Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM

HISTOLOGI TRACTUS UROPOETIKA

Disusun oleh:

NAMA : Ni Made Indriyanti Putri


NIM : 022.06.0071
KELOMPOK : II B
BLOK : Urogenital I
Dosen : dr. Rizky Mulianti.S.Ked.
& Rusmiatik, S.Si, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL – AZHAR MATARAM
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat nilai Pratikum Histologi. Untuk penyusun
laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan dan bimbingan, untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. dr. Rizky Mulianti.S.Ked. & Rusmiatik, S.Si, M.Biomed selaku tutor serta
fasilitator pratikum histologi.
2. Bapak/ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan
yang terkait makalah yang penulis buat.
3. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan laporan
yang telah saya buat.
4. Serta kepada teman – teman yang memberikan masukan dan dukungan kepada
penulis.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
kontruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Mataram, 19 Mei 2023


(Penulis)

Ni Made Indriyanti Putri

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4

1.2 Tujuan Pratikum ........................................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 5

2.1 Landasan Teori ........................................................................................................................... 5

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 7

3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................................................................... 7

3.2 Alat dan Bahan............................................................................................................................ 7

3.3 Cara Kerja ................................................................................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 8

4.1 Hasil Pengamatan ....................................................................................................................... 8

4.2 Pembahasan Pengamatan........................................................................................................... 9

BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 13

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Histologi merupakan pelajaran yang mempelajari tentang jaringan jaringan pada
mahluk hidup melalui metode mikroskopik dan kimia. Zat zat kimia dapat di amatui dengan
mikroskop cahaya atau penghamburan elektron oleh presipitat yang dapat di amati
menggunakan mikroskop electron. Histologi dikenal dengan ilmu yang mempelajari
mikroanatomi. Histologi termasuk penelitian dasar pada biokimia, fisiologi, biologi sel,
ekologi, serta evolusi. Pratikum histologi berperan penting untuk pengetahuan mahasiswa
tentang gambaran histologis struktur yang terdapat pada sistem urinaria atau uropoetika.
Ilmu histologi yang akan dipelajari adalah mengenai histologi Uropoetika. Ilmu
histologi ini sangat penting untuk dipelajari. Ilmu histologi berguna dalam memahami fungsi
fisiologi sel yang ada di dalam tubuh makhluk hidup. Selain itu, topik ini penting untuk
dipelajari dikarenakan akan membantu mahasiswa dalam memahami struktur anatomi
mikroskopik, khususnya system uropoetika, yang selanjutnya akan membantu memperlancar
pemahaman di blok sistem selanjutnya. Praktikum histologi sistem urinari dasar terdiri dari
pengenalan gambaran struktur secara histologis pada seluruh komponen sistem urinari
termasuk fungsi sebagai organ perkemihan. Dimana sistem uropoetika yang akan kita bahas
kali ini terdiri dari ren, kidney, ureter, urinaria bladder, dan vesica urinaria yang memiliki
histologinya masing – masing.
1.2 Tujuan Pratikum
1. Untuk memahami histologi dari sistem uregenitalia dan uropoetika.
2. Untuk mengetahui struktur anatomi dari preparate uropoetika.
3. Untuk mengidentifikasi karakteristik yang khas di antara masing – masing preparate.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Sistem urinaria atau yang dikenal dengan sistem kemih terdiri dari dua buah ginjal, dua
ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra. Sistem ini berperan memelihara homeostasis
melalui proses rumit yang meliputi, proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Urine yang
diproduksi di ginjal mengalir melalui ureter ke kandung kemih untuk ditampung sementara,
dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per
menit; dari jumlah int, 724 ml direabsorpsi dalam organ tersebut dan 1 ml dilepaskan ke dalam
ureter sebagai urine. Sekitar 1500 ml urine dibentuk setiap 24 jam (Sherwood, 2019).
Ginjal merupakan suatu organ yang dibungkus oleh kapsula jaringan pengikat fibrosa
tipis yang terletak pada bagian belakang cavum abdominalis dibelakang peritorium,
berjumlah 2 buah yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Ginjal memiliki dua bagian yaitu bagian
korteks dan bagian medulla. Bagian korteks tampak lebih gelap daripada bagian medulla.
Pada korteks terdapat pars radiata dan parskonvulata sedangkan medulla terdiri dari
piramida-piramida renalis yang dipisahkan satu sama lain oleh columna renalis (Tortora dan
Derrickson., 2016).
Unit fungsional setiap ginjal adalah tubulus uriniferus mikroskopik. Tubulus ini terdiri
atas nefron (nephronum) dan duktus koligens (ductus colligens) yang menampung curahan
dari nefron. Jutaan nefron terdapat disetiap korteks ginjal. Nefron, selanjutnya, terbagi lagi
menjadi dua komponen, korpuskulum ginjal (corpusculum renale) dan tubulus ginjal (tubulus
renalis).Terdapat dua jenis nefron terletak di korteks ginjal, sedangkan terdapat di dekat
perbatasan korteks dan medula ginjal. Meskipun semua nefron berperan dalam pembentukan
urin, namun nefron jukstamedularis membuat kondisi hipertonik di interstisium medula ginjal
yang menyebabkan produksi urin yang pekat (hipertonik) (diFiore, 2014)
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya
sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung ekstraperitoneal
dan memanjang secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke pelvis. Setelah masuk ke
rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk bergabung dengan kandung kemih di bagian
posterolateral. Pada setiap sudut ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding
kandung kemih sepanjang 1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih (Tortora dan
Derrickson., 2016).

