Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SALURAN KEMIH
SKENARIO 1
Prof HM Joesoef Simbolon, Sp.KJ

Disusun Oleh:

MARCHEL FARA DIVA


71210811080

MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2023
Lembar Penilaian Makalah

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai


1 Ada Makalah 60
2 Kesesuaian dengan LO 0 - 10
3 Tata Cara Penulisan 0 - 10
4 Pembahasan Materi 0 - 10
5 Cover dan Penjilidan 0 - 10
TOT AL
NB : LO = Learning Objective Medan,
Dinilai Oleh :

Tutor

(Prof HM Joesoef Simbolon, Sp.KJ)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dari pelaksanaan SGD (Small Group
Discussion) kami. Makalah ini disusun berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami selama
melakukan kegiatan berdasarkan paradigma pembelajaran yang baru. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kami dalam bidang studi kedokteran yang menggunakan metode PBL (Problem
Based Learning). Laporan ini diharapkan dapat sebagai bahan acuan untuk mencapai
penggunaan metode baru tersebut secara berkelanjutan. Kami berusaha menyajikan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh semua kalangan untuk mempermudah dalam penyampaian
informasi metode pembelajaran ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen tutorial SGD 2 Fakultas Kedokteran
UISU yang telah membimbing kami selama proses pembelajaran dan SGD pada Modul Saluran
kemih. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena, itu penulis
menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari para pembaca untuk memperbaiki
kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat pada kita semua.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 07 Maret 2023

Marchel Fara Diva

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
SKENARIO

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3


1. Organ yang terlibat dalam sistem urin
2. Mekanisme proses berkemih
3. Faktor yang mempengaruhi proses berkemih
4. Kondisi apa saja yang menyebabkan keadaan berkemih
5. Makroskopis dan mikrokopis pada saluran kemih
6. Perubahan fisisologis pada saat berkemih pada lansia

BAB III PENUTUP .................................................................................... 20


1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem perkemihan atau sistem urinaria,adalah suatu sistem dimana terjadinyaproses
penyaringan darah sehingga darahbebas dari zat-zat yang tidakdipergunakan oleh tubuh dan
menyerapzat-zat yang masih di pergunakan olehtubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakanoleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkanberupa urin (air kemih).

2. Rumusan Masalah
1. Organ yang terlibat dalam sistem urin
2. Mekanisme proses berkemih
3. Faktor yang mempengaruhi proses berkemih
4. Kondisi apa saja yang menyebabkan keadaan berkemih
5. Makroskopis dan mikrokopis pada saluran kemih
6. Perubahan fisisologis pada saat berkemih pada lansia

3. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami dan menjalaskan :

1. Organ yang terlibat dalam sistem urin


2. Mekanisme proses berkemih
3. Faktor yang mempengaruhi proses berkemih
4. Kondisi apa saja yang menyebabkan keadaan berkemih
5. Makroskopis dan mikrokopis pada saluran kemih
6. Perubahan fisisologis pada saat berkemih pada lansia

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Organ yang terlibat dalam sistem urin

 Ginjal

Ginjal merupakan bagian dari sistem urinaria yang terletak pada ruang retroperitoneal pada
binding belakang abdomen. Letak ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri karena adanya
hepar (Wibowo, 2009). Bentuk ginjal menyerupai kacang kedelai. Ginjal memiliki ukuran
panjang ±11,5 cm, lebar 5-7,6 cm, dan ketebalan ± 3 cm. Lokasi ginjal berada dibagian
belakang dari kavum abdominalis, area retroperitoneal bagian atas pada kedua sisi vertebra
lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah
kacang merah, jumlahnya ada 2 buah yang terletak pada bagian kanan dan kiri, ginjal kiri lebih
besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa ginjal ± 200 gram. Pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang dari pada ginjal perempuan. Struktur makroskopis ginjal Secara anatomis
ginjal terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

Bagian- bagian ginjal

1. Kulit ginjal (korteks) Kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak
mengandung kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal disebut glomerolus. Pipa

3
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu di
antara glomerolus dan simpai bownman. Zat-zat yang terlarut dalam darah akan masuk
kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum ginjal (medula) Sumsum ginjal terdiri dari beberapa badan berbentuk kerucut
yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut
apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks
di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Di antara piramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan
pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus
ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi setelah
mengalami berbagai proses.

