dalam pemenuhan self care. Dapat disimpulkan bahwa
aplikasi teori Orem sangat cocok, bila diaplikasikan pada pasien dengan
pasien infeksi post SC.
Keefektifan teori orem. Teori ini efektif untuk mengatasi masalah kesehatan
pada Ny.J dengan infeksi luka post SC hal ini dilihat dari 1 masalah
keperawatan yang diangkat, dapat diatasi dalam 3 hari perawatan. Aplikasi
teori orem tentang self care sangat efektif dilakukan pada pasien karena
pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, sehingga pasien
mampu menjaga kesehatan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Selain itu model keperawatan Dorothea Orem ini sesuai dengan keperawatan
di Indonesia karena teori ini cukup terkenal dan sering digunakan
dalam tatanan keperawatan. Karena dalam teori self care ini menganggap
perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian
individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya.
Kelebihan teori orem. Pada kasus aplikasi teori orem pada Ny.J dapat dilihat
bahwa model keperawatan Dorothea Orem memberikan pelayanan
keperawatan dengan memunculkan potensi pada tiap individu yang
terganggu karena kondisinya sakit yang pasien alami. Serta perawat
memberikan motivasi kepada seorang klien untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri (self care) tanpa adanya ketergantungan pada orang lain.
Sehingga pasien secara mandiri mengerti tentang pentingnya melakukan
perawatan diri, untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Kelemahan teori orem. Teori Orem ini berpendapat bahwa kesehatan
bersifat statis, namun dalam kenyataannya kesehatan itu bersifat dinamis
dan selalu berubah. Kesan lain dari model konsep ini adalah untuk
penempatan pasien dalam system mencakup kapasitas individu untuk gerakan
fisik. Selain itu ada konsep keperawatan orem menekankan individu
untuk memenuhi kebutuhan perawatannya sendiri tanpa adanya
ketergantungan pada orang lain tetepi ketika seorang klien sakit maka
kemampuan keperawatan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhannya
akan berkurang akibatnya suplai kebutuhan yang harusnya terpenuhi akan
tidak optimal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori keperawatan merupakan suatu pandangan atau pedoman yang
diterapkan dalam keperawatan baik untuk pendidikan dan prakteknya, teori
ini dibuat dengan tujuan mengarahkan, menggambarkan, menjelaskan, dan
memperkirakan hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Dalam teori keperawatan tentunya ada sebuah landasan-landasan teori yang
ada didalamnya yang dibuat oleh para ahli keperawatan, yaitu; menurut lidya
hall, dorothea orem, dorothy johnson, betty nauman, imogene king, calista
roy, dan martha rogers.
3.2 Saran
Pembaca lebih kritis terhadap teori keperawatan yang telah ada, pembaca
dapat meningkatkan pemahaman rasionalitas dari setiap intervensi dalam
beberapa teori keperawatan yang ada. Pembaca dapat menilai isi makalah ini
bahkan dapat membandingkan materi yang diterima dengan bahan ajar
lainnya. Pembaca bisa menjadikan makalah ini sebagai bahan referensi dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Joni Afriko, S.HI.M.H. 2016. HUKUM KESEHATAN (Teori dan Aplikasi)


Dilengkapi Undang-Undang Kesehatan dan Keperawatan. Bogor : IN MEDIA

Cynthia Lee Terry & Aurora Weaver. 2013. Keperawatan Kritis. Ed.I.
Yogyakarta : Rapha Publishing

Nugraha fauzi. 2021. 41 Teori Keperawatan Populer Dunia. Online : Nerslicious,


https://www.nerslicious.com/teori-keperawatan/. Diakses pada tanggal 28 Mei
2023

Adriyanti, L. (2017). APLIKASI TEORI DOROTHY OREM DALAM


PEMBERIAN ASUHANKEPERAWATAN PADA NY Y DENGAN KASUS
INFEKSI POST SECTIO CESARIA DI RUMAH SAKIT KOTA BENGKULU.
Journal of Nursing and Public Health, 56-58.

Anda mungkin juga menyukai