Oleh
Kelompok 1
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper Keperawatan
Sebagai Profesi dengan baik dan lancar .
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan dan untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Keperawatan Sebagai Profesi. Pemahaman tersebut dapat
dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis
kesimpulan dalam makalah ini.
Paper Keperawatan Sebagai Profesi ini disajikan dalam konsep dan bahasa
yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami paper ini.
Dengan paper ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Keperawatan
Sebagai Profesi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
berkarya menyusun paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Saran, kritik dan masukan sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses
membangun mutu paper ini.
Mahasiswa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.2 Profesionalisme.........................................................................................6
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................16
3.2 SARAN...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengembangan ilmu keperawatan diperlukan pendidikan keperawatan pada
jenjang magister keperawatan.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari Keperawatan Sebagai Profesi.
2. Untuk mengetahui Keperawatan Sebagai Profesi.
3. Untuk memahami perkembangan Keperawatan di Dunia dan di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui Kode Etik Keperawatan di Indonesia.
5. Untuk memahami Peran, Fungsi, dan Tugas Perawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
f. Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2. Menurut Green Wood E (1957), Suatu Pekerjaan dikatakan profesi adalah
adanya teori yang sistemik, otoritas, wibawa (martabat), kode etik dan
budaya profesional.
3. Menurut Hall (1968) Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu
suatu pekerjaan yang harus melalui proses 4 tahapan antara lain :
a. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b. Menjadi pekerjaan utama
c. Adanya organisasi profesi
d. Terdapat kode etik
4. Menurut Moore dan Rosenblum 1970, Memandang kriteria sebagai profesi
adalah apabila dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis, otoritas,
wibawa dan prestice, kode etik, budaya profesional dan menjadi sumber
utama dari penghasilan.
5. Menurut Edgar Schein (1974), Memberikan kriteria pekerjaan sebagai
profesi apabila pekerjaan tersebut :
a. Pekerjaan seumur hidup
b. Komitmen seumur hidup sebagai karier
c. Penghasilan utama
d. Motivasi kuat
e. Panggilan hidup
f. Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g. Pengetahuan dianggap khusus
h. Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu
i. Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j. Mempertimbangkan otoritas
k. Ada batasan dalam profesi
l. Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m. Perkumpulan profesi
n. Standart pendidikan
o. Uji kompetensi untuk masuk profesi
4
p. Tidak advertensi dalam mencari klien
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
keran profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya, berikut adalah karateristik profesi secara umum:
1. Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis: Professional
dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan
bisa diterapkan dalam praktik
2. Asosiasi professional: Profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi tersebut biasanya
memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya
memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan institusional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
6. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan. Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN),
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
5
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
Kode etik :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.
9. Mengatur Diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para
anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
2.2 Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan
J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.
Sementara kata profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan
keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya
itu.
6
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua
kriteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan
memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu
keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang
layak sesuai kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat
mengapa keperawatan itu sebagai profesi.
7
Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh
didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada standar asuhan
keperawatan dan etika keperawatan
6. Otonomi
8
profesional dalam pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat
dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
9
Kedua, zaman keagamaan, perkembangan keperawatan mulai bergeser
kearaha spiritual dimana seseorang yang sakit diakibatkan oleh adanya dosa
atau kutukan Tuhan. Pusat pengobatan adalah rumah-rumah ibadah, sehingga
para pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati orang sakit.
Kelima, zaman sebelum perang dunia ke-2, pada masa ini berkembang
prinsip rasa cinta sesama manusia, dimana manusia harus saling membantu.
Florence Nightingale (1820-1910) menyadari pentingnya suatu sekolah untuk
mendidik para perawat. Florence menganggap bahwa keperawatan perlu
disiapkan pendidikan untuk perawat. Usaha Florence adalah menetapkan
struktur dasar dipendidikan perawat diantaranya membangun sekolah
perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan
10
pengetahuan yang harus dimiliki oleh calon perawat. Florence mendirikan
sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
Keenam, masa selama perang dunia ke-2, selama masa ini timbul
tekanan pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang
panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat
penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
Kedelapan, priode tahun 1950, pada saat itu keperawatan sudah mulai
menujukan perkembangan khusunya penataan pada system pendidikan,
penrapan proses keperawatan sudah mulai dengan memberikan perawat
adalah suatu proses, yang dimulai pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelakasanaan dan evaluasi.
11
Pada masa ini Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat
berasal dari indonesi disebut verfleger dengan dibantu oleh zieken opaser
sebagai penjaga orang sakit. Pada masa penjajahan Belanda tugas utama
perawat hanya merawat staf dan tentara Belanda. Kemudia masa
penjajahan inggris yaitu rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat
dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan, diantaranya usaha
pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien
dan memperhatikan kesehatan para tawanan.
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta
balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada
tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara diploma. Pada
tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan
setingkat dengan sarjana.
12
1. Standar 1: Falsafah Keperawatan
1. Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advocate pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.
2. Fungsi Perawat
13
a. Fungsi independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interpenden
3. Tugas Perawat
14
c) Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan
kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan terminal Menggunakan
dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu prilaku, sosial
budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
rangka, memenuhi kebutuhan dasar manusia
15
i) Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam
melaksanakan kegiatan keperawatan menerapkan kereampilan manajemen
dalam keperawatan klien secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut
Schein EH (1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun
suatu norma yang sangat khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat.
Hughes (1963) mengungkapkan bahwa profesi merupakan mengetahui yang lebih
baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya
tentang apa yang terjadi pada kliennya. Dan Wilensky (1964) berpendapat bahwa
profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan
teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu
membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik
orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi,
karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya yaitu Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis, Asosiasi
professional, Pendidikan yang ekstensif, Ujian kompetensi, Pelatihan
institusional, lisensi, Otonomi kerja, kode etik, Mengatur Diri, Layanan publik
dan altruism, Status dan imbalan yang tinggi.
Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut wilensky (1964) yaitu :
Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang jelas
wilayah garapan keilmuannya (anto loger) yang jelas wilayah garapan keilmuan
(epistomology), serta pemanfaatan keilmuannya (axiology), Keahlian profesi
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi yang terarah,terencana,terus-
menerus dan berjenjang (life long education), Pekerjaan profesi diatur oleh kode
16
etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-undangan, Peraturan dan
ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi standar pendidikan dan
pelatihan (standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam
menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya
3.2 SARAN
Penyusun berharap bagi perawat sebaiknya lebih meningkat kulitas kerja
sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional dibidangnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18