Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI RUMAH SAKIT SURYA HUSADHA DENPASAR


TAHUN 2019

OLEH :
Ni Luh Gede Yupita Astri S P07120016002
Ni Kadek Marhendrayani P07120016014
Ni Made Julia Setiawati P07120016017
Ni Made Winda Nursanti P07120016037
Putu Eka Sri Wahyuni Dharma P P07120016040
Desak Nyoman Riska K P07120016050
Luh Putu Shintya Bagaswari K P07120016056
Kadek Vina Ardiani P07120016068
Ni Luh Putu Ika Sanji R P07120016074
Putu Evi Wahyuni P07120016073
Ni Luh Putu Sariani P07120016082
Komang Risti Indriani P07120016085
Ni Ketut Wulandari P07120016100
Ni Kadek Sri Desmiari P07120016117
Kadek Lidya Mustika Wati P07120016119

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia dengan ibu kota Denpasar.
Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Secara
geografis, Bali terletak di antara Pulai Jawa dan Lombok. Mayoritas
penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Bali terkenal sebagai tujuan
pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni dan budayanya. Bali juga
dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pula Seribu Pura.
Pusat pariwisata di Bali ada pada Bali Selatan dan lokasi wisata utama
adalah Kuta dan sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, daerah timur kota
seperti sanur, pusat kota seperti Ubud, dan daerah selatan seperti Jimbaran,
Nusa Dua dan Pecatu. Saat ini, Bali juga memiliki beberapa pusat wisata
yang sarat edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang, museum tiga
dimensi, taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.
Terkait hal tersebut Bali juga sedang berbenah memajukan sektor
kesehatan untuk menarik lebih banyak wisatawan. Wisatawan secara umum
dianggap sebagai populasi penting dari sudut pandang epidemiologi karena
mobilitasnya yang tinggi, probabilitas untuk terserang penyakit atau
kecelakan di luar daerah asalnya, berisiko menularkan penyakit dari negara
asalnya ke negara lain maupun sebaliknya (Wirawan, dkk. 2017)
Dalam konteks ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kesehatan
untuk masyarakat dan juga untuk wisatawan yang jumlahnya meningkat.
Dengan demikian penyediaan fasilitas kesehatan sudah mulai dikenal dengan
salah satu bentuk pariwisata kesehatan atau medical tourism, dalam arti
pelayanan kesehatan untuk wisatawan, terutama yang mengalami kecelakaan
saat berlibur di Bali (Rosalina, dkk. 2017).
Pada hakikatnya pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal (Rosalina, dkk. 2017). Pembangunan kesehatan dan
kesejahteraan tidak akan terlepas dari peran strategis pendidikan sebagai
investasi dalam membantu menghadapi problematika kondisi kesehatan dan
kesejahteraan yang semakin kompleks.
Pendidikan tenaga kesehatan dituntut agar mampu menyediakan sumber
daya manusia yang professional, memiliki kemampuan untuk bekerja secara
mandiri, mampu mengembangkan diri dan beretika serta dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang berkualitas sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi.
Tenaga profesi keperawatan merupakan bagian integral dari system
pelayanan kesehatan nasional yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Sebagai institusi Pendidikan, Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan berkewajiban untuk menyiapkan peserta didik yang
kompeten dibidang kognitif, afektif, psikomotor, berwawasan Internasional
serta mampu bersaing di era pasar kerja global.
Disamping itu dalam rangka menunjang wisata kesehatan yang di
prakarsai oleh Menteri Kesehatan dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dalam konfensi International Health Tourism Tahun 2012.
Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikan konsep dan prinsip
praktik keperawatan bertaraf internasional yang di pelajari dikelas dan di
laboratorium. Pembelajaran di lapangan difokuskan pada pengalaman belajar
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai
kelompok unsur yang mengalami berbagai gangguan kesehatan biologis,
fisiologis, psikologis dan spiritual serta mengembangkan soft skill pada
pelayanan kesehatan yang bertaraf Internasional.
Dalam upaya mengembangkan kemampuan dan memperluas wawasan
mahasiswa tersebut, maka dilaksanakan kerja lapangan khususnya di unit/
intitusi pelayanan kesehatan yang bertaraf Internasional baik milik
pemerintah maupun swasta yang berada di daerah Bali. Adapun beberapa
rumah sakit yang bertaraf Internasional yaitu Bali Royal Hospital, Siloam
Hospital, Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Rumah Sakit BIMC
Kuta, dan salah satunya Rumah Sakit Surya Husadha.
Rumah Sakit Surya Husadha menyediakan pelayanan yang paripurna
dan terpadu termasuk unit pelayanan eksekutif. Unit pelayanan eksekutif
merupakan salah satu fasilitas unggulan yang menjamin setiap pasien dilayani
dengan fasilitas premiun. Keunggulan pelayanan eksekutif dirancang untuk
memberikan ketenagaan yang mengedepankan privasi pasien. Unit eksekutif
terdiri dari pelayanan poli spesialis dan umum, serta fasilitas rawat inap
dilengkapi dengan fasilitas yang istimewa dan mewah, english speaking staff
dan japanese translator.

B. Tujuan Prktik Kerja Lapangan


1. Tujuan Umum
Setelah selesai praktik mahasiswa mampu meberikan asuhan
keperawatan pada pasien berbagai kelompok umur yang mengalami berbagai
gangguan kesehatan fisiologis, psikologis dan spiritual berdasarkan prinsip
altruistik pada klien domestik maupun klien asing.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan.
b. Mampu merumuskan diagnosis keperawatan.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan.
f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan secara lisan maupun tulisan
dengan Bahasa Internasional (Bahasa Inggris).
g. Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan baik Nasional maupun
Internasional.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan dapat memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk mempraktikan konsep dan prinsip praktik keperawatan
bertaraf Internasional yang telah dipelajari di kelas dan di laboratorium.
Pemebelajaran dilapangan difokuskn pada pengalaman belajar dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan berbagai kelompok umur
yang mengalami gangguan kesehatan biologis, fisiologis, psikologis dan
spiritual serta mengembangkan soft skill pada pelayanan kesehatan yang
bertaraf internasional.
BAB II
PERSIAPAN

A. Persiapan Tempat
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar merupakan salah satu rumah sakit
swasta di Bali yang berdiri pada tanggal 24 Februari 1987. Rumah Sakit Surya
Husadha Denpasar yang terletak di Kota Denpasar Provinsi Bali terus
berkembang dan pada tahun 2002 telah menjadi PT Surya Husadha. Rumah
sakit yang berjalan dengan motto ”Melayani dengan Hati” menyediakan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang komprehensif, termasuk juga
pelayanan unit perawatan intensif, Wing Eksekutif serta keunggulan lainnya.
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar memiliki beberapa spesialisasi
medis dan bedah, profesor dan konsultan untuk urologi, nefrologi, penyakit
tropis infeksi,gastroenterologi, bedah digestif, bedah saraf, bedah kardiotoraks
dan vaskular, ortopedi, obstetri dan ginekologi, serta pediatri. Selain itu yang
menjadi unggulan dari Rumah Sakit Surya Husadha adalah Interated Renal
Unit yaitu Urologi, ESWL, Hemodialisasi, CT-Scan dan unggulan lainnya.
Seluruh pegawai Rumah Sakit Surya Husadha selalu memberikan
pelayanan yang exellence yaitu berorientasi keunggulan dan memberikan
pelayanan yang terbaik. Sejak tahun 2015, Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar telah diakreditasi oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).
Dalam hal memberikan pelayanan, Rumah Sakit Surya Husadha selalu
memberikan perawatan medis sesuai SPO (standar prosedur operasional) untuk
menjamin keselamatan pasien dan mutu dari pelayanan yang diberikan.
1. Fasilitas Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar
a. Ruang Gawat Darurat 24 jam
b. Pelayanan Ambulans 24 Jam
c. Memfasilitasi evakuasi medis
d. Wings Eksekutif
e. Klinik rawat jalan eksekutif
f. Ruang bangsal
g. Bangsal bersalin
h. Klinik dokter umum
i. Klinik rawat jalan khusus
j. Klinik Gigi
k. ICU (Intensive Care Unit), ICCU (intensive coronary care unit), HCU (High
Care Unit), PICU (pediatric intensive care unit) NICU (Neonatal Intensive
care unit)
l. Teater Operasi , C-Arm
m. Departemen patologi dan laboratorium
n. Departemen Radiologi (CT-Scan 128 Slice, Angiography, Cardiac-CT, X-Ray,
Ultrasonografy)
o. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), Ureteroscopic
Lithotripsy(URS)
p. Pusat Dialisis (Hemodialisis, CAPD(Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis))
q. Endoskopi, kolonoskopi
r. Treadmill, Echocardiography
s. Staf Bahasa Inggris
t. Penerjemah Bahasa Jepang

