Anda di halaman 1dari 30

i

GAMBARAN TINGKAT KEBAHAGIAAN PADA LANSIA


HIPERTENSI DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA PUCANG GADING PEDURUNGAN

PROPOSAL SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat melakukan penelitian

HALAMAN JUDUL

Oleh:

DANU ARIYANTO
G2A222004

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................17

2.1 Kajian Teoretis...........................................................................................17

2.1.1 Konsep Bahagia..........................................................................................17

2.1.1.1 Definisi Bahagia.........................................................................................17

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagian..........................................18

2.1.2 Hipertensi...................................................................................................19

2.1.2.1 Definisi Hipertensi.....................................................................................19

2.1.2.2 Klasifikasi Hipertensi.................................................................................20

2.1.2.3 Etiologi Hipertensi.....................................................................................20

2.1.2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................22

2.1.2.5 Penanganan Hipertensi Pada Lansia..........................................................23

2.1.3 Keluarga.....................................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26

3.1 Desain Penelitan.........................................................................................26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................26

3.2.1 Tempat penelitain.......................................................................................26


iii

3.2.2 Waktu Penelitian........................................................................................26

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................27

3.3.1 Populasi......................................................................................................27

3.3.2 Sampel........................................................................................................27

3.4 Variabel Penelitian.....................................................................................27

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.................................................28

3.5.1 Kuisioner....................................................................................................28

3.5.2 Dokumentasi...............................................................................................30

3.6 Uji Validitas Alat Ukur..............................................................................31

3.7 Teknik Analisis Data..................................................................................34


BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara berkembang yang memasuki era penduduk

menua, karena angka lansia melebihi dari 7,0% (BKKBN, 2019). Kementrian

kesehatan memproyeksikan pada tahun 2010-2015 kelompok usia 0-14 tahun dan

15-49 tahun mengalami penurunan, sedangkan kelompok usia 50-64 tahun dan 65

tahun keatas lansia terus mengalami peningkatan (Kemenkes, 2013). Adanya

peningkatan proporsi lansia ini disebabkan oleh adanya peningkatan status

kesehatan dan penurunan kejadian kematian (Care et al., 2019).

Lanjut usia adalah usia yang memasuki umur 60 tahun ke atas. Sebagian

besar individu pada usia ini terjadi berbagai perubahan fisik, mental, dan sosial.

Perubahan dalam hidup mereka dapat menjadi sumber stres karena stigma

menjadi tua adalah sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan,

ketidakberdayaan, dan munculnya penyakit. Usia lanjut sering dimaknai

sebagai masa kemunduran, terutama dalam fungsi fisik dan psikis (Andriani et

al., 2023).

Penuaan Penduduk (ageing population) sudah menjadi fenomena global.

Hampir setiap negara di dunia mengalami penambahan penduduk lanjut usia yang

sangat drastis baik jumlah maupun proporsinya dalam populasi. Secara global, ada

727 juta orang yang berusia 65 tahun atau lebih pada tahun 2020. Jumlah tersebut

1
2

diproyeksikan akan berlipatanda menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050. Selain itu,

pada tahun 2050 diprediksi akan terdapat 33 negara yang jumlah lansianya

mencapai lebih dari 10 juta orang, dimana 22 negara diantaranya merupakan

negara-negara berkembang. Secara global, proporsi penduduk berusia 65 tahun

atau lebih meningkat dari 6 persen tahun 1990 menjadi 9,3 persen pada tahun

2020. Proporsi tersebut diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 16 persen

pada tahun 2050. Artinya, satu dari enam orang di dunia akan berusia 65 tahun

atau lebih (Badan Pusat Statistik, 2021).

Perubahan fisik ditandai dengan adanya kulit yang mulai mengendur,

beruban, menurunnya fungsi penglihatan, penurunan aktivitas, dan menurunnya

tingkat kesehatan sedangkan perubahan psikologis dapat dilihat dari daya ingat

menurun atau mengalami kepikunan dan emosi yang mudah berubah kemudian

yang berhubungan dengan perubahan lingkungan sosial dan ekonomi lansia

seperti berhenti bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang

dicintai dan teman dan ketergantungan kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan

tersebut menjadi suatu kendala dalam menentukan tingkat kebahagiaan lansia

karena adanya penurunan dalam pemenuhan kebutuhan hidup (Mbeo et al, 2019).

