“SISTEM UROGENITAL”
Oleh :
RAHMATUN FAUZIAH
1920332045
Dosen Pembimbing:
Dr.dr. Hudilla Rifa Karmi, Sp.OG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Sistem Urogenital”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah Embriologi Manusia.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini kami mengucapkan terima kasih.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Sistem Urinarium .....................................................................................2
2.1.1 Sistem Ginjal................................................................................. 2
2.1.2 Regulasi Molekular Pembentukan Ginjal......................................8
2.1.3 Letak Ginjal................................................................................... 9
2.1.4 Fungsi Ginjal............................................................................... 10
2.1.5 Kandung Kemih dan Uretra.........................................................10
2.2 Sistem Genitalia.......................................................................................13
2.2.1 Gonad...........................................................................................13
2.2.2 Duktus Genitalian........................................................................ 17
2.2.3 Vagina..........................................................................................24
2.2.4 Genitalia External........................................................................ 25
2.2.5 Penurunan Testis..........................................................................29
2.2.6 Penurunan Ovarium.....................................................................32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 33
3.2 Saran....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pronefros
Di awal minggu keempat, pronefros terdiri dari 7-10 kelompok sel padat di
regio servikal (Gambar 16.1 dan 16.2). Kelompok ini membentuk unit ekskretorik
vestigial, nefrotom, yang mengalami regresi sebelum kelompok yang terletak
lebih ke kaudal terbentuk. Pada akhir minggu keempat, semua tanda adanya
sistem pronefros telah lenyap.
2. Mesonefros
2
Gambar 16.1 Potongan transversal melalui mudigah dalam berbagai tahapan perkembangan yang
menunjukkan pembentukan tubulus renalis. A. 21 hari. B. 25 hari. Perhatikan pembentukan
glomerulus eksterna dan interna dan adanya hubungan langsung antara rongga intraembrional dan
tubulus renalis.
Gambar 16.2 A. Hubungan mesoderm intermediet pada sistem pronefros, mesonefros dan
metanefros. Di regio servikal dan toraks atas, mesoderm intermediet bersegmen; di regio toraks
bawah, lumbal dan sakral, mesoderm membentuk massa jaringan tak bersegmen yang padat, korda
nefrogenik. Perhatikan duktus koligens longitudinal, mulanya terbentuk oleh pronefros, namun
kemudian dibentuk oleh mesonefros (duktus mesonefrikus). B. Tubulus ekskretorik sistem
pronefros dan mesonefros pada mudigah berusia 5 minggu.
3
membentuk korpuskulum renis. Di lateral, tubulus masuk ke duktus
koligens (collecting duct) longitudinal yang dikenal sebagai duktus mesonefrikus
atau duktus Wolffii (Gambar 16.2 dan 16.3). Di pertengahan bulan kedua,
mesonefros membentuk organ ovoid besar di kedua sisi garis tengah (Gambar
16.3). Karena gonad yang sedang berkembang terletak di sisi medial, bubungan
yang terbentuk oleh kedua organ dikenal sebagai urogenital ridge (bubungan
urogenital) (Gambar 16.3). Sementara tubulus kaudal masih berdiferensiasi,
tubulus kranial dan glomerulus menunjukkan perubahan degeneratif, dan pada
akhir bulan kedua, sebagian besar telah lenyap. Pada pria, beberapa tubulus
kaudal dan duktus mesonefrikus menetap dan ikut dalam pembentukan sistem
genitalia, tetapi struktur-struktur ini menghilang pada wanita.
a. Sistem Pengumpul
Duktus koligens pada ginjal permanen dibentuk dari tunas ureter, suatu
pertumbuhan keluar dari duktus mesonefrikus di dekat muaranya ke kloaka
(Gambar 16.4). Tunas ini menembus jaringan metanefros, yang ujung distalnya
terbentuk seperti topi (Gambar 16.4). Kemudian, tunas ini melebar, membentuk
pelvis renalis primitif, dan terbelah menjadi bagian kranial dan kaudal, yaitu bakal
kaliks mayor (Gambar 16.5A,B). Setiap kaliks membentuk dua tunas baru sambil
menembus jaringan metanefros. Tunas ini terus membelah hingga terbentuk 12
generasi tubulus atau lebih (Gambar 16.5). Sementara itu, di perifer, lebih banyak
tubulus yang terbentuk hingga akhir bulan kelima. Tubulus-tubulus ordo kedua
membesar dan menyerap tubulus generasi ketiga dan keempat, membentuk kaliks
minor pelvis renalis. Selama perkembangan selanjutnya, tubuli koligentes
4
(collecting tubules) pada generasi kelima dan berikutnya memanjang dan
berkumpul di kaliks minor, membentuk piramis renalis (Gambar 16.5D). Tunas
ureter membentuk ureter, pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, dan sekitar 1-3
juta tubuli koligentes.
Gambar 16.3 A. Potongan transversal melalui urogenital ridge di regio toraks bawah pada
mudigah berusia 5 minggu yang menunjukkan pembentukan tubulus ekskretorik pada sistem
mesonefros. Perhatikan kemunculan kapsula Bowman dan gonadal ridge. Mesonefros dan gonad
menempel pada dinding abdomen posterior melalui mesenterium urogenital yang lebar. B.
Hubungan gonad dan mesonefros. Perhatikan ukuran mesonefros. Duktus mesonefrikus (duktus
wolffii) berjalan di sepanjang sisi lateral mesonefros
5
Gambar 16.4 Hubungan usus belakang dan kloaka di akhir minggu kelima. Tunas ureter
menembus mesoderm metanefros (blastema).
Gambar 16.5 Perkembangan pelvis renalis, kaliks, dan tubulus koligens pada metanefros. A. 6
minggu. B. Di akhir minggu keenam. C. 7 minggu. D. Bayi baru lahir. Perhatikan bentuk piramid
dari tubuli koligentes yang masuk ke kaliks minor
b. Sistem Ekskretorik
6
nantinya akan membentuk tubulus berbentuk S yang kecil (Gambar 16.6B,C).
Kapiler kapiler tumbuh ke dalam kantong di salah satu ujung S dan
berdiferensiasimenjadi glomerulus. Tubulus ini bersama dengan glomerulusnya,
membentuk nefron, atau unit ekskretorik. Ujung proksimal setiap nefron
membentuk kapsula Bowman, yang mengalami indentasi dalam oleh glomerulus
(Gambar 16.6C,D). Ujung distal membentuk hubungan Iangsung dengan salah
satu tubulus koligens, yang membentuk saluran dari kapsula Bowman ke unit
pengumpul. Pemanjangan tubulus ekskretorik secara terus-menerus menyebabkan
pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle dan tubulus kontortus distal
(Gambar 16.6E,F).
Gambar 16.4 Hubungan usus belakang dan kloaka di akhir minggu kelima. Tunas ureter
menembus mesoderm metanefros (blastema).
Dengan demikian, ginjal terbentuk dari dua sumber: (1) mesoderm metanefros,
yang membentuk unit ekskretorik dan (2) tunas ureter, yang membentuk sistem
pengumpul. Nefron terus terbentuk hingga saat lahir, yaitu saat terdapat sekitar 1
juta nefron pada masing-masing ginjal. Produksi urin dimulai di awal kehamilan,
segera sesudah diferensiasi kapiler glomerulus, yang mulai terbentuk pada minggu
ke-10. Saat lahir, ginjal tampak berlobus, tetapi gambaran berlobus ini
7
menghilang selama masa bayi akibat pertumbuhan nefron lebih lanjut, walaupun
jumlahnya tidak bertambah.
8
Gambar 16.7 Gen-gen yang terlibat dalam diferensiasi ginjal. A. WTI, diekspresikan oleh
mesenkim, memungkinkan jaringan ini untuk berespon terhadap induksi oleh tunas ureter. GDNF
dan HGF, yang juga dihasilkan oleh mesenkim, berinteraksi melalui reseptornya, masing-masing
yaitu RET dan MET, di epitel tunas ureter, untuk merangsang pertumbuhan tunas dan
mempertahankan interaksinya. Faktor pertumbuhan FGF2 dan BMP7 merangsang proliferasi
mesenkim dan mempertahankan ekspresi WTI. B. WNT9B dan WNT6 yang disekresi oleh
cabang-cabang epitel tunas ureter menyebabkan peningkatan PAX2 dan WNT4 di mesenkim
sekitar. Selanjutnya, gen-gen ini menyebabkan mesenkim mengalami epitelisasi (PAX2) dan
kemudian membentuk tubulus (WNT4). Perubahan dalam matriks ekstraselular juga terjadi
sedemikian rupa sehingga laminin dan kolagen tipe IV membentuk membrana basalis (oranye)
untuk sel epitel.
9
Gambar 16.10 A-C. Naiknya ginjal. Perhatikan perubahan posisi di antara sistem mesonefros dan
metanefros. Sistem mesonefros hampir berdegenerasi seluruhnya, dan hanya sedikit sisa yang
menetap berkontak erat dengan gonad. Pada mudigah pria dan wanita, gonad turun dari letak
aslinya ke letak yang lebih rendah.
10
sinus urogenitalis, yang pada pria membentuk uretra pars prostatika dan pars
membranasea.
Gambar 16.12 Pembagian kloaka menjadi sinus urogenitalis dan kanalis anorektalis. Duktus
mesonefrikus secara bertahap terserap ke dalam dinding sinus urogenitalis, dan ureter masuk
secara terpisah. A. Di akhir minggu kelima. B. 7 minggu. C. 8 minggu.
11
Epitel uretra pada kedua jenis kelamin berasal dari endoderm; jaringan ikat
dan otot polos di sekitarnya berasal dari mesoderm viseral. Di akhir bulan ketiga,
epitel uretra pars prostatika mulai berproliferasi dan membentuk sejumlah
pertumbuhan keluar yang menembus mesenkim di sekitar. Pada pria, tunas-tunas
ini membentuk kelenjar prostat (Gambar 16.13B). Pada wanita, bagian kranial
uretra membentuk kelenjar uretra dan parauretra.
Gambar 16.13 A. Perkembangan sinus urogenitalis menjadi kandung kemih dan sinus
urogenitalis definitif. B. Pada pria, sinus urogenitalis definitif berkembang menjadi uretra penis.
Kelenjar prostat dibentuk oleh tunas uretra, dan vesikula seminalis dibentuk oleh pembentukan
tunas dari duktus deferens.
Gambar 16.14 Pandangan dorsal kandung kemih yang menunjukkan hubungan ureter dan duktus
mesonefrikus selama perkembangan. Pada awalnya, kedua ureter dibentuk oleh pertumbuhan
keluar dari duktus mesonefrikus A, namun seiring dengan waktu, keduanya memiliki muara yang
terpisah ke dalam kandung kemih B-D. Perhatikan trigonum kandung kemih yang dibentuk oleh
penyatuan duktus-duktus mesonefrikus C,D.
12
Diferensiasi jenis kelamin adalah suatu proses kompleks yang melibatkan
banyak gen, termasuk beberapa gen yang bersifat autosom. Kunci untuk
dimorfisme seksual adalah kromosom Y, yang mengandung gen penentu testis
yang disebut gen SRY (sex-determining region on Y) di lengan pendeknya (Yp11).
Produk protein dari gen ini adalah faktor transkripsi yang memulai kaskade gen-
gen di hilir yang menentukan nasib organ seksual rudimenter. Protein SRY adalah
faktorpenentu-testis; di bawah pengaruhnya, terjadi perkembangan ke arah pria;
ketiadaannya, menyebabkan perkembangan wanita.
2.2.1 Gonad
Gambar 16.17 A. Hubungan genital ridge dan mesonefros yang menunjukkan lokasi duktus
mesonefrikus. B. Potongan transversal melalui mesonefros dan genital ridge setinggi garis yang
ditunjukkan pada A.
13
Gambar 16.18 A. Mudigah berusia 3 minggu yang menunjukkan sel germinativum primordial di
dinding yolk sac dekat dengan perlekatan alantois. B. Jalur migrasi sel germinativum primordial di
sepanjang dinding usus belakang dan mesenterium dorsal ke genital ridge
a. Testis
14
testis (Gambar 16.20B). Korda testis kini terdiri dari sel-sel germinativum primitif
dan sel sustentakular Sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar.
Sel interstisial Leydig, yang berasal dari mesenkim asli gonadal ridge,
terletak di antara korda-korda testis. Sel-sel ini mulai berkembang segera sesudah
dimulainya diferensiasi kordakorda ini. Pada minggu kedelapan kehamilan, sel-sel
Leydig mulai menghasilkan testosteron dan testis dapat memengaruhi diferensiasi
seksual pada duktus genitalis dan genitalia eksterna. Korda testis tetap padat
hingga pubertas, saat korda ini memperoleh lumen sehingga membentuk tubulus
seminiferus. Sewaktu tubulus seminiferus
Gambar 16.19 Potongan transversal melalui regio lumbal mudigah berusia 6 minggu yang
menunjukkan gonad indiferen dengan korda seks primitif. Beberapa sel germinativum primodial
dikelilingi oleh sel-sel korda seks primitif.
Gambar 16.20 A. Potongan transversal melalui testis di minggu kedelapan, yang memperlihatkan
tunika albuginea, korda testis, rete testis, dan sel germinativum primordial. Glomerulus dan
kapsula Bowman pada tubulus mesonefrikus ekskretorik mengalami degenerasi. B. Testis dan
15
duktus genitalis di bulan keempat. Korda testis berbentuk tapal kuda terhubung dengan korda rete
testis. Perhatikan duktuli eferentes (tubulus mesonefrikus ekskretorik), yang masuk ke duktus
mesonefrikus.
mengalami kanalisasi, tubulus ini menyatu dengan tubulus rete testis, yang
kemudian masuk ke duktuli eferentes. Duktuli eferentes ini adalah bagian tubulus
ekskretorik yang tersisa dari sistem mesonefros. Duktuli ini menghubungkan rete
testis dan duktus mesonefrikus atau duktus wolffii, yang menjadi duktus deferens
(Gambar 16.20B).
b. Ovarium
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa seks mudigah secara genetis
ditentukan pada saat fertilisasi, bergantung pada apakah spermatosit membawa
kromosom X atau Y. Pada mudigah dengan konfigurasi kromosom seks XX,
korda medularis gonad mengalami regresi, dan terbentuk generasi kedua korda
kortikalis (Gambar 16.21 dan 16.22). Pada mudigah dengan kompleks kromosom
seks XY, korda medularis berkembang menjadi korda testis dan korda kortikalis
sekunder gagal terbentuk (Gambar 16.20 dan 16.21).
16
Gambar 16.22 A. Potongan transversal ovarium pada minggu ketujuh, memperlihatkan
degenerasi korda seks primitif (medularis) dan pembentukan korda kortikalis. B. Ovarium dan
duktus genitalis di bulan kelima. Perhatikan degenerasi korda medularis. Tubulus mesonefrikus
ekskretorik (duktuli eferentes) tidak berhubungan dengan rete testis. Zona korteks ovarium berisi
kelompok oogonium yang dikelilingi oleh sel-sel folikular.
a. Stadium Indiferen
Pada mulanya, mudigah pria dan wanita memiliki dua pasang duktus
genitalis; duktus mesonefrikus (wolffii) dan duktus paramesonefrikus
(müller). Duktus paramesonefrikus muncul sebagai suatu invaginasi longitudinal
epitel pada permukaan anterolateral urogenital ridge (Gambar 16.23). Di kranial,
duktus terhubung dengan rongga abdomen melalui struktur berbentuk seperti
corong. Di kaudal, mula-mula duktus ini berjalan di lateral duktus mesonefrikus,
kemudian menyilang di depannya untuk tumbuh ke arah kaudomedial (Gambar
16.23). Di garis tengah, duktus ini berkontak erat dengan duktus
17
paramesonefrikus dari sisi yang berlawanan. Kedua duktus ini pada awalnya
dipisahkan oleh sebuah septum namun kemudian menyatu membentuk kanalis
uteri (Gambar 16.24A). Ujung kaudal duktus gabungan ini menonjol ke dinding
posterior sinus urogenitalis, tempat duktus ini menimbulkan penebalan kecil,
tuberkel paramesonefros atau muller (Gambar 16.24A). Duktus mesonefrikus
terhubung dengan sinus urogenitalis di kedua sisi tuberkel.
SRY adalah faktor transkripsi dan gen utama untuk pembentukan testis.
SRY tampaknya bekerja bersamaan dengan gen autosom SOX9, suatu regulator
transkripsi, yang juga dapat menginduksi diferensiasi testis (Gambar 16.25 untuk
kemungkinan jalur-jalur bagi gen-gen ini). SOX9 diketahui berikatan dengan
regio promotor gen untuk hormon antimUller (AMH; juga disebut müllerian
inhibiting substance [MIS]) dan mungkin
Gambar 16.23 Duktus genitalis di minggu keenam pada pria A dan wanita B. Duktus
mesonefrikus dan paramesonefrikus terdapat pada keduanya. Perhatikan tubulus mesonefrikus
ekskretorik dan hubungannya dengan gonad yang sedang berkembang di kedua jenis kelamin.
18
Gambar 16.24 A. Duktus genitalis pada wanita di akhir bulan kedua. Perhatikan tuberkel
paramesonefros (müller) dan pembentukan kanalis uteri. B. Duktus genitalis sesudah turunnya
ovarium. Bagian-bagian yang tersisa dari sistem mesonefros adalah epooforon, parooforon, dan
kista Gartner. Perhatikan ligamentum suspensorium ovarii, ligamentum ovarii proprium, dan
ligamentum teres uteri.
mengatur ekspresi gen ini. Mula-mula, SRY dan/ atau SOX9 menginduksi
testis untuk menyekresikan FGF9 yang bekerja sebagai faktor kemotaksis yang
menyebabkan tubulus dari duktus mesonefrikus menembus gonadal ridge. Tanpa
penetrasi oleh tubulus-tubulus ini, diferensiasi testis tidak berlanjut. Kemudian,
SRY baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui SOX9) meningkatkan
produksi steroidogenesis factor 1 (SF1) yang merangsang diferensiasi sel-sel
Sertoli dan Leydig. SF1 yang bekerja dengan SOX9 meningkatkan konsentrasi
AMH sehingga menyebabkan regresi duktus paramesonefrikus (müller).
Pada sel-sel Leydig, SF1 meningkatkan ekpresi gen-gen untuk enzim yang
menyintesis testosteron. Testosteron masuk ke sel jaringan target tempat
testosteron dapat tetap utuh atau diubah menjadi dihidrotestosteron oleh enzim 5-α
reduktase. Testosteron dan dihidrotestosteron berikatan dengan reseptor
intraselular berafinitas tinggi yang spesifik dan kompleks reseptor hormon ini
diangkut ke nukleus tempat kompleks ini berikatan dengan DNA untuk mengatur
transkripsi gen spesifik jaringan dan produk proteinnya. Kompleks reseptor
19
testosteron memerantarai virilisasi duktus mesonefrikus untuk membentuk duktus
deferens, vesikula seminalis, duktulus eferens, dan epididimis. Kompleks reseptor
dihidrotes-tosteron memodulasi diferensiasi genitalia eksterna pria (Gambar
16.26). WNT4 adalah gen penentu ovarium. Gen ini meningkatkan DAX1,
anggota dari famili reseptor hormon nukleus, yang menghambat fungsi SOX9.
Selain itu, WNT4 mengatur ekspresi gen-gen lainnya yang berperan dalam
diferensiasi ovarium, tetapi gen target ini belum diketahui.
20
Gambar 16.25 Skema yang menunjukkan gen-gen yang berperan dalam diferensiasi testis dan
ovarium. Pada pria dan wanita, SOX9 dan WNT4 diekspresikan di gonadal ridge. Pada pria,
ekspresi SRY meningkatkan SOX9, yang kemudian mengaktifkan ekspresi SF I dan gen-gen
lainnya yang berperan dalam diferensiasi testis, sambil menghambat ekspresi WNT4. Pada wanita,
ekspresi WNT4 yang tidak terhambat, meningkatkan DAX I yang kemudian menghambat ekspresi
S0X9. Selanjutnya, di bawah pengaruh WNT4 secara terus-menerus, gen target lainnya di hilir
(kemungkinan TAFII 105) menginduksi diferensiasi ovarium.
Gambar 16.26 Pengaruh kelenjar seks pada diferensiasi jenis kelamin lebih lanjut.
21
Gambar 16.27 A. Duktus genitalis pada pria di bulan keempat. Segmen kranial dan kaudal
(tubulus paragenitalis) pada sistem mesonefros mengalami regresi. B. Duktus genitalis sesudah
turunnya testis. Perhatikan korda testis berbentuk tapal kuda, rete testis dan duktulus eferens yang
masuk ke duktus deferens. Paradidimis dibentuk oleh sisa tubulus paragenitalis mesonefros.
Duktus paramesonefrikus telah mengalami degenerasi kecuali di apendiks testis. Utrikulus
prostatikus adalah kantong yang keluar dari uretra.
Gambar 16.28 Potongan transversal melalui urogenital ridge pada tingkatan yang semakin rendah.
A,B. Duktus paramesonefrikus saling mendekat di garis tengah dan menyatu. C. Akibat penyatuan
terbentuk lipatan transversal, ligamentum latum uteri di pelvis. Gonad menjadi terletak di aspek
posterior dari lipatan transversal.
Gambar 16.29 Pembentukan uterus dan vagina. A. 9 minggu. Perhatikan lenyapnya septum uterus.
B. Di akhir bulan ketiga. Perhatikan jaringan bulbus sinuvaginalis. C. Bayi baru lahir. Forniks dan
bagian atas vagina dibentuk oleh vakuolisasi jaringan paramesonefros, dan bagian bawah vagina
dibentuk oleh vakuolisasi bulbus sinuvaginalis.
23
2.2.3 Vagina
Lumen vagina tetap terpisah dari lumen sinus urogenitalis oleh suatu
lempeng jaringan tipis, himen (Gambar 16.29C dan Gambar 16.30C), yang terdiri
dari lapisan epitel sinus dan lapisan tipis sel-sel vagina. Biasanya membentuk
sebuah lubang kecil selama kehidupan perinatal. Pada wanita, mungkin masih
terdapat beberapa sisa tubulus ekskretorik kranial dan kaudal di mesovarium,
tempat saluran-saluran ini membentuk epooforon dan parooforon (Gambar
16.24B). Duktus mesonefrikus lenyap kecuali sebagian kecil di bagian kranial
yang ditemukan di epooforon dan kadang sebagian kecil di kaudal yang dapat
ditemukan di dinding uterus atau vagina. Pada kehidupan selanjutnya, struktur ini
dapat membentuk kista Gartner (Gambar 16.24B).
Gambar 16.30 Potongan sagital yang menunjukkan pembentukan uterus dan vagina di berbagai
tahapan perkembangan. A. 9 minggu. B. Akhir bulan ketiga. C. Bayi baru lahir.
24
2.2.4Genitalia External
a. Stadium Indiferen
Gambar 16.32 Stadium indiferen genitalia eksterna. A. Sekitar 4 minggu. B. Sekitar 6 minggu. C.
Foto in utero mudigah berusia 56 hari menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan tuberkulum
genitale dan pemanjangan lipatan uretra yang belum mulai menyatu. Penebalan genital masih
belum jelas.
25
b. Genitalian External Pria
Gambar 16.33 A. Perkembangan genitalia eksterna janin pria pada usia 10 minggu. Perhatikan
alur uretra yang dalam yang diapit oleh lipatan uretra. B. Potongan transversal melalui phallus
selama pembentukan uretra penis. Alur urogenital dijembatani oleh lipatan uretra. C.
Perkembangan pars glandularis uretra penis. D. Pada bayi baru lahir.
Gambar 16.34 A. Foto in utero genitalia seorang janin pria berusia 12 minggu. Perhatikan lipatan
uretra sedang menyatu dan penebalan skrotum membesar untuk menyatu di garis tengah. B.
Genitalia seorang janin wanita berusia 11 minggu. Perhatikan lipatan uretra, yang akan menjadi
labia minora, belum menyatu dan penebalan genital yang akan membentuk labia mayora, terpisah
jauh.
26
Alur ini membentang di sepanjang aspek kaudal phallus yang telah
memanjang tapi tidak mencapai bagian yang paling distal, glans. Lapisan epitel
alur, yang berasal dari endoderm, membentuk lempeng uretra (Gambar 16.33B).
Di akhir bulan ketiga, kedua lipatan uretra menutupi lempeng uretra, membentuk
uretra penis (Gambar 16.33B dan 16.34A). Saluran ini tidak membentang hingga
ujung phallus. Bagian paling distal dari uretra ini terbentuk selama bulan keempat,
sewaktu sel-sel ektoderm dari ujung glans menembus ke dalam dan membentuk
korda epitel pendek. Kemudian korda ini membentuk lumen sehingga terbentuk
ostium uretrae eksternum (Gambar 16.33C). Penebalan genital, yang dikenal pada
pria sebagai penebalan skrotum, muncul di regio inguinal. Dengan perkembangan
selanjutnya, penebalan ini bergerak ke kaudal, dan masing-masing penebalan
kemudian membentuk separuh skrotum. Keduanya dipisahkan oleh septum
skrotum (Gambar 16.33D dan 16.34A).
Pada hipospadia yaitu suatu keadaan akibat penyatuan lipatan uretra yang
tidak sempurna sehingga timbul muara uretra abnormal di sepanjang bagian
inferior penis, biasanya di dekat glans, di sepanjang batang penis, atau di dekat
pangkal penis (Gambar 16.35). Pada kasus yang jarang, ostium uretra meluas di
sepanjang rafe skroti. Bila penyatuan lipatan uretra gagal terjadi sepenuhnya, akan
terbentuk suatu celah sagital lebar di sepanjang penis dan skrotum. Kedua
penebalan skrotum kemudian tampak menyerupai labia mayora. Insidensi
hipospadia adalah 3-5 per 1.000 kelahiran, dan angka ini meningkat dua kali lipat
selama 15-20 tahun terakhir. Alasan dari peningkatan ini masih belum diketahui,
tetapi satu hipotesis menyebutkan bahwa kemungkinan disebabkan oleh
meningkatnya estrogen lingkungan (pengganggu endokrin)
28
selama tahap-tahap awal perkembangan. Bahkan, dengan menggunakan ukuran
tuberkulum sebagai suatu kriteria (sesuai pantauan ultrasonografi) telah
menyebabkan kesalahan dalam mengenali jenis kelamin selama bulan ketiga dan
keempat kehamilan.
Gambar 16.36 Perkembangan genitalia eksterna pada wanita berusia 5 bulan A dan pada bayi
baru lahir B.
29
dengan dasar skrotum (gubernakulum juga terbentuk pada wanita tapi pada
kondisi normal, struktur ini tetap bersifat rudimenter).
Gambar 16.38 Penurunan testis. A. Selama bulan kedua. B. Di pertengahan bulan ketiga.
Peritoneum yang melapisi rongga tubuh melakukan evaginasi ke dalam penebalan skrotum, tempat
lapisan ini membentuk prosesus vaginalis tunika vaginalis). C. Di bulan ketujuh. D. Tidak lama
sesudah lahir.
30
penebalan skrotum (Gambar 16.38B). Oleh sebab itu, prosesus vaginalis,
bersamaan dengan lapisan otot dan fasia dinding tubuh, melakukan evaginasi ke
dalam penebalan skrotum, yang membentuk kanalis inguinalis (Gambar 16.39).
Testis turun melalui cincin inguinal dan melalui pinggir os pubis dan berada di
dalam skrotum saat lahir. Kemudian testis diselubungi oleh lipatan refleksi
prosesus vaginalis (Gambar 16.38D). Lapisan peritoneum yang melapisi testis
adalah lapisan viseral tunika vaginalis; sisa kantong peritoneum membentuk
lapisan parietal tunika vaginalis (Gambar 16.38D). Saluran sempit
yangmenghubungkan lumen prosesus vaginalis dengaan rongga peritoneum
mengalami obliterasi saat lahir atau tidak lama sesudah lahir.
Gambar 16.39 Gambar menunjukkan selubung-selubung testis yang berasal dari unsur-unsur
dinding abdomen. Selubung-selubung ini dibentuk bersamaan dengan testis bermigrasi melalui
dinding dalam perjalanannya dari lokasi retroperitoneum di dalam rongga abdomen ke skrotum.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem genitalia terdiri dari (1) gonad atau kelenjar seks primitif, (2)
duktus genitalis, dan (3) genitalia eksterna. Ketiga komponen tersebut menjalani
33
stadium indiferen, saat ketiga komponen ini dapat berkembang menjadi pria atau
wanita. Gen SRY pada kromosom Y menghasilkan faktor penentu testis dan
mengatur perkembangan seksual pria. Gen-gen di sebelah hilir dari SRY
mencakup SOX9 dan faktor steroidogenesis (SF1) yang merangsang diferensiasi
sel Sertoli dan Leydig di dalam testis. Ekspresi gen SRY menyebabkan (1) per-
kembangan korda medularis (testis), (2) pembentukan tunika albuginea, dan (3)
gagalnya korda kortikalis (ovarium) untuk berkembang. WNT4 adalah gen master
untuk pembentukan ovarium. Gen ini meningkatkan DAX1 yang menghambat
ekspresi SOX9. Lalu, WNT4 bersama dengan gen-gen di hilir lainnya
menyebabkan pembentukan ovarium disertai (a) korda kortikalis yang khas, (2)
lenyapnya korda medularis (testis), dan (3) gagalnyaperkembangan tunika
albuginea (Gambar 16.21). Sewaktu sel germinativum primordial gagal mencapai
gonad indiferen, gonad tetap indiferen atau tidak terbentuk
3.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Guytan, A.C. Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. Jakarta:
EGC
Hall, G& (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 13. Jakarta : EGC
Sadler T.W. 2012. Langman's Medical Embryology. Ed 12. China : Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business
35