D. Rencana Kegiatan
Sebelum pelaksanaan PKL Internasional terdapat beberapa kegiatan yang
diikuti oleh Mahasiswa dalam serangkaian kegiatan PKL ini, yaitu :
1. Menghadiri dan mengikuti pembekalan praktik di Kampus Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar pada tanggal 29 April 2019
2. Menghadiri pembukaan praktik di Kampus Jurusan Keperawatan Poltekkes
Denpasar pada tanggal 02 Mei 2019
3. Menghadiri dan mengikuti pembekalan praktik di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar pada tanggal 06 Mei 2019
4. Praktik Kerja Lapangan Internasional tanggal 06 Mei-25 Mei 2019
5. Penutupan Praktik dan Seminar kasus di Kampus Jurusan Keperawatan
Poltekkes Denpasar tanggal 24 Mei 2019
E. Persiapan Mahasiswa
Sebelum dimulainya kegiatan PKL Internasional, Mahasiswa diberikan
berbagai materi pembekalan terkait praktik yang akan dilaksanakan, sehingga
mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
1. Persiapan Mahasiswa di Kampus
Mahasiswa dibekali dengan ilmu keperawatan Lintas Budaya, pembekalan
materi PKL berlangsung 1 hari pada tanggal 29 April yang disampaikan oleh
beberapa rumah sakit yang akan dituju sebagai tempat praktik. Beberapa materi
yang disampaikan diantaranya yaitu profil masing-masing rumah sakit dan klinik
tempat melaksanakan PKL, manajemen pelayanan di Rumah Sakit Internasional,
cara berkomunikasi dengan pelanggan. Setelah dilaksanakan pembekalan,
dilaksanakan pembukaan Praktik Kerja Lapangan Internasional pada tanggal 02
Mei 2019 secara resmi oleh Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar di Kampus
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Pada hari pembukaan
perwakilan CI dari Rumah Sakit Surya Husadha hadir dan ikut serta dalam
pembukaan serta serah terima mahasiswa PKL. Praktik Kerja Lapangan
Internasional ini dilaksanakan pada tanggal 06 Mei sampai dengan 25 Mei 2019.
Mahasiswa yang praktik di Rumah Sakit Surya Husadha sebanyak 15 orang atas
nama :
1. Ni Luh Gede Yupita Astri Suryandari
2. Ni Kadek Marhendrayani
3. Ni Made Julia Setiawati
4. Ni Made Winda Nursanti
5. Putu Eka Sri Wahyuni Dharma Padmi
6. Desak Nyoman Riska K
7. Luh Putu Shintya Bagaswari K
8. Kadek Vina Ardiani
9. Ni Luh Putu Ika Sanji R
10. Putu Evi Wahyuni
11. Ni Luh Putu Sariani
12. Komang Risti Indriani
13. Ni Ketut Wulandari
14. Ni Kadek Sri Desmiari
15. Kadek Lidya Mustika Wati
Adapun beberapa kegiatan yang sudah diikuti sebelum mengikuti kegiatan
PKL Internasional selain pembekalan di Kampus Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Denpasar dan pembekalan di Rumah Sakit Surya Husadha bersama
dengan mahasiswa dari STIKES Wira Medika Bali dari pukul 08.00-17.00 WITA,
termasuk juga pembagian seragam dan nametag untuk PKL di Rumah Sakit Surya
Husadha disela-sela pembekalan. Setelah pembekalan selesai dilaksanakan,
mahasiswa diajak melakukan orientasi ke ruangan tempat melaksanakan Praktik
yaitu Ruangan Eksekutif lantai 2 (Gambuh C), lantai 3 (Gambuh B), dan lantai 4
(Gambuh A). Selain kegiatan pembekalan, persiapan lain yang dilakukan untuk
mengikuti PKL Internasional yaitu dengan pembagian kelompok praktik. Selama
praktik 15 mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari lima orang
di masing-masing kelompok. Setiap kelompok menyiapkan jadwal shift dan daftar
hadir. Mahasiswa dibagi menjadi shift pagi, sore dan malam. Kelompok-
kelompok ini akan dirolling setiap satu minggu sekali di tiga ruangan eksekutif
tersebut.
Selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Internasional mahasiswa
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk membuat laporan dari masing- masing
rumah sakit yang terdiri dari BAB I sampai BAB IV termasuk juga dalamnya
laporan kasus berupa Asuhan Keperawatan.
BAB III
HASIL

Berdasarkan hasil praktik yang kami lakukan di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar, kami mendapatkan sebuah kasus angina pectoris pada Tn. HJ di Ruang
Gambuh B lantai 3 eksekutif. Laporan kasus ini terdiri atas laporan pendahuluan
mengenai konsep penyakit angina pectoris dan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada 12 Mei
2019 sampai dengan 15 Mei 2019.
A. Asuhan Keperawatan Kasus (Satu Kasus)
1. Laporan Pendahuluan dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Angina Pectoris
a. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa
berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul
pada waktu aktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti (Wijaya &
Putri, 2013).
Angina pektoris adalah suatu  sindrom yang ditandai dengan rasa
tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang
berkaitan, disebabkan oleh iskemia miokard tetapi tidak sampai terjadi
kematian jaringan (Kasron, 2012).
Angina pektoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu
perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan
oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh bertanya kerja
jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan
emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri
menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat
memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi
kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri (Kasron, 2012).
b. Klasifikasi
1) Stable angina
Stable angina juga disebut angina klasik yang terjadi sewaktu arteri
koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan
aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja
jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolah raga, naik tangga
atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang apabila
individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. Durasi nyeri pada
angina jenis ini yaitu 3-15 menit.
2) Angina variant (prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada
kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat dan berhubungan dengan
risiko tinggi terjadinya infark. Pada angina ini, suatu arteri koroner
mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang
tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa
walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan
lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif
memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi
arteri koroner.
Sakit dada atau nyeri sering dirasakan dan timbul pada waktu istirahat.
Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh jantung aterosklerotik. EKG
menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi infark
miokard akut dan dapat terjadi aritmia.
3) Unstable angina
Unstable angina adalah kombinasi dari stable angina dan angina
variant. Jenis angina ini merupakan jenis angina yang sangat berbahaya
dan membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan
penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung. Hal ini terjadi akibat aterosklerosis
koroner yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang
dikeluarkan oleh trombosit tertarik ke area yang mengalami kerusakan.
Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan
angina tidak stabil meningkat dan individu berisiko mengalami kerusakan
jantuk irreversible.
Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia)
khususnya jika individu memiliki penyempitan arteri coroner sebelumnya.
Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak menurun dengan minum
obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard
pada sindrom koroner akut. Durasi serangan pada unstable angina timbul
lebih lama dari nyeri dada stabel.
c. Manifestasi klinik
Kekurangan oksigen otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan
derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri
hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri
sangat terasa pada daerah dibelakang tulang dada atas atau tulang dada
ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi,
namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek
dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak,
tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di
lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri.
Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor
presipitasinya dihilangkan.
Tidak semua penderita kekurangan oksigen mengalami angina.
Kekurangan oksigen yang tidak disertai dengan angina disebut silent
ischemia. Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau
rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
Tanda dan gejala angina pectoris yaitu:
a) Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah interskapula atau lengan kiri.
b) Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c) Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
d) Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e) Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, sakit kepala.
f) Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g) Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
d. Etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh
jantung. Menurut Kasron (2012), etiologi dari angina pectoris, adalah
sebagai berikut :
1) Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
a) Arteriosklerosis
b) Spasme arteri pembuluh jantung
c) Anemia
d) Artritis
e) Aorta insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta),
regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta).
f) Stenosis subaortik hipertrofik
g) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-
tiba)
2) Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
Dapat diubah (dimodifikasi)
a) Diet (hyperlipidemia)
b) Rokok
c) Hipertensi
d) Stress
e) Obesitas
f) Kurang aktivitas
g) Diabetes mellitus
h) Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Ras
d) Herediter
3) Faktor pencetus serangan angina
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
a) Emosi
b) Stress
c) Kerja fisik terlalu berat
d) Hawa terlalu panas dan lembab
e) Terlalu kenyang
f) Banyak perokok
e. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis coroner). Aterosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis dimulai ketika
kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini
dinamakan atheroma atau plak yang akan mengganggu absorbsi nutrient
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah
dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin
sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal
ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler oleh
penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering
aterosklerosis.
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah
dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami
kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Adanya endotel
yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi Nitrat oksido yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul
spasmus coroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai
oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta
dipicu dengan aktivitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi
adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam
laktat nyeri akan reda (Price & Wilson, 2006).
A. Pathway

Arteroklerosis Pajanan terhadap


Stress Latihan fisik
Spasme pembuluh dingin

Kebutuhan jantung Aliran O2


Adrenalin
meningkat meningkat meningkat
Vasokontriksi

Aliran O2 arteri Jantung


koronaria kekuranngan O2 Aliran O2 ke
meningkat jantung menurun

Kontraksi otot Iskemia otot Suplay O2 ke


jantung Nyeri akut
jantung
seluruh tubuh
Perlu menghindari menurun
Takut mati komplikasi
Penurunan curah
jantung Kebutuhan energy
Diperlukan sel menurun
Kecemasan pengetahuan tinggi