Saat mempertimbangkan siapa yang akan memberikan dukungan

emosional bagi lansia, anggota keluarga adalah yang pertama dipikirkan. Lebih

banyak program kesadaran harus dimulai di antara anggota keluarga mengenai

dukungan emosional untuk lansia mereka. Ada beberapa keadaan di mana anggota

keluarga tidak dapat memberikan dukungan karena memiliki berbagai sumber

dukungan sangat penting. Layanan ini bermanfaat bagi lansia terutama bagi
3

mereka yang tinggal sendiri. Dukungan untuk lansia dapat ditemukan di beberapa

tempat termasuk panti jompo, rumah atau pusat perawatan untuk lansia,

pengiriman makanan atau bahkan afiliasi keagamaan. Layanan ini dapat

memberikan dukungan positif, baik emosional maupun instrumental, yang dapat

membantu lansia mengatasi kesepian dan keterasingan (Shah et al., 2021).

Banyak lansia yang tidak menikmati masa tuanya. Hal ini

disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada lansia. Diantaranya

perubahan pada sistem kardiovaskuler. Salah satu dampak dari perubahan

tersebut adalah hipertensi. Menurut RISKESDAS (2018), di Indonesia telah

diperoleh prevalensi hipertensi di usia 55-64 tahun terdapat 55,2%, penderita

hipertensi di usia 65-74 tahun 63,2% dan penderita hipertensi pada usia diatas

75 tahun sebesar 69,5%(Badan Pusat Statistik, 2021).

Lanjut usia dengan dukungan sosial yang buruk lebih cenderung

menunjukkan tekanan darah yang tidak terkontrol (Zhu et al., 2019). Kebahagiaan

merupakan faktor penting untuk penuaan yang sehat. pengalaman batin yang

positif dihasilkan dari interpretasi emosional terhadap kehidupan seseorang dan

juga fungsi kognitif sesorang untuk menyukai kehidupan yang dimilikinya.

Komponen emosional mengacu pada kesenangan.(Shah et al., 2021).

Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi terkait dengan tekanan darah tinggi

antara lain adalah usia, berat badan, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol

yang berlebihan, merokok, konsumsi diet yang buruk, diabetes dan faktor genetik.

Hasil beberapa studi menyebutkan bahwa faktor psikologis turut memengaruhi


4

tekanan darah. Gejala kecemasan dan depresi diduga berkontribusi terhadap

perkembangan hipertensi. (Olwin Nainggolan et al., 2021) Kualitas hidup

dipengaruhi oleh berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung coroner,

penyakit pembuluh darah otak, penyakit paru, keganasan dan gangguan alergi.

ketidakpuasan penderita hipertensi berkisar dari kerusakan sistem biologis hingga

efek samping terapi dan gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.

(Samiyeh Fouladivanda et al., 2018).

Hipertensi adalah sebuah kondisi tubuh yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah melebihi batas normal ketika tekanan darah sistolik (SBP)

seseorang di atas 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik (DBP) di atas 90

mmHg (Unger et al., 2020). Dampak secara psikologis pada penderita

hipertensi diantaranya pasien merasa hidupnya tidak berarti akibat kelemahan

dan proses penyakit hipertensi yang merupakan long life disease.

Disamping itu, dengan adanya peningkatan darah ke otak akan menyebabkan

lansia sulit berkonsentrasi dan tidak nyaman, sehingga akan berdampak

pada hubungan sosial yaitu lansia tidak mau bersosialisasi, yang pada

akhirnya dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan menimbulkan mempengaruhi

kualitas hidup lansia penderita hipertensi (Seftiani et al., 2018 dalam Prastika &

Siyam, 2021).

Setiap individu berhak atas kebahagiaannya tidak terkecuali lansia

walaupun mengalami banyak penurunan atau perubahan secara fisiologis namun

lansia masih dapat melakukan aktivitasnya secara aktif dan masih dapat

merasakan kesehatannya sehingga masih ada kesempatan untuk meningkatkan


5

kualitas hidupnya .Keadaan ini menyebabkan masalah baru yaitu tingkat

ketergantungan lansia kepada keluarganya. Ketika menghadapi masa ini, tidak

sedikit lansia atau permintaan keluarga memilih alternatif tinggal di panti jompo.

Panti jompo adalah sebuah tempat tinggal bagi kelompok lansia baik yang

sukarela ataupun diserahkan keluarganya untuk diurus segala keperluannya. Panti

ini akan melayani lansia selama 24 jam dengan berbagai kegiatan dan aktivitas

yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan lansia. Mayoritas lansia tidak dapat

menerima fakta bahwa mereka ditempatkan di panti dengan anggapan bahwa

mereka dibuang oleh keluarganya sehingga berdampak pada perasaan tidak

bahagia (Manungkalit & Sari, 2022) Berdasarkan latar belakang tersebut penulis

tertarik untuk mengetahui gambaran tingkat kebahagiaan pada lansia hipertensi

yang tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Pedurungan

Kota Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Mengetahui gambaran tingkat kebahagiaan pada lansia hipertensi yang tinggal di

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Pedurungan Kota Semarang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagi berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kebahagiaan pada lansia hipertensi yang

tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Pedurungan Kota

Semarang.
6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik lansia mencangkup : usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, riwayat penyakit, pekerjaan dan status

menikah.

b. Mendiskripsikan tingkat kebahagiaan lanjut usia dengan hipertensi di

Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Pedurungan

Kota Semarang.

c. Mendiskripsikan tingkat kebahagiaan lansia dengan hipertensi

berdasarkan karakteristik responden.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran tingkat

kebahagiaan lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading

Pedurungan Kota Semarang sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk

kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keadaan lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.4.2.1 Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman bagi peneliti tentang

bagaimana meneliti gambaran tingkat kebahagiaan lansia dengan hipertensi dan

menambah pengetahuan bagi peneliti untuk meneliti fenomen-fenomena lain yang

terjadi di tempat kerja.


7

1.4.2.2 Tenaga Keprawatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan tenaga perawat di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang

Gading Pedurungan Kota Semarang dalam mengkaji dan mengaplikasikan asuhan

keperawatan lansia dengan hipertensi.

1.4.2.3 Institusi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan agar dalam memberikan pelayanan

kesehatan pada lansia khususnya dengan hipertensi tetap diperhatikan dengan

perubahan psikologis yang terjadi pada lansia terutama tingkat kebahagiannya.

1.4.2.4 Masyarakat Setempat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hipertensi

pada lansia supaya lebih mengetahui metode perawatan pada lansia penderita

hipertensi dan supaya bisa meningkatkan tingkat kebahgaiaan pada lansia

penderita hipertensi.
8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Konsep Bahagia

2.1.1.1 Definisi Bahagia

Kebahagiaan adalah faktor penting untuk penuaan yang sehat yang didefinisikan

sebagai pengalaman batin positif yang dihasilkan dari interpretasi emosional

terhadap kehidupan seseorang dan juga fungsi kognitif individu atau singkatnya

bagaimana seseorang menyukai kehidupan yang dimilikinya. Komponen

emosional mengacu pada kesenangan (keseimbangan antara kenyamanan dan rasa

sakit atau efek yang tidak menyenangkan), sedangkan komponen kognitif

dikaitkan dengan kesehatan mental. Istilah kebahagiaan terkadang dipertukarkan

dengan kepuasan hidup (Shah et al., 2021).

Kebahagiaan juga merupakan dasar dari kesehatan mental, karena

kesehatan mental adalah produk sampingan yang berasal dari kebahagiaan. Secara

fungsional, kebahagiaan merupakan prasyarat untuk kesehatan mental dan

dampaknya terhadap kesehatan mental dimediasi melalui perantara. Kebahagiaan

erat kaitannya dengan kesehatan, dan orang dewasa yang lebih tua dengan

kebahagiaan yang lebih besar lebih mungkin menyebarkan informasi kesehatan

(Sun, 2023).

17
18

Kebahagiaan, yang didefinisikan sebagai "apresiasi keseluruhan hidup

seseorang secara keseluruhan", telah semakin terbukti memberikan sejumlah

manfaat perlindungan kesehatan. Individu yang lebih bahagia cenderung hidup

lebih lama, menikmati kesehatan fisik yang lebih baik, dan memiliki ketahanan

psikologis yang lebih besar (Tan et al., 2019).

Salah satu penentu kebahagiaan adalah penerimaan lingkungan yang

positif. Menurut Seligman 2005 dalam Pali 2016 mengatakan orang-orang yang

sangat bahagia memiliki kehidupan sosial yang memuaskan dan menghabiskan

paling sedikit waktu sendirian. Ilmuwan sosial memperkirakan bahwa sekitar 70%

dari kebahagiaan seseorang tergantung pada jumlah dan kualitas persahabatan,

kedekatan keluarga, dan kesehatan hubungan dengan tetangga dan rekan kerja.

Dukungan sosial, rasa saling menghormati dan kemampuan untuk berbagi sangat

penting untuk kebahagiaan. Ini sangat tergantung dan dapat dipertahankan melalui

komunikasi. Memberitahu orang lain bahwa mereka penting bagi kita dapat

memperdalam ikatan timbal balik. Berbagi masalah dengan mereka yang paling

dekat dengan anda dapat menghilangkan tekanan dari suatu masalah (Manungkalit

& Sari, 2022).

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagian

Dalam peneliatian (Eko Hadi, 2022) Tingkat menggambarkan Tingkat

kebahagiaan penduduk lansia bervariasi antar wilayah, karakteristik individu

penduduk lansia, dan kondisi sosial dan ekonomi. Kebahagiaan penduduk lansia

di Indonesia secara signifikan dipengaruhi oleh faktor pendapatan, status

kesehatan, budaya, hubungan sosial, dan perasaan kesepian.


19

Sebagai kepentingan generasi lanjut usia berikutnya, dukungan emosional

dan keterlibatan sosial yang aktif di antara mereka harus dipastikan untuk

meningkatkan kebahagiaan seumur hidup. Untuk mencapai kebahagiaan di

kalangan lansia Malaysia. Oleh karena itu, program atau kegiatan harus disusun

dan ditetapkan dengan tujuan memperkuat dukungan emosional dan keterlibatan

sosial aktif pada populasi lanjut usia. Saat mempertimbangkan siapa yang akan

memberikan dukungan emosional bagi lansia, anggota keluarga adalah yang

pertama dipikirkan. Oleh karena itu, lebih banyak program kesadaran harus

dimulai di antara anggota keluarga mengenai dukungan emosional untuk lansia

mereka.

Ada beberapa keadaan di mana anggota keluarga tidak dapat memberikan

dukungan; karenanya, memiliki berbagai sumber dukungan sangat penting.

Layanan berbasis komunitas bermanfaat bagi lansia terutama bagi mereka yang

tinggal sendiri. Dukungan untuk lansia dapat ditemukan di beberapa tempat

termasuk panti jompo, rumah atau pusat perawatan untuk lansia, pengiriman

makanan atau bahkan afiliasi keagamaan. Layanan ini dapat memberikan

dukungan positif, baik emosional maupun instrumental, yang dapat membantu

lansia mengatasi kesepian dan keterasingan (Shah et al., 2021).

2.1.2 Hipertensi

2.1.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko terpenting yang dapat dimodifikasi untuk

kejadian kardiovaskular, termasuk kematian jantung, penyakit jantung koroner,

gagal jantung, dan stroke iskemik atau hemoragik (Lee et al., 2019).
20

Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah systole dan diastole

mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan darah systole diatas

140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg (Endang et al.,2021).

Hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan pada aliran darah yang

ada pada tubuh manusia, sehingga meningkatkan tekanan didalam pembuluh

darah. Joint National Committee VII (2014) menyebutkan bahwa usia lebih dari

sama dengan 18 tahun dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan

darah diastolik >90 mmHg merupakan kategori seseorang dikatakan hipertensi.

Penyakit hipertensi ini dapat dijumpai pada usia muda dan juga usia lanjut karena

proses degeneratif (Kemenkes, 2014). Penyakit ini juga sering disebut sebagai

silent killer, karena pada beberapa kasus tanda dan gejala tidak muncul secara

nyata (Rahmawati et al., 2020).

2.1.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan darah Tekanan darah


Klasifikasi
sistolik (mmHg)
sistolik (mmHg)

Normal <120 mmHg <80 bmmHg

Prahipertensi 120-139 mmHg 80-90 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 >160 mmHg >100 mmHg

2.1.2.3 Etiologi Hipertensi


21

a. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab hipertensi esensial tidak jelas, dan penyebab sekunder dari hipertensi

esensial belum ditemukan. Pada hipertensi esensial, tidak ada penyakit ginjal,

gagal ginjal atau penyakit lain, genetik dan etnis merupakan bagian dari penyebab

hipertensi esensial, 7 termasuk stres, minum sedang, merokok, lingkungan dan

gaya hidup yang tidak aktif (Ilma Fitriana, 2019).

b. Hipertensi sekunder

Penyebab hipertensi sekunder dapat ditentukan seperti penyakit pembuluh ginjal,

penyakit tiroid (hipertiroidisme), hiperaldosteronisme, dan penyakit substansial

(Simanjuntak & Situmorang, 2022).

c. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

1) kejadian hipertensi terjadi pada rata-rata umur >40 tahun, Jenis kelamin

lebih banyak didominasi oleh perempuan, hipertensi lebih rentan terjadi

pada mereka yang obesitas/berat badan berlebih dan mereka yang sedang

mengalami tekanan/stres, mayoritas pasien hipertensi lebih banyak terjadi

pada mereka yang memiliki riwayat keturunan dalam keluarganya, serta

gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan minum kopi dianggap sebagai

gaya hidup yang kurang baik bagi kesehatan terkait dengan kejadian

tekanan darah (hipertensi) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya hipertensi. Namun perlu dilakukan penelitian lebih rinci tentang

variabel lain yang berhubungan dengan kejadian hipertensi agar dapat

diketahui faktor-faktor lain (Siwi et al., 2020).


22

2) Dalam penelitian yang dilakukan (Andriani et al., 2023b) ditemukan 65

orang (25,7%) yang penderita depresi sedang memiliki kualitas hidup

yang buruk sebanyak 57 orang Hal ini bisa disebabkan oleh

responden yang sering merasa cemas jika sendiri di rumah, kambuhnya

hipertensi yang menyebabkan nyeri sehingga berkurangnya waktu tidur

responden. Kurangnya pergaulan, karena responden lebih memilih

dirumah. Kemudian ditemukan 84 orang (33,2%) yang tidak depresi

(normal), 69 orang (27,3%) diantaranya memiliki kualitas hidup yang

baik. Hal ini bisa disebabkan oleh lansia yang masih tinggal bersama

keluarganya, pendidikan responden yang mayoritas tinggi sehingga lebih

siap mempertahankan kualitas hidupnya (Andriani et al., 2023).

2.1.2.4 Manifestasi Klinis

a. Hipertensi Urgensi (Zahrotun, 2020)

1) meningkatnya tekanan darah

2) sakit kepala yang parah

3) kecemasan dan sesak napas

b. Sedangkan manifestasi klinis dari hipertensi emergensi (Zahrotun, 2020)

terdapat kerusakan organ, misalnya perubahan status mental seperti pada

ensefalopati, stroke, gagal jantung, angina, edema paru, serangan jantung,

aneurisma, eklampsi.
23

2.1.2.5 Penanganan Hipertensi Pada Lansia

Rekomendasi Non Farmakologis saat ini menganjurkan untuk aktivitas

fisik secara teratur, pengendalian berat badan, berhenti merokok, pengurangan

stres, dan menghindari asupan alkohol yang berlebihan. Pola makan jantung

sehat,, rendah karbohidrat, vegetarian, pola makan nabati, dan pola makan

Mediterania. Serta asupan natrium yang rendah, suplementasi kalium (1500

hingga >3000 mg), suplemen kalsium atau magnesium, konsumsi probiotik, serat,

biji rami, peningkatan asupan protein, konsumsi bawang putih dan minyak ikan.

Terapi perilaku termasuk meditasi transendental, yoga, Taiichi dan biofeedback

telah diketahui efeknya dalam menurunkan tekanan darah. Komorbiditas yang

berkontribusi seperti sleep apnea, stenosis arteri ginjal, prostatisme,

aldosteronisme primer juga harus ditangani (Oliveros et al., 2020).

2.1.3 Keluarga

2.1.3.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sumber kekuatan utama lansia untuk bisa melewati sisa

usia menjadi lebih berharga dan berkualitas, memberikan rasa tenang, damai, dan

bahagia serta meminimalisir timbulnya rasa kesepian yang akan berdampak buruk

bagi kesehatan lansia (Dewi et al., 2022). Keluarga adalah unit dari masyarakat

dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam

masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat

menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan

(Frieman, 2010). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya


24

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosinal serta social dari tiap

anggota keluarga (Kusdiah et al., 2022).

2.1.3.2 Dukungan keluarga terhadap lansia

Terdapat pengaruh yang positif dan langsung fungsi keluarga terhadap

gaya hidup lansia penderita hipertensi. Peningkatan fungsi keluarga juga akan

dapat meningkatkan gaya hidup pada penderita hipertensi lebih baik. Fungsi

keluarga dengan lebih meningkatkan dan memperhatikan anggota keluarga

didalam gaya hidupnya seperti mempertahankan berat badan yang ideal, merokok

pada anggota keluarga sehingga didapatkan perbaikan gaya hidup yang lebih

efektif (Agus Triono dan Isna, 2020).

Dukungan keluarga mempunyai hubungan sangat kuat dengan kepatuhan

dan terdapat hubungan searah, sehingga semakin tinggi dukungan keluarga maka

semakin tinggi kepatuhan. Dukungan keluarga berkontribusi sebesar 61,8%

terhadap kepatuhan. Keluarga harus lebih memperhatikan pemberian dukungan

informasional terhadap pasien hipertensi (Agus Triono dan Isna, 2020).

Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan seperti

memberikan pertolongan seperti mengontrolkan lansia agar tekanan darah tidak

meningkat dan diharapkkan bisa kembali normal. Bentuk dukungan keluarga

seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informasi (Friedman, 2010).


25

Dukungan emosional dan penghargaan dimana keluarga sebagai sebuah

tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaaan emosional. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati,

kepedulian, dihargai, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu

mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol karena seiring dengan

lamanya waktu pengobatan, pasien hipertensi membutuhkan orang terdekat yang

tinggal serumah yang dapat memberikan dukungan emosional dan penghargaan

yang cukup angar lansia merasa dicintai dan tetap semangat menjalani kontrol

hipertensinya ( Friedman, 2010).


BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitan

Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan pendekatan kuantitatif

dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu metode yang

digunakan untuk memperoleh fakta-fakta yang menggambarkan secara sistematik

mengenai mendiskripsikan tingkat kebahagiaan lansia yang mengalami hipertensi.

Pada penelitian ini bertujuan untuk memaparkan variabel penelitian, secara

deskriptif tanpa melakukan analisa hubungan antar variabel yang diteliti dan tidak

melakukan suatu intervensi, tetapi mengumpulkan informasi dengan

menggunakan kuesioner yaitu menggunakan kuesinoer The Oxford Happiness

Questionnaire (OHQ) yang dikembangkan oleh Hills dan Argyle (2002).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitain

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pucang Gading Pedurungan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2023 dan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi tempat penelitian

26
27

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2015:117) dalam bukunya menyatakan bahwa

populasi merupakan sekumpulan objek atau subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditentukan sendiri oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh lansia

yang ada di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Pedurungan.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2015:118) Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang terdapat pada populasi tersebut. Pengambilan sampel penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling.

Disebutkan dalam Sugiyono (2015:121) bahwa teknik Stratified Random

Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan objek yang

akan diteliti berstrata.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel menurut Sugiyono (2015:61) adalah suatu karakteristis dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulannya. Dilihat dari hubungan antara

satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam

penelitian Sugiyono (2015:64) dibedakan menjadi 5 yaitu : (1) variabel

independen/ variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya variabel terikat atau dependen; (2) variabel dependen atau
28

variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas; (3) variabel moderator, merupakan variabel yang

mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen; (4) variabel intervening, merupakan variabel yang

secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen

menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur; (5)

variabel kontrol, merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi

oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas atau

independent variabel dan variabel terikat atau dependent variable. Variabel bebas

atau independent variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat kebahagiaan.

Sedangkan variabel terikat atau dependent variabel dalam penelitian ini adalah

lansia hipertensi.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Kuisioner

Menurut Sugiyono (2010:148) yang dimaksud dengan instrumen

penelitian yaitu alat ukur untuk mengukur variabel yang diamati atau diteliti.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut sebaiknya harus

teruji validitas dan reabilitasnya. Menurut Sugiyono (2015:173) instrumen

dikatakan valid ketika alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid

atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan
29

instrumen dikatakan reliabel ketika instrumen yang digunakan untuk mengukur

obyek yang sama selama berkali-kali dan menghasilkan data yang sama.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuisioner. Kuisioner yang akan digunakan penulis berbentuk skala model Likert

yang telah di modifikasi mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif berupa kata-kata, yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-Kadang

(KK) dan Tidak Pernah (TP).

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang

masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Adapun perolehan skor dari item

berdasarkan dari jawaban yang dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni

favorable. Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kiri ke kanan (SS, S,

KK, TP) dengan nilai (4, 3, 2, 1). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1
Skor Skala Model Likert

No. Kategori Favorable


1. Sangat Sering 4
2. Sering 3
3. Kadang-Kadang 2
4. Tidak Pernah 1

Pengukuran kebahagiaan pada penelitian ini menggunakan The Oxford

Happiness Questionnaire (OHQ) yang dikembangkan oleh Hills dan Argyle


30

(2002). Skala ini terdiri dari 29 item pernyataan. Adapun pembagian indikator

dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
Blueprint Skala Happiness

Indikator Nomor Item Jumlah


Merasakan adanya kepuasan
dalam hidup yang sudah 1, 2, 3, 4, 9, 12, 16, 24 8 item
dijalani
Menjalani hari dengan
optimis dan positif serta 6, 7, 10, 14, 15, 17, 22,
8 item
penuh dengan kebahagiaan 27

Memiliki semangat dan


kepercayaan 8, 13, 25, 26, 28 5 item
diri yang baik
Mempunyai sikap yang
tenang dalam menanggapi
5, 21, 29 3 item
masa lalu maupun masa
depan
Dapat mengontrol dirinya
11, 19, 20, 23 4 item
dalam keadaan apapun
Memiliki keyakinan akan
kemampuan
18 1 item
dirinya

Total 29 item

3.5.2 Dokumentasi

Menurut Arikunto (2013:274) yang dimaksud dokumentasi yaitu mencari

data mengenai sesuatu hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, lengger, agenda, notulen rapat, dan sebagainya.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi adalah untuk

memperoleh informasi dari segala macam sumber tertulis dapat berupa dokumen

dari objek yang diteliti atau pada tempat yang objek tinggali.
31

3.6 Uji Validitas Alat Ukur

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pada CFA penulis

harus memiliki gambaran yang spesifik tentang (a) jumlah faktor, (b) variabel

yang mencerminkan jumlah faktor, (c) faktor-faktor yang saling berkorelasi.

Tahapan dalam CFA diawali dengan merumuskan hipotesis (model

teoritis) tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji

kebenarannya. Dengan CFA dilakukan pengujian teori dengan langkah-langkah

sebagai berikut (a) mendefinsikan teori (model spesifikasi), (b) mengidentifikasi

parameter (mengecek apakah derajat kebebasan dari model positif/ lebih besar

dari nol), (c) mengestimasi parameter (misalnya: dengan maximum likelihood),

(d) melakukan prediksi dengan menggunakan parameter hasil estimasi (matriks

korelasi sigma), dan (e) menguji signifikansi/ tidak ada residual (S - ∑ = 0). Jika

residual tidak signifikan, model fit dan parameter boleh digunakan.

Instrumen-instrumen yang digunakan akan diuji validitasnya dengan

menggunakan metode CFA (confirmatory factor analysis). Adapun logika dari

CFA (Umar, 2012):

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.
32

2. Diteorikan seluruh item hanya mengukur satu faktor saja. Artinya

keseluruhan tes bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat diprediksi matriks korelasi antar item yang

seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini

disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,

yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka

tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga

dinyatakan dengan Σ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tentang alat ukur

dapat diterima (hanya mengukur satu faktor saja). Tetapi jika chi-square

signifikan (p<0.05), maka dapat dilakukan modifikasi model dengan cara

membebaskan parameter berupa korelasi antar kesalahan pengukuran

(biasanya terjadi ketika suatu item mengukur konstruk selain yang

ingin diukur/multidimensional).

5. Setelah diperoleh model fit dengan data, maka langkah selanjutnya diuji

apakah koefisien muatan faktor untuk setiap item signifikan atau tidak

mengukur apa yang hendak di ukur. Ini dilakukan dengan menggunakan uji-t.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan taraf signifkansi 5% sehingga item

yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki nilai t lebih dari 1.96

(t>1.96). Jika hasil uji-t tidak signifikan maka item tersebut tidak mengukur

apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop.
33

6. Adapun kriteria untuk mengeliminasi atau mendrop item adalah sebagai

berikut:

1) Jika suatu item memiliki koefisien negatif, maka item tersebut akan di-

drop karena mengukur hal yang berlawanan dari apa yang hendak diukur.

Namun jika suatu item terdiri dari penyataan yang bersifat unfavorable

maka tentu saja koefisien muatan faktornya pun akan berarah negatif.

Oleh kerena itu, pada item yang seperti ini skornya harus dibalik

(reversed) terlebih dahulu sebelum analisis faktor dan perhitungan skor

faktor dilakukan sehingga diperoleh koefisien muatan faktor yang positif.

Apabila skor pada item sudah dibalik tetap menghasilkan koefisien yang

bernilai negatif maka item tersebut di-drop.

2) Menguji apakah suatu item signifikan atau tidak dalam mengukur hal

yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Hal yang dites adalah

koefisien muatan faktor untuk setiap item. Jika nilai t koefisien muatan

faktor (t>1.96) maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam

mengukur konstruk yang hendak diukur. Artinya item tersebut tidak di-

drop. Sedangkan item yang nilai t tidak signifikan (t<1.96) maka item

akan di-drop.

3) Apabila kesalahan pengukuran pada sebuah item terlalu banyak saling

berkorelasi, maka item tersebut sebaiknya di-drop. Sebab item yang

demikian, selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal

lain (multidimensional). Kemudian item yang digunakan hanyalah item

yang valid saja.


34

Adapun analisis dengan metode CFA dilakukan dengan bantuan software LISREL

8.80.

3.7 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisa univariat untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan variabel yang diteliti. Analisa ini digunakan

untuk melihat gambaran variabel tingkat kebahagiaan, dengan menggunakan

distribusi frekuensi dalam bentuk presentase dan narasi. Dalam penelitian ini yang

dianalisa dengan univariat adalah hasil kuisioner OHQ dan tingkat kebahagiaan

lansia hipertensi.
35

Anda mungkin juga menyukai