Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn “ S” 16 TAHUN DENGAN


MASALAH KEPUTIHAN DAN OBESITAS DI PMB BIDAN NINING
JAKARTA BARAT

TAHUN 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn “S” 16 TAHUN DENGAN
MASALAH KEPUTIHAN DAN OBESITAS DI PMB BIDAN NINING
JAKARTA BARAT
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji:

Pembimbing I

(Lili Farlikhatun, SST, Bdn, M.Keb)


NIDN: 0323018601

2
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Stase Remaja dan Perimenopause

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn ”S” 16TAHUN


DENGAN MASALAH KEPUTIHAN DAN OBESITAS DI PMB
BIDAN NINING JAKARTA BARAT
TAHUN 2023

Pada
Oktober 2023

Pembimbing Penguji I

(Lili Farlikhatun, SST, Bdn, M.Keb) ( ……………………)


NIDN : 0323018601

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul ‟ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA
DENGAN MASALAH KEPUTIHAN DAN OBESITAS DI PMB BIDAN
NINING JAKARTA BARAT TAHUN 2023 ”
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Maryati Sutarno, S.Pd, SST, Bd, MARS, MH selaku Ketua
Yayasan Abadi Nusantara.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, S.ST, Bd, MARS Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, SSiT, Bd, M.Keb selaku Ketua Program Pendidikan Profesi
Bidan STIKes Abdi Nusantara Jakarta.
4. Ibu Lili Farlikhatun, SST, Bdn, M.Keb pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, pengarahan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
5. Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempuranaan
laporan penulis.
6. Kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan studi kasus.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.
Jakarta, Oktober 2023

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………… 2


KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 4
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 5

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 6


1.1 Latar Belakang ……………………………………………........ 6
1.2 Tujuan ………………………………………………………...... 8
1.2.1 Tujuan Umum ………………………………………………….
8
1.2.2 Tujuan Khusus …………………………………………………
9

BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………..…... 11


2.1 Tinjauan Umum Tentang Remaja …… …………………....... 11
2.2 Pengertian Keputihan ………………………………………... 14
2.2.1 Etiologi Keputihan …………………………………………… 15
2.2.2 Komplikasi …………………………………………………... 18
2.2.3 Penatalaksanaan ……………………………………………… 19
2.3 Obesitas ……….……………………………………………… 20

BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………………… 27


3.1 Data Subjektif ……………………………………………........ 27
3.2 Data Objektif …………….…………………….………………. 30
3.3 Analisa …………. ……………………………………………… 32
3.4 Penatalaksanaan ………………………………………………… 32

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………… 35

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi mendatang


yang baik. Masa remaja adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang
berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial
atau tingkah laku. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa remaja dan banyak perubahan yang terjadi karena
bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh juga
terjadi perubahan hormonal. Perubahan – perubahan ini mempengaruhi
kebutuhan gizi dan makanan mereka. Selain itu masa remaja juga merupakan
masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa dan di sertai dengan
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa
(Danissa, 2018).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) secara etiomologi, remaja
berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) yaitu
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) menyebut kaum muda untuk usia antara 15 tahun sampai 24
tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources dan Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-
21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yakni remaja awal (11-14 tahun);
remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun) definisi
inilah yang kemudian disatukan dalam terminology kaum muda (Desta,
2019).
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh

6
hormone tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan
pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan .Keputihan
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu keputihan normal dan abnormal. Umumnya
keputihan didefinisikan sebagai cairan putih yang dikeluarkan dari alat
kelamin wanita. Terkadang keputihan ini hanya keluar dengan cair atau
kadang lengket dan kental. Keputihan sampai batas tertentu adalah normal
dan sehat karena membersihkan sel-sel mati dari organ reproduksi dan
organisme beracun lainnya. Pada wanita sehat keputihan berwarna keputihan.
Keputihan yang abnormal mungkin berwarna keputihan, kekuningan,
kemerahan dan kehijauan (Sikarwar, 2020).
Berdasarkan data WHO terdapat kasus baru infeksi menular seksual
yang muncul dan terjadi sekitar lebih dari 340.000.000 setiap tahunnyadengan
presentase kasus 75-85% dari negara berkembang.Terjadi peningkatan
prevalensi kasus infeksi genital pada tahun 2011-2013 yang terdiri dari kasus
bacterial vaginosis 45-50%, kasus vulva vaginal kandidiasis 30-35%, dan
trikomoniasis 5- 10% (Ummul Azizah, 2020).

Salah satu pencegahan yang penting adalah membersihkan daerah


kewanitaan dengan benar yaitu dari arah depan kebelakang lalu kearah anus.
Yang harus diperhatikan yaitu arahnya tidak boleh sebaliknya, atau dari anus
ke vulva, atau bolak balik dari anus ke vulva, lalu tidak dianjurkan
menggunakan sabun kimiawi. Hindari suasana vagina yang lembab
berkepanjangan, dianjurkan mencukur bulu yang ada pada area vagina bila
sudah panjang, hindari pemakaian celana dalam yang terbuat dari bahan
katunatau bahan yang meresap keringat. (Yusiana & Saputri)

Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan


suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri,
kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk
tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh
ramping/langsing dan proporsional, merupakan idaman bagi mereka.
Pravalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun
negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang
mengkhawatirkan. Kejadian overweight terus mengalami peningkatan. Pada

7
tahun 2000 – 2012 kejadiaan overweight terus naik dari 5% menjadi 7%.

Secara umum, obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor


perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik sebenarnya menyumbang
10-30% sementara faktor perilaku danlingkungan dapat mencapai 70%.
Beberapa penelitian menyatakan, perkembangan teknologi yang pesat
berkontribusi pada peningkatan prevalensi kegemukan, tanpa disadari
teknologi menggiring kita untuk bergaya hidup sedentary diantaranya kurang
beraktifitas fisik, makan makanan instan, dan kurang mengonsumsi buah dan
sayur. Faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya obesitas pada anak
yaitu pola asuh orang tua terutama pola pemberian makan. Selain itu,
terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti, anak obesitas
mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau
tekanan darah tinggi, dampak psikososial, dimana anak cenderung tidak
percaya diri dan dijauhi atau menarik diri dalam pergaulan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis


membuat laporan kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA
REMAJA Nn “S” 16 TAHUN DENGAN MASALAH KEPUTIHAN DAN
OBESITAS DI PMB BIDAN NINING TAHUN 2023.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan masalah


keputihan dan obesitas melalui pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian metode SOAP dan Pathway.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Bidan mampu melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan pada


remaja dengan masalah keputihan dan obesitas di pmb bidan
nining Tahun 2023.

b. Bidan mampu merumuskan diagnosa asuhan kebidanan pada


remaja dengan masalah keputihan dan obesitas di bpm nining
Tahun 2023.

8
c. Bidan mampu merencanakan asuhan kebidanan pada remaja
dengan masalah keputihan dan obesitas di bpm nining Tahun
2023.

d. Bidan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada


remaja dengan masalah keputihan dan obesitas di bpm nining
Tahun 2023.

e. Bidan mampu mendokumentasikan kasus asuhan kebidanan pada


remaja dengan masalah keputihan dan obesitas di bpm nining
Tahun 2023 dalam bentuk SOAP dan pathway.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) secara etiomologi,


remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence)
yaitu periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) menyebut kaum muda untuk usia antara 15 tahun
sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources dan
Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yakni remaja
awal (11-14 tahun);remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir
(18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminology kaum
muda (Desta, 2019).

Menurut WHO (2022) remaja merupakan fase antara masa kanak-


kanak dan dewasa dalam rentang usia antara 10 hingga 19 tahun.
Sedangkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI N0.25, remaja
merupakan penduduk dalam rentang usia antara 10 hingga 18 tahun
(Kemkes.go.id, 2018). Selain itu, Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan, rentang usia remaja ialah 10
hingga 24 tahun dan belum menikah, maka dapat diartikan remaja ialah
masa pergantian dari anak-anak menuju dewasa (Brief Notes Lembaga
Demografi FEB UI, 2020).

Masa remaja merupakan tahap perkembangan psikologis yang


potensial dan rentan, dikenal dengan fase mencari jati diri, karena difase

10
ini mereka sudah tidak bisa dikatakan anak-anak namun juga belum bisa
dikatakan sebagai golongan orang yang sudah dewasa, dan juga pada fase
ini remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya (Fauzia & Rahmiaji, 2019).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Diananda (2019) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu


:

a. Remaja Awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early


adolescence memiliki rentang usia antara 11 – 13 tahun. Pada
tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan
- perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga
mengembangkan pikiran – pikiran baru, mudah tertarik pada
lawan jenis dan juga mudah terangsang secara erotis.
b. Remaja Madya

Remaja yang dikenal dengan istilah asing yaitu middle


adolescence memiliki rentang usia antara 14 – 16 tahun. Tahap
remaja madya atau pertengahan sangat membutuhkan temannya.
Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai
dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih
bingung dalam mengambil keputusan atau masih labil dalam
berperilaku.
c. Remaja Akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence merupakan


remaja yang berusia antara 17 – 20 tahun. Masa ini merupakan
masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu mementingkan diri
sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah
terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya sudah berfikir
secara matang dan intelek dalam mengambil keputusan.

11
3. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik pada remja ditandai dengan tumbuhnya


rambut di tubuh seperti ketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada
anak laki – laki tumbuhnya kumis dan jenggot dan suara
membesar. Organ reproduksinya juga sudah mencapai puncak
kematangan yang ditandai dengan kemampuan ejakulasi dan sudah
bisa menghasilkan sperma. Anak laki – laki mengalami ejakulasi
pertama kali saat tidur atau lebih sering dikenal dengan mimpi
basah (Diananda, 2019). Perkembangan fisik pada anak
perempuan yaitu timbulnya payudara, panggul yang membesar dan
suara yang berubah menjadi lembut. Pada anak perempuan
mengalami puncak kematangan reproduksi yang ditandai dengan
menstruasi pertaman (menarche). Menstruasi merupakan tanda
bahwa anak perempuan sudah mampu memproduksi sel telur yang
tidak di buahi, sehingga akan keluar bersama dengan darah
menstruasi melalui vagina (Diananda, 2019).
b. Perkembangan Emosi

Pada remaja awal mulai di tandai dengan lima kebutuhan dasarnya


yaitu: fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan dan
perwujudan diri. Setiap remaja juga masih menunjukkan reaksi –
reaksi dan ekspresi emosi yang masih labil. Remaja awal masih
belum terkendali dalam meluapkan ekspresinya seperti pernyataan
marah, gembira dan sedih yang setiap saat dapat berubah – ubah
dalam waktu yang cepat (Nuri‟an, 2020).
c. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka dalam


menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis.
Dalam menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari solusi
dan jalan keluarnya secara efektif. Remaja juga mampu berpikir
secara abstrak setiap menyelesaikan masalah (Watung, 2022)
d. Perkembangan Psikososial

12
Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai dengan
ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada teman
sebayanya. Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah
pada teman dan memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya.
Remaja sudah memiliki rasa solidaritas yang tinggi dan memiliki
rasa saling menghormati pada teman sebayanya maupun orang
yang lebih tua pada mereka. Pada masa ini remaja sudah
mementingkan penampilannya ketika bertemu seseorang yang
sesama jenis ataupun lawan jenisnya (Watung, 2022). Remaja
putri merupakan salah satu kelompok yang rentang mengalami
masalah gizi, sehingga upaya pengkajian lanjut menjadi penting
dilakukan mengingat besarnya dampak yang dapat diakibatkan
dari masalah gizi tersebut. Nilai kebaruan dari penelitian ini adalah
dilakukan pengukuran status gizi dengan indikator berbeda yakni
indeks massa tubuh untuk mengidentifikasi kejadian berat badan
kurang dan obesitas serta indikator lingkar lengan atas untuk
mengidentifikasi kejadian kekurangan energi kronis (Nuryani,
2019).

2.2 Pengertian Keputihan

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang


vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa
gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis)
yang dipengaruhi oleh hormone tertentu. Cairannya berwarna putih,
tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan ada kelainan. Keputihan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
keputihan normal dan abnormal.

2.2.1 Etiologi Keputihan


1. Keputihan normal (Fisiologis)
Cairan yang mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit,
dalam keadaan normal berfungsi untuk mempertahankan kelembaban

13
vagina. Cairan berwarna jernih, tidak terlalu kental, tidak disertai
dengan rasa nyeri atau gatal, dan jumlah keluar tidak berlebih.
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 menstruasi
Sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak cocok disebut
keputihan, banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga
banyak sedikitnya sekret/cairan vagina sangat bergantung pada
siklus bulanan dan stress yang juga dapat mempengaruhi siklus
bulanan itu sendiri.

a. Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket dan encer.


b. Tidak mengeluarkan bau yang menyengat.
c. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan
tanda masa subur pada wanita tertentu.
d. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh
hormon yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
e. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat
sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan
sendirinya.
f. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau
yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut
berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
g. Pada wanita hamil keputihan lebih sering timbul, karena pada saat
wanita hamil, maka kekebalan tubuhnya akan menurun.
h. Pada waktu menopause dimana keseimbangan hormonalnya
terganggu.
i. Pada orang tua dimana kekebalan tubuhnya sudah menurun dapat
pula timbul keputihan

14
2. Keputihan abnormal (patologis)
a. Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat
encer atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa.
b. Cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
c. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya
serta dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
d. Keputihan patologis disebabkan oleh beberapa hal meliputi
bakteri, jamur, benda asing, luka pada vagina, kotoran dari
lingkungan, air yang tidak bersih, pemakaian tampon atau panty
liner. Berikut adalah penyebab umum dari keputihan pada wanita
usia reproduksi:
1. Infektif ( Non - menular seksual)
a. Bacterialvaginosis
Bacterial vaginosis merupakan penyebab terbanyak penderita
keputihan abnormal pada wanita usia produktif. Telah dilaporkan
prevalensi jenis kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku
dan/atau sosiodemografi. Hal ini dapat terjadi secara langsung yang
ditandai oleh tergantinya lactobacilli normal sehingga menyebabkan
peningkatan pH vagina (> 4,5).infeksi ini nyatanya tidak
menimbulkan gejala sama sekali pada sebagian wanita. Keluhan
utama dari vaginosis bakterialis adalah keputihan dengan warna
putih keabuan dan berbau amis
b. Candida albicans
Penyebabnya berasal dari jamur Candida albicans. Gejalanya
adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi,
disertai rasa gatal, dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya. PH
pada vagina ≤ 4,5. Keputihan atau leukorea merupakan sekresi vaginal
pada wanita. Salah satu jamur penyebab keputihan adalah jamur
Candida albicans. Infeksi ini biasanya disertai dengan rasa gatal di
dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan Jamur Candida albicans pada Urin

15
c. Gardnerellavaginalis
Keputihan menggumpal bisa menjadi tanda infeksi
bakteri Gardnerella vaginalis. Secara normal, bakteri ini memang
terdapat di vagina.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Gardnerella
vaginalis disebut penyakit vaginosis bakteri.
Selain keputihan, gejala utama penyakit tersebut adalah bau amis
menyengat di vagina. Bau amis akan semakin menyengat setelah
berhubungan intim.(dr.Aina Heidyana,2022)

2. Infektif (menular seksual)


a. Trichomoniasis

Trikomoniasis adalah jenis penyakit menular seksual


(PMS) yang dapat menimbulkan berbagai gejala. Contohnya rasa
gatal atau perih, dan keluarnya cairan berbau tidak sedap dari
bagian intim. Penyakit ini dapat terjadi pada pria maupun wanita,
dengan risiko lebih tinggi pada wanita. Sementara itu, pria dapat
terkena penyakit ini dan menularkannya kepada pasangan melalui
hubungan intim.

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit yang disebut


Trichomonas vaginalis (TV). Tidak semua pengidap akan
menunjukkan gejala. Sebagian orang yang terinfeksi parasit ini
tidak mengalami gejala apa pun.(Ayuning, L., Risma.,& Utami, P.
2022)
b. Chlamydiatrachomatis
Chlamydia trachomatis disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis, yang menyebar melalui cairan pada organ
kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila berhubungan
seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan
kondom. Gejala chlamydia pada wanita yaitu keputihan yang
sangat berbau,rasa terbakar ketika buang air kecil,sakit saat
sedang berhubungan seksual dan dapat mengalami perdarahan
di vagina sesudahnya.( Low, N., Hocking, J., & Bergen, J.
16
(2021).

c. Neisseriagonorrhoeae
Keputihan yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
dapat menyebabkan keputihan bertekstur encer, berwarna hijau
atau kuning. Selain itu, penyakit menular seksual akibat infeksi
bakteri Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus ini
menimbulkan gejala berupa rasa nyeri atau terbakar ketika
buang air kecil. Meskipun jarang terjadi, rasa nyeri juga bisa
menjangkiti area perut bagian bawah.( Suay-García B, Pérez-
Gracia MT.2018)
d. Virus herpes simpleks
Wanita dengan servisitis yang disebabkan karena infeksi
herpes simplex virus mungkin sesekali akan timbul keputihan.
3. Non –infektif
Penyebab lain dari keputihan meliputi benda asing (kondom),
ektopik serviks atau polip, keganasan saluran genital, fistula dan
reaksi alergi. Pengecualian dari infeksi dan penyebab lain akan
menyebabkan keputihan fisiologis.

2.2.2 Komplikasi
Keputihan dapat menjadi infeksi dan menjalar ke organ
reproduksi bagian dalam seperti rahim dan saluran telur yang
menyebabkan peradangan di organ tersebut. Jaringan parut pada
saluran tuba dapat menutup saluran tuba dan menjadi salah satu
penyebab sulit memiliki anak. Komplikasi lainnya adalah infeksi
saluran kencing, mengingat letaknya yang berdekatan dengan
vagina. Gejala yang dirasakan adalah panas dan nyeri saat kencing.
Keputihan menjadi salah satu tanda adanya kelainan pada organ
reproduksi wanita.

2.2.3 Penatalaksanaan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Oleh
karena keputihan dapat menular melalui hubungan seksual, maka
pengobatan tidak hanya dilakukan pasien akan tetapi pasangan .
17
Adapun pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Terapi farmakologi
Terapi yang dianjurkan untuk keputihan yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis yaitu, metronidazol 2 gram secara oral
dosis tunggal atau tinidazol 2 g oral dosis tunggal. Adapun alternatif
regimen dapat diberikan oral 2 x 500 mg metronidazol selama tujuh
hari, atau tinidazol 2 x 500 mg selama lima hari. Pasien juga
disarankan untuk menjauhkan diri dari hubungan seks hingga
sembuh (pengobatan telah selesai dan pasien/pasangan tanpa gejala
seksual
Metronidazol dan clindamycin diberikan secara oral atau pada
vagina efektif dalam pengobatan Bacterial Vaginitis. Wanita
dengan gejala vulva dari kandidiasis vulvovaginal dapat
menggunakan obat antifungi topikal (selain oral atau pengobatan
vagina) hingga gejala hilang. Tidak diperlukan untuk skrining rutin
atau pengobatan mitra seksual dalam manajemen kandidiasis .
2. Terapi Non- Farmakologi
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan organ kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram
toilet sebelum menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi
mikroorganisme, menggunakan air yang mengalir untuk
membersihkan organ kewanitaan, Membersihkan vagina dengan
membersihkan bagian depan terlebih dahulu setelah itu bagian
belakang, tidak menyemprotkan sabun kedalam vagina,
menggunakan celana dalam berbahan katun tidak berbahan jeans
tanpa memakai celana dalam, mengganti pakaian dalam setiap hari,
menghindari pemakaian pembalut (panty liner) dapat menyebabkan
jumlah lendir yang dihasilkan lebih banyak, hanya memakai panty
liner ketika lendir keluar berlebihan, dan ketika menstruasi
sebaiknya mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali.

18
2.3 Obesitas

Obesitas adalah suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan


masalah emosional dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat
badannya 10% sampai dengan 20% beratbadan normal, sedangkan
seseorang disebut obesitas apabila kelebihan berat badan mencapai
lebih 20% dari berat normal. Obesitas saat ini menjadi permasalahan
dunia bahkan World Health Organitation (WHO) mendeklarasikan
sebagai epidemic global (2016). Pravalensi obesitas di seluruh dunia
baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang
telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Kejadian
overweight terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 – 2012
kejadiaan overweight terus naik dari 5% menjadi 7%.

Menurut WHO, kelebihan berat badan dan obesitas merupakan


penumpukan lemak yang abnormal atau berlebih yang mengganggu
kesehatan (WHO, 2014). Studi lain menyebutkan bahwa kedua istilah
tersebut mengacu pada kelebihan lemak tubuh dan biasanya
berhubungan dengan kenaikan berat badan dibanding dengan
tingginya. Obesitas adalah lemak tubuh yang berlebihan yang disimpan
dalam tubuh. Obesitas dapat terjadi jika dalam suatu periode waktu
lebih banyak kalori yang masuk melalui makanan daripada yang
digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang selanjutnya
energi berlebih akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan tubuh
(Astuti, 2019).
1. Fisiologi

Faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas pada seseorang


antara lain riwayat obesitas, metabolisme, perilaku, sosial-budaya, dan
status sosial-ekonomi juga ikut andil di dalamnya Oleh sebab itu,
penyebab obesitas dinilai sebagai multikausal dan multidimensional
karena bisa terjadi pada berbagai golongan masyarakat). Faktor
lingkungan merupakan penyebab utama obesitas, sedangkan faktor

19
genetik yang juga diyakini berperan penting dalam terjadinya obesitas,
tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi kegemukan
dan obesitas .
Ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan, dan
aktivitas fisik merupakan pengaruh faktor lingkungan yang utama. Pola
makan yang terkait dengan obesitas antara lain mengonsumsi makanan
porsi besar atau melebihi kebutuhan, makanan tinggi energi, tinggi
lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat. Perilaku makan
yang tidak sehat meliputi tindakan memilih makanan berupa junk food,
makanan dalam kemasan, dan minuman ringan atau soft drink.
Sedangkan aktivitas fisik yang mengarah pada sedentary life style
akibat perubahan gaya hidup menjadi pencetus terjadinya obesitas,
khususnya di Indonesia Kurangnya aktivitas fisik tersebut terjadi akibat
semakin terbatasnya lapangan untuk bermain dan kurangnya fasilitas
untuk beraktivitas ditambah dengan kemajuan teknologi seperti video
game, playstation, televise dan komputer yang menyebabkan, anak-
anak khususnya, lebih bermain di dalam rumah.

2. Patofisiologi

a. Pola makan yang tidak sehat

Anak yang pola makannya tidak teratur dengan asupan gizi


berlebih akan berisiko mengalami obesitas. Konsumsi makanan
tinggi kalori dan lemak seperti makanan fast food atau cepat saji,
sosis, baso, pizza, dan softdrink juga dapat memicu terjadinya
obesitas. Dalam Maulida (2019) kejadian obesitas dipengaruhi
asupan zat gizi makro yaitu asupan energi, karbohidrat, lemak dan
protein dan kebiasaan mengonsumsi fast food.
Pola makan yang sering terjadi pada anak obesitas adalah
makan utama >3x/hari (umumnya porsi besar) ditambah dengan
camilan yang tidak sehat (contoh: kentang goreng, makanan ringan
dalam kemasan, gorengan), serta minum teh manis atau softdrink
setiap makan.

20
b. Kurangnya aktivitas fisik

Tuntutan sekolah yang tinggi, jadwal dan tugas sekolah yang


begitu padat secara tidak langsung membatasi waktu olahraga
anak/remaja. Selain itu, dengan adanya gadget aktivitas fisis
menjadi berkurang. Remaja lebih tertarik untuk bermain dengan
gadget di dalam ruangan dibandingkan bermain dengan teman di
luar rumah seperti bermain bola atau bersepeda .
c. Memiliki keluarga yang obesitas

Kebiasaan makan anak/remaja cenderung mengikuti orang-


orang di sekitarnya. Tak heran jika banyak anak obesitas berasal
dari keluarga yang obesitas .

3. Komplikasi

Penumpukan lemak berlebih pada orang dengan obesitas


menyebabkan berbagai komplikasi terhadap kesehatan. Oleh sebab itu,
kelebihan berat badan atau obesitas di rentang usia 14-19 tahun
berkaitan dengan meningkatnya mortalitas di masa dewasa akibat
penyakit-penyakit sistemik (Han dkk., 2010). WHO menyebutkan
bahwa kondisi kelebihan berat badan dan obesitas lebih erat
hubungannya dengan mortalitas di dunia dibandingkan dengan kondisi
kekurangan berat badan (WHO, 2014). Selain itu, meningkatnya risiko
penyakit metabolik dan degeneratif juga menjadi komplikasi jangka
panjang pada anak dengan kegemukan dan obesitas
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi di masa dewasa dari
seorang anak yang obesitas antara lain penyakit kardiovaskuler
,diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis hipertensi, dislipidemia,
resistensi insulin, penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati,
komplikasi psikososial, gangguan paru seperti gangguan pernapasan
yang terjadi saat tidur dan sesak .

4. Pemeriksaan Penunjang
21
a. Jika memungkinkan dilakukan secara rutin pada semua pasien
obesitas

1) Darah perifer lengkap

2) Profil lipid: trigliserida, kolesterol total, HDL dan LDL

3) Tes toleransi glukosa oral, insulin puasa

4) Fungsi hati: SGPT, SGOT

5) Fungsi ginjal: ureum, creatinin, asam urat

b. Dilakukan sesuai indikasi:

1) Fungsi tiroid

2) Sekresi dan fungsi growth hormone

3) Kalsium, fosfat dan kadar hormon paratiroid bila dicurigai


pseudohipoparatiroidisme

4) Foto orofaring AP dan Lateral bila dicurigai hipertrofi


tonsiloadenoid

5) Sleep studies untuk mendeteksi sleep apnea

6) USG hati jika dicurigai NASH

7) Echocardiography jika terindikasi secara klinis

8) Pemindaian MRI otak dengan fokus hipotalamus dan


hipofisis, bila terindikasi secara klinis

9) Pemeriksaan analisis kromosom jika terdapat dismorfisme

10) Pemeriksaan analisis genetik jika diduga berkaitan dengan


sindrom tertentu
5. Pelayanan yang dibutuhkan

Melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan cara


IMT adalah berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari
tinggi badan (dalam meter).

IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (m)) 2 Setelah

22
nilai IMT didapatkan, maka plotkan atau tentukan titiknya pada
grafik IMT CDC 2000 (khusus untuk anak usia 2-20 tahun) sesuai usia
dan jenis kelamin. Jika usia di bawah 2 tahun, maka grafik yang
dipakai adalah grafik IMT WHO. Anak usia > 2 tahun disebut
overweight jika nilai IMT sedangkan untuk anak < 2 tahun disebut
overweight jika nilai IMT anak berada di atas Z-skor +2, dan obesitas
jika di atas Z-skor +3 (IDAI, 2016).

KLASIFIKASI IMT
Kurus Berat <17,0
Ringan 17,0 - 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Ringan 25,1 – 27,0
Berat >27,0
Sumber : (IDAI, 2016)

6. Penatalaksanaan

a. Pengaturan diet, petunjuk praktis diet pediatrik dapat dilihat sebagai


berikut:
1) Konsumsi lebih banyak buah-buahan, sayuran, sereal, kacang,
gandum
2) Makanlah paling sedikit 3 porsi sayuran dan 2 porsi buah setiap
hari Pilih produk bebas lemak atau rendah lemak
3) Perbanyak konsumsi daging merah tanpa lemak, unggas (tanpa
kulit) atau ikan
4) Konsumsi kuning telur kurang dari 3 per minggu

5) Gunakan minyak sayur, margarin yang mengandung asam lemak tak


jenuh dan yang hanya sedikit mengandung asam lemak trans
6) Bila makan atau membeli makanan jadi, pilihlah makanan yang
mengandung asam lemak jenuh dan kolesterol yang rendah, atau
makanan yang dipanggang atau dipanggang.
b. Pengaturan aktivitas
23
c. Modifikasi perilaku: membina cara makan dan cara beraktifitas yang sehat
d. Melibatkan keluarga

e. Farmakoterapi: sampai saat ini (2006) tidak ada satu obatpun yang dianggap
aman untuk pemakaian pada usia anak, sedangkan untuk remaja orlistat dapat
digunakan dengan kemasan khusus remaja (dikomb-inasi dengan suplemen
vitamin yang larut dalam lemak)
f. Pendidikan dan pencegahan

g. Pemantauan pertumbuhan

h. Pendidikan/penjelasan bahaya atau komplikasi obesitas

7. Perundangan yang terkait dengan keputihan dan obesitas


Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah keadaan sehat secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi adalah
aturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Salah satu bagian terpenting dari kesehatan adalah kesehatan reproduksi.
Pengertian kesehatan reproduksi hakekatnya telah tertuang dalam Pasal 71
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan
bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata- mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan keturunan, termasuk juga hak
untuk tidak mendapatkan keturunan, hak untuk hamil, hak untuk tidak hamil, dan
hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan.
Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak
setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif
dan terjangkau.
Untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan reproduksi melalui pelayanan
kesehatan yang aman, efektif, dan terjangkau tersebut diwujudkan berbagai upaya
kesehatan, diantaranya reproduksi dengan bantuan, aborsi berdasarkan indikasi
kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi, upaya
24
kesehatan ibu, dan kehamilan diluar cara alamiah yang diatur dalam Pasal 74 ayat
(3), Pasal 75 ayat (4), Pasal 126 ayat (4), dan Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Seiring dengan dampak obesitasyang sudah menjadi ancaman serius
bagi pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional,obesitas
diangkat menjadi salah satu indicator prioritas dan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yang
ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.2 Tahun 2015.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMULIR PENGKAJIAN REMAJA

No Reg :
Nama Pengkaji : Widya
Hari dan tanggal Pengkajian : Rabu, 25 Oktober 2023
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Nining

3,1 DATA SUBJEKTIF


1. Identitas
Nama : Nn. S
Umur : 16 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia Pendidikan : SMP
Alamat : Cipinang muara 2 ,jakarta timur
No. Telp :-
2. Keluhan saat ini :
Nn S mengatakan sering mengalami keputihan saat menjelang menstruasi
berbau khas, bergumpal seperti putih susu. Nn S mengatakan jarang
melakukan olahraga.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 14 tahun
Lama : 5-6 hari
Siklus : 28-30 hari
Keluhan : tidak ada
Keputihan : tidak ada

26
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Masa Kecil :
1) Apakah Pernah sakit : Ya
2) Jika pernah, sakit apa? Batuk pilek, ,magh
3) Berapa lama? 1-3 hari
b. Dirawat di rumah sakit
1) Apakah pernah dirawat di rumah sakit? tidak
2) Jika pernah, Kapan dirawat dan diagnosa apa? -
3) Berapa lama perawatannya?-
c. Obat-obatan yang digunakan
1) Adakah menggunakan obat rutin? tidak
2) Obat apa yang digunakan? -
3) Berdasarkan resep dokter atau beli sendiri?-
d. Tindakan operasi
1) Apakah pernah mengalami tindakan operasi? tidak
2) Jika pernah,Kapan dan tindakan operasi apa?
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Makan : Frekuensi 4-5 kali, 1 Porsi
 Jenis makanan : nasi + tahu/tempe/ikan , lebih suka fastfood
dan jajanan
b. Makanan pantangan Keluhan : tidak ada
 Pola Minum : 8-9 gelas/hari
 Jenis minuman : air putih, kadang teh
c. Keluhan : tidak ada
 Istirahat : Lama tidur malam 12 jam , jarang tidur
siang
 Keluhan tidak ada
d. Personal Hygiene
 Mandi : 2 hari sekali

 Keramas : 2-3 kali seminggu


27
 Sikat gigi Ganti baju : 2 hari sekali

 Keluhan : tidak ada


e. Eliminasi
 Frekuensi BAK 4-5 kali
 Warna kuning jernih
 Bau khas
 Keluhan tidak ada
 Frekuensi BAB 2 hari sekali
 Warna normal
 Bau khas
 Keluhan tidak ada

6. Riwayat Imunisasi
1) Imunisasi TT
TT I : waktu sekolah dasar
TT II : waktu sekolah dasar kelas 6 TT III : -
TT IV :-
TT V :-
2) Imunisasi HPV :
HPV I :-
HPV II :-
HPV III :-
7. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
a. Konsumsi alkohol : tidak
b. Merokok : tidak
c. Penggunaan Napza : tidak
d. Seks Bebas : tidak
8. Riwayat psikososial
Pola pengasuhan orang tua
a. Otoriter (orang tua menerapkan aturan dan batasan yang mutlak harus
ditaati, tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat)
TIDAK

28
b. Demokratis (menanamkan disiplin kepada anak dan menghargai
kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan penuh pengertian antara
anak dan orang tua) YA
c. Permisif (membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin dilakukan
tanpa mempertanyakan) TIDAK

3.2 DATA OBJEKTIF


1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 81x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36.7⸰C
e. BB/TB : 60 Kg/153 cm , IMT 26,08 kg/m₂
f. LILA : 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : bersih
2) Kepala : normal
b. Wajah
1) Pucat : tidak
2) Edema : tidak
c. Mata
1) Sklera : tidak ikterik
2) Konjungtiva : tidak pucat
d. Hidung
1) Kebersihan : bersih
2) Polip : tidak ada
3) Serumen : tidak ada
e. Telinga

29
1) Kebersihan : bersih
2) Serumen : tidak ada
3) Nyeri tekan : tidak ada
f. Mulut
1) Stomatitis : ya ada 1 di bibir bawah bagian dalam
2) Gusi : tidak bengkak
3) Gigi : normal
g. Leher
1) Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
2) Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
3) Vena jogularis : tidak ada pembesaran
h. Dada : payudara simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, putting susu menonjol, tidak ada
pengeluaran
i. Abdomen
1) Bentuk : normal, tidak ada benjolan
2) Bekas luka : tidak ada
3) Massa/ Tumor : tidak ada
4) Turgor kulit : kembali cepat
5) Nyeri tekan : tidak ada
j. Genetalia : tidak dilakukan
k. Ekstremitas
1) Telapak tangan : tidak pucat
2) Oedem : tidak ada
3) Varices : tidak ada
4) Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : tidak dilakukan
b. Hepatitis : tidak dilakukan
c. HIV/AIDS : tidak dilakukan
d. Sifilis : tidak dilakukan

30
3.3 ANALISA
Nn. S Umur 16 tahun remaja dengan keputihan dan obesitas

3.4 PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed concent. (Nn. S bersedia)


2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada Nn. S bahwa keadaan
umum Nn. S baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal serta
Nn. S mengalami keputihan yang mengarah patologis dan Nn S
mengalami berat badan berlebih. Dan menyampaikan bahwa
keputihan yang dialami bisa diobati. (Nn S mengerti).
3. Menjelaskan KIE tentang keputihan mulai dari pengertian,
penyebab, factor-faktor yang mempengaruhi, dampak, dan
penanganan nya. (Nn. S mengerti dengan penjelasan yang
diberikan sebelumnya dengan mencoba menjelaskan secara
singkat. (Nn. S mengerti).
4. Menjelaskan kebutuhan dasar pada remaja meliputi nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, aktivitas, istirahat /tidur. (Nn. S
mengerti).
5. Menganjurkan pada Nn. S untuk memperhatikan tentang personal
hygiennya yaitu kebersihan organ intimnya dengan menjelaskan
cara membersihkan organ intimnya dengan baik dan benar dan
mengganti pakaian luar serta pakaian dalam.Serta menganjurkan
Nn S untuk mandi sehari 2x, keramas 3x seminggu (Nn. S
mengerti).
6. Menganjurkan Nn S untuk makan – makanan dengan menu gizi
seimbang dan porsi yang sesuai, mengurangi mengkonsumsi
makanan junkfood. Serta menganjurkan Nn S untuk rajin
berolahraga . (Nn S mengerti)
7. Menjadwalkan kunjungan ulang 2 minggu kemudian. (Nn. S
31
bersedia).

Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Nifas


Hari dan Tanggal : Rabu, 25 Oktober 2023
Tempat Praktik : PMB Bidan Nining
Pathway Kasus Kebidanan

Tanda/Gejala/Keluhan secara Teori: Tanda/Gejala/Keluhan yang


Nama : Nn S dialami pasien:
Umumnya keputihan didefinisikan
sebagai cairan putih yang dikeluarkan dari alat Usia : 16 tahun 1. Nn S mengatakan sering
kelamin wanita. Terkadang keputihan ini hanya
Remaja dengan keputihan dan keputihan menjelang menstrusi
keluar dengan cair atau kadang lengket dan kental.
Keputihan sampai batas tertentu adalah normal dan obesitas yang berwarna putih pekat
sehat karena membersihkan sel-sel mati dari organ bergumpal, berbau khas, gatal
reproduksi dan organisme beracun lainnya. Pada
wanita sehat keputihan berwarna keputihan.
sedikit,personal hygiene Nn S
Keputihan yang abnormal mungkin berwarna Patofisiologi (sesuai Tanda/ mandi 2 hari sekali dan
keputihan, kekuningan, kemerahan dan kehijauan mengganti pakaian 2 hari sekali
(Sikarwar, 2020). Gejala/Keluhan yang dialami
2. Tb:153 Cm,Bb: 60Kg, IMT 23
Keputihan patologis ini juga ditandai dengan cairan pasien):
yang berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina.
Cairan ini dapat encer atau kental,kadang-kadang
Penyebab umum keputihan pada wanita
berbusa lengket dan kadang-kadang berbusa. usia produktif ada dua infektif dan non
infektif, penyebab infektif salah
satunya adalah berasal dari jamur Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan
:
Candida albicans. Gejalanya adalah
Asupan yang diberikan :
1. Melakukan informed concent. (Nn. S bersedia)
keputihan berwarna putih susu, 1. Sebagai persetujuan tindakan yang

2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada Nn. S bahwa bergumpal seperti susu basi, disertai diberikan
keadaan umum Nn. S baik dan tanda-tanda vital dalam rasa gatal, dan kemerahan pada 2. Untuk memberikan pemahaman
batas normal serta Nn. S mengalami keputihan yang kelamin dan sekitarnya. menngenai keadaannya, membantu
mengarah patologis dan Nn S mengalami berat badan memecahkan masalah yang dialami, serta
berlebih. Dan menyampaikan bahwa keputihan yang . Obesitas dapat terjadi jika dalam
meningkatkan keefektifan remaja dalam
dialami bisa diobati. (Nn S mengerti). suatu periode waktu lebih banyak
pengambilan keputusan secara tepat
3. Menjelaskan KIE tentang keputihan mulai dari pengertian, kalori yang masuk melalui makanan
3. Pengetahuan kurang baik yang dimiliki
penyebab, factor-faktor yang mempengaruhi, dampak, dan daripada yang digunakan untuk
penanganan nya. (Nn. S mengerti dengan penjelasan yang menunjang kebutuhan energi tubuh, responden tentang personal hygiene
diberikan sebelumnya dengan mencoba menjelaskan secara yang selanjutnya energi berlebih akan selama masa remaja akan berisiko
singkat. (Nn. S mengerti). timbulnya masalah kesehatan reproduksi
disimpan sebagai trigliserida di
4. Menjelaskan kebutuhan dasar pada remaja meliputi nutrisi, 4. Meningkatkan pengetahuan klien,
jaringan tubuh (Astuti, 2019).
eliminasi, personal hygiene, aktivitas, istirahat /tidur. ( Nn.
sehingga klien mampu mengatasi
S mengerti ). Ketidakseimbangan antara pola makan, masalahnya
5. Menganjurkan pada Nn. S untuk memperhatikan tentang perilaku makan, dan aktivitas fisik 5. Agar paham mengenai anjuran yang
personal hygiennya yaitu kebersihan organ intimnya
merupakan pengaruh faktor lingkungan
dengan menjelaskan cara membersihkan organ intimnya diberikan sehingga klien bersedia
dengan baik dan benar dan mengganti pakaian luar serta melakukan anjuran
pakaian dalam.Serta menganjurkan Nn S untuk mandi 6. Klien bersedia melakukan anjuran
sehari 2x, keramas 3x seminggu ( Nn. S mengerti ). 7. Dapat memantau klien
6. Menganjurkan Nn S untuk makan – makanan dengan menu
gizi seimbang dan porsi yang sesuai, mengurangi
mengkonsumsi makanan junkfood. Serta menganjurkan Nn
S untuk rajin berolahraga . ( Nn S mengerti)
7. Menjadwalkan kunjungan ulang 2 minggu kemudian. ( Nn. 32 Evaluasi asuhan yang diberikan:
S bersedia ).
Ibu mengerti penjelasan serta informasi yang
diberikan bidan dan ibu bersedia melakukan
anjuran dan bersedia melakukan kunjungan
ulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada remaja Nn. S dengan keputihan dan
obesitas dengan menerapkan manajemen kebidanan, maka penulis akan
membahas serta membandingkan antara teori dan pelaksanaan teori dengan
kenyataan yang terjadi saat memberikan asuhan.

Berdasarkan data subjektif dan data objektif berikut : Nn S mengatakan


sering mengalami keputihan bewarna putih susu agak bergumpal, berbau khas,
seikit gatal terutama menjelang menstruasi. Nn S mengatakan mandi 2 hari sekali,
mengganti pakaian luar dan dalam juga 2 hari sekali. Nn S makan sehari 4-
5x,sering makan makanan junkfood.Nn S mengatakan jarang melakukan olahraga.
Tanda Vital : TD : 100/70 mmhg, Nadi : 81 x/mt, Suhu: 36,7 ºC, Pernafasan: 22
x/mt, TB : 153 cm, BB : 60 kg, IMT 23, maka di dapatkan diagnosa yaitu Nn. S
umur 16 tahun remaja dengan keputihan patologis dan obesitas. Hal ini sesuai
dengan teori Menurut WHO secara etiomologi, remaja berarti “tumbuh menjadi
dewasa”. Definisi remaja (adolescence) yaitu periode usia antara 10 sampai 19
tahun, dan teori menurut manuaba (2009) Keputihan bukan merupakan golongan
penyakit tersendiri, tetapi merupakan salah satu tanda dan gejala dari suatu
penyakit organ reproduksi wanita yang harus diobati.Keputihan diklasifikasikan
menjadi dua yaitu keputihan normal dan abnormal Pada wanita sehat keputihan
berwarna keputihan. Keputihan yang abnormal mungkin berwarna keputihan,
kekuningan, kemerahan dan kehijauan (Sikarwar, 2020).

Dari hasil anamnesa terhadap Nn S didapatkan bahwa Nn S mengatakan


jarang mandi dan mengganti pakaian luar dan dalam , Nn S juga sering makan-
makanan junkfood dan jarang berolahraga tidak suka makan sayur, jarang
konsumsi buah, dan lebih suka makan makanan seperti seblak, bakso, dan jajanan,
makan dengan frekuensi 4-5 kali sehari, secara umum, obesitas disebabkan oleh
tiga faktor, yakni faktor perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik
33
sebenarnya menyumbang 10-30% sementara faktor perilaku danlingkungan dapat
mencapai 70%. Beberapa penelitian menyatakan, perkembangan teknologi yang
pesat berkontribusi pada peningkatan prevalensi kegemukan, tanpa disadari
teknologi menggiring kita untuk bergaya hidup sedentary diantaranya kurang
beraktifitas fisik, makan makanan instan, dan kurang mengonsumsi buah dan
sayur. Faktor lain yang dapat memengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu
pola asuh orang tua terutama pola pemberian makan. . Sedangkan aktivitas fisik
yang mengarah pada sedentary life style akibat perubahan gaya hidup menjadi
pencetus terjadinya obesitas, khususnya di Indonesia Kurangnya aktivitas fisik
tersebut terjadi akibat semakin terbatasnya lapangan untuk bermain dan
kurangnya fasilitas untuk beraktivitas ditambah dengan kemajuan teknologi
seperti video game, playstation, televise dan komputer yang menyebabkan, anak-
anak khususnya, lebih bermain di dalam rumah.

Apabila keadaan ini berlangsung lama maka Keputihan dapat menjadi


infeksi dan menjalar ke organ reproduksi bagian dalam seperti rahim dan saluran
telur yang menyebabkan peradangan di organ tersebut. Jaringan parut pada
saluran tuba dapat menutup saluran tuba dan menjadi salah satu penyebab sulit
memiliki anak. Berat badan berlebih yang dialami Nn S juga bisa menyebabkan
berbagai komplikasi terhadap kesehatan. Obesitas dapat terjadi jika dalam suatu
periode waktu lebih banyak kalori yang masuk melalui makanan daripada yang
digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang selanjutnya energi
berlebih akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan tubuh (Astuti, 2019).
Obesita bias menyebabkan penyakit lain seperti penyakit kardiovaskuler ,diabetes
mellitus, kanker, osteoarthritis hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin,
penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati, komplikasi psikososial,
gangguan paru seperti gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur dan sesak .
Obesitas yang terjadi pada anak-anak akan membuat kesehatan fisik, sosial, emosi
anak, dan harga dirinya yang menurun. Hal ini dapat dilihat dari penurunannya
hasil akademik yang buruk dan kualitas hidup yang rendah (Triana et al., 2020)

Berdasarkan hal tersebut maka bidan memberikan asuhan sesuai dengan


Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan organ
kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram toilet sebelum menggunakannya

34
untuk meminimalkan kontaminasi mikroorganisme, menggunakan air yang
mengalir untuk membersihkan organ kewanitaan, Membersihkan vagina dengan
membersihkan bagian depan terlebih dahulu setelah itu bagian belakang, tidak
menyemprotkan sabun kedalam vagina, menggunakan celana dalam berbahan
katun tidak berbahan jeans tanpa memakai celana dalam, mengganti pakaian
dalam setiap hari, menghindari pemakaian pembalut (panty liner) dapat
menyebabkan jumlah lendir yang dihasilkan lebih banyak, hanya memakai panty
liner ketika lendir keluar berlebihan, dan ketika menstruasi sebaiknya mengganti
pembalut setiap 3-4 jam sekali.

35
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bidan telah melakukan pengkajian data subjekstif dan objektif kepada Nn S


sehingga dapat ditegakkan diagnose pada Nn S yaitu Remaja Uia 16 Tahun
dengan Keputihan dan Obesitas,serta mampu memberikan asuhan kebidanan pada
remaja pada Nn S. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan.

B. SARAN

1. Bagi Lahan Praktek

Agar lebih menggalakkan asuhan kebidanan pada remaja, menambah


program remaja di wilayah kerja, dengan pengelolaan remaja putri yang baik
diharapkan mengurangi angka resiko pada ibu hamil dimasa depan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Pendidikan Profesi Kebidanan dapat memfasilitasi perpustakaan


dengan memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam b idang kesehatan
khususnya seputar asuhan kebidanan pada remaja.

36
DAFTAR PUSTAKA

Suay-García B, Pérez-Gracia MT (2018). Prospek Masa Depan untuk Pengobatan


Neisseria gonorrhoeae,Antibiotik (Basel)

Muhammad Zaini Gampu,&Onibala. (2018). Reproduksi

Hadi, A. O. (2020).Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Keputihan Pada


Remaja Putri.

Jurnal Delima Harapan, 6, 69-81 Gambaran Tingkat Pengetahuan Tenaga


Kesehatan PT "X" Tentang Undang-Undang Dan Peraturan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.

Ariastuti, L.P., Putri, Ni Made D.P., & Ani, L.S. (2018). Persepsi Body Image
Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Pelajar Sma Negeri 1
Gianyar. EJurnal Medika, Vol. 7 No.11, November 2018

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Laporan Riset


Kesehatan Dasar.

Desta, Ayu Cahya Rosyida. (2019). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja
Dan Wanita. Bandung: Refika Aditama. Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2021

Ismiyati, Atik. (2018). Modul Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja
Dan Pra Nikah. Yogyakarta: Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes

p2ptm.kemkes.go.id. 2018. Kementerian Kesehatan RI. Cegah dan Kendalikan


Obesitas Dengan Gaya Hidup Sehat.

Rizki Fauzan, M. and Sarman (2022) ‘Dampak Aktifitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas pada Remaja di Kotamobagu Impact of Physical Activity
37
with Obesity Incidence in Adolescents in Kotamobagu’, Gorontalo
Journal of Public Health, 5(2), pp. 153–158.

Usmaran, M. A. et al. (2019) ‘Media Kalender dan Leaflet dalam Pendidikan Gizi
terhadap Pengetahuan dan Perilaku Makan Remaja Overweight’,
Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes, 11

Triana, K. Y., Lestari, N. M. P. L., Anjani, N. M. R., & Yudiutami, N. P. P. D.


(2020). Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Kejadian Obesitas
Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Keperawatan Raflesia, 2(1), 31-40.

38
LAMPIRAN

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Salsa
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Mei 2007
Alamat : JL Cipinang Muara II Pondok Bambu

Jakarta Timur

Bersama ini menyatakan kesediannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur


pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat
penjelasan dari operator/petugas kesehatan yang berwenang di fasilitas kesehatan
tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakrta, 25 Oktober 2023


Mengetahui
Pemeriksa Pembuat pernyataan

(Widya Pratiwi) (Salsa)

39
40

Anda mungkin juga menyukai