Intoleransi
Defisit aktivitas
pengetahuan
Sumber : Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
f. Pemerikasan penunjang
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam (2012)
dan Karson (2012), pemeriksaan penunjang yang diindikasikan untuk
pasien dengan angina pectoris adalah sebagai berikut :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun
stratifikasi risiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang
baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T
negative juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan
gelombang ST dan T yang non spesifik seperti depresi segmen ST kurang
dari 0,5 mm dan gelombang T negative kurang dari 2 mm, tidak spesifik
untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak
stabil 4% mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga
normal.
2) Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis
angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan
faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi mitral dan abdominalis gerakan
dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik.
3) Foto rontgen dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar
dan kadang-kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta (Kasron, 2012).
4) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pectoris.  Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark
miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK,
SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut
sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah
seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk
menemukan faktor risiko seperti hyperlipidemia dan pemeriksaan gula
darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga
merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris (Kasron, 2012).
5) Uji latihan jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG sering kali masih normal,
maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut
dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan
dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai
kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di
monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap
positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada
waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen
ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka
kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di tempat
yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut
(Kasron, 2012).
6) Thallium exercise myocardial imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensitifitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali normal. Bila ada kekurangan oksigen maka akan tampak
cold spot pada daerah yang menderita kekurangan oksigen pada waktu
latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksan ini juga
menunjukkan bagian otot jantung yang menderita kekurangan oksigen
(Kasron, 2012).
g. Penatalaksanaan medis
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris:
1) Mencegah terjadinya infark miokard dan kematian jaringan, dengan
demikian meningkatkan kuantitas hidup.
2) Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan
pemberian oksigen (dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung)
dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung)
(Smeltzer & Bare, 2002).
a) Terapi non farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok, karena
merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga
memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan
berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk
menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi
pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontrasepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
b) Terapi farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia.
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan control terhadap
factor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasty koroner
transluminal perkutan (PTCA= percutaneous transluminal coronary
angioplasty) dan biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan
pembedahan.
c) Penyekat beta-adrenergik
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
d) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, di samping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan
volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan
nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk
mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8-12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
adalah: amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin. Nitrogliserin
biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong
bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
e) Kalsium antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui
saluran kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan
relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah
amlodipin, berpridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
h. Komplikasi
Menurut Wida Jaya Udijanti (2010), komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari penyakit unstable angina pectoris (UAP), antara lain :
1) Infark miokard
2) Aritmia
3) Payah jantung
4) Syok kardiogenik
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
status, tanggal MRS dan tanggal pengkajian.
b. Alasan dirawat
Alasan dirawat dijelaskan kronologi mulai dari pasien mengalami keluhan
meliputi tanggal dan waktu sampai dengan pasien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat jesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu dijelaskan apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama atau penyakit penyerta lainnya.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang dijelaskan bagaimana keluhan yang dirasakan
sekarang sehingga pasien dan keluarga memutuskan untuk ke rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dijelaskan apakah pasien memiliki riyawat
penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
keturunan lainnya.
d. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi/pernapasan,
dan SpO2.
e. Pengkajian fokus SDKI
1 Nyeri Akut
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh nyeri Tekanan darah meningkat
Tampak meringis Pola napas berubah
Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi Nafsu makan berubah
menghindari nyeri)
Gelisah Proses berfikir terganggu
Frekuensi nadi meningkat Menarik diri
Sulit tidur Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis

2 Intoleransi Aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh lelah Dispnea saat/setelah aktivitas
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
kondisi istirahat Merasa lemah
Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis
3 Penurunan Curah Jantung

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


1) Perubahan irama jantung 1) Perubahan preload (tidak tersedia)
a) Palpitasi
2) Perubahan preload 2) Perubahan afterload (tidak tersedia)
a) Lelah
3) Perubahan afterload 3) Perubahan kontraktilitas (tidak
a) Dispnea tersedia)
4) Perubahan kontraktilitas 4) Perilaku/ emosional
a) Paroxymal Nocturnal a) Cemas
Dyspnea (PND) b) Gelisah
b) Ortopnea
c) Batuk
5) Perubahan irama jantung 5) Perubahan preload
a) Bradikardia/ takikardia a) Murmur jantung
b) Gambaran EKG aritmia b) Berat badan bertambah
atau gangguan konduksi c) Pulmonary Artery Wedge Pressure
(PAWP) menurun
6) Perubahan preload 6) Perubahan afterload
a) Edema a) Pulmonary vascular resistance
b) Distensi vena jugularis (PVR)
c) Central venous pressure b) Systematic vascular
(CVP) meningkat/menurun
d) Hepatomegali
7) Perubahan afterload 7) Perubahan kontraktilitas
a) Tekanan darah a) Cardiac index (CI) menurun
meningkat/menurun b) Left ventricular stroke work index
b) Nadi perifer teraba lemah (LVSWI) menurun
c) Capillary refill time > 3 c) Stroke volume index (SVI)
detik menurun
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan/
atau sianosis
8) Perubahan kontraktilitas
a) Terdengar suara jantung
S3 dan/ atau S4
b) Ejection fraction (EF)
menurun

4 Ansietas

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Merasa bingung Mengeluh pusing
Anoreksia
Merasa khawatir dengan akibat dari Palpitasi
kondisi yang dihadapi Merasa tidak berdaya
Sulit berkonsentrasi Frekuensi napas meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Tampak gelisah Tekanan darah meningkat
Diaforesis
Tampak tegang Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Sulit tidur Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada masa lalu

5 Defisit Pengetahuan

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Menanyakan masalah yang dihadapi Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.
Menunjukkan persepsi yang keliru apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)
terhadap masalah

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri akut b.d. agen pencederan fisiologis (iskemia)
2. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4. Kecemasan b.d kematian
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut b.d. SLKI : SIKI
agen pencederanü 1. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri
fisiologis Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
(iskemia) selama 1 x 24 jam, tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Pasien tidak meringis 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Pasien tidak gelisah 4. Identifikasi faktor yang memperberat
4. Pasien tidak mengalami kesulitan dan memperingan nyeri
tidur 5. Monitor efek samping penggunaan
5. Frekuensi nadi membaik (60-100 analgetik
x/menit) Terapeutik
6. Tekanan darah membaik (sistolik 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
110-120 mmHg, diastolic 60-100 mengurangi rasa nyeri (misalnya
mmHg) mendengarkan musik, menonton TV)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3.Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Penurunan curah SLKI : §  SIKI :
jantung b.d. 1. Curah Jantung a. Perawatan Jantung
perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
kontraktilitas selama 3 x 24 jam, curah jantung 1. Identifikasi tanda/gejala primer
meningkat dengan kriteria hasil : penurunan curah jantung (meliputi
1. Kekuatan nadi perifer meningkat dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,
(60-100 x/menit) paroxysmal nocturnal dyspnea,
2. Tekanan darah membaik (sistolik peningkatan CVP)
110-120 mmHg, diastolic 60-100 2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder
mmHg) penurunan curah jantung (meliputi
3. Saturasi O2 membaik (95-100%) peningkatan berat badan, hepatoegali,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
6. Monitor EKG 12 sadapan
7. Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
Terapeutik
1. Posisikan pasiem semin-Fowler atau
Fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi untuk
mengatasi stress, jika perlu
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

b. Perawatan Jantung Akut


Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri dada
(meliputi faktor pemicu dan Pereda,
kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi
dan frekuensi)
2. Monitor EKG 12 sadapan untuk
perubahan ST dan T
3. Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan risiko aritmia
(mis.kalium, magnesium serum)
Terapeutik
1. Pertahankan tirah baring minimal 12
jam
2. Pasang askses intravena
3. Puasakan hingga bebas nyeri
4. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan nyeri
5. Sediakan lingkungan yang kondusif
untuk beristirahat dan penulihan
6. Siapkan menjalani intervensi koroner
perkutan, jika perlu
7. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi
1. Anjurkan segera melaporkan nyeri
dada
2. Anjurkan menghindari maneuver
valsava (mis. Mengedan saat BAB dan
batuk)
3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
4. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan
dan ketakutan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian antianginal (mis.
Nitrogliserin, beta blocker, calcium
channel blocker)
3. Kolaborasi pemberian morfin, jika
perlu
4. Kolaborasi pemberian inotropic, jika
perlu
5. Kolabolasi pemberian obat untuk
mencegah maneuver valsava (mis.
Pelunak tinja, antiemetic)
6. Kolaborasi pencegahan thrombus
dengan antikoagulan, jika perlu
7. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada,
jika perlu
3 Intoleransi SLKI : SIKI :
aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan keperwatan Observasi
an antara suplai selama 3x24 jam diharapkan toleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
dan kebutuhan aktivitas meningkat dengan kriteria 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
oksigen hasil: selama melakukan aktivitas
1. Keluhan lelah menurun Terapeutik
2. Saturasi oksigen dalam rentang 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
normal (95-100%) rendah stimulus (misalnya suara,
3. Frekuensi nadi dalam rentang cahaya, dan kunjungan)
normal (60-100 mmHg) 2. Lakukan latihan rentang gerak
4. Dispnea saat beraktivitas dan aktif/pasif
setelah beraktivitas menurun (16- 3. Berikan aktivitas distraksi yang
20x/menit) menenangkan
5. Tekanan darah membaik (sistolik 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
110-120 mmHg, diastolik 60-100 tidak dapat berpindah atau berjalan
mmHg) Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4 Ansietas b.d SLKI : SIKI :
kematian a. Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 20 menit 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
diharapkan tingkat ansietasmenurun berubah
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda – tanda ansietas
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi Terapeutik
yang dihadapi menurun (skala 5) 1. Dengarkan pasien dengan penuh
2. Perilaku gelisah cukup menurun perhatian saat bicara
(skala 4) 2. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
3. Perilaku tegang cukup menurun memicu cemas
( skala 4) 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
1. Latih teknik relaksasi napas dalam
2. Latih kegiatan pengalihan yang
mengurangi ketegangan
3. Informasikan secara actual mengenai
diagnosis , pengobatan dan prognosis
5 Defisit SLKI : SIKI:
pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan keperwatan Observasi:
informasi selama 1x20 menit diharapkan pasien 1. Identifikai kesiapan dan kemampuan
mampu mengerti dengan keadaannya menerima informasi
saat ini dengan criteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Pasien mampu menjelaskan meningkatkan dan menurunka otivasi
pengetahuan tentang suatu topic perilaku hidup bersih dan sehat
2. Pasien mampu menggambarkan Terapiutik:
pengalaman sebelumnya yang 1. Sediakan materi dan media pendidikan
sesuai dengan topic kesehatan
3. Ajarkan pasien perilaku sesuai 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
dengan pengetahuan Edukasi:
1. Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus
yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah,
ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assesment, planning). Adapun komponen SOAP yaitu S
(subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan diberikan, O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah
tindakan dilakukan, A (assesment) adalah membandingkan antara informasi
subjektif dan objektif, P (planing) adalah rencana keperawatan lanjutan yang
akan dilakukan berdasarkan hasil analisis.

3. Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn.H J Dengan Unstable Angina Pectoris


di Lantai 3 Eksekutif Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar Tanggal 12 S/D
15 Mei 2019
A) PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.HJ
Umur : 83 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal MRS : 11 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2019
2. Alasan Dirawat
Pasien datang ke rumah sakit mengeluh nyeri di dada kiri, pasien
mengatakan merasakan nyeri dari dua hari yang lalu. Pada Kamis, 9 Mei 2019
pukul 21.00 WITA nyeri semakin hebat dan pada Sabtu, 11 Mei 2019 sekitar
pukul 03.00 WITA nyeri tidak tertahankan. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada saat menarik nafas dan bergerak, akhirnya keluarga pasien
membawa pasien ke RS Surya Husadha. Sampai di Rumah Sakit Surya
Husadha pasien ditangani oleh dokter di Poliklinik Eksekutif lalu pasien di
pindahkan ke ICU pada tanggal 11 Mei 2019 sekitar pukul 05.30 WITA dan
pasien di sarankan untuk rawat inap dan di rawat di lantai tiga eksekutif mulai
tanggal 12 Mei 2019 pukul 13.00 WITA

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan diagnosa yang
sama di luar negeri.pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti gagal
ginjal, diabetes.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada disebelah kiri dirasakan sejak tanggal 9 Mei
2019, pasien tampak gelisah dan pasien mengatakan mengeluh nyeri dada
sebelah kiri.
P : Bergerak dan menarik nafas
Q : Seperti ditekan dan ditusuk
R : Nyeri dada kiri
S : Skala nyeri 4 dari interval 0 – 10 (ganti)
T : Durasi nyeri hilang timbul
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
hipertensi,diabetes, gagal ginjal.
4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg (kondisi istirahat)
Nadi : 78 x / menit (kondisi istirahat)
Suhu : 360C
Respirasi : 20 x/menit
Sp O2 : 99 %
Skala nyeri : Skala nyeri 4 dari interval (0-10)

5. Data Penunjang
a) Data Laboratorium
TEST RESULT ABN NORMALS UNIT
WBC 5,97 (4,1 – 11) 10e3/uL
RBC 3,57 (4,5 – 5,9) 10e6/uL
HGB 6,6 (13,5 – 17,5) g/dL
HCT 22,8 (41 – 53) %
MCV 63,8 (80 – 100) fL
MCH 18,3 (26 – 34) Pg
MCHC 28,7 (31 – 36) g/dL
CHCM 30,7 (33 – 37) g/dL
RDW 22,5 (11,5 – 14,5) %
ADW 4,31 (2,2 – 3,2) g/dL
PLT 317 (140 – 450) 10e3/uL
MPV 7,8 (7,2 – 11,1) fL
LYMPH 24,5 (19 – 48) %

b) Hasil Elektro Kardiografi (EKG)


Keterangan :
Sinus bradycardia with premature atrial complexes.
Moderate voltage criteria for LVH, may be normal variant
Nonspecific ST and T wave abnormality
Abnormal ECG
c) Catatan Konsultasi Gizi
Diet khusus : Diet jantung 2000 Calori.
d) Obat-Obatan yang Didapat
CPG/Clopidogrel 1 x 75 (07)
Hapsen 1 x 2,5 Mg (07)
Lipitor 1 x 40 Mg
Laxadine 3 x C I 07*
Diviti 1 x 2,5 (12)* Inj Ke-2
Cardio Aspirin 1 x 1 tab
Zypraz 1 x 0,25 Mg
Nitroca Retart 2 x 1 tab
Pantopum 2 x 40 Mg 05*
Obat Campur Sesak 07*
Duodart 1 x 1 Tab 13
Xarelto 1 x 1 tab 13
Eradix 2 x 1 Gram 14
6. Pengkajian Fokus
a) Aktivitas dan Istirahat
1 Intoleransi Aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh lelah √ Dispnea saat/setelah aktivitas √
Frekuensi jantung meningkat > 20% dari √ Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas √
kondisi istirahat Merasa lemah
Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis

b) Nyeri dan Kenyamanan


2 Nyeri Akut

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor

Mengeluh nyeri √ Tekanan darah meningkat

Tampak meringis √ Pola napas berubah

Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi Nafsu makan berubah


menghindari nyeri)

Gelisah √ Proses berfikir terganggu


Frekuensi nadi meningkat Menarik diri

Sulit tidur Berfokus pada diri sendiri

Diaforesis

B) DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ttd
Dx
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara Perawat
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lelah,
sesak saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
frekuensi jantung meningkat dari kondisi istirahat, tekanan darah
meningkat 150/90 mmHg dari kondisi istirahat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisikologis (iskemia) Perawat
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada disebelah kiri, pasien
mengatakan nyeri dirasakan terutama saat menarik bernafas dan
bergerak, nyeri dirasakan seperti ditekan, pasien mengatakan skala nyeri
4 (0-10) dengan durasi nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis dan
gelisah.
C) PERENCANAAN/ INTERVENSI
Hari / No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Tanggal Dx Hasil
Minggu, 12 Mei 1 SLKI : SIKI :
2019 Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Setelah dilakukan tindakan keperwatan Observasi Observasi
selama 3x24 jam diharapkan toleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 1. Kelelahan fisik menunjukan adanya
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: penurunan suplay energy pada otot
1. Keluhan lelah menurun 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 2. Mengidentifikasi pencetus kelelahan
2. Saturasi oksigen dalam rentang normal selama melakukan aktivitas
(95-100%) Terapeutik Terapeutik
3. Frekuensi nadi dalam rentang normal 1. Sediakan lingkungan yang 1. Memfasiitasi waktu
(60-100 mmHg) nyaman dan rendah stimulus istirahat klien dan untuk
4. Dispnea saat beraktivitas dan setelah (misalnya suara, cahaya, dan memperbaiki kondisi klien
beraktivitas menurun (16-20x/menit) kunjungan)
5. Tekanan darah membaik (sistolik 110- 2. Lakukan latihan rentang 2. Latihan rentang gerak
120 mmHg, diastolik 60-100 mmHg) gerak aktif/pasif dapat membantu klien dalam
melakukan aktivitas secara bertahap
3. Berikan aktivitas distraksi 3. Menciptakan kenyamanan
yang menenangkan dan lingkungan yang kondusif
4. Fasilitasi duduk di sisi untuk klien
tempat tidur, jika tidak dapat 4. Mencegah terjadinya sesak
berpindah atau berjalan nafas akibat aktivitas fisik yang
terlalu berat
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring Edukasi
1. Meningkatkan kebutuhan
2. Anjurkan melakukan istirahat klien dan mengurangi
aktivitas secara bertahap beban kerja jantung
2. Aktivitas bertahap dapat
3. Anjurkan menghubungi mencegah terjadinya sesak, dan
perawat jika tanda dan gejala peningkatan tanda-tanda vital yang
kelelahan tidak berkurang berlebihan
3. Agar tenaga kesehatan
Kolaborasi dapat mengetahui kondisi klien dan
1. Kolaborasi dengan ahli dapat memberikan tindakan segera
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan Kolaborasi
1. Nutrisi yang cukup dapat
menunjang proses penyembuhan
dan kebutuhan energy tubuh
terpenuhi
Minggu, 12 Mei 2 SLKI : SIKI
2019 ü 1. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi : Observasi
selama 1 x 24 jam, tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
1. Keluhan nyeri menurun dengan skala nyeri
3 (0-10) 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
2. Pasien tidak meringis 3. Untuk mengetahui tingkat
3. Pasien tidak gelisah 3. Identifikasi respon nyeri non verbal ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
4. Pasien tidak mengalami kesulitan tidur pasien
5. Frekuensi nadi membaik (60-100 4. Identifikasi faktor yang memperberat 4. Untuk mengurangi faktor yang dapat
x/menit) dan memperingan nyeri memperburuk nyeri yang dirasakan
6. Tekanan darah membaik (sistolik 110- 5. Monitor efek samping penggunaan klien
120 mmHg, diastolik 60-100 mmHg) analgetik 5. Untuk mengetahui reaksi obat dan alergi
terhadap penggunaan analgetik
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk 1. Agar klien dapat menggunakan teknik
mengurangi rasa nyeri(misalnya nonfarmakologi dalam memanajeme
mendengarkan musik, menonton TV) nyeri yang dirasakan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat 2. Untuk mengurangi tingkat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, ketidaknyamanan yang dirasakan klien
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Istirahat dan tidur dapat memberikan
suasana rileks bagi klien
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 4. Pemilihan strategi yang tepat dapat
dalam pemilihan strategi meredakan mengontrol nyeri yang dirasakan klien
nyeri

