Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kesehataberkembang
dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi
organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak
berfungsi dengan organ dari individu lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali
berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang
transpIantasi maju dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan
organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan
jaringan dapat ditransplantasikan. Dewasa ini bahkan sedang dilakukan uji klinis penggunaan
hewan sebagai donor. Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi organ muncul
berbagai masalah. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan tranplantasi, penolakan
organ, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi
telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan kebijakan yang
menyangkut penggunaan teknologi itu.

Hati (bahasa Yunani:hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati adalah organ


tunggal dalam tubuh yang berukuran paling besar dan kompleks dengan bobot sekitar 2 kg. Hati
berfungsi mengatur komposisi darah, terutama jumlah gula, protein, dan lemak yang masuk
dalam peredaran darah. Hampir semua zat makanan yang diserap melalui usus diproses dalam
hati. Selain untuk mengubah zat makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan tubuh.

Pada makalah ini akan dibicarakan berbagai masalah etika yang timbul sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi transplantasi organ, masalah etika utama dalam transplantasi,
bagaimana kebijakan di Indonesia mengenai transplantasi dan betapa pentingnya nilai-nilai
etika dalam mempertahankan suatu sistem nilai dan dalam penentuan kebijakan pemerintah.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
A. Apa definisi hati?
B. Apa definisi transplantasi organ hati ?
C. Apa saja klasifikasi transplantasi organ hati ?
D. Bagaimana etiologi dan patofisiologi transplantasi hati ?
E. Bagaimana prosedur operasi transplantasi ?
F. Bagaimana asuhan keperawatan transplantasi organ hati ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui apa definisi hati
B. Untuk mengetahui apa definisi transplantasi organ hati
C. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi transplantasi organ hati
D. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dan patofisiologi transplantasi hati
E. Untuk mengetahui prosedur operasi transplantasi
F. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan transplantasi organ hati

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hati
Hati (bahasa Yunani:hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh.
Hati adalah organ tunggal dalam tubuh yang berukuran paling besar dan kompleks
dengan bobot sekitar 2 kg. Hati berfungsi mengatur komposisi darah, terutama
jumlah gula, protein, dan lemak yang masuk dalam peredaran darah. Hampir
semua zat makanan yang diserap melalui usus diproses dalam hati. Selain untuk
mengubah zat makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan tubuh.
Organ hati dapat mendetoksifikasi darah dengan cara memisahkan obat-
obatan dan bahan kimia atau metabolit yang berpotensi merusak dari aliran darah.
Hati juga menyingkirkan bilirubin (senyawa pigmen berwarna kuning yang
merupakan produk katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase)
dari darah lalu mengubahnya sehingga dapat dikeluarkan ke empedu dan akhirnya
lewat feses.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:
 empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan cairan
kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang
telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau
diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral,
garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna
untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi
lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat
yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu
masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan.
Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
 sebagian besar asam amino
 faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
 protein C, protein S dan anti-trombin

4
 kalsidiol
 trigliserida melalui lintasan lipogenesis
 kolesterol
 insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang
berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan
tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa.
 enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina
yang terbentuk dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun.
 trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi
keping darah oleh sumsum tulang belakang.
 Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis
sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu
mengambil alih tugas ini.
 albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
 angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan
tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh
ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular
apparatus.
 enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan
laktat dehidrogenase.

B. Definisi Trasnplantasi Organ Hati


Hati adalah salah satu organ vital terbesar. Fungsinya untuk menyaring
darah yang datang dari saluran pencernaan (via vena portal), memastikannya
bebas bakteri dan racun sehingga tidak ada resiko infeksi. Hati juga
bertanggung jawab untuk menghasilkan bile, zat kimia yang membantu tubuh
mencerna dan menyerap lemak.

Transplantasi hati berarti mengangkat hati yang terserang penyakit dan


menggantinya dengan hati sehat. Hal ini hanya dilakukan jika hati sudah
memasuki penyakit stadium akhir.

4
C. Klasifikasi Transplantasi Hati
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:

a. Transplantasi dengan donor hidup


Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ
tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa
mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ
yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta
organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah


Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ
atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis
organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas

D. Etiologi dan Patofisiologi Transplantasi Organ Hati

E. Teori - Teori Belajar


Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons
dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup
dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang
menunjukkan hubungan yang terus-menerus antara respons yang muncul serta
rangsangan yang diberikan dinamakan sebagai suatu proses belajar (Tan, 1981:91)
Berikut adalah beberapa teori belajar :
1.      Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dari belajar adalah conditioning. Karena
conditioning sangat sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli sering
mengambilnya sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari semua
proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh
bagi belajar, masih menjadi bahan perdebatan (Walker, 1967). Teori
conditioning sendiri dipecah menjadi dua, yaitu :
a.       Conditioning Klasik (Classical Conditioning)

5
Merupakan suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons
terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
respons. Yang terpenting dalam belajar, menurut teori ini ialah, adanya
latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal
belajar yang terjadi secara otomatis.
Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia juga tidak lain merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil dari
latihan-latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau
perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
b.      Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh
Skinner dan memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan”
berarti operasi (operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organisme
melakukan perbuatan pada lingkungannya (Hardy & Heyes: 1985,  Reber:
1988).
Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya didatangkan
oleh stimulus tertentu), respons dalam conditioning operan terjadi tanpa
didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu.
2.      Teori Psikologi Gestalt
Teori belajar menurut psikologi gestalt sering kali disebut insight full
learning atau field teori. Jiwa manusia, menurut aliran ini adalah suatu
keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan hanya
terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang
tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah makhluk yang
memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia berinteraksi,
stimulus mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses
asosiasi antara stimulus-respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya
berbagai latihan atau ulangan-ulangan. Menurut aliran ini, belajar itu terjadi
apabila terdapat pengertian (insight).pengertian ini muncul jika seseorang,
setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul
adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu
dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian
dimengerti maknanya

F. Perwujudan Perilaku Belajar

6
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak
dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
1.      Kebiasaan
Setiaap individu (siswa) yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-
kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt dalam Syah (1996),
kebiasaan tersebut timbul karena proses penyusunan respons dengan
penggunaan stimulasi yang berulang-ulang.
Contoh: siswa yang sedang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur bahasa yang keliru, akhirnya
siswa tersebut akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan
benar. Jadi, perubahan berbahasa yang baik tersebut merupakan perwujudan
perilaku belajar siswa tadi.
2.      Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Menurut
Rebber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Luasnya konotasi mengenai
keterampilan sehingga mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain juga
dapat dianggap sebagai keterampilan.
Contoh: seorang siswa mampu mendayagunakan teman-temannya di kelas
sehingga muncul aktifitas belajar bersama, siswa yang bersangkutan bisa
dianggap terampil.
3.      Pengamatan
Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
Contoh: seorang anak yang baru pertama kali mendengar siaran radio akan
mengira bahwa penyiar radio tersebut benar-benar berada dalam kotak
bersuara itu, akan tetapi lambat laun melalui proses belajar akan diketahuinya
bahwa yang terdapat dalam radio adalah hanya suaranya saja, sementara
penyiarnya berada jauh di studio penyiar.
4.      Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat
Berfikir adalah merupakan berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif merupakan proses pembentukan
hubungan antara ransangan dengan respons.
Daya ingat adalah bertambahnya simpanan materi dalam memori serta
meningkatnya kemampuan untuk menghubungkan materi tersebut dengan
situasi yang sedang dihadapinya.
Contoh: seorang siswa mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul
Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah
itu dengan hari ulang tahun (maulid) Nabi Muhammad Saw hanya bisa
didapat apabila ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.

7
5.      Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan pemechan masalah. Pada umumnya siswa
yang berpikir rasional akan menggunakan prinsp-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.
Contoh: siswa memecahkan suatu permasalahan melalui debat atau diskusi.
6.      Sikap
Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
Pada prinsipnya sikap adalah suatu kecenderungan untuk siswa untuk
bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan belajar siswa dapat ditandai
dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah
(lebih maju, dan baik) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan
sebagainya.
7.      Inhibisi
Secara ringkas inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan
timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang
sedang berlangsung. Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi
adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan
yang tidak perlu, kemudian memilih melakukan tindakan lainnya yang lebih
baik.
Contoh: seorang siswa yang telah mempelajari bahaya apabila tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tidak akan melanggar rambu-rambu lalu
lintas dan tertib berkendara.
8.      Apresiasi
Apresiasi adalah suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting
atau nilai sesuatu (Chaplin,1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda (abstrak
maupun konkret) yang memiliki nilai luhur.
Contoh: seorang siswa yang mengalami proses belajar dalam menyanyi
maupun menari tradisional secara mendalam, maka tingkat apresiasinya
terhadap nilai seni tradisional akan mendalam pula.
9.      Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa,
senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku tersebut tidak terlepas
dari pengaruh pengalaman belajar.
Contoh: seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar
agama apabila ia telah menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang
dipelajarinya lalu dijadikannya sebagai sistem nilai diri. Kemudian
dijadikannya sebagai penutup diri kala suka maupun duka (Drajat,1985).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari
untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai
sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni
: faktor internal dan faktor eksternal.
3. Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase
informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig
adalah: acquisition, storage, retrieval.
4. Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori
conditioning klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah
teori psikologi gestalt.

9
5. Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis,
sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.

B. Saran
1. Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap proses
belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak yang
dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar.
2. Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini,
sehingga ketika anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera
dapat melakukan tindakan secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak
tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan hendaknya seorang guru bisa kreatif
menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak monoton sehingga
dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.
3. Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan
motivasi-motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat
anak dalam kegiatan belajarnya

10
11

Anda mungkin juga menyukai