Oleh : Kelompok 1
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
dalam pengerjaan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang berjudul “Askep Gerontik
pada klien dengan PPOK”. Shalawat dan salma tak lupa selalu kami panjatkan kepada
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi penugasan yang telah diamanatkan
Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan penulisan atau penyusunan
makalah kami yang selanjutnya. Akhir kata kami hanya bisa berdoa semoga makalh ini bisa
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN..................................................................................................................iv
A. Latar Belakang...........................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................v
C. Tujuan..........................................................................................................................v
BAB II......................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI................................................................................................................1
1. Defenisi....................................................................................................................1
2. Etiologi.....................................................................................................................1
3. Patofisiologi.............................................................................................................2
4. Manifestasi Klinik....................................................................................................3
5. Pemeriksaan diagnostic............................................................................................4
6. Komplikasi...............................................................................................................5
7. Penatalaksanaan.......................................................................................................6
1. Pengkajian................................................................................................................7
2. Diagnosis Keperawatan...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
B. Riwayat Keluarga......................................................................................................12
C. Riwayat Pekerjaan.....................................................................................................12
ii
D. Riwayat Lingkungan Hidup......................................................................................12
E. Riwayat Rekreasi.......................................................................................................13
G. Kebiasaan /Ritual.......................................................................................................13
I. Penyakit masa kanak-kanak : klien sudah tidakingat riwat Kesehatan masa kecilnya 14
J. Riwayat keluarga...........................................................................................................15
K. Tinjauan sistem..........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia
semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia
pun meningkat. Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu
perubahan pola penduduk penduduk berusia berusia muda ke usia tua. Infeksi Infeksi
saluran saluran nafas bagian bawah akut dan tuberkulosis tuberkulosis paru menduduki
menduduki 5 penyakit penyakit terbanyak terbanyak yang diderita oleh masyarakat.
Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOK orang tua usia lanjut.
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama berlangsung
lama dan ditandai dan ditandai oleh peningkatan oleh peningkatan resistensi resistensi
terhadap ali terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
ditandai dengan sebutan PPOK adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial. Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun
dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sedikit sputum
mucoid. Mungkin terdapat terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi
biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Akhirnya serangan brokhitis brokhitis akut makin sering timbul, timbul, terutama
terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada
waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas.
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis PPOK
1. Defenisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD
(Cronic Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan terkait
dengan adanya proses inflamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau
partikel berbahaya (Ikawati, 2016).
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan
napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru- paru untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru
terhambat, paru-paru terhambat, udara akan udara akan terperangkap di
terperangkap di dalam paru dalam paru-paru. Hal -paru. Hal ini akan mempersulit
paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian bagian tubuh yang
lainnya. lainnya. Emfisema Emfisema dan bronkitis bronkitis kronis menyebabkan
menyebabkan proses proses inflamasi inflamasi yang berlebihan berlebihan dan
pada akhirnya akhirnya menimbulkan menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-
paru, sehingga aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya disebut
“obstruktif kronis”)
2. Etiologi
a. Kebiasaan merokok merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan
yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan
kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2 kali jantung 2 kali lebih
besa lebih besar bagi pr r bagi prokok berat at okok berat atau yang merokok au
yang merokok 20 batang batang atau lebih dalam sehari. sehari. Bahkan, resiko
menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama
sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah
kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin Nikotin yang
1
terserap terserap dalam setiap hisapan hisapan rokok memang tidak mematikan,
tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta
mengacaukan irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai
gejala atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya
tahan tubuh dan pencegahan pencegahan penularan penularan kepada orang
sekitar, sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah
sembarang. Faktor berkumpulnya berkumpulnya banyak orang misalnya
misalnya di tempat pengungsian pengungsian tempat korban banjir, juga
berperan dalam penularan ISPA.
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor Selama ini orang banyak menduga bahwa andil
terbesar dari pencemaran pencemaran udara kota berasal berasal dari industri.
industri. Jarang di sadari, sadari, bahwa justru yang mempunyai andil sangat
besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan
bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai sumber
pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-
3. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
2
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama
terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen - komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
3
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang yang
menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks
5. Pemeriksaan diagnostic
a. Pengukuran fungsi paru
1) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
2) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
3) FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun : untuk
menentukan derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
4) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian menurun dengan nilai
normal 4 L
5) TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang dengan nilai
normal 6000 ml
b. Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat dengan
nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai normal 7,35-7,45
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita 12-14 gr/dl dan
laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat dengan nilai normal pada
wanita 37-43 % dan pada laki-laki 40-48 %
2) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada wanita 4,2-5,4
jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
3) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE serum
meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml d) Pulse oksimetri , SaO2
oksigenasi meningkat dengan nilai normal > 95 %.
4) Elektrolit menurun
d. Pemeriksaan sputum
4
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran . kuman pathogen
yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia, hemophylus influenzae.
e. Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area
paru (Muttaqin, 2012)
6. Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefenisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg dengan
nilai saturasi oksigen < 85 %. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul
sianosis.
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness dan takipnea.
c. Infeksi respiratori
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru) harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
f. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan sering kali tidak
berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu
pernafasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma
g. Ansietas dan depresi
5
Pasien PPOK umumnya mengeluhkan gejala sesak napas yang cenderung
bertambah berat sehingga menimbulkan ansietas dan depresi yang meningkat
pada pasien PPOK yang disebabkan oleh faktor psikologis atau psikopatologis
yang mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengatasi penyakitnya.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berhenti Merokok
b. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophilin dan
adrenalin)
c. Pengobatan simtomatik
d. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
e. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran
lambat : 1-3 liter / menit
f. Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap
g. Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energy
h. Tindakan rehabilitasi
1) Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
2) Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya
4) Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar Kembali
dapat mengerjakan pekerjaan seperti semula.
5) Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang diseritanya (Padila, 2012).
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien.
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara
tepat dan waspadai kemungkinan efek sampingnya.
6
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan
kecepatan aliran ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu
untuk ekhalasi dan jumlah udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji
adanya dyspnea dan memastikan bahwa dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru,
terutama merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif
intermiten, peningkatan asupan cairan.
2. Meningkatkan pola nafas
a. Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat membantu
meningkatkan pola pernafasan
b. Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan respirasi
3. Memantau dan menangani komplikasi
a. Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b. Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan takikardia
c. Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi atau
komplikasi lain dan laporkan perubahan pada status fisik atau kognitif
(Susan, 2012)
7
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi
(asma) karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK. Biasanya terdapat
riwayat merokok karena merokok meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30
kali lebih besar ( Ikawati, 2016)
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena
karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap
aktifitas. Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan keatas setinggi
toraks dapat menyebabkan keletihan atau distress pernafasan
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan
intrapersonal maupun interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
mempengaruhi pola ibadah pasien
8
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK
mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
b) Mata Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi
pendengaran normal
d) Hidung Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
1) Inspeksi biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest
penggunaan otot bantu pernafasan
2) Palpasi biasanya premitus kanan dan kiri melemah (
3) Perkusi bisanya hipersonor
4) Auskultasi biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
keparahan obstruktif
g) Jantung
1) Inspeksi bisanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi biasanya ictus cordis teraba
3) Auskultasi biasanya irama jantung teratur
h) Abdomen
1) inspeksi biasanya tidak ada asites
2) Palpasi biasanya hepar tidak teraba
3) Perkusi biasanya timphany
4) Auskultasi biasanya bising usus normal
i) Ekstremitas biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan, batuk
yang tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
9
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan,
penggunaan otot bantu pernafasan
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai O2 ke sel dan
jaringan kurang
e. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
g. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan kerja siliaris
h. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
10
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan . Yogyakarta :
Bursa Ilmu
Mengko, Corenelis Yohni. 2018. Asuhan Keperawatan T.T diruang Bougenvil Rumah Sakit
dr. Soedjono Magelang. Diakses 3 November 2020.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2128/1/KTI%20CORNELIS%20YOHNI
%20MENGKO.pdf
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan .
Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha Medika
Susan, C. Smeltzer. 20012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta : EGC
11
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK
Jumlah orang yang tinggal di panti/rumah : klien tinggal sendiri seelah istri klien
meninggal, dan masing – masing anaknya telah menikah dan mmepunyai anak
Kondisi panti: -
12
E. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : dalam mengisi waktu luangnya klien memlihara ayam, dan
biasanya jg menonton Tv, serta bermain dengan cucu nya
Keanggotaan organisasi : klien sering mengikuti pengajian rutin yang digelar setiap
malam jumat
Kegiatan di panti :-
Klinik .................................................................................................................
Lain-lain
G. Kebiasaan /Ritual
Agama : klien beragama Islam
Istirahat/tidur : istrihat siang klien kurang lebih 1 – 2 jam, istirahat malam klien tidur jam
20.00 dan bangun jam 04.00
Kebiasaan ibadah : Tn. M melakukan kegiatan kewajiban ibadah sholat 5 waktu, dan
setiap sholat magrib dan isya klien ikut berjamaah di musholah terdekat
Kepercayaan : klien merasa tabah dan ikhlas dengan kondisnya saat ini dan dalam
menjalankan kehidupannya,
Keluhan kesehatan utama : klien merasa nafasnya berat, terjadi kapan saja terlebih lagi
setelah beraktivitas berat/terpapar udara kotor, apabila sesak datang, klien biasanya
beristirahat penuh
13
Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : Saat Tn. M sakit dan
merasa sesak nafas,Tn. M akan beristirahat, tetapi kalau sesak nafasnya tidak berkurang,
keluarga akan memriksakan Tn. M ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
Obat-obatan
Nama obat :
Dosis obat :
Faktor-faktor lingkungan : klien tidak bisa terlalu sering terpapar udara yang kotor karna
bisa membuat sesaknya muncul dan juga tidak cocok dengan udara dingin terlebih udara
pada dini hari
Nutrisi
I. Penyakit masa kanak-kanak : klien sudah tidakingat riwat Kesehatan masa kecilnya
Penyakit serius atau kronik : klien menderita hipertensi dan PPOK
Trauma: -
Perawatan di Rumah Sakit : pasien pernah dirawat di RS sekitar 1 minggu yang lalu
14
Alasan : pasien pernah dirawat di RS sekitar 1 minggu yang lalu dengan PPOK dan
Hipertensi. Pasien merupakan seorang perokok berat, dimana biasanya psien
menghabiskan 1-2 bungkus rokok perheri. Dan berhenti merokok hampi1 sekitar 1 tahun
Tanggal : 1 minggu lalu Tempat : Rumah Sakit
Operasi
Jenis Operasi : klien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya
Tanggal : - Tempat : -
Alasan : -
Riwayat obstetric : -
J. Riwayat keluarga
1. Genogram (gambarkan silsilah dari keluarga klien)
Ket :
Klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, kedua orang tua klien telah meninggal
dunia, karna factor umur. Sebelumnya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita oleh klien, dalam keluarga klien terdapat Riwayat hipertensi yang diturunkan
oleh ayah klien. klien mmeiliki 2 anak dan masing – masing anaknya telah menikah,
Adapun istri klien telah meninggal dunia.
15
K. Tinjauan sistem
Beri tanda cek ya atau tidak untuk setiap gejala
1. Keadaan umum
Umum Ya Ti
da
k
Kelelahan
Perubahan berat badan setahun yang lalu
Perubahan nafsu makan
Demam
Keringat malam
Kesulitan tidur
Sering pilek, infeksi
Penilaian diri terhadap status kesehatan : klien menhgatakan kondisinya sangat parah,
dan terasa tersiksa saat kondisinya memburuk, klien mengatakan dirinya cepat
mengaami penurunan kesehatan
Kemampuan untuk melakukan ADL : klien mampu meakukan aktivitas sendirri namun
klien tidak dapat melakukan aktivitas yang berat karna apabila mengalami kelelahan
biasanya sesaknya akan muncul,
2. Sistem Integumen
Integumen Ya Tidak
Lesi/luka
Pruritus
Perubahan pigmentasi
Perubahan tekstur
Sering memar
Perubahan rambut
Perubahan kuku
Pemajanan lama terhadap matahari
Pola penyembuhan lesi, memar : apabila terdapat luka biasanya Tn. M hanya
membalutnya dengan kain
3. System Hemopoetik
16
Hemopoetik Ya Tida
k
Perdarahan/memar abnormal
Pembengkakan kelenjar limfa
Anemia
Riwayat transfusi darah
4. Kepala
Kepala Ya Ti
da
k
Sakit kepala
Trauma berarti pada masa lalu
Pusing
Gatal kulit kepala
5. Mata
Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan
Kaca mata/lensa kontak
Nyeri
Air mata berlebihan
Pruritus
Bengkak sekitar mata
Diplopia
Kabur
Fotofobia
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan terakhir : -
Kemampuan untuk melakukan ADL : dalam pengkajian pada mata didaptkan data
normal, dan hal ini mmebuat klien masih mampu melakukan aktivitasnya sendiri
6. Leher
Leher Ya Tidak
Kekakuan
Nyeri/nyeri tekan
17
Benjolan/massa
Keterbatasan gerak
7. Telinga
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran
Tinitus
Vertigo
Sensitivitas pendengaran
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan terakhir : -
Kebiasaan perawatan telinga : klien biasanya membersihkan telinganya 1-2 kali seinggu
18
9. Mulut dan tenggerokan
Mulut dan tenggerokan Ya ETid
ak
Sakit tenggerokan
Lesi/ulkus
Serak
Perubahan suara
Kesulitan menelan
Perdarahan gusi
Karies
Kesulitan menelan
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan gigi terakhi : -
Pola menggosok gigi : Tn. M melakukan gosok gigi 2x sehari menggunakan pasta gigi
dlakukan setiap pagi hari dan sore hari.
10. Payudara
Payudara Ya Ti
da
k
Benjolan/massa
Nyeri/nyeri tekan
Bengkak
Keluar cairan dari putting susu
Pola pemeriksaan payudara sendiri : -
11. Pernafasan
Pernafasan Ya Tidak
Batuk
Sesak nafas
Hemoptisis
Sputum
Bunyi nafas abnormal
Asma/alergi pernafasan
19
Tanggal dan pemeriksaan sinar x dada terakhir :
14. Gastrointestinal
Gastrointestinal Ya Tidak
Disphagia
Tak dapat mencerna
20
Nyeri ulu hati
Mual/muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Intoleran makanan
Ulkus
Nyeri
Ikterik
Benjolan/massa
Perubahan kebiasaan defekasi
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rectum
Pola defekasi biasanya : klien mengatakan tidak menglami perubahan pada pola
defekasinya, dimana biasanya sebanyak 1-2 kali sehari
Infeksi
21
Masalah aktifitas seksual : -
Riwayat menstruasi : -
Riwayat menopause : -
Gr……………..P………………A……………………
17. Muskuloskeletal
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri punggung
Protesa
Pola kebiasaan latihan
Dampak pada penampilan sehari-
hari ............................................................................ ..............................................................
.......................................................................
22
19. System reproduksi
Sistem Reproduksi Y Tidak
a
Intoleran panas
Intoleran dingin
Goiter
Pigmentasi kulit/tekstur
Perubahan rambut
Polifagia
Polidipsi
Poliuria
20. Psikososial
Psikososial Ya Tidak
Cemas
Depresi
Insomnia
Menangis
Gugup
Takut
Masalah dalam mengambil keputusan
Kesulitan berkonsentrasi
Stress saat ini : Pasien mengatakan dirinya sudah tua dan sskit – sakitan, membuatnya
tidak bisa beraktivitas seperti dulu dan menyusahkan anak – anknya. Pasien pun
mengatakan takut kalau sakitnya semakin parah dan tidak sembuh – sembuh. Saat
pengkajian pun klien terlihat murung dan nada bicara yang tidak semnagat
Masalah tentang kematian : klien merasa usianya mungkin tidak lama lagi karna
diperparah dengan kondisinya saat ini, terlebih ketika sesak kadang klien merasa ia akan
meninggal
23
24
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)
N Pernyataan Ya Tida
o k
1 Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan 0
. kehidupannya ?
25
4
.
26
.
Jumlah 17 (Depresi
Ringan)
Parameter
Minat aktivitas 2, 12, 20, 28 27
Perasaan sedih 16, 25 9, 15, 19
Perasaan sepi dan 3, 4
bosan
Perasaan tidak berdaya 10, 17, 24
Perasaan bersalah 6, 8, 11, 1, 23 18
Perhatian/konsentrasi 14, 26, 30 29
Semangat atau harapan 13, 22 5, 7, 21
terhadap masa depan
Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban “ya” dan nilai 0
untuk jawaban “tidak” sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban “tidak”
diberi nilai 1 dan jawaban “ya” diberi nilai 0
27
BERG BALANCE SCALE
Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan
dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan (balance task)
yang umum dalam kehidupan sehari-hari.
3 Duduk tanpa 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
. penunjang
1 Berputar 360 3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi
1 derajat hanya 4 detik atau kurang
.
29
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL ( Indeks Kemandirian Katz )
No Aktivitas Mandi Tergantung
ri
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
30
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers)
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,
kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C
: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambaha
n
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
31
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan dari orang lain diantaranya
yaitu makan, kontinensia, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
mandi,pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.
32
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 3
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah 5 5
sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap 3 3
benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
33
Skor 30 2
Total 7
34
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
Nama Lansia :
Umur :
Tanggal :
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
6. Status Mental 0 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 15
Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Catatan : dapat menambahkan skala ukur yang lain sesuai dengan kasus yang
ditemukan
35
FORMAT DATA FOKUS
Nama / umur :
Jk :
Data Fokus
36
FORMAT KLASIFIKASI DATA
Nama / umur :
Wisma :
Data Objektif Data Subjketif
Klien tampak sesak napas, nafas pendek Klien mengatakan sesak nafas
Pola pernapasan abnormal Klien mengeluh batuk berdahak
Terdapat suara wheezing dan sputum Pasien mengatakan dirinya sudah
Pasien tampak murung, sesekali tampak tua dan sskit – sakitan, pasien
menghela nafas dalam. mengatakan dirinya hanaya akan
Pada pemeriksaan didaptkan klien menyusahkan orang lain terutama
termasuk kategori depresi ringan anak – anaknya.
Klien tampak kesulitan untuk Pasien mengatakan selama sakit
mengeluarkan dahak beberapa aktivitasnya dibantu oleh
anak – anaknya.
Pasien mengatakan takut kalau
sakitnya semakin parah dan tidak
sembuh – sembuh
37
FORMAT ANALISA DATA
Nama / umur :
JK :
Symtom Etiologi Problem
38
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial klien : ……………………….......
Wisma : ……………………………
No Diagnosa keperawatan Rencana Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway management
nafas berhubungan diharapkan ketidakefektifan pola nafas dapat 1. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
dengan obstruksi saluran teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola pernapasan abnormal
nafas a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
napas yang bersih, tidak ada sianosis dan ventilasi
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum 4. Pertahankan jalan napas yang paten.
b. Irama napas, frekuensi pernapasan dalam 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk
rentang normal, tidak ada suara napas pemberian obat
abnormal
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
d. Menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
efektif berhubungan diharapkan masalah bersihan jalan nafas teratasi a. Monitor TTV
dengan peningkatan dengan kriteria hasil: b. Ajarkan penggunaan teknik
produksi sputum a. Irama dan frekuensi pernafasan dalam pernapasan diafragmatik dan batuk.
rentang normal (RR: 18-24x/mnt) c. Bantu dalam pemberian terapi
b. Tidak terdapat sputum nebuliser
39
c. Menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat d. Ajarkan tentang tanda-tanda
dini infeksi yang harus dilaporkan pada
dokter dengan segera: peningkatan
sputum, perubahan warna sputum,
kekentalan sputum, peningkatan napas
pendek, rasa sesak didada, keletihan.
e. Berikan antibiotik sesuai yang
diharuskan.
3 Gangguan harga diri b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Dorong aktifitas social dan komunitas
ketergantungan, diharapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi b. Dorong pasien untuk mengembangkan
perubahan citra tubuh dengan kriteria hasil: hubungan
1. Mengidentifikasi pola koping efektif c. Dukung pasein untuk menguunakan
2. Melaporkan penurunan stress mekanisme pertahanan yang sesuai.
3. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
40