Anda di halaman 1dari 28

Askep Pada Lansia Dengan Perubahan Spritual

DI SUSUN OLEH : 3

A. Hasriani Yusuf (A.18.10.023) Andi Resky Ika Fitri (A. 18.10.003)

A. Sari Yudha Widya A. (A.18.10.025) Haerunnisa (A.18.10.023)

Ana Jihad Islamia (A.18.10.10) Ika Novika (A. 18. 10. 025)

Eka Hasriani R (A.18.10.016) Janniati (A. 18. 10. 028)

Khusunul Khatima (A. 18. 10. 031) Nurfadilla (A. 18. 10. 033)

Indriani (A.18.10.026) Hendri Kurniawan (A.18.10.024)

Dian Alpionita (A.18.10.015) Fadlia Isnaini (A.18.10.19)

Kiki Reski Putri (A.18.10.032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA


T.A 2019/2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTA...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................

B. TUJUAN............................................................................................................

C. RUMUSAN MASALAH...................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN.....................................................................................

A. PENGERTIAN LANSIA..................................................................................

B. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA.............................................................

C. MASALAH-MASALAH YANG SERING TERJADI PADA LANSIA..........

D. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASA BAGI LANSIA...............

E. PENDEKATAN PERAWAT LANJUT USIA.................................................

F. TUJUAN ASUHAN KEPETRAWATAN LANJUT USIA..............................

G. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA.....................................................

H. PENGERTIAN SPIRITUAL.............................................................................

I. MASALAH SPIRITUAL PADA LANSIA .......................................................


J. PERUBAHAN SPRITUAL PADA LANSIA.....................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

A. KESIMPULAN..................................................................................................

B. SARAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kesempatan serta rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dalam mata keperawatan

gerontik

Makalah yang berisikan dengan judul “askep pada lansia dengan

perubahan spritual” ini telah penulis susun secara maksimal dengan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis banyak berterimakah kepada semua pihak yang

tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama

ini.

Karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari

masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, sangat mengharapkan

kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca. Terima Kasih.

Bulukumba, 15 Oktober

2021
PENULIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat

menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistem

fisisologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit

dan kematian. Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses

menghilangnya secara berlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan kemampuan untuk memperbaiki

kerusakan yang diderita (Suryadi, 2003).

Pada lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan-

perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan fisik

mencakup perubahan pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan lain-lain.

Menurut Kuntjoro (2002) perubahan mental dipengaruhi oleh penurunan kondisi

fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial,

perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan dalam peran sosial di

masyarakat.

Perubahan psikososial dialami lansia yang dulunya bekerja mengalami

pensiun kemudian merasakan kehilangan finansial, perubahan pada status, teman


dan kegiatan. Sedangkan perubahan spiritual dijelaskan Murray dan Zenter (1987)

lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang

terjadi pada lansia memiliki dampak yang mencakup semakin tingginya tingkat

ketergantungan, masalah kesehatan, masalah psikologi mental spiritual dan lain-

lain. (Kuntjoro, 2002).

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah

penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk

di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi 11,3

juta (6,4%). Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari

jumlah penduduk, dan pada tahun 2005 jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 18,3 juta (8,5%).

Dan pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah

balita, yang sekitar 19,3 juta (9,0%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun

2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara dan struktur dan jumlah

penduduk lanjut usia setelah RRC (Republik Rakyat China), India, Amerika

Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun. Dan menurut Biro Pusat

Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 18.238.107 penduduk lansia.

Jumlah ini akan meningkat hingga 33 juta orang lansia 12% dari total penduduk

(Wahjudi, 2008).

B. Tujuan

Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan

masyarakat mengetahui tentang perubahan-perubahan yang lazim terjadi pada


proses menua baik dari segi biologis (fisik), psikologis (mental), psikososial,

spiritual, dan kultural.

BAB II

PEMBAHASAAN

A. PENGERTIAN LANSIA

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Keliat, Budi Anna, 1999 dalam Maryam, Siti, dkk, 2008).

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang

Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia

lebih dari 60 tahun. (Maryam, Siti, dkk, 2008).

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).

Beberapa pendapat di bawah ini dikemukakan mengenai batasan umur

lansia:

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:


a) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

b) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

a) Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c) Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa

e) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain .

B. PERUBAHAN FISIK PADA LANSIA

1. Perubahan fisik

a) Sel: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra dan extra seluler

b) Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam

respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem

pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya

pengumpulan serum karena meningkatnya keratin


c) Sistem penglihatan: pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang

pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang

pandang.

d) Sistem Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan menjadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah

berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.

e) Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga

menyebabkan menurunnya aktivitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya

sehingga kapasitas residu meningkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan

menurun.

f) Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk,

indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi

indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf

pengecap untuk rasa manis dan asin.

g) Sistem genitourinaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun sampai 50%.

Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika

urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai

200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang

akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75% dialami oleh pria

diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput
lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi

alkali.

h) Sistem endokrin: pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon

menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,

aktivitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate

(BMR). Produksi sel kelamin menurun seperti: progesteron, estrogen dan

testosteron.

i) Sistem integumen: pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan

lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan

rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan

rapuh.

j) Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh

menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine

vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot,

sehingga lansia menjadi lamban bergerak, otot kram, dan tremor.

2. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

a. Kehatan umum

b. Tingkat pendidikan

c. Keturunan

d. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2:

a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. Kenangan jang pendek: 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question:

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari

faktor waktu.

3. Perubahan psikososial

a. Pensiun: nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identitas dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan

b. Merasakan atau sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

C. MASLAH-MASALAH YANG SERING TERJADI PADA LANSIA


Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka

timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar

Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah- masalah yang menyertai lansia

yaitu:

1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total

dalam pola Hidupnya

3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah

4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak

5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

Berkaitan dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa

perubahan fisik yang mendasar adalhan perubahan gerak.

Permasalahan umum yang dapat terjadi pada lansia:

1. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan

2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga

yang lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

3. Lahirnya kelompok masyarakat industri

4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia

5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia

Selain itu masalah yang terjadi pada lansia antara lain:

1. Masalah Gizi

a) Gizi Berlebihan

Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat


badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang

karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar

diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan

merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit

jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan

darah tinggi.

b) Gizi Kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial

ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori

terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan

berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan

protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat

diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit

menurun kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ

tubuh yang vital.

c) Kekurangan Vitamin

Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang,

apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan,

akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,

lesu, dan tidak semangat.

2. Resiko Jatuh

Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur

pangkal paha atau pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri


dan immobilisasi dengan segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat

diidentifikasi serta tak sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak

terjadi/tak terulang.

1) Faktor Resiko Internal

Gangguan penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi

telinga, obat golongan Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra

cervikal, gangguan aliran darah otak, artritis, lemah otot tungkai,

hipotensi postural, pnemoni, penyakit sistemik (ISK, gagal jantung,

dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).

2) Faktor Resiko Eksternal

Turun tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin,

kain atau celana terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi

atau terlalu rendah, kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang,

tempat kaki kursi roda, kamar mandi jauh dari kamar, toilet terlalu

rendah.

Tindakan:

a) Identifikasi faktor resiko

b) Perhatikan kelainan cara berjalan/duduk

c) Romberg test

d) Uji keseimbangan sederhana

e) Berkurangnya lebar langkah

f) Modifikasi faktor resiko internal.


Salah satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda

penyakit tidak khas sesuai dengan organ/sistem organ yang sakit. Seringkali

suatu penyakit siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran

walaupun sistem saraf pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit

susunan saraf pusat juga tetap dapat muncul dalam bentuk gangguan

kesadaran. Dengan demikian maka perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk

mendeteksi sedini mungkin kelainan-kelainan sistemik yang dapat mendasari

delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi berat.

Penyebab delirium dapat dikarenakan oleh stroke, tumor otak,

pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia, hipoksia dan putus obat.

Adapun gejala-gejala yang dapat dimunculkan antara lain kurang perhatian,

gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi,

halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, hiperaktif.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat adalah sakit kepala/pusing

dikaji dengan cermat, perhatikan keluhan penglihatan, atasi batuk pilek

meriang secepatnya. Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan

berkemih, nafsu makan berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin,

pingsan sesaat.

3. Imobilisasi

Immobilisasi atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan

atrofi otot, dekubitus dan malnutrisi serta pneumonia. Faktor resiko: Osteoartritis,

fraktur, stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroid, gangguan penglihatan,

hipotensi postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak


sendi, dan sesak nafas.

4. Hipertensi

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan

meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah

pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah

jantung, dan penyakit jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60

tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.

Secara nyata kematian karena kelainan ini, morbiditas penyakit

kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut

usia dibedakan atas:

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi: tekanan sistolik lebih besar dari 190

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Karakteristik Penyakit Pada Lansia

a) Saling berhubungan satu sama lain

b) Penyakit sering multiple

c) Penyakit bersifat degeneratif

d) Berkembang secara perlahan

e) Gejala sering tidak jelas

f) Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial

g) Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut


h) Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh

konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)

D. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASA BAGI LANSIA

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes,

dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan

dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di

rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan

oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh

anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan

latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan

melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada

kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain: Untuk lanjut

usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang

personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:

kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:

kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,

misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan

penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu

dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet). Lanjut usia mempunyai potensi besar
untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya

usia, antara lain: Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan

kolagen dan elastisitas. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga

kulit menjadi lebih tipis dan rapuh. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi

sehingga potensi terjadinya dekubitus.

E. PENDEKATAN PERAWAT LANJUT USIA

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada

organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan

penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik

secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu: Klien lanjut

usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa

bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu

melakukan sendiri.

Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar

perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan

keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan

perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan,

mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat

perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari

luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan

mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan

rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara

memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan

atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut

usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan

darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma,

intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah

memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan

lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu

berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi

tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,

mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia,

untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar

pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan. Seorang

perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan menerima

makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat

menyebabkan hilangnya nafsu makan.


Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan

agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi

dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat

menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur

makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan. Kebersihan perorangan

sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber

infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku

dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan

mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia. Perawat perlu mengadakan

pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang

diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan

kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb.

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada

keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan

dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri

dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya

apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah

dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya

genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. Pendekatan psikis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan

pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung

rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya

memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia

merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar,

simpatik dan service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih

sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk

itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh,

membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang

dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam

memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan

semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti

menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya

kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur

dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang

membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa

melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan

untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan

dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan

pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila

perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu

upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul

bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi

pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang

dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain Penyakit

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk

mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film,

atau hiburan lain.

Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya,

biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan,

ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang terjadi

pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan

berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian

perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun

terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan

sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau

mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi

kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah

rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak

pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul

lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan

reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi

hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga

perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di

tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa

bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan

seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran

seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan

demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik

saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia

melalui agama mereka.

F. TUJUAN ASUHAN KEPETRAWATAN LANJUT USIA

Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:

Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah


lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan. Membantu mempertahankan serta

membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)

menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan

baik kronis maupun akut. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat

mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai

kelainan tertentu Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia

yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang

maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara

maksimal).

G. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

A. Peningkatan kesehatan (helth promotion)

B. Pencegahan penyakit (preventif)

C. Mengoptimalkan fungsi mental

D. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

H. PENGERTIAN SPIRITUAL

Spiritual adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha

pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Spiritual

adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertingggi seorang manusia dalam

kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut

meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai

dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang,
dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang,

kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas

(Maslow 1970, dikutip dari prijaksono, 2003)

I. MASALAH SPIRITUAL PADA LANSIA

Permasalahan terbesar yang dialami lansia pada dasarnya sama yaitu

menyiapkan kematian yang notabene akan dialami oleh semua orang, namun hal

ini menjadi berbeda pada lansia karena sebagian besar lansia berpikir bahwa

“yang tua akan cepat mati” hal inilah yang menjadikan lansia memiliki dua sudut

pandang berbeda. Pada lansia dengan tingkat spiritual yang tinggi maka akan

dapat menerima kenyataan yang akan diterimanya nanti dan siap dalam

menghadapi kematian, sedangkan pada lansia dengan tingkat spiritual yang

rendah maka mereka akan sulit dalam menerima keadaan yang menimbulkan

kemungkinan terburuk yaitu menyalahkan takdir Allah SWT.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang

menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali

menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor,

seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan

kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam

menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang

berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.

Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat.

J. PERUBAHAN SPIRITUAL
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970).

b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentner, 1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan keadilan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang

tidadapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan struktur fungsi secara

normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Paris Constantinides,

1994). Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,

misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan

jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Pada setiap orang, fungsi

fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak

maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai

puncaknya pada umur 20-30 tahun. Usia lanjut adalah mereka yang telah berusia

60 tahun atau lebih.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan menguasai tentang kesehatan

spiritual dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40457772/makalah_gerontik_perubahan_perubahan_p

ada_lansia

https://www.academia.edu/42837289/Keperawatan_Lanjut_Usia

https://id.scribd.com/document/364057703/Askep-Spiritual-Lansia-doc

Anda mungkin juga menyukai