Anda di halaman 1dari 24

TREND KEPERAWATAN

DI MASA YANG AKAN DATANG

TINGKAT 1 D
KELOMPOK 3

ANGOOTA :
(2216140) MUHAMMAD ASSYUDI Y. H
(2216138) MUH. FADEL FARHAN USRAM
(2216136) MUH. AQIL DZAKWAN
(2216139) MUH. YUSUF ARAFAH ALI
(2216137) MUH. AQZHA KHALI

AKADEMI KEPERAWATAN
MAPPAOUDANG MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TREND KEPERAWATAN DI MASA
YANG AKAN DATANG”. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 20 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
KATAPENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB1..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LatarBelakang..........................................................................................................1
B. RumusanMasalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Individu..................................................................................................3
B. Pengertian Perbedaan Individu Peserta didik.........................................................3
C. Sumber Perbedaan Individu Peserta didik...............................................................4
D. Bidang-bidang Perbedaan Individu Peserta didik.....................................................6
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri
juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social
bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan
keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima
pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau
kesehatan masyarakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.Tren paraktik
keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan
penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya focus asuhankeperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi
perkembanganaspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan
sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas
dari organisasi keperawatan professional menggambarkan trend dan praktik
keperawatan.Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagaiwujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalamtingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
makakeperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dilingkungannya setiap saat.Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh
ketidakpastian, termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan menuntut
kelenturan dan penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh. Perubahan tersebut
terkait dengan masalah kesehatan yang makin komplek, perkembangan sains dan teknologi,
pergeseran pada system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural
(tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju).
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang ditujukan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia secara bertahap dan terus menerus.
Keperawatan Indonesia berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh bidang
keperawatan, mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.
Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah keperawatan yang 
diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap professional keperawatan tidak
ditumbuhkembangkan dan keterampilan professional keperawatan tidak ditata dengan
benar, lulusan dinilai cukup baik bila mampu melaksanakan prosedur-prosedur tindakan
menunjang pelayanan medik semata. Keadaan ini berlangsung lama hingga menjadi
kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat diterima, suatu kenyataan yang harus kita
terima dengan lapang dada dan secara jujur mengakui inilah keperawatan Indonesia saat ini
dan tidak akan tetap demikian di masa yang akan datang.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat ini ditujukan untuk
menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa depan,
khususnya terwujudnya keperawatan sebagai suatu profesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan lulusan sesuai dengan fungsi
pokoknya yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan. Salah satu upaya penataan pendidikan keperawatan
diarahkan kepada pengembangan lahan praktik keperawatan disertai pembinaan masyarakat
professional keperawatan dengan cara pelaksanaan pengalaman belajar klinik dan
pengalaman belajar lapangan yang berbasis kompetensi bukan penunjang pelayanan medik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
A. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Florence Nightingale?
B. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Martha E. Rogers?
C. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Myra Levine?
D. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Dorothea E. Orem?
E. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Imogene King?
F. Bagaimana model dan bentuk teori keperawatan Peplau?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Florence Nightingale
B. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Martha E. Rogers
C. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Myra Levine
D. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Dorothea E. Orem
E. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Imogene King
F. Untuk mengetahui model dan bentuk teori keperawatan Peplau
BAB II
PEMBAHASAN
A. Trend Keperawatan di Masa Depan
Keperawatan merupakan profesi yang terus tumbuh dan berubah seiring perubahan
masyarakat seiring perubahan pusat perhatian pelayanan kesehatan dan metode seiring
perubahan gaya hidup dan metode seiring perubahan gaya hidup dan seiring perubahan diri
perawat itu sendiri. Filosofi dan definisi menunjukkkan kecendrungan holistik dan
keperawatan untuk melihar individu dari segala sisi dalam keadaan sehat dan sakit dan
dalam interaksi dengan keluarga dan komunikasi keperawatan terusmelihat dari sisi sosisal
dan bidang lainnya. Seiring berkembangnya pelayanan keperawatan.

Defini Trend dan Issue.


1. Defisini Trend
Didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular dikalangan masyarakat. Trend adalah suatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya untuk mewujudkan perawat
yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak faktor yang
dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantara :
1. Keterlamabatan pengakuan Body Of Knowledge Profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka tahun 1869.
2. Keterlamabtan pengembanan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan

Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan issu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang
praktek atau mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta atau tidak issu keperawatan
menyangkut tentang aspek legal dan ethis keperawatan.
Menyadari peran profesi keperawatn yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan
“Sehat untuk semua pada tahun 2020”. Maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Nilai Professional yang melandasi praktik keperawatan dapat dikelompokkan dalam :


 Nilai Intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri :
a. Body Of Knowledge.
b. Pendidikan spesialisai (Berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir.
 Nilai Komitmen moral
Aspek moral yang harus menjadi landansan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
b. Fair
c. Fidelity

2. Definisi Issue
Issu adalah peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak pada
masa mendatang. Yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hukum,,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat kematian ataupun tentang kiris. Issu
adalah sesuatu yang sedang dibicakan oleh banyak orang namu belum jelas faktanya
atau buktinya. Secar umum, Kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh
publik. Hal demikian tidak terjadi didalam dunia kedokteran atau 5 kesehatan. Dalam
konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi susuatu yang datang
secara tiba-tiba.

B. Bentuk - Bentuk Trend dan Issu


Trend keperawatan dedikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai berbagai bidang
meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh) Menurut Martonoo
telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secaara
fisik yang jauh antara perawat dan pasien atau beberapa perawat.

C. Manfaat Trend dan Issu Keperawatan


Banyak manfaat dan keuntungan bagi berbagai pihak diantaranya pasien, petugas
kesehatan dan pemerintah secara langsung dengan adanya kontribusi telehealth dalam
perawatan dirumah atau home care, banyak manfaat yang dapat dirasakan dalam pasien,
keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah adalah
Departemen kesehatan. Aplikasi Telehealth banyak sekali tantangan dan hambatan
misalnya : Faktor biaya , SDM, kebijakan dan perilaku.

Telenursing adalah penggunaan teknologi dalam keperawatan untuk meningkatkan


perawatan bagi pasien. (SKIBA, 1998) Telenursing menggunakan teknologi komunikasi
dalam keperawatan untuk memenuhi Askep pada klien. Teknologi berupa saluran
elektromagnetik (Gelombang Magnetik, Radio dan Optik).
Salah satu contoh program Telehealth adalah home care. Sistem ini menyediakan
audio dan video interaktif untuk hubungan antar lansia dirumah dan telehealth perawat.
Perawat memasukkan data-data pasien dan menganalisanya kalau perlu perawat akan
melakukan kunjungan ke pasien. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya
kesehatan jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa
hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model
pendidikan keperawatan bertbasis multimedia (britton,keehner,still,danwalden 1999) Saat
ini tren dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek atau mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak trend
an keperawatan tentunya menyangkut aspek legal dan etnis keperawatan.
Saat ini tren dan issue keperawatan yang sedang banyak dibicarakan orang adalah
aborsi, euthanasia, telenursing, tentunya semua issue tersebut menyangkut keterkaitan
dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan .

D. Tren dan Issue Keperawatan


a. Trend keperawatan maternitas
Banyak kita temui dimasyarakat ibu hamil maupun ibu nifas mengalami kesulitan
dalam merawat diri sendiri pada saat hamil maupun merawat bayi setela melahirkan,
sebagai seorang perawat yang berkompeten dalam bidang maternitas kita wajib membantu
kesulitan yang dialami oleh ibu hamil maupun ibu nifas. Ada beberapa kesulitan yang
dialami oleh para bumil maupun ibu nifas diantaranya :
1. Ketidaktahuan ibu hamil tentang makanan apa yang harus dikonsumsi padasaat hamil.
Langkah kongkrit yang harus kita lakukan jika menemukan hak tersebut kita bisa
melakukan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang baik dikonsumsi ibu
pada saat hamil
2. Kebingungan ibu nifas jika ASI tidak keluar Masalah ini sangat sering menimpa ibu
dengan kelahiran anak pertama, kita disini sebagai perawat bisa membantu ibu tersebut
untuk mengeluarkan ASInya salah satu caranya yaitu dengan 7 perawatan payudara dan
pijat oksitosin ( Ali, Zaidin. 2002. DasarDasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika :
1
Jakarta.)

D. Trend dan Isuue Keperawatan Maternitas Tentang Spesialisasi Perawatan


Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di Negara yang telah berkembang
banyak teknologi modern yang bisa membantu para petugas kesehatan dalam mengiringi
kehamilan serta persalinan pada ibu. Tekhnologi dan cara-cara baru yang berkembang saat
ini adalah diantaranya:
a. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga
yang dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun
di badingkan implant saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian
dari jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.
b. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya
ibu akan merasakan lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses
persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar
sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses proses
pembukaan jalan lahir akan lebih cepat. (http://id.wikepidia.org/wiki/persalinan_di_air )
c. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D Alat
USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D adalah alat USG yang berkemampuan
menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat utuh dan jelas
seperti layaknya bayi yang sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog ). Alat USG ini
bahkan 8 dapat memperlihatkan seluruh tubuh bayi berikut gerak- geriknya teknologi 3
dan 4 dimensi menjadi pelengkap bila di duga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu
di cari kelainan bawaannya seperti bibir sumbing, kelaina pada jantung dan sebagainya.
Secara lebih detail kelebihan USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini pada janin dapat
terbaca secara lebih akurat, karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan
ketepatan diagnosa.
d. Pil KB Terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan
perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan
dalam suatu kombinasi yang unik Pil Kb dengan dorspirenone adalah pil yang membuat
seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung progestin baru dorspirenone yaitu homon
yang sangat menyerupai progesteron salah satu hormon dalam tubuh. Dorspirenone
mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip dengan progesteron alami dengan
karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik tidak memiliki aktifitas
ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan sifat antineralokortikoid. Pil KB dengan
dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan,
mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur
keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan darah dengan androgennya. Pil KB dengan
dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan yaitu mengurangi jerawat, dan
mempercantik rambut dan kulit. (Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity
Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.)

E. Trend dan Issue Keperawatan Maternitas Tentang Sistem Pembayaran dan Asuransi
Di Indonesia ada bermacam-macam asuransi yang disediakan oleh pemerintah
diantaranya :
a. Jampersal Jaminan persalinan (khusus untuk ibu melahirkan) Program Jaminan
Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil
yang belum memiliki jaminan persalinan. Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :


1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pertolongan persalinan
3. Pelayanan nifas
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Pelayanan bayi baru lahir

Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda,
Jamsostek dan asuransi lainnya). Pelayan yang didapat oleh peserta Jampersal meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di trimester I, 1 kali di
trimester II, dan 2 kali di trimester III)
1
2. Persalinan normal
3. Pelayanan nifas normal
4. Pelayanan bayi baru lahir normal
5. Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi
6. Pelayanan pasca keguguran
7. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
8. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
9. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi
10. Penanganan rujukan pasca keguguran
11. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
12. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensi
13. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
14. Pelayanan KB pasca persalinan

Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta berhak mendapatkan
pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) /
Identitas diri lainnya

F. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu
mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit
kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton,
Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas
interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga
konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional.
Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga
keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai. (Emily Slone
McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.)
b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka
Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area
luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan
dalam proses penutupan luka, antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain
sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam memberikan kelembapan
pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga
tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta
merupakan wadah terbaik untuk selsel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara
optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan luka. Hal ini
akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta
memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di
semua rumah sakit di seluruh Indonesia.
c. Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group
Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini
akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan akan
memberikan dampak terjadinya HIV-AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang
dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan harapan suatu
kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode ini telah
diterapkan pada lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya
masyarakat. Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah
sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat
mengancam masa depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan metode Peer Group
dapat menurunkan angka kejadian, karena 12 diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih
mudah saling mempengaruhi.
d. Program sertifikasi perawat keahlian khusus
Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan
layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah misalnya
sertifikasi perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency,
perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat instrument OK. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi
perawat profesional karena menurut analisa kami program tersebut berjalan sendiri-sendiri
tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-
lembaga tertentu saja.
1
e. Hospice Home Care
Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah
setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak perlu
dilakukan lagi. Bidang garapnya meliputi aspek biopsiko-sosio-spiritual yang bertujuan
dalam memberikan dukungan fisik dan psikis, dukungan moral bagi pasien dan
keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan praktis. Di Indonesia, metode
perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa
rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara
legal.
f. One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan,
pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis
beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa metode one day care ini dapat
mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada
rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat
berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.
g. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit pemerintah
maupun swasta. Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi dini akan HIV dan mencegah
penyebaran HIV di masyarakat. Target penderita adalah kelompok masyarakat dengan
resiko tinggi, misalnya pekerja sex, penderita HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU
(injection drug use). Klinik ini masih terbatas dikembangkan dibeberapa rumah sakit saja.
Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang kompeten dalam bidang
tersebut serta sarana dan prasarana yang masih minimal. Selain itu masyarakat masih
belum siap untuk memanfaatkan klinik ini, karena ada stigma dimasyarakat masih
menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit kutukan dan harus dikucilkan. Namun
demikian, dalam praktik nyata, telah ada wadah khusus dari Depkes RI untuk menjaring
pengidap HIV/AIDS oleh VCT (Voluntary Counselling and Testing). Usaha ini telah
berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga bulan Juni 2008 telah
terdeteksi 12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasien ini, apabila diibaratkan dengan
fenomena gunung es, maka sebenarnya disekeliling kita sudah terdapat banyak pasien
dengan HIV/AIDS.
h. Klinik Rawat Luka
Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh sekelompok
perawat yang minat dalam perawatan luka. Klinik ini tidak lepas dari kolaborasi dokter-
ners. Sifat layanannya dapat berupa home visit atau pasien berkunjung ke klinik secara
langsung.
i. Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan
Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal bedah,
misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia), InETNA (Indonesia
Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia Ostomy Association), dan
sebagainya. 14 Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk mengembangkan dirinya
menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu, namun demikian akan timbul
permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih
luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu
standar dari masing-masing kekhususnan belum jelas.
j. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam
Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan
keperawatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi
membentuk komite riset, menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan
riset dan pemanfaatan hasilnya dan pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di
Indonesia belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah
keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan dan dimanfaatkan
untuk pengembangan praktik klinis keperawatan.

H. Isue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka
sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada
luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah
diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini
masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa
tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit
mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.
c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter
Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan
1
tetapi dalam kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area
abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri
sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kerusakan integritas kulit.
d. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan
Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia
aktif merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang meninggal.
Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan,
penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat
mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu yang
tidak relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses untuk dilegalisasi. Dikatakan
bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi relawan euthanasia aktif. Dalam
praktik nyata, masyarakat telah melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi.
Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu yang
”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat berada dalam posisi yang
sangat baik untuk mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan
terbaik bagi perawat untuk mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
e. Pengaturan sistem tenaga kesehatan
Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah
belum berfokus dalam memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi kesehatan.
Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan pada tahun 2003 menunjukkan perawat 108,53,
bidan 28,40 dan dokter 17,47 per 100.000 penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari
DEPKES menyebutkan bahwa puskesmas belum mempunyai sistem penghargaan bagi
perawat.
f. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan
S1 Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan, banyak rumah sakit
pemerintah dan swasta yang menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi
seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal ini akan
berdampak pada kualitas layanan asuhan keperawatan pada lingkup medikal bedah yang hanya
berorientasi vokasional tidak profesional.
g. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan
sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat
I. Trend dan Issue Keperawatan Anak
a. Imunisasi Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari
infeksi penyakit-penyakit .Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita.
b. Atraumatic care
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang di berikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak,melalui penggunaan tindakan,yang dapat
mengurangi distrek fisik maupun distrek psikologis yang di alami anak maupun orang tuannya.
Autramatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi perhatian
pada apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana, prosedur di lakukan pada anak dengan
tujuan mencegah dan mengurangi stres fisik dan psikologis.

J. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes,
dll).

Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya
promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. Kegiatan MTBS
memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan
1
sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan). (Supartini, yupi.2004. buku ajar konsep dasar keperawatan
anak.jakarta:EGC)

K. Trend Dan Issue Keperawatan Jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap
ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam
tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus
dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan
mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan
bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.

Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang
ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada
saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang
teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000
bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan
sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang
lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment
pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15- 30%.

b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa


Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga
tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke
atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus mereka
yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.

c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa


Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu
pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada
manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan
jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)
menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.

Tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic.
Penyebabnya antara lain berasal dari :
• Faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-
lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain.
• Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola
pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga
disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
• Gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
(perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di
lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga,
penyakit fisik, dan lain-lain)

d. Kecenderungan situasi di era global


Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara
khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu
cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector
termasuk sektor kesehatan.

e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan


yankes termasuk keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan
penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs
mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin
ketinggalan.

Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi masalah
klinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pd konteks kehidupan sosial.
1
Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan
kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal
yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih
menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa
bergeser dari hospital base menjadi community base.

Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :


• Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh orang
lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri, diman
manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan
perkembangan diri manusia.
 Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
 Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme, tidak
mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
 Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt
dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus
meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang
sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan orientasi
paradigma kesehatan jiwa.

f. Kecenderungan penyakit jiwa


Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
• Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang umum di
alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan
dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka mjd manusia yang
invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan
semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang
eksistensi kejiwaan
Meningkatnya Masalah psikososial.
• Lingkup keswa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan segala aspek
kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kes. Dan Ilmu Psikiatri,
masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi :
• Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu
masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai2 kehidupan manusia
• Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat terjadinya
perubahan sosial, meliputi :
• Psikotik gelandangan
• Pemasungan penderita gangguan jiwa
• Masalah anak jalanan
• Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
• Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
• Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
• Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban kekerasan
pd anak, dll).

Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja


• Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dgn sengaja cara. Bunuh diri
merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus
meningkat. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan minum
racun. Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi
(perasaan malu terlilit utang.
• Masalah Napza dan HIV/ AIDS
• Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang
mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah
bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan
keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM
Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan
pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang
khususnya dalam era globalisasi.
• Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
• Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh keluarga
kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua
1
menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan
adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai
upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi
teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak
dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya.
• Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
• Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli lemah,
pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan menurun
dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa.
Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini
bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua
kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya
pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


• Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara
global, harus fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan promotif.
• Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi
pendidikan 24 yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa
. • Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
• Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber,
yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka
perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari
luar.

h. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi Sejalan dengan program
deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat psikotropika yg terbukti dpt
mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di RS, tetapi
dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan
preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care menjadi community based care.
Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam community mental health,
dengan 3 kunci utama :
• Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan perawat
dengan profesi lain di komunitas.
• Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
• Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi kesehatan,
sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan pendidikan
keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah maupun
kualitas.

i. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri


• Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena masih
kurangnya hasil hasil riset keperawatan Jiwa Klinik.
• Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang
rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional
• Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tdk jelas “Position description.” job responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan.
• Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan).
(Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan model-model konsep dalam keperawatan, perawat harus
mengembangkaninteraksi antara perawat dan klien untuk membantu individual dalam mengatasi
masalah yangberkaitan dengan kemampuan sehingga dapat membantu memenuhi tekanan atau
memenuhikebutuhan yang dihasilkan dari suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu yang
bertujuan untukmelakukan konservasi kegiatan yang ditujukan untuk menggunakan sumber daya
yang dimiliki kliensecara optimal.

B. Saran
1
Diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu menerapkan model konsep keperawatan
dan marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita
rawat.Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang. Agar pasien merasa
nyamanpada saat di sakit bukan menderita lagi. jangan pantang menyerah dan berputus asa dalam
merawatpasien. Menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak menacoba
kitatidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mempunyai tekad
untukmelakukannya dengan gigih dan rajin
DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses &
Praktik. Jakarta:EGC. Hlm130,137
Suzanne C.smeltzer dan Brenda G. Bare.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah, Brunner &suddarth. Jakarta: EGC.30,31
M. Gaie Rubenfeld dan Barbara K. Scheffer.2010.Berpikir kritis untuk
perawat ,Strategi berbasiskompetensi. Jakarta: EGC. 50.51
R. Siti Maryam, S.Kp, Ns. Santu Setiawati, S.Kep, Ns. Mia Fatma Ekasari, S.
Kep, 2008. Berpikir Kritisdalam Proses Keperawatan. Jakarta :EGC. Hlm 6,7

Anda mungkin juga menyukai