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Pemberian pendidikan kesehatan dapat
nyeri mengurangi tingkat kecemasan dan
membantu klien dalam membentuk
mekanisme koping terhadap rasa nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara 2. Agar klien dapat menggunakan
mandiri mekanisme koping untuk memanajemen
nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik 3. Pemberian analgetik yang tepat dapat
secara tepat membantu menurunkan intesitas nyeri

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 1. Pemberian analgetik yang tepat dapat
perlu membantu menurunkan intesitas nyeri
D) PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Hari/ No. Tindakan Keperawatan Evaluasi TTD
Tanggal/ jam Dx
Minggu/12 2 Memonitor skala nyeri yang DS: Perawat
Mei 2019 dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri
13.30 WITA yang dirasakan berkurang
skala 3 dari (skala 0-10) yang
diberikan
DO:
- Pasien nampak lebih tenang,
tidak mengerutkan dahi
ataupun nampak kesakitan
dan tidak menyentuh dada
kiri karena sakit
13. 40 WITA 1, 2 Menganjurkan DS: Perawat
teknik Pasien mengatakan lebih nyaman
nonfarmakologis dengan posisi semifowler
untuk mengurangi DO:
rasa nyeri - Pasien nampak nyaman
(memberikan posisi dengan posisi semi fowler
semi fowler pada - Saturasi oksigen 98%
pasien yang dapat - Respirasi 20x/menit
member
kenyamanan pada
kondisi pasien,
dengan posisi ini
pasien lebih mudah
dalam bernafas)
13. 50 Melakukan pemeriksaan DS : Perawat
WITA tanda-tanda vital - Pasien mengatakan nyeri dan
sesak sudah berkurang
DO :
- Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,3oC
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%
14.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WITA pemberian obat DO :
- Eradix/Merososan (1gr) - Pasien mendapatkan terapi
IV obat Eradix/Merososan IV
- Laxadine sirup (setelah (1gr)
makan) - Laxadine sirup (setelah
makan)
14.30 WITA 2 Memonitor respon DS: Perawat
non verbal pasien - Tidak ada
terhadap nyeri DO:
- Pasien nampak tenang, tidak
mengerutkan dahi, dan
mampu menunjukkan daerah
yang sakit
14.32 1, 2 Mengontrol DS: Perawat
WITA lingkungan yang - Pasien mengatakan suhu
memperberat rasa ruangan, dan pencahayaan
nyeri (mis. suhu cukup
ruangan, DO:
pencahayaan, - Suhu ruangan 18.̊C
kebisingan) - Pencahayaan ruangan pasien
Menyediakan cukup
lingkungan yang - Petugas selalu menutup
nyaman dan rendah kembali pintu kamar pasien
stimulus (misalnya agar terhindar dari kebisingan
suara, cahaya, dan yang dapat mengganggu
kunjungan) kenyaman pasien.

15.30 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat


pemberian obat : DO :
- Lasix (premed), 1 amp, - Pasien mendapat asix
IV (premed), 1 amp, IV
- Tidak ada reaksi alergi
terhadap obat
16.00 WITA 1 Memonitor lokasi DS : Perawat
dan - Pasien mengatakan jantung
ketidaknyamanan berderbar setelah melakukan
selama melakukan aktivitas dan nafas sesak
aktivitas DO :
- N : 100 x/menit
- Sp O2 : 95%
16.30 WITA 1 Memfasilitasi duduk DS : - Perawat
di sisi tempat tidur DO :
- Pasien mampu duduk di sisi
tempat tidur selama kurang
lebih 10 menit
16.40 WITA 1 Menganjurkan DS : Perawat
melakukan aktivitas - Pasien mengatakan akan
secara bertahap melakukan aktivitas secara
bertahap
DO :
- Pasien tampak melakukan
mobilisasi dari tempat tidur
ke tempat duduk
17.00 WITA Memberikan Tisue DS : Perawat
Towel, handuk, dan - Pasien mengatakan akan
baju kepada pasien, mandi dibantu oleh
dan menawarkan keluarganya
pasien untuk mandi DO :
- Keluarga pasien tampak
mempersiapkan peralatan
mandi pasien
18.00 WITA Mengukur tanda- DS : - Perawat
tanda vital pasien DO :
- Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,30C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%

18.05 WITA Mengkolaborasikan DS : Perawat


pemberian obat : DO :
- Pantopum 40 mg dalam - Pasien mendapatkan terapi
Ns 100 ml (IV) obat pantopum 40 mg dalam
Ns 100 ml (IV)
- Tidak ada reaksi alergi
terhadap obat

18.30 WITA 1 Menganjurkan DS : Perawat


menghubungi - Pasien mengatakan lelah
perawat jika tanda sudah tidak dirasakan
dan gejala kelelahan DO :
tidak berkurang - Pasien dan keluarga tampak
kooperatif

19.00 WITA Mengkolaborasikan DS : Perawat


pemberian obat : - Pasien mengatakan akan
- Nitrocaf Retars 1 tablet minum obat setelah makan
setelah makan (oral) DO :
- Pasien mendapatkan terapi
obat nitrocaf retars 1 tablet
setelah makan (oral), obat
belum diminum
20.00 WITA 2 Menganjurkan DS : Perawat
pasien untuk - Pasien mengatakan akan
beristirahat istirahat sebentar lagi
DO :
- Pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur dengan
posisi semi fowler
22.00 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat
pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup, setelah
makan (oral) makan (oral)

Senin, 13 Mei Mengkolaborasikan DS : -


2019 pemberian terapi DO :
08.30 WITA obat : - Pasien mendapatkan terapi
- CPG 75 mg ( 1x1) obat dan diminum dengan
- Hapsen 2,5 mg (1x1) bantuan perawat
- Laxadine C I (2x1) - Hasil pemeriksaan tanda-
- Cardio Aspirin 1 tab tanda vital
(1x1) TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
Mengukur tanda-tanda vital S : 36,60C
pasien RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%
08.35 WITA 2 Mengidentifikasi DS : Perawat
lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan nyeri
durasi, frekuensi, masih dirasakan dengan nyeri
kualitas, intensitas dirasakan saat bergerak, nyeri
nyeri seperti ditindih pada dada
sebelah kiri, skala nyeri 3,
durasi nyeri hilang timbul.
DO:
- Pasien nampak sedikit
gelisah, tidak mengerutkan
dahi ataupun nampak
kesakitan dan tampak
sesekali memegang dada kiri.
08.45 WITA 2 Menjelaskan DS : Perawat
penyebab, periode, - Pasien mengatakan mengerti
dan pemicu nyeri dengan yang dijelaskan
DO :
- Pasien tampak paham dengan
apa yang dijelaskan dan
mengangguk saat dibantu
oleh keluarga saat
memberikan penjelasan
09.30 WITA Memberikan DS :
tranfusi darah - Pasien mengatakan namanya
Tn. HJ, tanggal lahir 08
Maret 1936, golongan darah :
O rh +
DO :
- Darah tampak masuk dengan
lancar 30 tpm
11.30 WITA 1,2 Mengontrol DS : Perawat
lingkungan pasien - Pasien mengatakan sudah
yang memperberat nyaman dengan posisi saat ini
nyeri dan DO :
menyeediakan - Posisi pasien tampak
lingkungan yang semipowler dan suhu ruangan
nyaman dan rendah serta pencahayaan sudah
stimulus tampak cukup
11.30 WITA Mengganti cairan DS : - Perawat
infus pasien DO :
- Darah tampak sudah masuk
dan infus bag tampak kosong.
S etelah diganti dengan NS
0,9% 8 tpm, cairan masuk
dengan lancar
13.00 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat
pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Obat campur sesak (oral) obat campur sesak (oral)

13.30 WITA Mengukur tanda-


DS : - Perawat
tanda vital pasien DO :
- Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,90C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 98%
14.00 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat
pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup, setelah
makan (oral) makan (oral)

14.05 WITA 1,2 Menganjurkan DS: Perawat


teknik - Pasien mengatakan lebih
nonfarmakologis nyaman dengan posisi
untuk mengurangi semifowler
rasa nyeri DO:
(memberikan posisi - Pasien nampak nyaman
semi fowler pada dengan posisi semi fowler
pasien yang dapat - Saturasi oksigen 98%
memberi - Respirasi 20x/menit
kenyamanan pada
kondisi pasien,
dengan posisi ini
pasien lebih mudah
dalam bernafas)
15.00 WITA 1 Melakukan latihan DS : - Perawat
rentang gerak DO :
aktif/pasif - Pasien tampak mampu
melakukan latihan rentang
gerak yaitu miring kanan dan
miring kiri

15.30 WITA 1 Menganjurkan tirah DS : Perawat


baring dan - Pasien mengatakan akan
menganjurkan mengikuti anjuran yang
melakukan aktivitas diberikan
secara bertahap DO :
- Pasien dan keluarga tampak
antusias saat diberikan
anjuran
16.50 WIT 1 Memfasilitasi duduk DS : Perawat
A di sisi tempat tidur, - Pasien mengatakan saat ini
jika tidak dapat hanya ingin duduk di tempat
berpindah atau tidur
berjalan DO :
- Pasien tampak mampu duduk
di sisi tempat tidur
17.00 Memberikan Tisue DS : Perawat
WIT Towel, handuk, dan - Pasien mengatakan akan
A baju kepada pasien, mandi dibantu oleh
dan menawarkan keluarganya
pasien untuk mandi DO :
- Keluarga pasien tampak
mempersiapkan peralatan
mandi pasien
17.25 WIT 2 Memberikan DS : Perawat
A aktivitas distraksi - Pasien mengatakan ingin
yang menenangkan menonton TV
DO :
- TV tampak sudah menyala
dan pasien tampak nyaman

17.30 2 Memonitor respon DS: - Perawat


WIT non verbal pasien DO:
A terhadap nyeri - Pasien tampaktenang dan
tidak mengerutkan dahi.