5
Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya, yaitu: 1) ditempat pelvis
renalis berhubungan dengan ureter, 2) di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang
apertura perlvis superior, 3) di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria. Pembuluh
darah yang memperdarahi ureter adalah arteri renalis, arteri spermatika interna, arteri
hipogastrika, dan arteri vesikalis inferior. Persarafan ureter cabang dari pleksus mesenterikus
inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi sel – sel
saraf yang bersatu dengan rantai aferen dan nervus vagus. Rantai aferen dari nervus torakalis
XI, XII, dan nervus lumbalis (Tortora dan Derrickson., 2016).
Kadung kemih atau vesica urinaria adalah organ kosong yang terletak pada separuh
anterior dari pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan simfisis pubis
diisi oleh jaringan penghubung yang longgar, yang memungkinkan kandung kemih untuk
melebar ke arah kranial ketika terisi. Peritonium melapisi tepi atas dari kandung kemih, dan
bagian dasar ditahan secara longgar oleh ligamen sejati. Kandung kemih juga dibungkus oleh
sebuah fasia yang longga (Tortora dan Derrickson, 2016).

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
Waktu : 13.30 – 15.10
Tempat : Laboratorium Terpadu I Fakultas Kedokteran UNIZAR
3.2 Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikroskop Cahaya
2. Alat Tulis
3. Pensil Warna
4. Handphone
Bahan:
1. 18B REN
2. H11/010 Kidney
3. H11/030 Ureter
4. H11/040 Urinaria Bladder
5. 20B Vesica Urinaria
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan miskroskop dan nyalakan
2. Ambil satu preparat yang akan diamati
3. Letakan preparat di atas meja preparat dan amati menggunakan perbesaran 10X dan
40X
4. Setelah di amati maka di foto
5. Lalukan berulang kali hingga selesai

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
No. Nama Preparat 10X 40X

1. 18B
REN

2 H11/010
Kidney

3. H11/030
Ureter

8
4. H11/040
Urinaria
Bladder

5. 20B
Vesica Urinaria

4.2 Pembahasan Pengamatan


1. 18B REN
Dalam potongan sagital, ginjal dibagi menjadi korteks terpulas gelap di sebelah luar
dan medula terpulas-terang di sebelah dalam. Korteks dilindungi oleh kapsul ginjal berupa
jaringan ikat padat tidak teratur (diFiore, 2014).
Korteks mengandung tubulus kontortus proksimal dan distal, glomeruli dan radius
medullaris. Arteri interlobularis dan vena interlobularis juga terdapat pada korteks. Radius
medullaris dibentuk oleh bagian nefron yang lurus, pembuluh darah, dan tubulus koligens yang
menyatu di medula untuk membentuk duktus koligens yang lebih besar. Radius medullaris
tidak meluas ke kapsul ginjal karena adanya tubulus kontortus subkapsular (diFiore, 2014).
Medula terdiri dari piramid-piramid ginjal. Basis setiap piramid berbatasan dengan
korteks dan apeksnya membentuk papila renalis yang menonjol ke dalam struktur bentuk
corong, kaliks minor, yang menggambarkan bagian ureter yang lebar. Area kribros ditembus
oleh lubang kecil, yang merupakan muara duktus koligens ke dalam kaliks minor (diFiore,
2014).

9
Ujung papila renalis biasanya dilapisi oleh epiter selapis silindris. Saat epitel selapis
silindris papila renalis berlanjut ke dinding luar kaliks minor, epitel ini menjadi epitel
transisional. Lapisan tipis jaringan ikat dan otot polos (tidak tampak) di bawah epitel ini
selanjutnya menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis (diFiore, 2014).
Di dalam sinus renalis terdapat cabang-cabang arteri dan vena renalis yaitu arteri
interlobaris dan vena interlobaris. Pembuluh interlobaris masuk ke ginjal dan melengkung di
basis piramid (S) di taut kortikomedular sebagai arteri dan vena arkuata. Pembuluh arkuata
membentuk arteri interlobularis dan vena interlobularis yang lebih kecil dan berjalan secara
radial ke dalam korteks ginjal dan membentuk arteri glomerulus aferen yang membentuk
kapiler glomerulus (diFiore, 2014).
2. H11/010 Kidney
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus yang merupakan tempat
masuknya saraf, keluarnya ureter, serta masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan memiliki permukaan lateral yang cembung, keduanya dilapisi oleh suatu simpai
fibrosa tipis. Ujung atas ureter yang disebut pelvis renalis, terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
major. Cabang yang lebih kecil, yaitu kaliks minor, muncul dari setiap kaliks major. Area
sekitar pelvis renalis dan kaliks mengandung jaringan adiposa (Junqueira, 2012).
Ginjal memiliki korteks di luar, regio gelap dengan banyak sel-sel dan penampang
tubulus, dan medula batin yang terdiri dari lurus, struktur selaras. Pada manusia, medula ginjal
terdiri atas delapan sampai lima belas struktur berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal,
yang dipisahkan oleh penjuluran korteks yang disebut kolumna renalis. Setiap piramida
medula plus jaringan korteks di dasarnya dan di sepanjang sisinya membentuk suatu lobus
ginjal. Striasi membentang dari medula ke korteks disebut sinar meduler; ditambah jaringan
kortikal terlampir dianggap lobulus. Masing-masing ujung piramida, yang disebut papilla
renalis, menunjukkan menjadi kaliks minor yang mengumpulkan urin dibentuk oleh tubulus
di piramida (Junqueira, 2012)
Setiap ginjal terdiri atas 1 juta unit fungsional yang disebut nefron yang terdiri dari
sederhana, epitel berlapis tunggal bersama seluruh panjang. Divisi utama setiap nefron adalah
sebagai berikut: (1) Korpuskel ginjal, bagian dilatasi awal melampirkan seberkas putaran
kapiler dan situs filtrasi darah, selalu terletak di korteks; (2) Tubulus proksimal, bagian
kontortus panjang, terletak sepenuhnya di korteks, dengan bagian lurus pendek yang memasuki
medula; (3) Ansa Henle (atau gelung nefron), di medula, dengan desendens tipisdanasendens
tipis; (4) Tubulus distal, yang terdiri dari bagian asendens lurus tebal dari gelung Henle
kembali ke korteks dan bagian kontortus benar-benar di korteks; serta (5) Tubulus

10
penghubung, bagian akhir pendek yang menghubungkan nefron untuk duktus colligens
(Junqueira, 2012)
Tubulus penghubung dari beberapa nefron bergabung untuk membentuk tubulus
colligens yang kemudian menggabungkan sebagai duktus colligens yang lebih besar. Ini
bertemu di papilla ginjal, di mana colligens memberikan urine ke kaliks minor. Nefron kortikal
berada hampir sepenuhnya di korteks sementara nefron Jukstaglomerularis (sekitar satu sampai
ketujuh dari total) di dekat medula dan memiliki gelung panjang Henle (Junqueira, 2012).
3. H11/030 Ureter
Lumen ureter yang tidak melebar memperlihatkan banyak lipatan longitudinal mukosa
akibat kontraksi otot. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan adventisia. Mukosa
ureter terdiri atas epitel transisional dan lamina popria yang lebar. Epitel transisional
memiliki beberapa lapisan sel, lapisan terluar ditandai oleh sel kuboid yang besar. Sel
intermedia berbentuk polohedral, sementara sel basal berbentuk kuboid atau silindris rendah
(diFiore, 2014).
Lamina propria mengandung jaringan ikat fibroelastik, yang lebih padat dengan lebih
banyak fibrolas di bawah epitel dan lebih longgar di dekat muskularis. Jaringan limfoid difus
dan kadang-kadang nodulus limfoid kecil mungkin terlihat di lamina propria. Di ureter bagian
atas, muskularis terdiri atas dua lapisan otot, lapisan otot polos longitudinal di sebeleah dalam
dan lapisan otot polos sirkular di tengah; lapisan-lapisan ini tidak selalu jelas. Lapisan
tambahan yaitu lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar terdapat di sepertiga ureter
bagian bawah dekat kandung kemih. Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastik dan
jaringan adiposa yang mengandung banyak arteriol, venula, dan saraf kecil (diFiore, 2014).
4. H11/040 Urinaria Bladder
Kandung kemih memiliki dinding berotot tebal. Dinding ini mirip dengan yang terdapat
di sepertiga bawah ureter, kecuali ketebalannya. Di dinding ditemukan tiga lapisan otot polos
yang tersusun longgar, yaitu lapisan longitudinal dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar.
Namun, mirip dengan ureter, lapisan otot sulit dibedakan. Ketiga lapisan tersebut membentuk
anastomosis berkas otot polos dengan jaringan ikat interstisium ditemukan di antaranya.
Dalam gambar ini, berkas otot terpotong dalam berbagai bidang dan ketiga lapisan otot suli
dibedakan. jaringan ikat interstisial menyatu dengan jaringan ikat serosa. Nesitedium
menutupi jaringan ikat serosa dan merupakan lapisan terluar. Serosa melapisi permukaan
superior kandung kemih, sedangkan permukaan inferiornya ditutupi oleh jaringan ikat
adventisia, yang menyatu dengan jaringan ikat struktur di sekitarnya (diFiore, 2014).

11
Mukosa kandungan kemih yang kosong memperlihatkan banyak lipatan mukosa yang
menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel transisional lebih tebal daripada di ureter
dan mengandung sekitar enam lapisan sel. Lamina propria, di bawah epitel, lebih lebar daripada
di ureter. Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih dalam mengandung lebih banyak serat
elastik. Banyak pembuluh darah dalam berbagai ukuran ditemukan di serosa, di antara berkas
otot polos, dan di lamina propria (diFiore, 2014).
5. 20B Vesica Urinaria
Urine diangkut oleh ureter dari pelvis ginjal ke kandung kemih disimpan sampai
dikeluarkan selama miksi melalui uretra. Kaliks, pelvis renalis, ureter dan kandung kemih
memiliki struktur dasar histologis yang sama dengan dinding yang semakin tebal saat
mendekati kandung kemih. Mukosa organ-organ ini dilapisi oleh epitel transisional unik
berlapis atau urothelium. Sel-sel epitel ini diselenggarakan sebagai tiga lapisan: (1) Selapis sel
basal yang terletak pada membran basal yang sangat tipis, (2) Regio peralihan yang terdiri atas
satu atau beberapa lapis sel yang lebih kolumnar, (3) Sebuah lapisan superfisial sel bulbosa
polihedral yang sangat besar yang disebut umbellocytus (umbrella cell) yang terkadang berinti
dua atau multinuklear dan sangat terdiferensiasi melindungi sel-sel di bawahnya dari efek
sitotoksik urine hipertonik (Junqueira, 2012).
Lamina propria kandung kemih dan jaringan ikat iregular padat submukosa banyak
vaskularisasi. Kandung kemih pada orang dewasa rata-rata dapat menahan 400 sampai 600 ml
urin. Muskularis terdiri atas tiga lapisan yang tidak berbatas tegas, secara kolektif disebut otot
detrusor yang berkontraksi mengosongkan kandung kemih. Ketiga lapisan otot terlihat paling
jelas di leher kandung kemih dekat urethra. Ureter melintas melalui dinding kandung kemih
secara oblik, yang membentuk satu katup yang mencegah aliran balik urine ke dalam ureter.
Semua saluran urine dilapisi tunika adventisia di luar, kecuali bagian atas kandung kemih yang
dilapisi peritoneum serosa (Junqueira, 2012).
Umbellocytus khususnya berkembang baik dalam kandung kemih di mana kontak
dengan urine paling mencolok. Sel-sel tersebut, berdiameter hingga 100 μm, memiliki
kompleks taut antarsel yang luas dan mengelilingi membran apikal yang unik. Sebagian besar
permukaan apikal terdiri atas membran unit asimetris dengan area lapisan lipid luar yang
tampak dua kali lebih tebal daripada lapisan di dalam. Regio tersebut merupakan rakit lipid
(lipid rafts) yang mengandung sebagian besar protein membran integral yang disebut uroplakin
yang terkait menjadi susunan parakristalin plak kaku berdiameter 16 nm. Plak membran yang
permeabel air dan melindungi sitoplasma dan sel-sel di bawahnya dari efek hiperosmotik
(Junqueira, 2012).

12
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan kemarin, dapat kita simpulkan bahwa
sistem urinaria terdiri dari berbagai macam organ penting seperti ginjal, ureter, kandung kemih
dan uretra. Sistem urinaria sangat berperan penting dalam keseimbangan air dan mineral dalam
tubuh dan mengekskresikan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dalam bentuk urin. Selain
itu, sistem urinaria juga tersusun dari lapisan – lapisan dan jaringan – jaringan yang berbeda
dan menjalankan fungsinya masing – masing. Dimana pada pengamatan kali kami membahas
mengenai ren, kidney, ureter, urinary bladder, dan vesica urinaria. Ren dan kidney mempunya
unsur histologi yang sebagain besar sama karena keduanya sama – sama Bagian dari ginjal.
Ureter memiliki struktur histologinya sendiri. Sedangkan urinary bladder dan vesica urinaria
juga memiliki struktur histologi yang sebagian besar sama karena sama – sama Bagian dari
kandung kemih pada sistem uropoetika atau sistem urinaria ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
diFiore. 2014. Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Gerard J. Tortora. 2016. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13 ECG Penerbit Buku
Kedokteran

Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai