CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
berkahNya dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini
dengan judul “Laporan Pendahuluan CKD (Chronic Kidney Disease)” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib untuk mata kuliah
keperawatan anak di Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Panrita Husada Bulukumba.
karena itu segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat diharapkan oleh
penyusun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................1
A. Pengertian CKD..............................................................................................................1
B. Anatomi Ginjal................................................................................................................1
C. Klasifikasi CKD..............................................................................................................6
D. Etiologi CKD..................................................................................................................7
E. Patofisiologi CKD...........................................................................................................7
G. Komplikasi CKD.......................................................................................................10
H. Penatalaksanaan Medik.............................................................................................11
BAB II......................................................................................................................................15
A. Pengkajian.....................................................................................................................15
B. Diagnosis Keperawatan.................................................................................................20
C. Intervensi Keperawatan.................................................................................................21
D. Implementasi.................................................................................................................29
E. Evaluasi.........................................................................................................................29
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
iii
B. Saran..............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian CKD
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan
Marfianti, 2019).
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
B. Anatomi Ginjal
1
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena
tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga ke 12, sedangkan
kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas (Rahayu, 2019).
depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus
lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan
lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah
posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, seangkan di
anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi
oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung,
(4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan
beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian,
2
2) Bagian luar (eksternal) korteks.
sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis, dan
koligens.
a. Nefron
nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu nefron dapat
b. Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut
darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati
disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman. Sebagian besar dari filtrat
3
glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapiler-kapiler
d. Ansa henle
ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan
kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total panjang
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil
pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20
tubulus proksimal.
secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini memiliki
3. Fungsi Ginjal
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan
relatif normal.
4
b. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
meningkatkan sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K, Cl, dan fosfat.
akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini
urin akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-
5
C. Klasifikasi CKD
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu, atas
dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi (Rahayu, 2019).
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan
t (ml/mnt/1,73m2)
6
transplantasi Penyakit recurrent (glomerular) Transplant glomerulopathy
D. Etiologi CKD
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (Rahayu, 2019). Penyebab dari gagal
ginjal)
7. Nefropati toksik
E. Patofisiologi CKD
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
7
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun,
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat (Umar et al., n.d.).
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal Penurunan laju filtrasi glomerulus
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi
oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering
jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
8
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam,
uremik.
3. Asidosis
(HCO3) .penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi.
4. Anemia
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
9
penyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem reninangiotensin-
aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital, Friction rub
2. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
G. Komplikasi CKD
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2018) serta Suwitra (2019)
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
10
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
2019).
H. Penatalaksanaan Medik
Menurut Wong, dkk (2019) Pada gagal ginjal konik yang bersifat irreversibel,
tujuan penatalaksanaan medis antara lain meningkatkan fungsi ginjal sampai taraf
kehidupan hingga taraf seaktif dan senormal mungkin (Umar et al., n.d.).
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun
2. Asidosis metabolic
11
mg/hari. 2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama
dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
3. Anemia
b. Anemia hemolisis
4. Pengaturan diet Tujuan diet pada gagal ginjal adalah memberikan kalori dan
dan elektrolit.Asupan natrium dan air biasanya tidak dibatasi kecuali bila terdapat
gejala edema dan hipertensi, dan asupan kalium umumnya tidak dibatasi. Asupan
fosfor harus dikendalikan melalui pengurangan asupan protein dan susu untuk
fosfor dapat dikurangi lebih lanjut dengan pemberian karbonat per oral yang
12
5. Penatalaksanaan teknologik gagal ginjal kronik
Metode dialisis yang kini tersedia adalah dialisis peritoneal dengan rongga
air dan zat terlarut yang ukuran molekulnya kecil; hemodialisis yaitu darah
memungkinkan alur yang sama untuk air dan zat terlarut; hemofiltrasi yaitu
filtrat darah yang disirkulasi 30 di luar tubuh dengan diberi tekanan hidrostatik
yang relative normal dan merupakan bentuk terapi pilihan untuk penderita
gagal ginjak kronik. Ginjal untuk ditransplan diperoleh dari dua sumber yaitu
donor kerabat yang masih hidup living related donor yang biasanya berasal
dari orangtua atau saudara kandung, atau donor kadaver, yaitu yang berasal
dari pasien yang sudah meninggal atau yang sudah mengalami kematian otak
yang secara antigen serupa dengan jaringan yang terdapat pada resipien dan
nutrisi yang cukup dan mencegah kekurangan gizi kalori protein adalah fokus
13
penatalaksanaan nutrisi selama tahap awal gagal ginjal kronik. Saat fungsi ginjal
menurun, eliminasi air, zat terlarut, dan sisa metabolik rusak. Akumulasi zat sisa
dan lemak, tubuh tidak dapat menyimpan kelebihan protein. Protein dalam
makanan yang tidak dipakai dipecah menjadi urea dan sisa nitrogen lainnya, yang
kemudian dieliminasi oleh ginjal. Makanan kaya protein juga mengandung ion
anorganik seperti ion hydrogen, fosfat, dan sulfit yang dieliminasi oleh ginjal.
Asupan protein 31 harian 0,6 g/kg berat badan tubuh atau sekitar 40 g/hari
untuk rata-rata pasien pria, memberikan asam amino yang dibutuhkan untuk
perbaikan jaringan. Protein harus mempunyai nilai biologis tinggi, kaya asam
kebutuhan energi dan memberikan sekitar 35 kilokalori per kilo per hari.
(Almatsier, 2018) Asupan air dan natrium diatur untuk mempertahankan volume
cairan ekstraseluler pada kadar normal. Asupan air satu sampai dua liter per hari
hingga 2 gram per hari pada awalnya. Batasan air dan natrium yang lebih ketat
dapat dibutuhkan pada saat gagal ginjal memburuk. Pasien diinstruksikan untuk
memonitor berat badan tiap hari dan melaporkan kenaikan berat badan lebih dari
dua koma tiga kilogram selama periode 2 hari. Pada stadium empat dan lima,
asupan kalium dan fosfor juga dibatasi. Asupan kalium dibatasi hingga kurang
dari 60 hingga 70 mEq/hari (asupan normal dalam sekitar 100 mEq/ hari). Pasien
berisi kadar kalium klorida tinggi. Makanan tinggi fosfor mencakup telur, produk
14
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak terjadi pada usia
30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita),
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara
masuk RS, diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama,
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
masuk ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan
keluhan utama bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum) dan gatal
pada kulit.
adanya napas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan
2019).
15
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit
diabetes melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya
3. Pengakajian B1- B6
Meliputi B6 antara lain, breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone:
dada: apakah simetris atau tidak, suara napas tambahan: apakah tidak ada
obstruksi total, udara napas yang keluar dari hidung, sianosis pada ekstremitas,
16
Pada sistem kardiovaskuler dinilai tekanan darah, nadi, perfusi perifer,
urine, untuk menilai: apakah pasien masih dehidrasi, apakah ada kerusakan
ginjal.
pancreas, dilatasi usus halus. Pada pasien post operasi mayor sering
dengan diafragma.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat. Tingkat
17
b. Kepala
1) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering sakit
pendek
c. Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah
bening
d. Dada/Thorak
e. Jantung
sinistra
18
f. Perut/Abdomen
2) Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
g. Genitourinaria
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning pekat.
h. Ekstremitas
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan
gerak sendi.
i. Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya
j. Sistem Neurologi
19
B. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien dengan gagal ginjal kronik
2. Pola napas tidak efektif b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas,
makan)
20
21
22
C. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2016b)
23
3. Gelisah 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. Napas cuping hidung 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
5. Pola napas abnormal Kolaborasi
(cepat/lambat,reguler/ 1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
irreguler,dalam/ dangkal) 2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
6. Warna kulit abnormal(pucat, tidur
kebiruan)
7. Kesadaran menurun
2. (D.0009) Perfusi perifer tidak efektif L.02011 Perfusi Perifer I.02079 Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan penurunan aliran Ekspektasi: meningkat Observasi
arter/vena, penurunan konsentrasi Kriteria hasil: 1. Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi perifer, edema,
hemoglobin. 1. Denyut nadi perifer meningkat pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)
Data Mayor 2. Penyembuhan luka meningkat 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi ( mis.
DS : - 3. Sensasi meningkat Diabetes, perokok, orang tua hipertensi dan kadar
DO : 4. Warna kulit pucat menurun kolestrol tinggi)
1. CRT > 3 detik 5. Edema perifer menurun 3. Monitor panans, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
2. Nadi perifer menurun/tidak teraba 6. Nyeri ekstremitas menurun ekstermitas
3. Akral teraba dingin 7. Parastesia menurun Teraupetik
4. Warna kulit pucat 8. Kelemahan otot menurun 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
5. Turgot kulit menurun 9. Kram otot menurun daerah keterbatasan perfusi
Data Minor 10. Bruit femoralis menurun 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas
DS : 11. Nekrosis menurun dengan keterbatasan perfusi
1. Parastesia 12. Pengisian kapiler membaik 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada
24
2. Nyeri ekstremitas 13. Akral membaik area yang cidera
DO : 14. Turgor kulit membaik 4. Lakukan pencegahan infeksi
1. Edema 15. Tekanan darah sistolik membaik 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
2. Penyembuhan luka lama 16. Tekanan darah diastolik membaik Edukasi
3. Bruit femoralis 17. Tekanan arteri rata-rata membaik 1. Anjurkan berhenti merokok
18. Indeks ankle-brachial membaik 2. Anjurkan berolah raga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,
antikoagulan,dan penurun kolestrol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah secara
teratur
6. Anjurkan menggunakan obat penyekat beta
7. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
( mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikam omega 3)
3. (D.0022) Hipervolemia berhubungan L.03020 Keseimbangan Cairan I.03114 Manajemen Hipervolemia
dengan gangguan mekanisme regulasi, Ekspektasi: meningkat Observasi
kelebihan asupan cairan, kelebihan asupan Kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea,
cairan. 1. Asupan cairan meningkat dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks
Data Mayor 2. Haluaran urin meningkat hepatojugular positif, suara napas tambahan)
DS : 3. Kelembaban membran mukosa 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
1. Ortopnea meningkat 3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
2. Dispnea 4. Asupan makanan meningkat tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika
3. Paroxymal nocturnal dyspnea
25
(PND) 5. Edema menurun tersedia
DO : 6. Dehidrasi menurun 4. Monitor intake dan output cairan
1. Edema anasarka dan/atau edema 7. Asites menurun 5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium,
perifer 8. Konfusi menurun BUN, hematokrit, berat jenis urine)
2. Berat badan meningkat dalam 9. Tekanan darah membaik 6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
waktu singkat 10. Denyut nadi radial membaik (mis. kadar protein dan albumin meningkat)
3. Jugular venous pressure (JVP) 11. Tekanan arteri rata-rata membaik 7. Monitor keceptan infus secara ketat
dan/atau Central Venous Pressure 12. Membran mukosa membaik 8. Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi
(CVP) meningkat 13. Mata cekung membaik ortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4. Refleks hepatojugular positif 14. Turgor kulit membaik Terapeutik
Data Minor 15. Berat badan membaik 1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang
DS : - sama
DO : 2. Batasi asupan cairan dan garam
1. Distensi vena jugularis 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30- 40°
2. Terdengar suara napas tambahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht menurun Edukasi
5. Oliguria 1. Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
6. Intake lebih banyak daripada dalam 6 jam
output (balans cairan positif) 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam
sehar
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
26
4. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
diuretik
4. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan I.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, Ekspektasi: membaik Observasi
ketidakmampuan mencerna makanan, Kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
factor psikologis (keengganan untuk 1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makan). meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
Data Mayor 2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
DS : - 3. Kekuatan otot menelan meningkat 5. Monitor asupan makanan
DO : 4. Serum albumin meningkat 6. Monitor berat badan
1. Berat badan menurun minimal 5. Verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
10% dibawah rentang ideal meningkatkan nutrisi meningkat
6. Pengetahuan tentang pilihan
Data Minor makanan yang sehat meningkat Teraupetik
DS : 7. Pengetahuan tentang pilihan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
1. Cepat kenyang setelah makan minuman yang sehat meningkat 2. Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis. Piramida
2. Kram/nyeri abdomen 8. Pengetahuan tentang standar asupan makanan)
3. Nafsu makan menurun nutrisi yang tepat meningkat 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
DO : 9. Penyiapan dan penyimpanan 4. Berikan makanantinggi serat untuk mencegah
1. Bising usus hiperaktif makanan yang aman meningkat konstipasi
10. Penyiapan dan penyimpanan
27
2. Otot pengunyah lemah minuman yang aman meningkat 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3. Otot menelan lemah 11. Sikap terhadap makanan/minuman 6. Berikan makanan rendah protein
4. Membran mukosa pucat sesuai dengan tujuan kesehatan Edukasi
5. Sariawan meningkat 1. Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
6. Serum albumin turun 12. Perasaan cepat kenyang menurun 2. Anjurkan diet yang diprogramkan
7. Rambut rontok berlebihan 13. Nyeri abdomen menurun Kolaborasi
8. Diare 14. Sariawan menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
15. Rambut rontok menurun Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
16. Diare menurun 2. Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori
17. Berat badan membaik dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
18. Indeks Massa Tubuh (IMT)
membaik
19. Frekuensi makan membaik
20. Nafsu makan membaik
21. Bising usus membaik
22. Tebal lipatan kulit trisep membaik
23. Membran mukosa membaik
5. (D.0056) Intoleransi aktivitas L.05047 Toleransi Aktivitas I.05178 Manajemen Energi
berhubungan dengan ketidakseimbangan Ekspektasi: meningkat Observasi
antara suplai dan kebutuhan O2, Kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan.. 1. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan
Data Mayor : 2. Saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
DS : - 3. Kemudahan dalam melakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari-hari meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
28
DO : 4. Kecepatan berjalan meningkat melakukan aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat 5. Jarak berjalan meningkat Terapeutik
>20% dari kondisi istirahat 6. Kekuatan tubuh bagian atas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Data Minor meningkat (mis. cahaya, suara, kunjungan)
DS : 7. Kekuatan tubuh bagian bawah 2. Lakukan latihan rentang gerak pasin dan/atau aktif
1. Dispnea saat/setelah beraktivitas meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
2. Merasa tidak nyaman setelah 8. Toleransi dalam menaiki tangga 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
beraktivitas meningkat berpindah atau berjalan
3. Merasa lemah 9. Keluhan lelah menurun Edukasi
DO : 10. Dipsnea saat aktivitas menurun 1. Anjurkan tirah baring
1. Tekanan darah berubah >20% 11. Dipsnea setelah aktivitas menurun 2. Anjurkan melakukkan aktivitas secara bertahap
dari kondisi istirahat 12. Perasaan lemah menurun 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
2. Gambaran EKG menunjukkan 13. Aritmia saat beraktivitas menurun kelelahan tidak berkurang
aritmia saat/setelah aktivitas 14. Aritmia setelah beraktivitas menurun 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
3. Sianosis 15. Sianosis menurun Kolaborasi
16. Warna kulit membaik 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
17. Tekanan darah membaik asupan makanan
18. Frekuensi napas membaik
19. EKG Iskemia membaik
29
D. Implementasi
intervensi. Pada tahap ini perawat harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi
yang efektif, mampu menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
advokasi dan evaluasi (Asmadi, 2018). Implementasi adalah tindakan yang sudah
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini sangat
penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry
& Potter, 2019). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinu
yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi
yang diberikan.
intervensi yang dilakukan. Poin S merujuk pada respon subjektif pasien setelah
diberikan intervensi. Poin O melihat pada respon objektif yang dapat diukur pada
30
intervensi yang dilakukan. Poin P adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
normal.
B. Saran
CKD sehingga memudahkan pada saat pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
MADIUN Characteristics of Risk Factors for Patients with Chronic Kidney Disease
Umar, M. M., Zukri, M., Muh, M., & Tahir, Y. (n.d.). MANAJEMEN ASUHAN
33