18.00 Mengukur tanda- DS : - Perawat


WIT tanda vital pasien DO :
A - Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 98%
20.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WIT pemberian terapi DO :
A obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Lipitor 40 mg 1x1 (oral) obat lipitor, setelah makan
(oral)

20.05 Menganjurkan DS : Perawat


WIT pasien untuk - Pasien mengatakan akan
A beristirahat istirahat sebentar lagi
DO :
- Pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur
22.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WIT pemberian terapi DO :
A obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup
makan (oral)

Selasa, , 14 Mengkolaborasikan DS : -
Mei 2019 pemberian terapi DO :
08.15 WITA obat : - Pasien mendapatkan terapi
- CPG 75 mg ( 1x1) obat dan diminum dengan
- Hapsen 2,5 mg (1x1) bantuan perawat
- Laxadine C I (2x1) - Hasil pemeriksaan tanda-
- Cardio Aspirin 1 tab tanda vital
(1x1) TD : 110/90 mmHg
N : 84 x/menit
Mengukur tanda-tanda vital S : 36,60C
pasien RR : 20 x/menit
Sp O2 : 97%
09.00 1 Memberikan DS :
WITA tranfusi darah - Pasien mengatakan namanya
Tn. HJ, tanggal lahir 08
Maret 1936, golongan darah :
O rh +
DO :
- Darah tampak masuk dengan
lancar 30 tpm
11.00 Mengganti cairan DS : - Perawat
WITA infus pasien DO :
- Darah tampak sudah masuk
dan infus bag tampak kosong.
Setelah diganti dengan NS
0,9% 8 tpm, cairan masuk
dengan lancer
12.00 2 Mengukur tanda- DS : - Perawat
WIT tanda vital pasien DO :
A - Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,70C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 98%
13.00 WITA Mengkolaborasikan DS : - Perawat
pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup, setelah
makan (oral) makan (oral)

13.30 WITA 1 Melakukan latihan DS : - Perawat


rentang gerak DO :
aktif/pasif - Pasien tampak mampu
melakukan latihan rentang
gerak yaitu miring kanan dan
miring kiri
15.00 WITA 1 Menganjurkan tirah DS : Perawat
baring dan - Pasien mengatakan akan
menganjurkan mengikuti anjuran yang
melakukan aktivitas diberikan
secara bertahap DO :
- Pasien dan keluarga tampak
antusias saat diberikan
anjuran
16.50 WITA 1 Memfasilitasi duduk DS : Perawat
di sisi tempat tidur, - Pasien mengatakan saat ini
jika tidak dapat hanya ingin duduk di tempat
berpindah atau tidur
berjalan DO :
- Pasien tampak mampu duduk
di sisi tempat tidur
17.00 Memberikan Tisue DS : Perawat
WIT Towel, handuk, dan - Pasien mengatakan akan
A baju kepada pasien, mandi dibantu oleh
dan menawarkan keluarganya
pasien untuk mandi DO :
- Keluarga pasien tampak
mempersiapkan peralatan
mandi pasien
18.00 Mengukur tanda- DS : - Perawat
WIT tanda vital pasien DO :
A - Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 112 x/menit
S : 36,00C
RR : 20 x/menit
Sp O2 : 98%
20.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WIT pemberian terapi DO :
A obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Lipitor 40 mg 1x1 (oral) obat lipitor, setelah makan
(oral)

20.05 Menganjurkan DS : Perawat


WIT pasien untuk - Pasien mengatakan akan
A beristirahat istirahat sebentar lagi
DO :
- Pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur

21.30 Mengganti infus DS : - Perawat


WITA pasien DO :
- Darah tampak sudah masuk
dan infus bag tampak kosong.
setelah diganti dengan NS
0,9% 8tpm, cairan masuk
dengan lancar
22.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WIT pemberian terapi DO :
A obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup
makan (oral)

Rabu, 1,2 Mengukur tanda- - Hasil pemeriksaan tanda-


15 tanda vital pasien tanda vital
Mei TD : 130/80 mmHg
2019 N : 86 x/menit
06.00 S : 36,20C
WIT RR : 20 x/menit
A Sp O2 : 97%
06.30 Memberikan Tisue DS : Perawat
WIT Towel, handuk, dan - Pasien mengatakan akan
A baju kepada pasien, mandi dibantu oleh
dan menawarkan keluarganya
pasien untuk mandi DO :
- Keluarga pasien tampak
mempersiapkan peralatan
mandi pasien
08.30 Mengkolaborasikan DS : -
WIT pemberian terapi DO :
A obat : - Pasien mendapatkan terapi
- CPG 75 mg ( 1x1) obat dan diminum dengan
- Hapsen 2,5 mg (1x1) bantuan perawat
- Laxadine C I (2x1)
- Cardio Aspirin 1 tab
(1x1)
09.00 Mengkolaborasikan DS : - Perawat
WITA pemberian terapi DO :
obat: - Pasien mendapatkan terapi
- Laxadine sirup, setelah obat laxadine sirup, setelah
makan (oral) makan (oral)
09.10 WITA 1 Memfasilitasi duduk DS : Perawat
di sisi tempat tidur, - Pasien mengatakan saat ini
jika tidak dapat hanya ingin duduk di tempat
berpindah atau tidur
berjalan DO :
- Pasien tampak mampu duduk
di sisi tempat tidur
9.30 Menganjurkan DS : Perawat
WIT pasien untuk - Pasien mengatakan akan
A beristirahat istirahat sebentar lagi
DO :
- Pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur

E) EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Jam No. Evaluasi Ttd
Dx
Rabu, 15 Maret 1 S: Perawat
2019 - Pasien mengatakan rasa lelah sudah berkurang
Pukul 10.00 - Pasien mengatakan saat aktivitas dan setelah
WITA aktivitas, sesak berkurang
O:
- Frekuensi jantung 84 x/menit
- Tekanan darah 130/80 mmHg
- Saturasi O2 98 %
A:
- Tujuan tercapai, masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P:
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Pertahankan kondisi pasien
Pukul 10.05 2 S: Perawat
WITA - Pasien mengatakan nyeri dada sudah tidak
dirasakan lagi, skala nyeri 1 dari (0-10) skala
yang diberikan
O:
- Pasien tampak rileks
- Pasien tidak gelisah
- Pasien tidak mengalami kesulitan tidur
- Frekuensi nadi dalam rentang normal :
86x/menit
- Tekanan darah 130/90 mmHg
A:
- Tujuan tercapai, masalah nyeri akut teratasi
P:
- Pertahankan kondisi pasien
- Anjurkan untuk meningkatkan istirahat dan
tidur

F. Pengalaman Berkomunikasi Dengan Bahasa Asing


Selama praktik di Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar, banyak sekali
pengalaman baru yang kami temui. Mulai dari motto rumah sakit yang kami
temukan berbeda dari rumah sakit lainnya yaitu “Melayani dengan Sepenuh
Hati”, belajar menempatkan bahasa non-verbal yang lebih baik dari sebelumnya
dan selalu ramah tentunya sopan santun dengan semua pihak yang berada di
lingkungan rumah sakit. Selain itu juga, salah satu yang menjadi bagian penting
dan tujuan utama kami melakukan praktik semester VI di Rumah Sakit Surya
Husadha Denpasar ini adalah untuk mengasah kemampuan kami dalam
berkomunikasi dan memberikan pelayanan kesehatan dengan pasien asing serta
tambahannya yaitu mengenal budaya warga negara asing yang tentunya berbeda
dengan budaya kita. Banyak sekali pasien asing yang kami temui di rumah sakit,
seperti warga negara Amerika, Australia, San Fransisko,China dan Jepang.
Pasien Warga Negara Asing biasanya datang bersama keluarga yang tidak jarang
berasal dari Indonesia sehingga memudahkan kami untuk melakukan
komunikasi apabila ada kata-kata yang tidak dapat kami pahami. Khusus untuk
pasien Warga Negara Asing yang tidak bisa menggunakan Bahasa Inggris dan
tidak membawa penerjemah, maka dapat menggunakan alat elektroniknya
sebagai jembatan komunikasi antar pasien dan tenaga kesehatan yang ada di
rumah sakit.
Adapun beberapa hambatan yang kami temui saat berkomunikasi dengan
pasien dari negara asing adalah rasa percaya diri. Percaya diri merupakan modal
utama yang harus dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu, salah satunya
adalah melakukan komunikasi dengan orang yang belum pernah ditemui
sebelumnya. Pertama kali bertemu dengan pasien asing membuat kami tidak
percaya diri untuk melakukan komunikasi walaupun sebelumnya kami sudah
mendapatkan praktik berkomunikasi dengan warga negara asing. Kami
menumbuhkan rasa percaya diri kami dengan cara memperhatikan cara tenaga
kesehatan yang ada di ruangan dalam melayani pasien asing, berkomunikasi dan
jug acara menyampaikan sesuatu terhadap pasien asing baik dengan komunikasi
verbal maupun non-verbal yang dirasakan sopan. Setelah memperhatikan tenaga
kesehatan, kami mulai mempraktikkan secara perlahan-lahan hingga rasa
percaya diri kami tumbuh dengan sendirinya. Selain itu juga jika kami kurang
mengerti dengan kata-kata pasien, kami mencoba menggunakan petunjuk lain
seperti menunjuk atau mencari istilah lain dan mengulanginya hingga sesuai
dengan maksud pasien.
G. Pengalaman Mengelola Waktu Secara Efektif
Banyak pengalaman yang kami dapatkan selama praktik di Rumah Sakit
Surya Husada salah satunya yaitu dalam berbahasa asing maupun melakukan
asuhan keperawatan selain itu kami juga mendapatkan pengalaman dalam
mengelola waktu secara efektif yaitu :
1) Waktu mulai shift
Waktu praktik jaga pagi di Rumah Sakit Surya Husadha Hospital dimulai
dari jam 07.30 Wita dan kami harus tiba 15 menit lebih awal dan khusus
untuk seluruh staf yang mendapatkan shift pagi dari ruang Executive lantai 1-
4 wajib melakukan operan bersama di lantai 4 Executive.
Waktu praktik jaga sore di Rumah Sakit Surya Husadha dimulai jam 13.30
Wita dan kami juga harus tiba 15 menit lebih awal.
Waktu praktik jaga malam di Rumah Sakit Surya Husadha dimulai jam
19.30 Wita dan kami juga harus tiba 15 menit lebih awal.
2) Waktu untuk beristirahat ke kantin
Selama kami praktik di Rumah Sakit Surya Husadha waktu istirahat kami
untuk yang jaga pagi biasanya kami makan sekitar jam 12.30-12.50 Wita di
Kantin Rumah Sakit. Untuk yang jaga sore kami biasanya beristirahat mulai
dari jam 18.30-18.50 Wita. Untuk yang jaga malam kami biasanya membawa
bekal dari rumah. Kami biasanya istirahat bergiliran dengan teman yang
sedang diajak jaga.
3) Waktu untuk mengerjakan tugas akhir
Selama kami praktek di rumah sakit, kami sangat memanfaatkan waktu
dan kami harus juga harus mampu mengelola waktu untuk mengambil data
untuk tugas akhir. Biasanya kami memanfaatkan waktu melakukan penelitian
setelah jaga pagi dan sekurang lebihnya kami mencari waktu seperti hari
libur, dll. Kadang-kadang kami juga menukar jadwal dengan teman sehingga
kami bisa mengikuti praktek dan menyelesaikan tugas akhir.
4) Waktu untuk mengerjakan tugas-tugas PKL
Pengalaman pengaturan waktu yang kami dapat lainnya yaitu pengalaman
waktu antara waktu untuk istirahat dan waktu untuk mengerjakan tugas
individu maupun tugas kelompok selama praktek di Rumah Sakit Surya
Husadha.

H. Pengalaman Motivasi Diri


Selama praktik PKL di Rumah Sakit Surya Husadha kami banyak
mendapatkan pengalaman dari segi motivasi diri. Pengalaman motivasi yang
kami peroleh di Rumah Sakit Surya Husadha
1) Menjadi perawat yang professional
Kami belajar menjadi perawat yang professional dengan bertanggung
jawab tentang pelayanan kesehatan yang diberikan misalnya dalam
pemberian obat kami selalu menerapkan 6 benar dan kami selalu
menerapkan manajemen pasien safety kepada seluruh pasien di Rumah
Sakit Surya Husadha.
2) Menjadi perawat yang mandiri
Kami sangat termotivasi menjadi perawat yang mandiri, khususnya
pengalaman kami selama praktek di Rumah Sakit Surya Husadha. Kami
harus bisa menjadi perawat yang mandiri dalam segala hal seperti kami
harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di Rumah Sakit Surya
Husadha, menyesuaikan diri dengan staff di Rumah Sakit Surya Husadha,
dan terkadang kami praktek dengan sendiri karena nanti kami saat bekerja
kami juga pasti menyesuaikan diri bekerja dengan mandiri tanpa
tergantung dengan siapapun.
3) Selalu teliti dalam segala hal
Dalam melakukan tindakan kami harus teliti untuk memberikan pelayanan
yang maksimal tentu kita harus teliti dalam berbagai hal. Banyak hal yang
harus diperhitungkan jika ada kesalahan sedikit saja tuntutan dari keluarga
pasien atau pasien akan menjadikan pelayanan tidak maksimal untuk itu
kami berusaha bekerja sangat teliti.
4) Bekerja dengan iklas dan sepenuh hati
Semudah apapun kegiatan yang kita jalani jika tidak dilakukan dengan
sepenuh hati tidak akan membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya sebesar
apapun masalah yang kita hadapi jika kita bekerja dengan iklas semua
akan berjalan dengan baik.
5) Menjadi tim yang kompak
Dalam memberikan pelayanan dilakukan di Rumah Sakit Surya Husadha
ini sangat berpengaruh dalam kerja tim tenaga kesehatan yang kompak
tidak ada batasan antara perawat, dokter, ahli gizi dan maupun tenaga
medis lainnya karena pelayanan yang prima datang dari kerja tim yang
sangat bagus yang kami rasakan sudah sangat bagus.
6) Perawat harus pintar memanajemen diri sendiri
Perawat harus bisa memajemen diri sendiri, sesibuk apapun pekerjaan
yang dilakukan dan apapun pekerjaan kita, kita harus bisa memanajemen
diri sendiri karena keselamatan dan kesehatan kita sebagai tenaga
kesehatan adalah modal utama yang terpenting dalam memberikan suatu
pelayanan. Jadi kita sebagai perawat kita harus mampu memanajemen diri
sendiri.

I. Pengalaman Menjaga Kesehatan dan Penampilan


1. Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan tubuh adalah sesuatu yang sangat
penting. Saat kondisi tubuh sehat maka aktivitas sehari – hari yang dilakukan
bias berjalan dengan lancar. Sebagai tenaga kesehatan maka kesehatan sangat
penting bagi tubuh. Khususnya perawat yang bertugas menjaga kesehatan
pasien dengan meningkatkan dan mempertahankan kesehatan pasien juga
harus menjaga kesehatannya.
Pengalaman dalam menjaga kesehatan yang kami dapatkan selama
menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit Surya Husada.
Kami selalu diingatkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kepada pasien sesuai aturan yang sudah ditegakkan pada
rumah sakit yaitu dengan standar cuci tangan 5 moment. Dalam melakukan
tindakan kami juga diingatkan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Dalam membuang
sampah medis dan non-medis kami diberikan pengarahan dalam pemilahan
sesuai jenis sampah yang dibuang seperti semua benda yang tidak
terkontaminasi cairan tubuh dikategorikan sampah non infeksius, benda yang
terkontaminasi cairan atau darah dikategorikan pada sampah infeksius, jarum
suntik pada safety box, plabot infus dibuang pada sampah daur ulang, dan
pada sampah limbah B3 (farmasi) seperti botol kaca infus, kemasan infus, bag
enema set, dan spuit bekas tanpa jarum
Dalam menjaga kesehatan juga dilakukan dengan istirahat yang cukup
dan konsumsi makanan yang bergizi sehingga mendapatkan kesehatan yang
maksimal dan melakukan kegiatan secara maksimal seperti praktik kerja
lapangan di rumah sakit Surya Husada Hospital.
2. Penampilan
Penampilan adalah gambaran diri yang berarti penilaian diri seseorang
dilihat pertama kali dari penampilan. Keterikatan antara penampilan dengan
karakter diri sangat kuat membuat suatu pandangan orang luar menilai diri
seseorang. Jika diuraikan, penampilan dapat berarti pakaian, seperti baju dan
celana, sepatu dan aksesoris lainnya atau make up yang dikenakan seseorang.
Seseorang yang berpenampilan baik cenderung lebih dihargai dibandingkan
seseorang yang berpenampilan kurang baik. Selain itu, mengenai penampilan,
kebersihan juga merupakan bagian dari penilaian penampilan. Dalam
pekerjaan tenaga kesehatan harus berpenampilan yang baik agar mendapatkan
kepercayaan dari pasien dalam merawat pasien dan adanya semangat pasien
untuk sembuh.
Dalam pekerjaan dibidang kesehatan khususnya perawat identic dengan
pakaian berwana putih dan terlihat bersih. Tetapi sesuai dengan
perkembangan jaman, pakaian yang digunakan mulai ada perubahan warna
baju yang digunakan dirumah sakit tidak hanya warna putih tetapi berwana
yang beda seperti pakaian yang kami gunakan selama praktik yaitu baju
berwarna biru, celana hitam, sepatu pantofel hitam dan menggunakan cap
berwarna biru. Dan pada staf petugas dirumah sakit juga menggunakan baju
endek saat bekerja.

J. Pengalaman Ketahanan Menghadapi Tekanan


Hal pertama dalam menjalankan praktik selalu pasti selalu ada kendala,
yang pertama adalah adaptasi. Hal tersebut bukanlah hal yang baru,
melainkan selalu kami rasanya setiap kami menjalankan praktik dirumah sakit
lainnya. Dalam mengawali praktik kami selalu berusaha untuk beradaptasi
pada ruangan dan senior atau mentor pada ruangan tersebut. Terutama pada
tempat praktik kami di rumah sakit Surya Husadha kami ditempatkan pada
ruang Executive yaitu dimana ruangan yang menampung pasien menengah
keatas. Disana kami harus beradaptasi dalam berkomunikasi yang baik dan
lebih sopan kepada pasien.
Beberapa tekanan yang kami alami selama praktik di rumah sakit Surya
Husadha yaitu seperti beberapa pasien yang ingin lebih diperhatikan dan
ingin dilayani lebih maksimal dari hal yang kecil pun harus dibantu. Bila
kami menemukan masalah seperti pasien yang complain kami akan berusaha
menjelaskan terlebih dahulu jika dari penjelasan yang sudah kami berikan
keluarga belum mengerti atau belum dipahami makan selanjutnya kami
meminta bantuan kepada perawat senior/mentor di ruangan. Beberapa hal
tersebut pun wajar dialami pasien karena pasien sudah membayar banyak
kepada rumah sakit untuk pelayanan yang akan didapatkan pasien. Tidak
hanya tekanan negatif yang kami dapat saat praktik disini melainkan ada hal
positif yang kami dapat yaitu memiliki pengalaman berkomunikasi dengan
pasien asih atau pasien luar negeri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas tidak
semua pasien golongan menengah keatas memiliki sifat yang sama. Ada juga
keluarga pasien yang enggan memanggil perawat atau malu memanggil
perawat karena keluarga takut mengganggu perawat, misalnya menggangti
cairan infus, kadang infus sampai habis sekali keluarga baru memanggil
perawat jadi saat seperti itu perawat berusaha menjelaskan atau memberi
pengertian bahwa tugas perawat disana adalah membantu dan melayani.
Dengan hal tersebut kami mendapatkan pengalaman baru yang tidak pernah
kami dapat, adapun cara kami untuk mengatasi tekanan tersebut yaitu dengan
berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak menjadikan kegiatan
praktik sebagai beban pikiran, tidak malu untuk bertanya, dan menerima
masukan serta kritikan.

K. Pengalaman Bekerjasama Dalam Tim


Bekerja dalam tim dapat memudahkan kami untuk menyelesaikan
pekerjaan yang menumpuk lebih cepat karena saling berbagi tanggung jawab
dengan lainnya. Kerjasama dengan mahasiswa dan para staff di Rumah Sakit
Surya Husadha.
1. Pengalaman kerjasama antar mahasiswa
Di awal praktik kami kerjasama dalam tim yaitu menyiapkan PKL,
membentuk kepengurusan PKL. Kerjasama tim yang lainnya yaitu
menyusun jadwal dinas, membagi diri mencari pembimbing masing-
masing dan membagi diri ke masing-masing ruangan serta pembagian
tugas laporan kelompok.
2. Pengalaman bekerjasama dengan pegawai rumah sakit Surya Husadha
Kerja sama tim yang dilakukan diruangan basanya dilakukan dengan
dokter, perawat ruangan, tenaga kesehatan lain dan tenaga diluar tenaga
kesehatan. Pasien baru yang diantar dari poli maupun di UGD setelah
sampai diruangan selanjutnya akan dilakukan anamnesa ulang oleh
perawat ataupun mahasiswa serta dilakukan pemeriksaan tanda – tanda
vital. Selama perawatan pasien akan diberikan asuhan keperawatan oleh
perawat seperti memberikan obat oral maupun injeksi sesuai dengan
anjuran dokter. Selain itu perawat juga memberikan kebutuhan dasar
kepada pasien seperti memandikan pasien. Untuk asupan nutrisi perawat
berkolaborasi dengan pramusaji. Semua tindakan, obat dan keperluan
pasien yang akan dilakukan selalu di input pada computer. Dan perawat
meminta tanda tangan untuk bukti obat maupun tindakan yang diberikan
pada pasien. Untuk pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lab akan
dikoordinasikan pada petugas lab, analis kesehatan serta tindakan
radiografi dikoordinasikan dengan petugas radiologi.
3. Pengalaman observasi handover tim ruangan
a. Pengertian handover
Handover adalah komunikasi berupa informasi tentang pasien yang sudah
dilakukan tindakan dan rencana tindakan selanjutnya oleh perawat pada
pergantian sift.
b. Tujuan handover
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan pasien (data focus)
2) Menyampaikan tindakan yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien
3) Menyampaikan tindakan penting yang perlu segera dilakukan atau
dilanjutkan oleh sift berikutnya
4) Menyusun rencana kegiatan untuk sift berikutnya
c. Point – point handover
1) Situasi : nama pasien, umur pasien, ruangan, tanggal masuk, hari
perawatan, diagnose medis, DPJP, dan masalah keperawatan yang dialami
pasien saat ini (masalah yang sudah maupun belum teratasi)
2) Background : menyebutkan riwayat kondisi pasien sebelumnya, riwayat
alergi obat, riwayat tindakan pembedahan/pengobatan, pemerikasaan
penunjang, vital sign terakir dan CM-CK
3) Assessment : menjelaskan kesimpulan kondisi pasien
(membaik/memburuk), kondisi infus set yang terpasang, alat yang
terpasang pada pasien saat ini, hasil pengkajian pada pasien saat ini dan
masalah yang dialami, terapi obat dan terapi cairan yang didapatkan
4) Recommendation : menjelaskan tindakan yang harus dilanjutkan atau
dihentikan, dimodifikasi, solusi yang diberikan oleh dokter sesuai kondisi
pasien beserta tempat dan waktu pelaksanaan dan mengingatkan kembali
tenaga kesehatan lain yang berkaitan dengan kondisi pasien
d. Waktu handover
Sift pagi : 07.30 – 08.00 WITA
Sift siang : 13.30 – 14.00 WITA
Sift malam : 19.30 – 20.00 WITA
e. Yang menghadiri handover
Perwakilan perawat jaga sebelumnya dan perawat jaga selanjutnya
f. Mekanisme handover
1) Masing – masing perawat yang mendapat giliran jaga membawa kertas dan
alat tulis untuk mencatat handover yang diberikan oleh perawat jaga
sebelumnya
2) Catatan handover terus diperbarui sesuai dengan evaluasi tiap jaga
g. Langkah – langkah handover
1) Di ruang perawat
Pagi : semua perawat yang jaga pagi berkumpul disalah satu ruang
perawat yang ada diruang executive. Salah satu penanggung jawab jaga
akan memimpin handover, dimulai dengan doa bersama dan selanjutnya
menyebutkan corporate values Surya Husadha Hospital. Selanjutnya
operan di setiap ruangan yang ada di executive.
Sore dan malam : operan dilakukan hanya di masing-masing ruangan
yang ada di executive saja
2) Di depan ruang pasien atau didalam ruangan pasien (bed-side handover)
Hal-hal yang diinformasikan kepada pasien:
- Memperkenalkan perawat yang bertanggung jawb selanjutnya terhadap
pasien.
- Keadaan umum/ keluhan pasien saat ini
- Tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Yang perlu diperhatiakan:
- Apabila ada suatu hal yang tidak seharusnya disebutkan didepan pasien,
maka handover tersebut disampaikan diluar ruangan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar merupakan rumah sakit swasta yang
didirikan pada tahun 1987. Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar menyediakan
perawatan berupa rawat jalan dan rawat inap yang komprehensif, termasuk Unit
Perawatan Intensif dan Wing Eksekutif. Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar
memiliki beberapa spesialisasi medis dan bedah, termasuk professor dan
konsultan untuk Urologi, Nefrologi, Penyakit Tropis Infeksi, Gastroenterologi,
Bedah Digestif, Bedah Saraf, Bedah Kardiotoraks dan Vaskular, Ortopedi,
Obstetri dan Ginekologi, dan Pediatr, serta memiliki 20 fasilitas. Mahasiswa
semester VI sebanyak 15 orang mengikuti kegiatan PKL ini dari tanggal 06-25
Mei 2019.

Selama PKL ini mahasiswa menyusun 1 laporan kasus dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tn. HJ Dengan Unstable Angina Pectoris Di Lantai 3
Eksekutif Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar Tanggal 11 S/D 14 Mei 2019.
Pasien yang di rawat di Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar saat kami praktik
terdapat beberapa pasien yang merupakan warga negara asing. Dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing kami banyak mendapatkan
pelajaran berharga selama menjalani praktik dan memberikan pelayanan di
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar.

L. Saran
Semoga praktik kerja lapangan yang dilakukan di Rumah Sakit Surya
Husadha Denpasar maupun Rumah Sakit swasta lainnya dapat terus berjalan.
Mahasiswa yang praktik kerja lapangan di Rumah Sakit Surya Husadha
Denpasar dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat bekerja di
Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar. Mahasiswa juga berharap lebih banyak
dilakukan persiapan sebelum praktik kerja lapangan khususnya penguasaan
bahasa asing terkait banyaknya ditemukan kendala berbahasa asing saat kami
praktik kerja lapangan di Rumah Sakit Surya Husadha Denpasar, terutama dalam
bidang kesehatan sehingga mahasiswa memiliki kesiapan yang lebih untuk
berkomunikasi dengan pasien asing.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada


11 Mei 2019)

Karson, (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Edisi Pertama.


Jakarta: Nuba Medika

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam. 2012. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).


Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Sandar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:


DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).


Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit).


Jakarta: EGC

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

Rosalina, dkk. 2017. Membuka Pintu Pengembangan Medical Tourism di Bali.


Denpasar: Pustaka larasan

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(Volume 2). Jakarta: EGC

Udijanti,W.J. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika


Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1. Yogyakarta: Nuha
Medika
Wirawan, dkk. 2017. Kesehatan Dan Keselamatan Wisata – Direktori Hazard,
Risiko, Dan Layanan Kesehatan Wisata Di Bali (Edisi Pertama).
Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai