Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Siwi Prihandini (G2A222001)
2. Tata Iqmalia Firdani (G2A222002)
3. Bagus Setya Nugraha (G2A222003)
4. Danu Ariyanto (G2A222004)
5. Mia Maulida Aulia (G2A222006)
6. Rahayu Dwi Astiti Gunesti (G2A222020)
7. Vinny Octaviani Pakamundi (G2A222021)
8. Dinda Dwi Septiani (G2A22200220)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah “Keperawatan Sebagai
Profesi” dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan penulis berharap makalah tentang keperawatan sebagai profesi dapat
menambah referensi pembaca . Penulis menyadari makalah ini masih perlu
banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan.
Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait
penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat

Semarang, 20 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade
profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula
tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini
berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang
sudah dilakukan di negara-negara maju. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khususuntuk bidang profesi tersebut. Sebagai sebuah profesi yang masih
berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada
banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari
internal profesi ini sendiri.
Keperawatan sebagai suatu profesi, di Indonesia disepakati pada
Seminar Nasional keperawatan pada tahun 1983 yang diinisiasi oleh
kelompok kerja keperawatan konsorsium Ilmu Kesehatan Direktorat
Pendidikan Tinggi. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada tahun 1985
dibuka program studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Pada program ini dasar-dasar keilmuwan
keperawatan dibekali kepada mahasiswa sehingga setiap lulusan
diharapkan mempunyai landasan keilmuan yang kokoh dalam memberi
pelayanan keperawatan. Sesuai dengan hakekat profesi khususnya yang
terkait dengan pendidikan dimana untuk dapat memberikan
pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas dan pengembangan ilmu
keperawatan diperlukan pendidikan keperawatan pada jenjang magister
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari profesi?
2. Bagaimana karakteristik profesi?
3. Bagaimana perkembangan keperawatan sebagai profesi?
4. Bagaimana pertumbuhan keperawatan sebagai profesi?
5. Apa saja etika profesi keperawatan?
6. Bagaimana peran dan fungsi perawat sbg profesi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari profesi
2. Untuk mengetahui karakteristik profesi
3. Untuk mengetahui perkembangan keperawatan sebagai profesi
4. Untuk mengetahui pertumbuhan keperawatan sebagai profesi
5. Untuk mengetahui etika profesi keperawatan
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat sbg profesi

D. Ruang Lingkup Penulisan


Makalah ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Menyampaikan pembahasan yang terkait dengan penjelasan
bagaimana keperawatan sebagai sebuah profesi
2. Pembahasan juga mengenai perkembangan dan pertumbuhan
keperawatan sebagai profesi serta apa saja etika dalam profesi
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa inggris
“Profess”, yang bermakna janji untuk memenuhi kewajiban melakukan
suatu tuags khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti
sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Wilensky (1964) berpendapat
bahwa profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu
pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar
bagi perkembangan teori yang sistematis menghadapi banyak tantangan
baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup
lama memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (altursm).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan
masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok
tertentu. Profesi sangat mementingkat kesejahteraan orang lain, dalam
konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan
keperawatan professional. Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang
memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan
intelektual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan profesional sebagai suatu karakter, spirit
atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan
diberbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi
professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk
memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

2. Karakteristik Profesi

Profesi keperawatan adalah pekerjaan, namun tidak semua


pekerjaan yang bentuknya merawat orang lain adalah profesi. Profesi
keperawatan memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari
profesi lainnya, yaitu;

1) Pekerjaan dilakukan secara menetap, atau mungkin seumur hidup

Pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila ia bersifat statis


dan berkelanjutan, menetap, serta konsisten terhadap bidangnya.
Pekerjaan tersebut tidak boleh hanya dijadikan sebagai “batu
loncatan” atau “aji mumpung”. Keperawatan sebagai profesi,
selayaknya pekerjaan sebagai perawat harus bersifat menetap
dengan menanggung segala risiko dengan lapang dada baik itu
suka ataupun duka. Pekerjaan sebagai perawat harus benar-benar
menjadi sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya, oleh
karena  itu dalam diri tiap perawat harus ditanamkan kesungguhan
hati, rasa ikhlas dalam membantu orang lain, menjadikannya
sebagai pilihan terbaik.

2) Pekerjaan yang dilakukan memberi kepuasan karena merupakan


panggilan jiwa

Seseorang yang telah memilih dan menetapkan


keperawatan sebagai profesinya, ia akan menjadikan keperawatan
sebagai bagian dari dirinya. Keikhlasan menerima profesi
keperawatan akan terasa ringan dan membuat seseorang menikmati
pekerjaanya sebagai perawat. Segala rintangan dan hambatan yang
ditemui tidak menjadikan seseorang lari dari profesi ini, tetapi
membuatnya semakin mencintai dan menjiwai keperawatan. Klien
yang dirawat umumnya berada dalam kondisi yang tidak berdaya
sehingga cenderung pasrah terhadap apapun yang dilakukan oleh
perawat asalkan ia dapat kembali sehat. Keberhasilan perawat
dalam menyelamatkan hidup klien bukan hanya berdampak pada
klien tersebut, tetapi juga berdampak pada keluarganya, serta
menimbulkan rasa kepuasan tersendiri bagi perawat.
3) Memiliki keterampilan khusus menyangkut ilmu dan seni

Sebagai suatu profesi, keperawatan dibentuk melaui proses


kependidikan professional keperawatan. Pendidikan professional
ini bertujuan untuk menumbuhkan serta membina sikap dan
tingkah laku professional; memberii landasan keilmuan yang
kokoh agar asuhan keperawatan yang diberikan berkualitas;
menumbuhkan dan membina keterampilan professional; serta
menumbuhkan dan membina landasan etik keperawatan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pendidikan
professional keperawatan saat ini terdiri atas dua program , yakni
program akademik dan program profesi. Perawat juga harus
memiliki kompetensi tersendiri dan mencakup 3 aspek yang terdiri
dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

4) Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip atau teori dalam


kegiatan professional

Sebagai suatu profesi, keperawatan harus didukung oleh


berbagai teori keperawatan agar asuhan yang diberikan semakin
berkualitas dan professional. Keilmuan keperawatan didukung dan
ditopang oleh ilmu-ilmu yang lain. Sasaran layanan keperawatan
adalah klien, baik sebagai individu, keluarga, maupun komunitas.
Karenanya,  perawat harus menguasai teori-teori yang menyangkut
aspek individu, keluarga, maupun masyarakat yang mencakup
anatomi, fisiologi, ilmu kesehatan keluarga, serta ilmu kesehatan
masyarakat. Lebih dari itu, sebagai tenaga kesehatan yang paling
lama berinteraksi dengan klien, perawat juga harus menguasai
teori-teori yang berkenaan dengan komunikasi, psikologi, dan
sosiologi. Jadi, apapun tindakan yang dilakukan perawat terhadap
klien, keputusan tersebut harus dilandasi oleh teori keilmuan.

5) Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan


manusia
Tugas utama perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Perawat yang berorientasi untuk
memberikan asuhan pada klien akan bersikap ramah, sopan, dan
selalu siap membantu klien. Oleh karena itu, perawat sebagai
penolong klien harus berorientasi untuk memenuhi kebutuhan
klien.

6) Asuhan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan objektif

Walaupun perawat berorientasi kepada klien, bukan berarti


segala keinginan klien harus dipenuhi. Perawat harus mampu
menganalisis dan menyeleksi mana yang menjadi kewenangannya.
Klien yang dirawat tentu memiliki masalah dalam dirinya, baik
secara fisik ataupun psikologis. Peran perawat disini adalah
memberi asuhan kepada klien guna memenuhi kebutuhannya.
Untuk mewujudkannya, perawat hrus menggunakan suatu
metodologi yang disebut proses keperawatan. Sebagi suatu profesi,
keperawatan mempunyai ruang lingkup yang jelas, yaitu
memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai respons dari keadaan
sakit atau proses penyembuhan[4]. Kebutuhan manusia yang
menjadi pedoman bagi perawat diantaranya adalah kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow.

7) Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan

Klien dapat diibaratkan sebuah bangunan yang memiliki


banyak pintu. Pintu-pintu itu mempunyai corak yang berbeda
meskipun tetap memiliki fokus yang sama, yaitu jalan untuk
memasuki bangunan tersebut. Semua pintu tersebut baik dan
memiliki bentuk yang jelas. Pintu-pintu diibaratkan sebagai
profesii kesehatan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Setiap
profesi kesehatan mempunyai fokus orientasi yang berbeda.
Perbedaan ini bukan berarti satu profesi mengungguli profesi yang
lain atau suatu profesi superior dan profesi lain inferior. Mengakui
keberagaman dan keunikan setiap profesi kesehatan bukan berarti
menganggap salah satu profesi lebih baik dan lebih unggul dari
profesi lain. Tidak ada dominasi dan perlakuan yang berbeda
terhadap profesi kesehatan. Masing-masing profesi kesehatan harus
menghargai satu sama lain.

8) Memiliki standar etika dan praktik professional

Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat didalam


memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang di
ambilnya tetap memerhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan
ini tuangkan ke dalam aturan tertulis yang dikenal dengan istilah
kode etik. Kode etik keperawatan[6] adalah suatu asas atau aturan
moral tertulis yang harus digunakan oleh perawat sebagai
pedoman/ prinsip berperilaku agar mereka etap berada dalam
koridor kebenaran. Kode etik ini harus tertanam dalam diri setiap
perawat tidak hanya terbatas pada lingkup kerja, namun juga
merasuk ke segala aspek kehidupan perawat dan menjadii gaya
hidup mereka. Perawat Indonesia memliki kode etik sendiri yang
telah disahkan oleh organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).

Keperawatan sebagai profesi tidak hanya memiliki kode


etik, tetapi juga standar profesi. Standar profesi adalah pedoman
yang harus digunakan oleh perawat sebagai panduan dalam
menjalani profesinya. Dalam keperawatan, standar profesi ini
dikenal dengan istilah standar praktik keperawatan. Standar praktik
keperawatan harus dilaksanakan oleh setiap perawat di seluruh
tatanan keperawatan, baik di rumah sakit, puskesmas, maupun
instansi pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, standar praktik
keperawatan dibuat mengacu pada tahap proses keperawatan yang
meliputi lima standar, yaitu standar pengkajian, standar diagnosis
keperawatan, standar perencanaan, standar implementasi, dan
standar evaluasi.

9) Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya perawat


Indonesia memiliki suatu wadah/organisasi profesi yang disebut
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Organisasi PPNI
sendiri berkewajiban membina dan mendorong anggotanya untuk
meningkatkan profesionalisme mereka melalui peningkaan kualitas
pendidikan, pengetahuan, keterampilan serta keahlian. Karenanya, 
PPNI dituntut untuk terlibat secara langsung di dalam upaya
pembinaan dan pengawasan profesi keperawatan. Upaya
pembinaan dan pengawasan ini antara lain terkait dengan kode etik
keperawatan, standar profesi keperawatan, rekomendasi perizinan
praktik keperawatan, pencapaian angka kredit bagi anggotanya,
dan sebagainya. Selain PPNI, peran pemerintah dalam
pengembangan profesi keperawatan juga tak kalah pentingnya.
Pemerintah diharapkan mau mendorong dan bekerja sama dengan
PPNI serta melibatkan PPNI secara aktif di dalam perencanaan,
pendayagunaan, pengawasan, dan pembuatan kebijakan terkait
kesehatan terutama yang menyangkut tenaga keperawatan. Salah
satu alasannya adalah karena perawat merupakan profesi kesehatan
yang menyangkut hajat hidup manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, ras, pangkat, jabatan, golongan, agama, status sosial
ekonomi, ataupun aliran politik.

Baik pemerintah ataupun PPNI, keduanya harus berusaha


semaksimall mungkin untuk meningkatkan kualitas perawat dan
keperawatan melaui upaya pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
PPNI sendiri harus bisa menjadii kekuatan politis yang dapat
memengaruhi kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan.
Tanpa kekuatan politis, perawat dapat diibaratkan buih di lautan.
Meskipun banyak, tetapi tidak memiliki kekuatan sehingga profesi
perawat akan termajinalkan. Oleh karena itu PPNI harus mampu
melaksanakan koordinasii yang baik dengan pemerintah, sesama
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi lain,
serta masyarakat. Koordinasi ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan profesionalisme keperawatan.

Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan


Pepper (1993) serta Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai
suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk
menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan. Pada
awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat
intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai
suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu
dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain.
Selain itu, keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang
menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang
berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian
asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang
dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan
penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan
tinggi atau universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal
yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu
dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek
keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik.
Standart praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan
tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan
yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat
bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang
dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab
pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung
aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep
tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab
terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima
tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi
tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan
rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan
pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang
hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan
walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala
dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan
sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

3. Perkembangan Perawat Sebagai Profesi


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di
Indonesia,yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana
dissebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya
tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik
sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu.
Tenaga tersebut di didik menjadi seorang perawat melalui
pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara
pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia
pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di
Jakarta, melalui Lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat
menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan
seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di
Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka
yang berlatar belakang pendidikan Diploma III Keperawatan. Program ini
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula,
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan
professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju
tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, di
ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan
pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul
dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan
melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
a. Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan
kriteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan,
pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta ketersediaan
waktu yang dimiliki untuk organisasi.
b. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan
melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat
daerah. Prioritas utama adalah program pendidikan berkelanjutan bai
para anggotanya.
c. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota
memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dari
kompensasi masing-masing.
d. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga
keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk
menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector sewa.
e. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi
keperawatan di luar negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja
tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.

4. Pertumbuhan Keperawatan sebagai Profesi


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang
termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat,
peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran
masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat
semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat
pelayanan keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan
keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada
penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan
keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek
kuratif kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan
peran kuratif dan rehabilitatif. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari
profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini
meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan
penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan
keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).
a. Penataan Pendidikan Keperawatan
Pendidikan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan
penataan karena  melalui pendidikan perkembangan profesi
keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkannya
dapat berkualitas. Dalam penataan pendidikan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam sistem


pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan jenis
pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan
diploma,sarjana,dan profesi.
2. Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat-
pusat pendidikan keperawatan. Pelaksanaan pengendalian tersebut
dilakukan dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan
serta penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan
profesi keperawatn.
3. Pengembangan lahan praktek keperawatan dilakukan dengan
membentuk komunitas profesional. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan membentuk komunitas keperawatan seperti pembagian
komunitas perawat menjadi divisi- divisi, seperti: komunitas
perawat divisi medical bedah,divisi maternitas, divisi anak, divisi
jiwa,divisi gawat darurat,divisi gerontik dan lain-lain, sehingga
keperawatan sebagai pendidikan profesi akan lebih terarah.
4. Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya
masyarakat akademis professional. Hal tersebut dilakukan dengan
melalui berbagai pengembangan bagi staf untuk mengadakan
penelitian sehingga akan dihasilkan berbagai karya untuk
kepentingan profesi keperawatan dan pengabdian apda masyarakat
dalam rangka menata bentuk aplikasi di masyarakat bagi profesi
keperawatan.  

Yang termasuk dalam tahapan dalam penataan pendidikan


keperawatan adalah
1. Pendidikan Perawat Terdaftar
Sejalan dengan berkembangnya profesi keperawatan, berbagai
jenis pendidikan yang menawarkan untuk menjadi registered nurse
(RN) (perawat terdaftar) juga ikut berkembang. Pada awalnya
sekolah-sekolah keperawatan milik rumah sakit dikembangkan untuk
mendidik perawat yang ingin bekerja dirumah sakit tersebut.
Karena keperwatan secara terus-menerus mengembangkan
keilmuannya. Proses pendidikan formal dikembangkan untuk
menyakinkan konsistensi dari tingkat pendidikan dalam institusi.
Konsistensi tersebut juga dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat
RN.
Belakangan ini di Amerika Serikat seorang individu dapat menjadi
RN melalui program pendidikan tingkat dasar, diploma atau sarjana.
Di kanada terdapat program pendidikan diploma dan sarjana.
a) Pendidikan Setingkat Associate
Program pendidikan setingkat associate di Amerika Serikat
merupakan program 2 tahun yang biasanya ditawarkan oleh
sekolah kejuruan. Program ini berfokus pada ilmu-ilmu dasar.
Teori serta klinis yang berkaitan dengan praktik keperawatan.
Lulusan dari program tipe ini dapat mengikuti ujian yang diadakan
oleh badan keperawatan wilayah untuk mendapatkan sertifikat RN.

b) Pendidikan Diploma
Pendidikan diploma di Amerika Serikat merupakan program
pendidikan selama 2-3 tahun yang umumnya memiliki hubungan
dengan rumah sakit tertentu. Program diploma hanya berfokus pada
ilmu-ilmu dasar, teori, serta klinis yang berkaitan dengan praktik
keperawatan. Beberapa program diploma berafiliasi dengan
akademi atau universitas untuk mengambil topik-topik diluar
keperawatan.
Lulusan dari program ini mendapatkan gelar diploma dari rumah
sakit dan mengikuti ujian yang diadakan oleh badan keperawatan
wilayah untuk mendapatkan sertifikat RN. Di Amerika Serikat
jumlah program diploma menurun. Di kanada program diploma
ditawarkan ke akademi atau di rumah sakit dengan lama
pendidikan 2 tahun (atau 3 tahun di beberapa program yang
berbasis pada rumah sakit) kebalikan dari program associate di
Amerika Serikat.

c) Pendidikan Sarjana
Program pendidkan tingkat sarjana biasanya memiliki masa belajar
selama 4 tahun di akademi atau universitas. Program ini berfokus
pada ilmu-ilmu dasar, teori, dan klinis, juga pada ilmu-ilmu
sosial,seni, dan kemanusiaan untuk menunjang teori keperawatan.
Di kanada, lulusan sarjana keperawatan setara dengan lulusan
sarjana keperawatan di Amerika Serikat.
The American Association of Colleges of Nursing (AACN)
menerbitkan the Essentials of College and University Education for
Professional Nursing (1986).
Dokumen ini menggaris bawahi pentingnya pengetahuan,
keterampilan, nilai, sikap, kualitas diri, dan prilaku profesional bagi
calon sarjana keperawatan. Tujuan dari dokumen ini adalah utuk
memberikan standar dimana “fakultas dapat mengukur isi
kurikulum dan kinerja dari lulusannya” (AACN, 1986).

d) Akreditasi dan Lisensi


Untuk mendapatkan akreditasi atau pengakuan, program perawatan
harus memenuhi sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh the
National League for Nursing (NLN). Akreditasi yang tersedia
adalah untuk program pendidikan keperwatan dasar dan program
master (National Commission on Nursing, 1983).

e) Pendidikan Keperawatan Tingkat Lanjut


Seperti telah disampaikan oleh ANA (1969), tujuan dari program
tingkat lanjut dalam keperawatan adalah untuk menyiapkan
perawat klinis mampu meningkatkan asuhan keperawatan melalui
perluasan ilmu-ilmu dan teori keperawatan. Seseorang yang telah
menyelesaikan pendidikan ini dapat menerima gelar Master of Arts
(MA) bidang keperawatan, Master in Nursing (MN), atau Master of
Science in Nursing (MSN). NLN telah menggambarkan
karakteristik dan standar untuk program tingkat master
keperawatan terakreditasi.
Tingkat master dalam keperawatan penting untuk perawat dalam
mencari peran pendidik perawat, spesialis perawat klinis,
administrator perawat, atau praktisi perawa.
Program doktor keperawatan yang pertama dibuka pada tahun 1953
di University of pittsburg. Kebutuhan terhadap perawat dengan
jenjang doktor sedang meningkat (Institute of Medicine 1983).
Program doktor profesional dalam keperawatan (DSN atau DNSc)
menekankan penerapan temuan riset pada keperawatan klinis.
Program lain menekankan lebih banyak riset dasar dan teori serta
penghargaan Doctor of Philosophy (PhD) dalam keperawatan.

b. Penataan Praktek Keperawatan


Penataan praktek keperawatan merupakan bentuk penataan profesi
keperawatan menuju profesi yang sejajar dengan profesi kesehatan lain.
Mengingat  dengan menata bidang ini, lingkup praktek keperawatan akan
lebih jelas dan terarah dalam praktek sebagai profesi, dan dalam penataan
praktek keperawatan tersebut, maka dapat dilakukan upaya sebagai
berikut:

1. Pengembangan dan pembinaan pelayanan asuhan keperawatan secara


professional. Pengembangan ini dilakukan harus berlandaskan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.
2. Penyusunan dan pemberlakuan standar praktek keperawatan.
Penyusunan ini akan dilakukan dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan melalui asuhan
keperawatan mandiri dan professional.
3. Penerapan model asuhan keperawatan secara professional dengan
memperhatikan Beberapa kode etik keperawatan yang berlaku dan
dalam melakukan setiap tindakan menggunakan asuhan professional.

Perawat bekerja di berbagai tempat, dalam berbagai peran dan dengan


berbagai pemberi pelayanan yang berkaitan dengan profesi kesehatan.
Praktek keperawatan diatur sebagian oleh pihak administrasi rumah sakit,
lembaga kesehatan, dan institusi lainnya. Perawat pembuat kebijakan di
wilayah dan provinsi menetapkan regulasi legal yang spesifik untuk praktek
keperawatan dan organisasi professional menetapkan standar kerja sebagai
criteria untuk asuhan keperawatan.
1. Standar Praktek Keperawatan
Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai
suatu profesi, sejumlah standar untuk praktek sangat penting sebagai
petunjuk yang objektif untuk perawat memberikan perawatan dan sebagai
kriteria untuk melakukan evaluasi asuhan. Ketika standar telah
didefinisikan secara jelas, klien dapat diyakinkan bahwa mereka
mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitaas tinggi, perawat
mengetahui secara pasti apakah yang penting dalam pemberian asuhan
keperawatan dan staf administrasi dapat menentukan apakah asuhan yang
diberikan memnuhi standar yang berlaku. Lebih lanjut, standar praktek
sangat penting jika masalah hukum muncul apakah perawat melakukan
kerja dengan semestinya dalam kasus tertentu. ANA dan CNA telah
mempublikasikan standar praktek keperawatan. Selain itu, ANA telah
menerbitkan standar penampilan kerja professional.

2. Undang-Undang Praktek Keperawatan


Di seluruh negara bagian Amerika Serikat dan di seluruh provinsi
di Kanada perawat pembuat kebijaksanaan meragulasikan izin dalam
praktek keperawatan setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan
sendiri cakupan praktek keperawatan tetapi sebagian memiliki aturan yang
serupa. Definisi tentang praktek keperawatan dipublikasikan oleh ANA
pada tahun 1995 mencakup beberapa definisi yang memiliki cakupan
praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar
negara dan provinsi. Namun demikian pada dekade terakhir, beberapa
negara bagian merevisi Undang-undang praktek keperawatan mereka
untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya peran
keperawatan dalam praktek keperawatan. Tahun 1995 larangan ANA
terhadap diagnosis dan pengobatan, misalnya telah dihapuskan dari
Undang-Undang praktek keperawatan dibeberapa negara bagian atau
disusunkembali untuk memisahkan antara diagnosis dan terapi
keperawatan dengan diagnosis dan pengobatan medis.

3. Lingkungan Praktek
Lingkungan praktek keperawatan luas karena adanya perubahan
system pemberian perawatan kesehatan. Perawat membutuhkan dasar
pendidikan untuk menyiapkan meraka menjawab tantangan perubahan
kebutuhan keperawatan kesehatan klien-klien mereka, mengembangkan
keterampilan meneliti untuk memantau hasil yang ditampilkan klien, serta
meningkatkan keterampilan psikomotor dan pengetahuan kognitif sejalan
dengan peningkatan teknologi (NLN. 1992; AACN, 1993). Adanya
tekanan yang lebih besar pada praktek di komunitas dan pengetahuan
dasar untuk praktek tersebut berkembang dari metode tradisional dan non-
tradisional.

4. Rumah Sakit, Keperawatan Terampil, Dan Lingkungan Respiratorif


Kelompok terbesar dari perawat pelaksana bekerja di rumah sakit.
Praktek reimbursement terbaru dari kelompok asuransi swasta dan federal
atau negara bagian telah mengakibatkan menurunnya waktu perawatan di
rumah sakit. Oleh sebab itu pasien jadi cepat dipulangkan dari rumah
sakit, dan membutuhkan asuhan keperawatan lebih lanjutan di rumah.
Dalam rumah sakit, pelayanan keperawatan beroprasi di rumah sakit
selama 24 jam per hari. Rumah- rumah sakit menerapkan pola ketenagaan
yang berbeda untuk memenuhi kebetuhan asuhan keperawatan. Beberapa
rumah sakit menerapkan 8 jam per jam tugas, sementara rumah sakit laion
menerapkan jam tugas 2 kali 12 jam atau 3 kali 10 jam. Yang terbagi atas
tugas pagi, siang, dan malam. Peran dan tanggung jawab perawat yang
bekerja di rumah sakit bervariasi karena tiap rumah sakit berbeda dari segi
ukuran dan struktur organisasi.
Klien di rumah sakit secara umum membutuhkan asuhan
keperawatan selama 24 jam, dan perawat mungkin di ruang penyakit akut,
kronik, atau rehabilitasi.

5. Lingkungan Praktek Di Komunitas


Jumlah perawat yang bekerja di komunitas meningkat secara
bermakna. Meningkatnya biaya pelayanan di rumah sakit mengakibatkan
adanya pelayanan keperawatan di komunitas yang bertujuan untuk
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan pada fase
penyembuhan. Perawatan di komunitas difokuskan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan, pendidik, dan managemen serta
mengkoordinasikan dan melanjutkan perawatan restoratif di dalam
lingkungan komunitas klien. Perawatan komunitas mengkaji kebutuhan
kesehatan individu, keluarga, dan komunitas serta membantu klien
melawan penyakit dan masalah kesehatan.

c. Penataan Organisasi Profesi Keperawatan


Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para
praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama
untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan
dalam kapasitas mereka seagai individu.
1. Ciri-ciri organisasi profesi
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH (1998), ada 3 ciri organisasi
sebagai berikut :
a) Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi
yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah
menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama
b) Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan
kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi
c) Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta
meurmuskan standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan
pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi
2. Peran organisasi profesi
a) Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan
keperawatan
b) Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan
c) Pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan
d) Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesi
3. Fungsi organisasi profesi
a) Bidang pendidikan keperawatan
1) Menetapkan standar pendidikan keperawatan
2) Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang lanjut
b) Bidang pelayanan keperawatan
1) Menetapkan standar profesi keperawatan
2) Memberikan izin praktik
3) Memberikan regsitrasi tenaga keperawatan
4) Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan
c) Bidang IPTEK
1) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasai riset keperawatan
2) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi perkembangan
IPTEK dalam keperawatan
d) Bidang kehidupan profesi
1) Membina, mengawasi organisasi profesi
2) Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain
dan antar anggota
3) Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan
negara lain
4) Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota

4. Manfaat organisasi profesi


Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :
a) Mengembangkan dan memajukan profesi
b) Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
c) Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
d) Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi
Organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah
bagi perawat di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan
gabungan dari berbagai organisasi keperawatan saat itu.
PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa
organisasi keperawatan seperti IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI
(Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),
IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Dalam penggabungan ini IBI
(Ikatan Bidan Indonesia) tidak ikut serta karena mempunyai anggapan
bahwa bidan adalah profesi sendiri.
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
yang sah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua
siswa/mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon
anggota.

1. Tujuan PPNI
a) Membina dan mengambangkan organisasi profesi keperawatan
antara lain : persatuan dan kesatuan,kerja sama dengan pihak lain
dan pembinaan manajemen organisasi
b) Membina, mengambangkan dan mengawasi mutu pendidikan
keperawatan di Indonesia
c) Membina, mengembangkan dan mengawasi mutu pelayanan
keperawatan di indonesia
d) Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia
e) Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota
2. Fungsi PPNI
a) Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki kesatuan
kehendak sesuai dengan posisi jabatan, profesi dan lingkungan
untukmencapai tujuan organisasi
b) Mengembangkan dan mengamalkan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada program-program pembangunan manusia secara
holistic tanpa membedakan golongan, suku, keturunan,
agama/kepercayaan terhadap Tuhan YME
c) Menampung,memadukan,menyalurkan dan memperjuangkan
aspirasi tenaga keperawatan serta mengembangkan keprofesian dan
kesejahteraan tenaga keperawatan. 
3. Struktur Organisasi PPNI
a) Jenjang organisasi
1) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPNI
2) Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I) PPNI
3) Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPP II) PPNI
4) Komisariat PPNI (pengurus pada institusi dengan jumlah
anggota 25 orang)

b) Struktur organisasi tingkat pusat


1) Ketua umum
Ketua-ketua :
 Pembinaan Organisasi
 Pembinaan pendidikan dan latihan
 Pembinaan pelayanan
 Pembinaan IPTEK
 Pembinaan kesejahteraan
2) Sekretaris Jenderal
Sekretaris berjumlah 5 orang yang dibagi sesuai dengan
pembidangan ketua-ketua dan  Departemen
 Departemen organisasi, keanggotaan dan kaderisasi
 Departemen pendidikan
 Departemen pelatihan
 Departemen pelayanan di RS
 Departemen pelayanan di puskesmas
 Departemen penelitian
 Departemen hubungan luar negeri
 Departemen kesejahteraan anggota
 Departemen pembinaan yayasan

4. Program kerja utama PPNI :


a) Pembinaan organisasi dan keanggotaan
b) Pengembangan dan pembinaan pendidikan
c) Pengembangan dan pembinaan serta pendidikan dan latihan
keperawatan
d) Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di
rumah sakit
e) Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di
puskesmas
f) Pembinaan dan Pengembangan IPTEK
g) Pembinaan dan Pengembangan kerja sama dengan profesi lain
dan organisasi keperawatan internacional
h) Pembinaan dan Pengembangan sumber daya/yayasan
i) Pembinaan dan Pengembangan kesejahteraan anggota

d. Penataan Lingkungan Untuk Perkembangan Keperawatan


Lingkungan merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau
pengembangan profesi, karena dengan pengakuan dari lingkungan, maka
profesi keperawatan akan semakin cepat berkembang ke arah terciptanya
lingkungan yang professional. Upaya keperawatan dalam menata
lingkungan tersebut dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Melaksanakan desiminasi pengertian tentang keperawatan professional
dengan menjelaskan lingkup peran dan tanggung jawab serta
kewenangan profesi keperawatan kepada masyarakat.
2. Menciptakan kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan keperawatan dengan sikap professional.
3. Memberlakukan undang-undang dalam penerapan praktek keperawatan
professional sehingga segala kendala dan hambatan dapat diatasi secara
langsung.
4. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk melaksanakan
program praktek keperawatan agar diakui oleh masyarakat (Husin, M,
1999)

5. Etika Profesi Keperawatan


Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua perawat.Semua
perawatharus untuk menaati kode etik yang telah disepakati.Dalam
melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil suatu
keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien.Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran
etika, hal yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut
keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar professional.

Prinsip utama yang digunakan dalam etika antara lain:


1) Prinsip nonmaleficence (tidak merugikan)
Maksud prinsip ini adalah tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada pasien. Prinsip nonmaleficence berarti bahwa tenaga
kesehatan dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan harus
senantiasa dengan niat untuk membantu pasien mengatasi masalah
kesehatannya.
2) Beneficience (kebaikan)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.Contoh:
klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh
dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien
didorong menggunakan kursi roda.

3) Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya.Segala sesuatuyang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
pasien.Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diizinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
Pada prinsip confidentiality berarti tenaga kesehatan wajib merahasiakan
segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya, yaitu berupa
informasi mengenai penyakitnya dan tindakan yang telah, sedang, dan
akan dilakukan, kecuali jika pasien mengizinkan atau atas perintah
undang-undang untuk kepentingan pembuktian dalam persidangan.

4) Justice (keadilan)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien
sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan
pada pasien total care, maka perawat harus memandikan dengan prosedur
yang sama tanpa membeda-bedakan klien. Tetapi ketika pasien tersebut
sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak perlu memandikannya
lagi.Prinsip keadilan dibutuhkan untuk perlakuan yang sama dan adil
terhadap orang lainyang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
tenaga kesehatan bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan. Prinsip justice berarti bahwa setiap orang berhak atas
perlakuan yang sama dalam upaya pelayanan kesehatan tanpa
mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan kedudukan sosial
ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam fasilitas, tetapi
bukan dalam hal pengobatan dan atau perawatan.

5) Fidelity(Kesetiaan)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.Kasus
yang sering dihadapi misalnya perawat telah menyepakati bersama klien
untuk mendampingi klien pada saat tindakan maka perawat harus siap
untuk memenuhinya.

6) Prinsip Otonomi (Autonomy)


Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang
mempunyai harga diri dan martabat. Contoh: Klien berhak menolak
tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh
memaksakan kehendak untuk melakukannya atas pertimbangan bahwa
klien memiliki hak otonomi dan otoritas bagi dirinya.Perawat
berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-sejelasnya bagi
klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat tindakan,
urgensi dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi
dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan
pemahaman.

7) Prinsip Kejujuran (Veracity)


Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi klien.Kebenaran merupakan dasar
dalam membina hubungan saling percaya.Contoh: klien yang
menderitaHIV/AIDS menanyakan tentang diagnosa penyakitnya.
Perawat perlu memberitahukan apa adanya meskipun perawat tetap
mempertimbangkan kondisi kesiapan mental klien untuk diberitahukan
diagnosanya.

8) Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing)


Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak
membunuh.Sumber pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan
kultur/norma-norma tertentu. Contoh: ketika seorang suami
menginginkan tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan
ketiadaan biaya sementara istrinya diyakininya tidak mungkin sembuh,
perawat perlu mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan
euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa Indonesia yang
agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI
memang belum ada tentang legalitas tindakan euthanasia.

Kode Etik Keperawatan:


Pengertian Kode Etik Keperawatan Menurut Wijono D.(1999), kode etik
adalah asas dan nilai yang berhubungan erat dengan moral sehingga bersifat
normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari segi etika memerlukan tolok
ukur. Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau
keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan.
Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang
digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk
membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia,
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Dengan adanya kode etik,
diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Kode etik keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini
di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Kode Etik Keperawatan di Indonesia (PPNI)


Sekarang, kita akan langsung membahas pada pokok-pokok etiknya yaitu:
a. Perawat dan Klien
a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
c) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek


a) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus
b) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain
d) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat


a) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
b) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
ilegal.

e. Perawat dan Profesi


a) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
b) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
c) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

6. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Profesi


Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien,
pendidik, koordinator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melaluii pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

b. Peran sebagai Advokad Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri , hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan penyidikan kesehatan.

d. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien

e. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalm penentuan untuk
pelayanan selanjutnya.

f. Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tenang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.

g. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan


perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:

a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenase, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta-mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Hal ini bisanya dilakukan oleh perawat spesialis
kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini terjadi apabila
bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatas dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainnya,seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja
sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi
yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh: Profesi dalam bidang
hukum, kesehatan, keuangan, milter, teknik, desainer, dll.
Karakteristik profesi terdiri dari: 1. Pekerjaan dilakukan secara
menetap, mungkin seumur hidup; 2. Pekrjaan yang dilakukan member
kepuasan dan merupakan panggiln jiwa; 3. Memilki keterampilan khusus
menyangkut ilmu dan seni; 4. Keputusan yang diambil didasarkan pada
prinsip atau teori dalam kegiatan professional; 5. Berorientasi pada asuhan
untuk memenuhi kenutuhan kesehatan manusia; 6. Asuhan yang diberikan
didasarkan atas kebutuhan objekif; 7. Mempunyai otonomi dalam
menentukan tindakan; 8. Memiliki standar etika dan praktik professional;
9. Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi.
Sejarah perkembangan keperawatan melaui banyak tahap dan
proses yang merupakan cikal bakal terbentuknya suatu profesi
keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai
profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam pewenangan dan
tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya
kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian
asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan  sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra
institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini
terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain,
kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator
mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien.
Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan
bermutu apa tidak.
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
terdiri dari peran sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, coordinator,, kolaborator, konsultan dan peneliti. Fungsi perawat
terdiri sebagai fungsi dependen, independen, dan interdependen.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ali,H. 2001. Ziadin. Pengantar Keperawatan Profesional


Sumijatun.2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Professional. Jakarta : Trans
Info Medika
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu profesi.
Isnani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.
SCRIBD. Rosanti. 2013. Pertumbuhan Profesional Dalam Keperawatan. Diakses
pada 22 Oktober 2022. Dari
https://www.scribd.com/doc/192483690/Pertumbuhan-Profesional-Dalam-
Keperawatan
Ardiani, Nurul. 2018. Modul Ajar Etika Keperawatan. Surakarta : Prodi D3
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
PPNI Jateng. 2014. Kode Etik Keperawatan. Diakses pada 22 Oktober 2022. Dari
https://ppnijateng.org/2014/10/kode-etik-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai