OLEH :
KELOMPOK 3 K3 C
AYU MUNASARI J1A121011
IYO ARSYANDI J1A121034
ADEL FITRIAN J1A121099
PUTRI WAHYU ENJELITA J1A121179
RANGGA HARDIANTO J1A121181
MUHLIS DANUARTA J1A121290
NOVIA DWI HASTUTI J1A121297
RISDAYANTI J1A121309
TIARA AULIA MUSTAFA J1A121325
YUSMA MARSELINDA Y. J1A121336
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “ ERGONOMI ORANG TUA” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai.
Terima kasih, penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Inda Ade Pratiwi, SKM.,
M.PH selaku Dosen Mata Kuliah Ergonomi dan Faal Kerja yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang menbangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis juga biasa lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Makalah ini, bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai
Konsep Dasar Kecelakaan Kerja.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
A. Konsep Penurunan Fungsional Pada Lansia.................................................6
B. Antropometri Pada Lansia..........................................................................10
C. Sarana Ergonomis Lansia............................................................................13
D. Kenyamanan Lansia....................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk lansia di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan
setiap tahun. Disatu sisi angka tersebut menunjukkan kualitas kesehatan
yang semakin baik, tetapi disisi lain jumlah penduduk lansia yang semakin
meningkat membawa berbagai konsekuensi tersendiri. Dari sisi pemerintah
kondisi lansia ini telah mendapat perhatian serius dengan dikeluarkannya
sejumlah peraturan berkaitan dengan kesejahteraan dan kesehatan lansia.
Dengan berbagai aturan tersebut juga memunculkan berbagai program
kerja baik ditingkat pusat maupun daerah agar tujuan dari adanya
kebijakan dapat terealisasi dengan optimal untuk peningkatan derajat
kesehatan khususnya bagi lansia (Muh. Khozin et al.,2019).
Masa lanjut usia (lansia) atau menua merupakan tahap paling akhir
dari siklus kehidupan seseorang. Menurut Naftali et al., (2017) dalam
pembagian usia lansia dibagi menjadi 3 batasan umur, yaitu young old
(usia 70-75 tahun), old (usia 75-80 tahun), dan very old (usia> 80 tahun).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan
seseorang yang berusia di atas 60 tahun. Selama masa penuaan akan terjadi
penurunan fungsi tubuh sehingga akan menimbulkan masalah kesehatan
(Younggest, et al.,2019). Sistem ketebalan tubuh melemah, sehigga orang
tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paruh-
paruh (Muh. Khozin et al.,2019).
Lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu lansia muda, lansia madya,
dan lansia tua. Peningkatan jumlah lansia menjadi masalah serius dalam
kehidupan di seluruh dunia. Data Badan Pusat Statistik [1] dalam lima
dekade (1971- 2019) jumlah lansia di Indonesia terjadi peningkatan
sebesar 9,6%. Lansia muda (60-69 tahun) mendominasi hingga 63,82%,
lansia madya (70-79 tahun) sebesar 27,68% dan lansia tua (80+ tahun)
sebesar 8,50%. Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia
memberikan konsekuensi yang tidak sederhana. Berbagai macam
tantangan akibat penuaan telah menyentuh berbagai aspek kehidupan.
Lima tahun terakhir, rumah tangga lansia bertambah hampir 3% [1].
Berdasarkan data tersebut banyak lansia yang tinggal sendiri sehingga
membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar. Selain itu, terdapat aspek
penting yang akan berdampak terhadap kualitas hidup lansia, yakni
pendidikan dan Kesehatan (Hari Purnomo et al.,2022).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Konsep Penurunan Fungsi Fisiologis pada Lansia
2. Bagaimana Antropometri pada Lansia
3. Bagaimana Sarana Ergonomis untuk Lansia
4. Bagaimana kenyamanan pada Lansia
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Penurunan Fungsi Fisiologi
pada Lansia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Antropometri pada Lansia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Sarana Ergonomis untuk Lansia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Kenyamanan pada Lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penurunan Fungsional Pada Lansia
1. Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
hidup manusia termasuk biologis, psikologis dan sosial. Lanjut usia
adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapa saja.
Seseorang yang telah berumur lebih dari 60 tahun(Yiyit. 2019).
Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
merupakan proses alamiah yang tidak dapat. Lanjut usia terdiri dari
beberapa penggelompokan umur diantaranya sebagai berikut, (1) Usia
pertengahan Middle age 45-59 tahun, (2) lansia 60-74 tahun (elderly),
(3) lansia tua 75-90 tahun (old), (4) usia sangat tua (very old). Lanjut
usia dalam kehidupannya sehari-hari akan banyak mengalami
kemunduran dan perubahan-perubahan. Meliputi perubahan fisik,
psikologis, perubahan mental, kognitif dan perubahan spiritual dan
ekonomi(Yiyit. 2019).
Masalah fisik yang ditemukan pada lansia adalah: Mudah jatuh
dan mudah lelah. Kekacauan mental akut, nyeri dada, berdebardebar,
sesak nafas, pembengkakan, sulit tidur, pusing, dan
perubahanperubahan pada mental atau psikososial sehingga akan
mempengarui konsep diri (Yiyit. 2019).
Dalam UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun (enam puluh tahun) keatas. Pada Tahun 2012 Indonesia termasuk
negara asia ketiga dengan jumlah absolut populasi lansia diatas 60
tahun yakni (25 Juta) setelah Cina (200 Juta) dan India (100 Juta),
bahkan diperkirakan Indonesia akan mencapai 100 Juta lansia pada
tahun 2050 (Silalahi. 2020).
2. Konsep Penurunan Fungsi Fisiologis
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami
penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular
banyak muncul pada lanjut usia.Salah satu masalah utama yang
berhubungan dengan penyakit saraf pada lanjut usia adalah penurunan
fungsi kognitif. Gangguan memori, perubahan persepsi, masalah dalam
berkomunikasi, penurunan fokus dan atensi, hambatan dalam
melaksanakan tugasan harian adalah gejala dari gangguan kognitif.
Kemunduran fungsi kognitif tersebut selanjutnya mempengaruhi pola
interaksi mereka dengan lingkungan tempat tinggal, anggota keluarga,
juga pola aktivitas sosialnya. Hal tersebut menambah beban keluarga,
lingkungan dan masyarakat (Wahid. 2019).
Kemunduran yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada
sistem tubuh dan penyakit degeneratif yang merupakan dampak
fungsional negative. Penurunan aktivitas, kemandirian, maupun kualitas
hidup adalah dampak dari fungsional negatif dari adanya perubahan
pada lansia (Silalahi. 2020).
Perubahan fungsi fisiologis diantaranya terjadi pada sitem
neurologis, sensori, dan muskuloskeletal. Perubahan sistem neurologis
pada lansia mengakibatkan penurunan kognitif, penurunan waktu
reaksi, masalah keseimbangan dan kinetik serta ganguan
tidur.Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa muda lupa
(forgetfulness) bentuk kognitif yang paling ringan diperkirakan
dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat
menjadi 85% pada usia lebih dari 80 tahun(Silalahi. 2020).
Kondisi kesehatan fisik
Masalah fisik yang ditemukan pada lansia adalah: Mudah
jatuh dan mudah lelah. Kekacauan mental akut, nyeri dada,
berdebardebar, sesak nafas, pembengkakan, sulit tidur, pusing, dan
perubahanperubahan pada mental atau psikososial sehingga akan
mempengarui konsep diri (Yiyit. 2019).
penglihatan,
pendengaran,
Sistem paru,
persendian tulang.
4. Kenyamanan
Cormick & Ernest (1993) menegaskan dalam membentuk
kenyamanan sebuah produk atau rancangan, perhatian pada faktor manusia
(human factor) berperan penting dalam mencipta desain yang memiliki
ergonomi yang baik, yang nantinya menciptakan kenyamanan bagi
penggunanya. Sedangkan menurut Kolcaba (2003), dengan latar belakang
keperawatan dan psikologi menjelaskan bahwa kenyamanan sebagai suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat
individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan, dapat
menyebabkan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut. Menurut
Katharine Kolcaba (2003), aspek kenyamanan terdiri dari:
a. Kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh
individu itu sendiri.
b. Kenyamanan psikospiritual, yang berkenaan dengan kesadaran internal
diri, yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan, seksualitas
hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi.
c. Kenyamanan lingkungan, yang berkenaan dengan lingkungan, kondisi
dan pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna,
pencahayaan, kebisingan, dan lain-lain.
d. Kenyamanan sosiokultural, yang berkenaan dengan hubungan antar
personal, keluarga, dan sosial atau masyarakat (keuangan, perawatan
kesehatan, kegiatan religius, tradisi keluarga/masyarakat dan
sebagainya).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan
adalah suatu kontinum perasaan dari paling nyaman sampai dengan
paling tidak nyaman yang dinilai berdasarkan persepsi masing-masing
individu pada suatu hal yang dimana nyaman pada individu tertentu
mungkin berbeda dengan individu lainnya.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek dan
karakteristik manusia (kemampuan, kelebihan, keterbatasan, dan lain-
lain) yang relevan dalam konteks kerja, serta memanfaatkan informasi
yang diperoleh dalam upaya merancang produk, mesin, alat, lingkungan
serta sistem kerja yang terbaik (Iridiastadi dan Yassierli, 2014).
Antropometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri dapat
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal (Nurmianto, 2008): a)
Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan sebagainya),
b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perlengkapan, perkakas
dan sebagainya, c) Perancangan produkproduk konsumtif seperti
pakaian, kursi meja, komputer dan sebagainya, d) Perancangan
lingkungan kerja fisik, yaitu dalam perancangan tersebut bentuk,
ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang berkaitan
langsung dengan data antropometri manusia itu pada dasarnya memiliki
variasi yang cukup besar, maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan
menggunakan produk tersebut.
D. Kenyamanan Lansia
Cormick & Ernest (1993) menegaskan dalam membentuk
kenyamanan sebuah produk atau rancangan, perhatian pada faktor
manusia (human factor) berperan penting dalam mencipta desain yang
memiliki ergonomi yang baik, yang nantinya menciptakan
kenyamanan bagi penggunanya. Sedangkan menurut Kolcaba (2003),
dengan latar belakang keperawatan dan psikologi menjelaskan bahwa
kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang bersifat individual dan holistic (P.Negara et
el.,2021).
B. Saran
1. terdapat beberapa saran bagi keluarga, lansia, dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup lansia sebagai berikut: Keluarga
diharapkan meningkatkan perannya bagi setiap anggota keluarga,
seperti: dapat meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul dan
mendengarkan keluh kesah lansia, memberikan kasih sayang dan
perhatian, memeriksakan kesehatan lansia secara teratur, serta
tidak menganggap lansia sebagai beban sehingga dapat
mendukung lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Lansia diharapkan tidak terlalu memikirkan perubahan kondisi
fisik dan psikologis yang terjadi pada dirinya. Selain itu juga
diharapkan dapat meningkatkan hubungan sosial di
lingkungannya, meningkatkan spritualitas, dan memanfaatkan
program yang dilaksanakan pemerintah yaitu Program Kesehatan
Lansia sehingga lansia masih tetap produktif dan dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA