OLEH :
Ni Luh Gede Yupita Astri S P07120016002
Ni Kadek Marhendrayani P07120016014
Ni Made Julia Setiawati P07120016017
Ni Made Winda Nursanti P07120016037
Putu Eka Sri Wahyuni Dharma P P07120016040
Desak Nyoman Riska K P07120016050
Luh Putu Shintya Bagaswari K P07120016056
Kadek Vina Ardiani P07120016068
Ni Luh Putu Ika Sanji R P07120016074
Putu Evi Wahyuni P07120016073
Ni Luh Putu Sariani P07120016082
Komang Risti Indriani P07120016085
Ni Ketut Wulandari P07120016100
Ni Kadek Sri Desmiari P07120016117
Kadek Lidya Mustika Wati P07120016119
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia dengan ibu kota Denpasar.
Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Secara
geografis, Bali terletak di antara Pulai Jawa dan Lombok. Mayoritas
penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Bali terkenal sebagai tujuan
pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni dan budayanya. Bali juga
dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pula Seribu Pura.
Pusat pariwisata di Bali ada pada Bali Selatan dan lokasi wisata utama
adalah Kuta dan sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, daerah timur kota
seperti sanur, pusat kota seperti Ubud, dan daerah selatan seperti Jimbaran,
Nusa Dua dan Pecatu. Saat ini, Bali juga memiliki beberapa pusat wisata
yang sarat edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang, museum tiga
dimensi, taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.
Terkait hal tersebut Bali juga sedang berbenah memajukan sektor
kesehatan untuk menarik lebih banyak wisatawan. Wisatawan secara umum
dianggap sebagai populasi penting dari sudut pandang epidemiologi karena
mobilitasnya yang tinggi, probabilitas untuk terserang penyakit atau
kecelakan di luar daerah asalnya, berisiko menularkan penyakit dari negara
asalnya ke negara lain maupun sebaliknya (Wirawan, dkk. 2017)
Dalam konteks ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kesehatan
untuk masyarakat dan juga untuk wisatawan yang jumlahnya meningkat.
Dengan demikian penyediaan fasilitas kesehatan sudah mulai dikenal dengan
salah satu bentuk pariwisata kesehatan atau medical tourism, dalam arti
pelayanan kesehatan untuk wisatawan, terutama yang mengalami kecelakaan
saat berlibur di Bali (Rosalina, dkk. 2017).
Pada hakikatnya pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal (Rosalina, dkk. 2017). Pembangunan kesehatan dan
kesejahteraan tidak akan terlepas dari peran strategis pendidikan sebagai
investasi dalam membantu menghadapi problematika kondisi kesehatan dan
kesejahteraan yang semakin kompleks.
Pendidikan tenaga kesehatan dituntut agar mampu menyediakan sumber
daya manusia yang professional, memiliki kemampuan untuk bekerja secara
mandiri, mampu mengembangkan diri dan beretika serta dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang berkualitas sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi.
Tenaga profesi keperawatan merupakan bagian integral dari system
pelayanan kesehatan nasional yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Sebagai institusi Pendidikan, Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan berkewajiban untuk menyiapkan peserta didik yang
kompeten dibidang kognitif, afektif, psikomotor, berwawasan Internasional
serta mampu bersaing di era pasar kerja global.
Disamping itu dalam rangka menunjang wisata kesehatan yang di
prakarsai oleh Menteri Kesehatan dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dalam konfensi International Health Tourism Tahun 2012.
Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikan konsep dan prinsip
praktik keperawatan bertaraf internasional yang di pelajari dikelas dan di
laboratorium. Pembelajaran di lapangan difokuskan pada pengalaman belajar
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai
kelompok unsur yang mengalami berbagai gangguan kesehatan biologis,
fisiologis, psikologis dan spiritual serta mengembangkan soft skill pada
pelayanan kesehatan yang bertaraf Internasional.
Dalam upaya mengembangkan kemampuan dan memperluas wawasan
mahasiswa tersebut, maka dilaksanakan kerja lapangan khususnya di unit/
intitusi pelayanan kesehatan yang bertaraf Internasional baik milik
pemerintah maupun swasta yang berada di daerah Bali. Adapun beberapa
rumah sakit yang bertaraf Internasional yaitu Bali Royal Hospital, Siloam
Hospital, Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Rumah Sakit BIMC
Kuta, dan salah satunya Rumah Sakit Surya Husadha.
Rumah Sakit Surya Husadha menyediakan pelayanan yang paripurna
dan terpadu termasuk unit pelayanan eksekutif. Unit pelayanan eksekutif
merupakan salah satu fasilitas unggulan yang menjamin setiap pasien dilayani
dengan fasilitas premiun. Keunggulan pelayanan eksekutif dirancang untuk
memberikan ketenagaan yang mengedepankan privasi pasien. Unit eksekutif
terdiri dari pelayanan poli spesialis dan umum, serta fasilitas rawat inap
dilengkapi dengan fasilitas yang istimewa dan mewah, english speaking staff
dan japanese translator.
A. Persiapan Tempat
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar merupakan salah satu rumah sakit
swasta di Bali yang berdiri pada tanggal 24 Februari 1987. Rumah Sakit Surya
Husadha Denpasar yang terletak di Kota Denpasar Provinsi Bali terus
berkembang dan pada tahun 2002 telah menjadi PT Surya Husadha. Rumah
sakit yang berjalan dengan motto ”Melayani dengan Hati” menyediakan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang komprehensif, termasuk juga
pelayanan unit perawatan intensif, Wing Eksekutif serta keunggulan lainnya.
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar memiliki beberapa spesialisasi
medis dan bedah, profesor dan konsultan untuk urologi, nefrologi, penyakit
tropis infeksi,gastroenterologi, bedah digestif, bedah saraf, bedah kardiotoraks
dan vaskular, ortopedi, obstetri dan ginekologi, serta pediatri. Selain itu yang
menjadi unggulan dari Rumah Sakit Surya Husadha adalah Interated Renal
Unit yaitu Urologi, ESWL, Hemodialisasi, CT-Scan dan unggulan lainnya.
Seluruh pegawai Rumah Sakit Surya Husadha selalu memberikan
pelayanan yang exellence yaitu berorientasi keunggulan dan memberikan
pelayanan yang terbaik. Sejak tahun 2015, Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar telah diakreditasi oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).
Dalam hal memberikan pelayanan, Rumah Sakit Surya Husadha selalu
memberikan perawatan medis sesuai SPO (standar prosedur operasional) untuk
menjamin keselamatan pasien dan mutu dari pelayanan yang diberikan.
1. Fasilitas Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar
a. Ruang Gawat Darurat 24 jam
b. Pelayanan Ambulans 24 Jam
c. Memfasilitasi evakuasi medis
d. Wings Eksekutif
e. Klinik rawat jalan eksekutif
f. Ruang bangsal
g. Bangsal bersalin
h. Klinik dokter umum
i. Klinik rawat jalan khusus
j. Klinik Gigi
k. ICU (Intensive Care Unit), ICCU (intensive coronary care unit), HCU (High
Care Unit), PICU (pediatric intensive care unit) NICU (Neonatal Intensive
care unit)
l. Teater Operasi , C-Arm
m. Departemen patologi dan laboratorium
n. Departemen Radiologi (CT-Scan 128 Slice, Angiography, Cardiac-CT, X-Ray,
Ultrasonografy)
o. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), Ureteroscopic
Lithotripsy(URS)
p. Pusat Dialisis (Hemodialisis, CAPD(Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis))
q. Endoskopi, kolonoskopi
r. Treadmill, Echocardiography
s. Staf Bahasa Inggris
t. Penerjemah Bahasa Jepang
D. Rencana Kegiatan
Sebelum pelaksanaan PKL Internasional terdapat beberapa kegiatan yang
diikuti oleh Mahasiswa dalam serangkaian kegiatan PKL ini, yaitu :
1. Menghadiri dan mengikuti pembekalan praktik di Kampus Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar pada tanggal 29 April 2019
2. Menghadiri pembukaan praktik di Kampus Jurusan Keperawatan Poltekkes
Denpasar pada tanggal 02 Mei 2019
3. Menghadiri dan mengikuti pembekalan praktik di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar pada tanggal 06 Mei 2019
4. Praktik Kerja Lapangan Internasional tanggal 06 Mei-25 Mei 2019
5. Penutupan Praktik dan Seminar kasus di Kampus Jurusan Keperawatan
Poltekkes Denpasar tanggal 24 Mei 2019
E. Persiapan Mahasiswa
Sebelum dimulainya kegiatan PKL Internasional, Mahasiswa diberikan
berbagai materi pembekalan terkait praktik yang akan dilaksanakan, sehingga
mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
1. Persiapan Mahasiswa di Kampus
Mahasiswa dibekali dengan ilmu keperawatan Lintas Budaya, pembekalan
materi PKL berlangsung 1 hari pada tanggal 29 April yang disampaikan oleh
beberapa rumah sakit yang akan dituju sebagai tempat praktik. Beberapa materi
yang disampaikan diantaranya yaitu profil masing-masing rumah sakit dan klinik
tempat melaksanakan PKL, manajemen pelayanan di Rumah Sakit Internasional,
cara berkomunikasi dengan pelanggan. Setelah dilaksanakan pembekalan,
dilaksanakan pembukaan Praktik Kerja Lapangan Internasional pada tanggal 02
Mei 2019 secara resmi oleh Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar di Kampus
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Pada hari pembukaan
perwakilan CI dari Rumah Sakit Surya Husadha hadir dan ikut serta dalam
pembukaan serta serah terima mahasiswa PKL. Praktik Kerja Lapangan
Internasional ini dilaksanakan pada tanggal 06 Mei sampai dengan 25 Mei 2019.
Mahasiswa yang praktik di Rumah Sakit Surya Husadha sebanyak 15 orang atas
nama :
1. Ni Luh Gede Yupita Astri Suryandari
2. Ni Kadek Marhendrayani
3. Ni Made Julia Setiawati
4. Ni Made Winda Nursanti
5. Putu Eka Sri Wahyuni Dharma Padmi
6. Desak Nyoman Riska K
7. Luh Putu Shintya Bagaswari K
8. Kadek Vina Ardiani
9. Ni Luh Putu Ika Sanji R
10. Putu Evi Wahyuni
11. Ni Luh Putu Sariani
12. Komang Risti Indriani
13. Ni Ketut Wulandari
14. Ni Kadek Sri Desmiari
15. Kadek Lidya Mustika Wati
Adapun beberapa kegiatan yang sudah diikuti sebelum mengikuti kegiatan
PKL Internasional selain pembekalan di Kampus Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Denpasar dan pembekalan di Rumah Sakit Surya Husadha bersama
dengan mahasiswa dari STIKES Wira Medika Bali dari pukul 08.00-17.00 WITA,
termasuk juga pembagian seragam dan nametag untuk PKL di Rumah Sakit Surya
Husadha disela-sela pembekalan. Setelah pembekalan selesai dilaksanakan,
mahasiswa diajak melakukan orientasi ke ruangan tempat melaksanakan Praktik
yaitu Ruangan Eksekutif lantai 2 (Gambuh C), lantai 3 (Gambuh B), dan lantai 4
(Gambuh A). Selain kegiatan pembekalan, persiapan lain yang dilakukan untuk
mengikuti PKL Internasional yaitu dengan pembagian kelompok praktik. Selama
praktik 15 mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari lima orang
di masing-masing kelompok. Setiap kelompok menyiapkan jadwal shift dan daftar
hadir. Mahasiswa dibagi menjadi shift pagi, sore dan malam. Kelompok-
kelompok ini akan dirolling setiap satu minggu sekali di tiga ruangan eksekutif
tersebut.
Selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Internasional mahasiswa
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk membuat laporan dari masing- masing
rumah sakit yang terdiri dari BAB I sampai BAB IV termasuk juga dalamnya
laporan kasus berupa Asuhan Keperawatan.
BAB III
HASIL
Berdasarkan hasil praktik yang kami lakukan di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar, kami mendapatkan sebuah kasus angina pectoris pada Tn. HJ di Ruang
Gambuh B lantai 3 eksekutif. Laporan kasus ini terdiri atas laporan pendahuluan
mengenai konsep penyakit angina pectoris dan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada 12 Mei
2019 sampai dengan 15 Mei 2019.
A. Asuhan Keperawatan Kasus (Satu Kasus)
1. Laporan Pendahuluan dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Angina Pectoris
a. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa
berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul
pada waktu aktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti (Wijaya &
Putri, 2013).
Angina pektoris adalah suatu sindrom yang ditandai dengan rasa
tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang
berkaitan, disebabkan oleh iskemia miokard tetapi tidak sampai terjadi
kematian jaringan (Kasron, 2012).
Angina pektoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu
perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan
oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh bertanya kerja
jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan
emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri
menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat
memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi
kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri (Kasron, 2012).
b. Klasifikasi
1) Stable angina
Stable angina juga disebut angina klasik yang terjadi sewaktu arteri
koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan
aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja
jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolah raga, naik tangga
atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang apabila
individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. Durasi nyeri pada
angina jenis ini yaitu 3-15 menit.
2) Angina variant (prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada
kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat dan berhubungan dengan
risiko tinggi terjadinya infark. Pada angina ini, suatu arteri koroner
mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang
tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa
walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan
lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif
memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner.
Sakit dada atau nyeri sering dirasakan dan timbul pada waktu istirahat.
Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh jantung aterosklerotik. EKG
menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi infark
miokard akut dan dapat terjadi aritmia.
3) Unstable angina
Unstable angina adalah kombinasi dari stable angina dan angina
variant. Jenis angina ini merupakan jenis angina yang sangat berbahaya
dan membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan
penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung. Hal ini terjadi akibat aterosklerosis
koroner yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang
dikeluarkan oleh trombosit tertarik ke area yang mengalami kerusakan.
Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan
angina tidak stabil meningkat dan individu berisiko mengalami kerusakan
jantuk irreversible.
Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia)
khususnya jika individu memiliki penyempitan arteri coroner sebelumnya.
Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak menurun dengan minum
obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard
pada sindrom koroner akut. Durasi serangan pada unstable angina timbul
lebih lama dari nyeri dada stabel.
c. Manifestasi klinik
Kekurangan oksigen otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan
derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri
hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri
sangat terasa pada daerah dibelakang tulang dada atas atau tulang dada
ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi,
namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek
dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak,
tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di
lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri.
Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor
presipitasinya dihilangkan.
Tidak semua penderita kekurangan oksigen mengalami angina.
Kekurangan oksigen yang tidak disertai dengan angina disebut silent
ischemia. Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau
rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
Tanda dan gejala angina pectoris yaitu:
a) Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah interskapula atau lengan kiri.
b) Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c) Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
d) Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e) Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, sakit kepala.
f) Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g) Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
d. Etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh
jantung. Menurut Kasron (2012), etiologi dari angina pectoris, adalah
sebagai berikut :
1) Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
a) Arteriosklerosis
b) Spasme arteri pembuluh jantung
c) Anemia
d) Artritis
e) Aorta insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta),
regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta).
f) Stenosis subaortik hipertrofik
g) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-
tiba)
2) Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
Dapat diubah (dimodifikasi)
a) Diet (hyperlipidemia)
b) Rokok
c) Hipertensi
d) Stress
e) Obesitas
f) Kurang aktivitas
g) Diabetes mellitus
h) Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Ras
d) Herediter
3) Faktor pencetus serangan angina
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
a) Emosi
b) Stress
c) Kerja fisik terlalu berat
d) Hawa terlalu panas dan lembab
e) Terlalu kenyang
f) Banyak perokok
e. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis coroner). Aterosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis dimulai ketika
kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini
dinamakan atheroma atau plak yang akan mengganggu absorbsi nutrient
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah
dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin
sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal
ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler oleh
penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering
aterosklerosis.
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah
dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami
kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Adanya endotel
yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi Nitrat oksido yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul
spasmus coroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai
oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta
dipicu dengan aktivitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi
adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam
laktat nyeri akan reda (Price & Wilson, 2006).
A. Pathway
Intoleransi
Defisit aktivitas
pengetahuan
Sumber : Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
f. Pemerikasan penunjang
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam (2012)
dan Karson (2012), pemeriksaan penunjang yang diindikasikan untuk
pasien dengan angina pectoris adalah sebagai berikut :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun
stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang
baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T
negative juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan
gelombang ST dan T yang non spesifik seperti depresi segmen ST kurang
dari 0,5 mm dan gelombang T negative kurang dari 2 mm, tidak spesifik
untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak
stabil 4% mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga
normal.
2) Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis
angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan
faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abdominalis gerakan
dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
3) Foto rontgen dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar
dan kadang-kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta (Kasron, 2012).
4) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark
miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK,
SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut
sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah
seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk
menemukan faktor risiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan gula
darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga
merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris (Kasron, 2012).
5) Uji latihan jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG sering kali masih normal,
maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut
dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan
dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai
kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di
monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap
positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada
waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen
ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka
kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di tempat
yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut
(Kasron, 2012).
6) Thallium exercise myocardial imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensitifitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali normal. Bila ada kekurangan oksigen maka akan tampak
cold spot pada daerah yang menderita kekurangan oksigen pada waktu
latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksan ini juga
menunjukkan bagian otot jantung yang menderita kekurangan oksigen
(Kasron, 2012).
g. Penatalaksanaan medis
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris:
1) Mencegah terjadinya infark miokard dan kematian jaringan, dengan
demikian meningkatkan kuantitas hidup.
2) Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan
pemberian oksigen (dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung)
dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung)
(Smeltzer & Bare, 2002).
a) Terapi non farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok, karena
merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga
memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan
berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk
menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi
pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontrasepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
b) Terapi farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia.
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan control terhadap
factor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasty koroner
transluminal perkutan (PTCA= percutaneous transluminal coronary
angioplasty) dan biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan
pembedahan.
c) Penyekat beta-adrenergik
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
d) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, di samping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan
volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan
nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk
mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8-12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
adalah: amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin. Nitrogliserin
biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong
bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
e) Kalsium antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui
saluran kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan
relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah
amlodipin, berpridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
h. Komplikasi
Menurut Wida Jaya Udijanti (2010), komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari penyakit unstable angina pectoris (UAP), antara lain :
1) Infark miokard
2) Aritmia
3) Payah jantung
4) Syok kardiogenik
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
status, tanggal MRS dan tanggal pengkajian.
b. Alasan dirawat
Alasan dirawat dijelaskan kronologi mulai dari pasien mengalami keluhan
meliputi tanggal dan waktu sampai dengan pasien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat jesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu dijelaskan apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama atau penyakit penyerta lainnya.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang dijelaskan bagaimana keluhan yang dirasakan
sekarang sehingga pasien dan keluarga memutuskan untuk ke rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dijelaskan apakah pasien memiliki riyawat
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
keturunan lainnya.
d. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi/pernapasan,
dan SpO2.
e. Pengkajian fokus SDKI
1 Nyeri Akut
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh nyeri Tekanan darah meningkat
Tampak meringis Pola napas berubah
Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi Nafsu makan berubah
menghindari nyeri)
Gelisah Proses berfikir terganggu
Frekuensi nadi meningkat Menarik diri
Sulit tidur Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
2 Intoleransi Aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh lelah Dispnea saat/setelah aktivitas
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
kondisi istirahat Merasa lemah
Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis
3 Penurunan Curah Jantung
4 Ansietas
5 Defisit Pengetahuan
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan diagnosa yang
sama di luar negeri.pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti gagal
ginjal, diabetes.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada disebelah kiri dirasakan sejak tanggal 9 Mei
2019, pasien tampak gelisah dan pasien mengatakan mengeluh nyeri dada
sebelah kiri.
P : Bergerak dan menarik nafas
Q : Seperti ditekan dan ditusuk
R : Nyeri dada kiri
S : Skala nyeri 4 dari interval 0 – 10 (ganti)
T : Durasi nyeri hilang timbul
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
hipertensi,diabetes, gagal ginjal.
4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg (kondisi istirahat)
Nadi : 78 x / menit (kondisi istirahat)
Suhu : 360C
Respirasi : 20 x/menit
Sp O2 : 99 %
Skala nyeri : Skala nyeri 4 dari interval (0-10)
5. Data Penunjang
a) Data Laboratorium
TEST RESULT ABN NORMALS UNIT
WBC 5,97 (4,1 – 11) 10e3/uL
RBC 3,57 (4,5 – 5,9) 10e6/uL
HGB 6,6 (13,5 – 17,5) g/dL
HCT 22,8 (41 – 53) %
MCV 63,8 (80 – 100) fL
MCH 18,3 (26 – 34) Pg
MCHC 28,7 (31 – 36) g/dL
CHCM 30,7 (33 – 37) g/dL
RDW 22,5 (11,5 – 14,5) %
ADW 4,31 (2,2 – 3,2) g/dL
PLT 317 (140 – 450) 10e3/uL
MPV 7,8 (7,2 – 11,1) fL
LYMPH 24,5 (19 – 48) %
Diaforesis
B) DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ttd
Dx
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara Perawat
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lelah,
sesak saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
frekuensi jantung meningkat dari kondisi istirahat, tekanan darah
meningkat 150/90 mmHg dari kondisi istirahat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisikologis (iskemia) Perawat
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada disebelah kiri, pasien
mengatakan nyeri dirasakan terutama saat menarik bernafas dan
bergerak, nyeri dirasakan seperti ditekan, pasien mengatakan skala nyeri
4 (0-10) dengan durasi nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis dan
gelisah.
C) PERENCANAAN/ INTERVENSI
Hari / No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Tanggal Dx Hasil
Minggu, 12 Mei 1 SLKI : SIKI :
2019 Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan keperwatan Observasi Observasi
selama 3x24 jam diharapkan toleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 1. Kelelahan fisik menunjukan adanya
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: penurunan suplay energy pada otot
1. Keluhan lelah menurun 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 2. Mengidentifikasi pencetus kelelahan
2. Saturasi oksigen dalam rentang normal selama melakukan aktivitas
(95-100%) Terapeutik Terapeutik
3. Frekuensi nadi dalam rentang normal 1. Sediakan lingkungan yang 1. Memfasiitasi waktu
(60-100 mmHg) nyaman dan rendah stimulus istirahat klien dan untuk
4. Dispnea saat beraktivitas dan setelah (misalnya suara, cahaya, dan memperbaiki kondisi klien
beraktivitas menurun (16-20x/menit) kunjungan)
5. Tekanan darah membaik (sistolik 110- 2. Lakukan latihan rentang 2. Latihan rentang gerak
120 mmHg, diastolik 60-100 mmHg) gerak aktif/pasif dapat membantu klien dalam
melakukan aktivitas secara bertahap
3. Berikan aktivitas distraksi 3. Menciptakan kenyamanan
yang menenangkan dan lingkungan yang kondusif
4. Fasilitasi duduk di sisi untuk klien
tempat tidur, jika tidak dapat 4. Mencegah terjadinya sesak
berpindah atau berjalan nafas akibat aktivitas fisik yang
terlalu berat
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring Edukasi
1. Meningkatkan kebutuhan
2. Anjurkan melakukan istirahat klien dan mengurangi
aktivitas secara bertahap beban kerja jantung
2. Aktivitas bertahap dapat
3. Anjurkan menghubungi mencegah terjadinya sesak, dan
perawat jika tanda dan gejala peningkatan tanda-tanda vital yang
kelelahan tidak berkurang berlebihan
3. Agar tenaga kesehatan
Kolaborasi dapat mengetahui kondisi klien dan
1. Kolaborasi dengan ahli dapat memberikan tindakan segera
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan Kolaborasi
1. Nutrisi yang cukup dapat
menunjang proses penyembuhan
dan kebutuhan energy tubuh
terpenuhi
Minggu, 12 Mei 2 SLKI : SIKI
2019 ü 1. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi : Observasi
selama 1 x 24 jam, tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
1. Keluhan nyeri menurun dengan skala nyeri
3 (0-10) 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
2. Pasien tidak meringis 3. Untuk mengetahui tingkat
3. Pasien tidak gelisah 3. Identifikasi respon nyeri non verbal ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
4. Pasien tidak mengalami kesulitan tidur pasien
5. Frekuensi nadi membaik (60-100 4. Identifikasi faktor yang memperberat 4. Untuk mengurangi faktor yang dapat
x/menit) dan memperingan nyeri memperburuk nyeri yang dirasakan
6. Tekanan darah membaik (sistolik 110- 5. Monitor efek samping penggunaan klien
120 mmHg, diastolik 60-100 mmHg) analgetik 5. Untuk mengetahui reaksi obat dan alergi
terhadap penggunaan analgetik
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk 1. Agar klien dapat menggunakan teknik
mengurangi rasa nyeri(misalnya nonfarmakologi dalam memanajeme
mendengarkan musik, menonton TV) nyeri yang dirasakan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat 2. Untuk mengurangi tingkat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, ketidaknyamanan yang dirasakan klien
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Istirahat dan tidur dapat memberikan
suasana rileks bagi klien
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 4. Pemilihan strategi yang tepat dapat
dalam pemilihan strategi meredakan mengontrol nyeri yang dirasakan klien
nyeri
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Pemberian pendidikan kesehatan dapat
nyeri mengurangi tingkat kecemasan dan
membantu klien dalam membentuk
mekanisme koping terhadap rasa nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara 2. Agar klien dapat menggunakan
mandiri mekanisme koping untuk memanajemen
nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik 3. Pemberian analgetik yang tepat dapat
secara tepat membantu menurunkan intesitas nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 1. Pemberian analgetik yang tepat dapat
perlu membantu menurunkan intesitas nyeri
D) PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Hari/ No. Tindakan Keperawatan Evaluasi TTD
Tanggal/ jam Dx
Minggu/12 2 Memonitor skala nyeri yang DS: Perawat
Mei 2019 dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri
13.30 WITA yang dirasakan berkurang
skala 3 dari (skala 0-10) yang
diberikan
DO:
- Pasien nampak lebih tenang,
tidak mengerutkan dahi
ataupun nampak kesakitan
dan tidak menyentuh dada
kiri karena sakit
13. 40 WITA 1, 2 Menganjurkan DS: Perawat
teknik Pasien mengatakan lebih nyaman
nonfarmakologis dengan posisi semifowler
untuk mengurangi DO:
rasa nyeri - Pasien nampak nyaman
(memberikan posisi dengan posisi semi fowler
semi fowler pada - Saturasi oksigen 98%
pasien yang dapat - Respirasi 20x/menit
member
kenyamanan pada
kondisi pasien,
dengan posisi ini
pasien lebih mudah
dalam bernafas)
13. 50 Melakukan pemeriksaan DS : Perawat
WITA tanda-tanda vital - Pasien mengatakan nyeri dan
sesak sudah berkurang
DO :
- Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,3oC
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%
14.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WITA pemberian obat DO :
- Eradix/Merososan (1gr) - Pasien mendapatkan terapi
IV obat Eradix/Merososan IV
- Laxadine sirup (setelah (1gr)
makan) - Laxadine sirup (setelah
makan)
14.30 WITA 2 Memonitor respon DS: Perawat
non verbal pasien - Tidak ada
terhadap nyeri DO:
- Pasien nampak tenang, tidak
mengerutkan dahi, dan
mampu menunjukkan daerah
yang sakit
14.32 1, 2 Mengontrol DS: Perawat
WITA lingkungan yang - Pasien mengatakan suhu
memperberat rasa ruangan, dan pencahayaan
nyeri (mis. suhu cukup
ruangan, DO:
pencahayaan, - Suhu ruangan 18.̊C
kebisingan) - Pencahayaan ruangan pasien
Menyediakan cukup
lingkungan yang - Petugas selalu menutup
nyaman dan rendah kembali pintu kamar pasien
stimulus (misalnya agar terhindar dari kebisingan
suara, cahaya, dan yang dapat mengganggu
kunjungan) kenyaman pasien.
Selasa, , 14 Mengkolaborasikan DS : -
Mei 2019 pemberian terapi DO :
08.15 WITA obat : - Pasien mendapatkan terapi
- CPG 75 mg ( 1x1) obat dan diminum dengan
- Hapsen 2,5 mg (1x1) bantuan perawat
- Laxadine C I (2x1) - Hasil pemeriksaan tanda-
- Cardio Aspirin 1 tab tanda vital
(1x1) TD : 110/90 mmHg
N : 84 x/menit
Mengukur tanda-tanda vital S : 36,60C
pasien RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%
09.00 1 Memberikan DS :
WITA tranfusi darah - Pasien mengatakan namanya
Tn. HJ, tanggal lahir 08
Maret 1936, golongan darah :
O rh +
DO :
- Darah tampak masuk dengan
lancar 30 tpm
11.00 Mengganti cairan DS : - Perawat
WITA infus pasien DO :
- Darah tampak sudah masuk
dan infus bag tampak kosong.
Setelah diganti dengan NS
0,9% 8 tpm, cairan masuk
dengan lancer
12.00 2 Mengukur tanda- DS : - Perawat
WIT tanda vital pasien DO :
A - Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,70C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 98%
13.00 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat
pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup, setelah
makan (oral) makan (oral)
E) EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Jam No. Evaluasi Ttd
Dx
Rabu, 15 Maret 1 S: Perawat
2019 - Pasien mengatakan rasa lelah sudah berkurang
Pukul 10.00 - Pasien mengatakan saat aktivitas dan setelah
WITA aktivitas, sesak berkurang
O:
- Frekuensi jantung 84 x/menit
- Tekanan darah 130/80 mmHg
- Saturasi O2 98 %
A:
- Tujuan tercapai, masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P:
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Pertahankan kondisi pasien
Pukul 10.05 2 S: Perawat
WITA - Pasien mengatakan nyeri dada sudah tidak
dirasakan lagi, skala nyeri 1 dari (0-10) skala
yang diberikan
O:
- Pasien tampak rileks
- Pasien tidak gelisah
- Pasien tidak mengalami kesulitan tidur
- Frekuensi nadi dalam rentang normal :
86x/menit
- Tekanan darah 130/90 mmHg
A:
- Tujuan tercapai, masalah nyeri akut teratasi
P:
- Pertahankan kondisi pasien
- Anjurkan untuk meningkatkan istirahat dan
tidur
A. Kesimpulan
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar merupakan rumah sakit swasta yang
didirikan pada tahun 1987. Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar menyediakan
perawatan berupa rawat jalan dan rawat inap yang komprehensif, termasuk Unit
Perawatan Intensif dan Wing Eksekutif. Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar
memiliki beberapa spesialisasi medis dan bedah, termasuk professor dan
konsultan untuk Urologi, Nefrologi, Penyakit Tropis Infeksi, Gastroenterologi,
Bedah Digestif, Bedah Saraf, Bedah Kardiotoraks dan Vaskular, Ortopedi,
Obstetri dan Ginekologi, dan Pediatr, serta memiliki 20 fasilitas. Mahasiswa
semester VI sebanyak 15 orang mengikuti kegiatan PKL ini dari tanggal 06-25
Mei 2019.
Selama PKL ini mahasiswa menyusun 1 laporan kasus dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. HJ Dengan Unstable Angina Pectoris Di Lantai 3
Eksekutif Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar Tanggal 11 S/D 14 Mei 2019.
Pasien yang di rawat di Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar saat kami praktik
terdapat beberapa pasien yang merupakan warga negara asing. Dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing kami banyak mendapatkan
pelajaran berharga selama menjalani praktik dan memberikan pelayanan di
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar.
L. Saran
Semoga praktik kerja lapangan yang dilakukan di Rumah Sakit Surya
Husadha Denpasar maupun Rumah Sakit swasta lainnya dapat terus berjalan.
Mahasiswa yang praktik kerja lapangan di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat bekerja di
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar. Mahasiswa juga berharap lebih banyak
dilakukan persiapan sebelum praktik kerja lapangan khususnya penguasaan
bahasa asing terkait banyaknya ditemukan kendala berbahasa asing saat kami
praktik kerja lapangan di Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar, terutama dalam
bidang kesehatan sehingga mahasiswa memiliki kesiapan yang lebih untuk
berkomunikasi dengan pasien asing.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam. 2012. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(Volume 2). Jakarta: EGC