3. Rongga ginjal (pelvis renalis) Pelvis renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang
dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-masing bercabang membentuk beberapa
kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung
urine yang terus keluar dari papila. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis
renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesika urinaria).

 Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum
ginjal ke dalam kandung kemih. Setiap ureter pada orang dewasa memiliki panjang kurang lebih
20 cm, memiliki dinding yang terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot
polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltic (berkontraksi) untuk
mengeluarkan urin ke kandung kemih.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

4
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah otot polos
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik
mendorong urin melalui ureteryang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk
pancaran, melalui osteum uretralismasuk ke dalam kandung kemih.

 Vesica Urinaria (buli-buli atau bladder)


Vesica urinaria berfungsi menampung urin. Kandung kemih merupakan organ yang berongga
yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis. Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus detrusor.

Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal dalam menampung urin, dimana pada orang
dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Kadung kemih pada saat kosong terletak di belakang
simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan diperkusi
Pembagian dari vesica urinaria
 APEX
 CORPUS
 FUNDUS

 Uretra

5
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada
wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat
pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga
bagian, yaitu prostat, selaput (membran), dan bagian yang berongga (ruang).

Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat
menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.

2. Mekanisme proses berkemih


Dalam keadaan normal, kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam
penyimpanan dan pengeluaran urin. Selama penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra

proksimal menutup, dan tekanan intra uretral berkisar antara 20-50 cmH2O. Sementara itu otot

detrusor berelaksasi sehingga tekanan dalam kandung kemih (intravesikal) tetap rendah (5-10

H2O). Mekanisme berkemih, terdiri dari 2 fase yaitu fase pengisian dan fase miksi
1. Fase pengisian (Filling Phase)

Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi tekanan
intravesika kecuali pada saat miksi (void). Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi sedikit
peningkatan tekanan intravesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesika dan
mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika urinaria. Mekanisme neural ini
termasuk refleks simpatetik spinal yang mengaktifkan reseptor pada vesika urinaria dan
menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor. Tekanan normal intravesika maksimal adalah 50 cm H2O
sedangkan tekanan selama pengisian vesika urinaria, tekanan uretra perlahan meningkat,
mekanismenya belum jelas tapi EMG (electromyogram) dari pelvis menunjukkan peningkatan

6
aktivitas pada saat pengisian vesika urinaria, yang cenderung ke arah peningkatan aktifitas otot
lurik spinchter. Refleks simpatis juga meningkatkan stimulasi reseptor pada otot polos uretra dan
meningkatkan konstriksi uretra pada saat pengisian vesika urinaria.

2. Fase miksi (Voiding Phase)

Selama fase miksi terdapat penurunan aktifitas EMG dan penurunan tekanan uretra yang
mendahului kontraksi detrusor. Terjadi peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi
distensi untuk miksi. Pusat miksi terletak pada batang otak, dan pengosongan vesika urinaria
yang terkoordinasi bergantung pada jalur syaraf ascending maupun descending yang utuh.
Refleks simpatis dihambat, aktifitas efferen somatik pada otot lurik spinchter dihambat, dan
aktifitas parasimpatis pada detrusor ditingkatkan. Semua ini menghasilkan kontraksi yang
terkoordinasi dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan resistensi yang melibatkan otot
lurik dan polos uretra. Terjadi penurunan leher vesika urinaria dan terjadi aliran urin. Ketika
miksi berakhir secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk meninggikan leher vesika
urinaria ke arah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan
mendarahi berbagai jaringan tubuh.

3. Faktor yang mempengaruhi proses berkemih.


Berbagai penyakit atau situasi klinis serta kebiasaaan pasien dapat meningkatkan risiko
perubahan fungsi saluran perkemihan dan ginjal. Faktor-faktor risiko tersebut di antaranya
adalah riwayat kesehatan masa lalu, penggunaan obat-obatan, praktik gaya hidup dan
faktor lingkungan (Ignatavicius et al., 2018):

1. Data tentang masalah kesehatan dimasa lalu dapat memberikan informasi untuk
mengevaluasi status kesehatan sistem perkemihan saat ini. Tanyakan kepada pasien masalah
perkemihan yang pernah dialami, termasuk tumor, infeksi, batu, atau tindakan operasi
yang pernah dijalani. Riwayat pemeriksaan diaknostik yang menggunakan kontras yang pernah
dilakukan. Agen kontras yang tinggi osmolalitas dapat berkontribusi pada kerusakan ginjal.
Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes dapat menyebabkan risiko kerusakan
pembuluh darah ginjal yang meningkatkan risiko perkembangan penyakit ginjal. Penderita
gangguan neurologi kadang-kadang mengalami stasis urin karena ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih saat urinasi. Hal ini menyebabkan meningkatnya risiko kejadian
infeksi, hidronefrosis dan gangguan ginjal. Perempuan multipara dengan riwayat persalinan
normal memiliki risiko tinggi inkontinensia urin.

7
2. Riwayat penggunaan obat-obatan merupakan aspek penting dalam riwayat kesehatan
pasien dengan disfungsi sistem perkemihan. Ginjal merupakan organ yang memiliki peran
langsung metabolisme oabat-obatan. Tanyakan riwayat dan durasi penggunaan obat diwaktu
lalu atau obat yang sedang dikonsumsi baik obat yang diresepkan dokter maupun obat bebas
termasuk vitamin atau suplemen, obat herbal yang dibeli sendiri. Beberapa obat seperti
antibiotik, antiinflamasi non steroid, analgesik, bahkan vitamin dan suplemen tersebut
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi sistem perkemihan. 3. Faktor gaya hidup dan
lingkungan. Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol memengaruhi fungsi sistem perkemihan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker kandung kemih. Sementara konsumsi alkohol dapat mengakibatkan kerusakan fungsi
ginjal (Fan et al., 2019; Masaoka et al., 2016). Kebiasaan makan dan minum pasien pertu didata.
Tanyakan jumlah asupan cairan, jenis cairan yang biasa di minum serta usaha yang
dilakukan untuk mengganti cairan yang hilang saat bekerja atau aktivitas fisik dilingkungan
dengan suhu yang panas. Tanyakan jenis diet yang selalu dikonsumsi. Diet tinggi protein
dan kurang asupan cairan mengganggu fungsi perkemihan dan memicu pembentukkan batu.
Riwayat pekerjaan atau hobi pasien yang mungkin saja menyebabkan pasien terpapar
bahan kimia beracun seperti hidrokarbon, merkuri atau gas-gas tertentu yang berbahaya
bagi kesehatan ginjal perlu ditanyakan.

1. Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan seseorang

Usia dapat mempengaruhi kebiasaan berkemih seseorang, pasalnya air kencing normal yang
keluar dari bayi atau anak berkisar antara 400 sampai 500 ml perhari, sedangkan pada orang
dewasa normalnya dapat mencapai 1500 sampai 1550 perhari. Hal ini menunjukan bahwa
kebutuhan air dan pengeluaran air lebih besar terjadi ketika seseorang menginjak usia dewasa,
namun pada seorang anak yang berat badannya 10% dari orang dewasa, cenderung berkemih
lebih banyak yaitu, sebesar 33% dari orang dewasa.

Ketika seseorang menginjak usia 60 tahun keatas atau disebut juga sebagai usia lanjut, frekuensi
berkemih menjadi sering atau meningkat, hal ini terjadi karena penurunan fungsi penahan air
sehingga daya tampung urin di bledder menjadi sedikit. Selain itu, frekuensi pengeluran urin
pada ibu hamil juga mengalami peningkatan, hal ini diakibatkan karena adanya tekanan janin

8
pada area bledder, sehingga ibu hamil mudah sekali merasakan ingin BAK walaupun air urin
yang ditampung masih sedikit.

2. Faktor Sosiokultural

Faktor kedua ini juga mempengaruhi kebiasaan berkemih seseorang. Beberapa orang memiliki
peraturan yang membuat dia diharuskan untuk kencing ditempat tertutup. Sedangkan beberapa
orang lainya bisa saja berkemih di tempat terbuka. Ketika seseorang tidak menemukan tempat
tertutup untuk berkemih, hal ini akan membuat dia menahannya sampai menemukan tempat yang
tertutup.

Selain itu, ketika seseorang sedang sakit yang membuat dia tidak bisa berjalan atau
mengharuskan dia untuk terus berada ditempat tidur. Akan memiliki kebiasaan untuk berkemih
di tempat tidur, sehingga terkadang ia akan menahan rasa ingin Berkemihnya.

3. Faktor Psikologis (Pikiran)

Pikiran seseorang mampu untuk mempengaruhi keinginan berkemih. Dimana, orang yang sedang
mengalami stres atau cemas, maka akan membuat stimulus untuk berkemih. Selain itu, beberapa
orang mengalami rasa tekut terhadap kegelapan terutama pada malam hari, sehingga jika dia
merasakan ingin berkemih pada waktu malam hari, maka dia cenderung memilih rasa
berkemihnya dibandingkan harus berangkat ke kamar mandi.

4. Faktor Gaya Hidup seseorang

Kebiasaan dan gaya hidup seseorang ketika berkemih seperti apa ?, apakah dia berkemih dengan
berdiri di tengah hutan, ataukah dia selalu berkemih didalam air, atau mungkin selalu berkemih
ditempat tertutup. Kebiasaan dan gaya hidup tersebut dapat mempengaruhinya ketika ingin
berkemih. Karena orang yang memiliki kebiasaan berkemih di tempat terbuka, akan cenderung
sulit untuk berkemih di tempat tertutup.

Begitu juga dengan orang yang selalu berkemih ditempat tertutup, akan mengalami kesulitan
untuk berkemih di tempat terbuka. Apalagi jika ia harus berkemih ditempat tidur, menggunakan
alat seperti pispot dan sejenisnya.

9
5. Faktor Aktivitas dan Tonus Otot

Agar seseorang mampu berkemih secara maksimal, maka tentu dipengaruhi oleh kekuatan otot
sistem perkemihan itu sendiri, seperti otot pelvis yang berfungsi untuk berkontraksi, sehingga ai
kencing keluar secara optimal. Jika terjadi gangguan pada otot-otot sistem perkemihan, maka
akan membuat air kencing yang keluar sedikit dan tidak maksimal. Selain itu, untuk
meningkatkan produksi air urin, maka seseorang harus beraktivitas seperti olahraga dan
sebagainya.

6. Faktor Intake atau masukan air dan makanan

Seperti yang di sampaikan pada awal pembicaraan kita, bahwa ketika seseorang minum air yang
banyak, maka akan membuat pengeluaran air atau rasa berkemih jadi meningkat. Sedangkan bagi
orang yang minumnya sedikit, akan membuat air kencing yang dikeluarkannya juga sedikit.
Begitu juga dengan makanan yang dikonsumsi, karena dalam makanan juga mengandung air,
maka semakin tinggi kadar airnya maka pengeluaran air dapat meningkat.

Jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi juga dapat mempengaruhi meningkkan berkemih.
Misalnya seperti teh, kopi, atau coklat, akan membuat seseorang cenderung berkemih lebih
sering, hal ini karena dalam makanan atau minuman tersebut mengandung kafein yang
menghambat produksi hormon ADH.

7. Faktor Penyakit

Penyakit yang dialami dapat mengganggu atau mempengaruhi proses sistem perkemihan, apalagi
jika penyakit tersebut terjadi di area perkemihan itu sendiri. salah satu gejala yang
mempengaruhi pengeluaran urin adalah demam. Ketika seseorang mengalami demam,
pengeluaran cairan lebih banyak melalui permukaan kulit, sehingga pengeluaran urin melalui
uretra menjadi sedikit. Selain itu penyakit lainnya seperti diare, akan membuat pengeluran cairan
terjadi melalui anus. Hal ini karena terjadi gangguan pada usus besar, sehingga penyerapan
cairan menjadi sedikit.

8. Faktor Pembedahan

Banyak hal yang membuat pengeluaran urin menjadi menurun pada saat atau setelah
pembedahan. Misalnya saja pemberian obat anastesi, dimana obat ini akan membuat filtrasi

10
glomelurus (organ ginjal) menjadi menurun, sehingga pengeluaran urin juga mengalami
penurunan.

Penyebab lainnya yaitu karena faktor pembedahan memang dapat memicu sindrom adaptasi.
Dimana kelenjar melepaskan hormon ADH, sehingga membuat tubuh menyerap cairan lebih
banyak, dan akibatnya air yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit.

9. Faktor Pengobatan

Selain pembedahan, pada fase pengobatan juga dapat mempengaruhi proses berkemih. Terutama
obat-obatan yang berhubungan dengan terapi diuretik, dapat meningkatakn pengeluaran urin.
Obat antihipertensi, dan juga antikolinergik, akan mengakibatkan seseorang mengalami retensi
urin.

10. Pemeriksaan Diagnostik

Orang yang menjalani pemeriksaan medis seperti intravenous volygram, yang membuat
seseorang harus membatasi intake atau asupan zat, sebelum adanya pemeriksaan output urin, hal
ini tentu akan mempengaruhi sistem perkemihan. Selain itu, pemeriksaan Cytoscopy akan
membuat seseorang mengalami edema di area uretra. Edema adalah kondisi air mengumpul pada
lapisan tertentu, sehingga memang dapat menurunkan pengeluaran urin.

4. Kondisi apa saja yang menyebabkan keadaan berkemih

11
Buang air kecil melebihi batas normal untuk waktu yang lama bisa menjadi gejala dari kondisi
medis tertentu. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang menyebabkan sering buang air kecil:

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyebab sering buang air kecil yang paling umum. Kondisi
ini terjadi ketika bakteri menyerang saluran kemih.

Infeksi bakteri dapat menyebabkan peradangan sehingga mengganggu kemampuan kandung


kemih untuk menahan kencing. Gejala khas yang menyertai ISK adalah demam dan nyeri di
perut bagian bawah atau pinggang.

2. Kandung kemih overaktif

Overactive bladder atau kandung kemih terlalu aktif terjadi ketika kandung kemih berkontraksi
secara berlebihan meski belum penuh oleh urine. Akibatnya, penderita kondisi ini menjadi sering
buang air kecil. Selain sering buang air kecil, kandung kemih overaktif ditandai dengan
keinginan untuk berkemih yang sulit ditunda dan terbangun pada malam hari untuk buang air
kecil.

3. Infeksi ginjal

Infeksi ginjal sering kali terjadi akibat infeksi kandung kemih yang menyebar ke organ ginjal.
Gejala infeksi ginjal biasanya muncul dua hari setelah penderita terinfeksi bakteri. Gejala yang
dialami penderita infeksi ginjal meliputi sering buang air kecil, demam, nyeri punggung, dan
sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil.

4. Batu ginjal

Sering buang air kecil bisa menjadi gejala batu ginjal. Selain sering buang air kecil, gejala yang
muncul pada penderita batu ginjal adalah mual dan muntah, sakit perut bagian bawah, terdapat
darah di urine, dan urine berubah menjadi keruh.

5. Kehamilan

12
Selama trimester pertama, ibu hamil akan lebih sering buang air kecil. Hal ini terjadi karena
perkembangan uterus dapat menekan kandung kemih. Selain pada trimester pertama, ibu hamil
akan lebih sering buang air kecil pada trimester ketiga. Kondisi ini terjadi karena kepala bayi
sudah memasuki panggul sehingga dapat menekan kandung kemih

6. Diabetes

Sering buang air kecil merupakan gejala awal penyakit diabetes. Hal ini terjadi karena tubuh
berusaha mengeluarkan glukosa yang tidak terpakai di darah melalui urine.

7. Gangguan prostat

Pembesaran prostat (BPH) dapat menekan uretra atau saluran kemih sehingga menyebabkan
dinding kandung kemih lebih sensitif. Akibatnya, kandung kemih mudah berkontraksi, bahkan
ketika hanya ada sedikit urine. Hal ini menyebabkan penderita BPH sering buang air kecil.

8. Efek obat-obatan diuretik

Penggunaan obat-obatan diuretik bertujuan untuk membuang cairan berlebih di dalam tubuh.
Jenis obat ini biasa digunakan untuk pengobatan hipertensi atau penumpukan cairan dalam tubuh
yang akan dikeluarkan melalui urine.

Oleh karena itu, mengonsumsi jenis obat-obatan ini dapat meningkatkan frekuensi buang air
kecil.

9. Divertikulitis

Divertikulitis adalah infeksi pada divertikula, yaitu kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang
saluran dinding usus besar. Divertikulitis ditandai dengan nyeri di perut bagian kiri bawah,
sering buang air kecil, diare, dan perdarahan dari anus. Selain beberapa penyakit di atas, sering
buang air kecil juga bisa disebabkan oleh gangguan saraf, stroke, dan gangguan kecemasan.

13
5. Makroskopis dan mikrokopis pada saluran kemih
Struktur Mikroskopis Ginjal

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal.
Nefronadalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri darikapsula bowman, tumbai kapiler
glomerulus,tubulus kontortus proksimal, lengkunghenle dan tubulus kontortus distal, yang
mengosongkan dirikeduktus pengumpul.Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus /
kapiler, bersifat sebagaisaringan disebut Glomerulus,darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut
dandisaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer)yang berjumlah kira-kira170 liter
per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebutTubulus.Urin ini dialirkan keluar
ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian keluar melalui Uretra. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan danmolekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akandibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikandisebut urin.
Nefron terdiri dari beberapa bagian, yaitu glomerulus, kapsula Bowman(yang menjadi tempat
glomerulus), tubulus renalisyang membentuk lekukan berbentuk U yang disebut lengkung Henle

loop of Henle.

1. Kapsula Bowman dan Glomerulus

Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proximal,terdapat ruang yang
mengandung kemih antara rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung
kemih ini dekenal sebagai ruang bowmanatau ruang kapsular

Kapsula bowman yang dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel-selepitel parietal berbentuk gepeng dan
berbentuk bagian terluar dari kapsula,sedangkan sel-sel epitel viseral jauh lebih besar dan
membentuk bagian dalam darikapsula dan juga melapisi bagian luar dari rumbai
kapiler.Membran basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler, terjepitdiantara sel-sel
epitel padat pada satu sisi dan sel endotel pada sisi lain. Membran basalis kapiler kontiniu
dengan membran basalis tubulus. Sel-sel endotelmembentuk bagian terdalam dari rumbai
kapiler. Sel-sel endotel, membran basalisdan sel-sel visceral merupakan tiga lapisan yang
membentuk membran filtrasiglomerolus. Cairan yang di filtrasikan melalui glomerolus kedalam

14
kapsula bowman disebut dengan filtrat glomerolus. Membran filtrasi glomerolusmemungkinkan
ultrafiltrasi darah melalui pemisahan unsur unsur darah dan molekul molekul protein besar dari
bagian plasma lainnya dan mengalirkan bagian plasma tersebut sebagai kemih primer kedalam
ruang dari kapsula bowman.Filtrat glomerolus memiliki komposisi yang hampir tepat sama
dengan komposisi cairan yang merembes dari ujung arteri kapiler kedalam cairan intestisial.
Filtrat tersebut tidak mengandung eritrosit dan hanya mengandung sekitar 0.03% protein atau
sekitar 200 protein diplasma.sel – sel mesangial adalah sel endotel yang membentuk suatu
jalinankontiniu antara lengkung – lengkung kapiler glomerolus dan diduga berfungsisebagai
jalinan penyokong dan bukan merupakan bagian dari membran filtrasi.

2. Tubulus Renalis

Tubulus renalis adalah bagian dari nefronyang berbentuk tabunguntuk menyaring darah dan
menghasilkan urin. Struktur tubulus renalis dapatdibagi menjadi tiga bagian, bagian depan yang
meliuk-liuk (konvolusi) disebuttubulus konvulatus proksimal(atau tubulus renalis proksimal),
kemudianmelengkung mulus seperti huruf U (disebut lengkung Henle), dan bagian akhirsebelum
bertemu dengan tubulus kolektivusyang disebut tubulus konvulatusdistal(atau tubulus renalis
distal).

3. Tubulus Kolektivus

Tubulus kolektivus, disebut juga duktus kolektivus (collecting duct) atau duktus Bellini, adalah
tabung sempit panjang dalam ginjal yangmenampung urindari nefron, untuk disalurkan ke
saluran yang lebih besar yaiturenal pelvis(pelvisrenalis), lalu ureterdan kandung kemih. Tubulus
kolektivus terhubung dengan tubulus nefron(tubulus renalis) di lapisan luar dari ginjal yang
disebut korteks. Setiap tubulus kolektivusmemiliki panjang sekitar 20-22 milimeter dan diameter
sekitar 20-50 mikron.Dinding tubulus tersusun dari sel-sel seperti rambut (flagela) yang
membantumengalirkan urin melalui tabung.

15
6. Perubahan fisisologis pada saat berkemih pada lansia
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Dalam proses
ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya sistem
perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem perkemihan pada lansia berdasarkan literatur
yang diperoleh.
Sistem
Perkemihan
Perubahan yang Terjadi
Ginjal
 Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.
 Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada
usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan
berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi.
Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar
renin yang menyebabkan hipertensi.
 Terjadi penebalan membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya
permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh
darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri
menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal
dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal
- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata
- aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun
- tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal
ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus.
 Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.
Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi
tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal
tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif
sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.
 Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area
fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi
menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu
menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia
menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein
dan eritrosit menjadi terganggu

Sistem Perkemihan Perubahan yang Terjadi

16
 Ginjal Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas. Setelah umur 30 tahun
mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan tingggal
50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan berkurangnya populasi nefron dan tidak
adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan
terjadi penurunan kadar renin yang menyebabkan hipertensi. Terjadi penebalan
membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya permeabilitas, perubahan
degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah kecil sampai hialinisasi
arterioler dan hiperplasia intima arteri menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut
pada pembentukan berbagai sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal.
Efisien ginjal dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata- aliran
darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun- tingkat filtrasi glomerulus dan
kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal ini dapat disebabkan karena total aliran
darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus. Aliran plasma ginjal
yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada
usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90
tahunan. Transport maksimal tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat)
menurun progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR. Membran
basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area fokal, dan total
permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal
berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara
fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan kecepatan 125
mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi
penyaringan protein dan eritrosit menjadi terganggu
 Pembuluh darah ginjal. Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama
di korteks. Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang
berarti terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
 Vesica urinaria/kandung kemih. Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat. Aktivitas kendali
sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar, terutama di malam hari
Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume residu (N:

17
50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di sadari dan atopi pada
otot kandung kemih secara umum.Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung
kemih menurun, sisa urin setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi
otot kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering
berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca menopause
karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas, kandung
kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan urine, sehingga akan
berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.
 Mekanisme Kontrol Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi
fungsi perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan,
sedangkan otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan
kandung kemih, menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan, dan
stimulasi kontraksi pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemih terisi, reseptor
sensori di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke saraf spinal sakral. Pada lansia,
perubahan degeneratif di korteks serebral dapat mengubah sensasi pemenuhan
kandung kemih dan kemampuan mengosongkan kandung kemih dengan komplet.
Pada orang dewasa, sensasi penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah.
Tetapi, pada lansia interval antara persepsi awal dari dorongan untuk
mengosongkan dan kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih
menjadi lebih singkat sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung jawab untuk
menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium, membantu mengatur
tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.+istem kemih terdiri
terutama pada ginjal, yang menyaring darah,sedangkan ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke

18
kandung kemih, kandungkemih, yang menyimpan urin, dan saluran ken!ing, urin keluar melalui
tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Thadhani RI, Sharon E Maynard. 2012. Renal and Urinary Tract Physiology in
normal pregnancy.

Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : Buku

19
Kedokteran EGC ; 2014. 408.

(2016). BUKU AJAR. semarang: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SEMARANG.

20

Anda mungkin juga menyukai