Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

BIOLOGI SEL
(ABKC-2203)
“ NUKLEUS, NUKLEOLUS, SELAPUT INTI , PORI PADA INTI SEL,
MATRIKS DAN LAMINA NUCLEUS, NUKLEOPLASMA”

Disusun Oleh:
Arnopen Kristina (1910119220031)
Auliyau Ummiyah (1910119320002)
Heni Wahyu Anggraini (1910119120007)
I Made Mastra Suwena (1910119110009)
Khairun Amalia (1910119320015)
Rizkya Aisyatunnisa (1910119320022)
Kelompok VIII (Materi 7)

Dosen Pengasuh:
Drs. H. Muchyar, M.P.
Drs. Mulyadi, M.Si.
Maulana Khalid Riefani, S.Si, M.Sc., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT BANJARMASINBULAN MARET
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah dengan tema “
Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada Inti Sel, Matriks dan Lamina Nucleus,
dan Nukleoplasma ” ini dengan baik.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik. Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Karya ini saya persembahkan untuk dosen yang membimbing kami, dan
untuk teman-teman semua. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Akhir kata, saya berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca. Semoga usaha yang sederhana ini dapat membawa
manfaat bagi kita semua dan menjadi amal jariyah saya di kemudian hari. Aamiin
Yaa Robbal Aalamiin.

Banjarmasin, 25 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2

A. Nukleus.......................................................................................................

B. Nukleolus.....................................................................................................

C. Selaput Inti...................................................................................................

D. Pori pada inti sel...........................................................................................

E. Matriks dan lamina nukleus..........................................................................

F. Nukleuplasma...............................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel merupakan unit struktur dan fungsional terkecil makhluk


hidup. Sel dikendalikan oleh suatu organel yaitu nucleus. Nukleus
merupakan organel yang penting karena nucleus sebagai pengendali semua
kegiatan sel, tanpa adanya nucleus maka kegiatan-kegiatan sel tidak dapat
berlangsung. Tidak dapat berlangsungnya kegiatan di sel tentu akan
mengganggu fungsi jaringan serta organ dalam tubuh kita, serta tanpa
adanya nucleus maka sel tidak akan berlangsung dalam waktu lama.

Dengan fungsi tersebut tentunya nucleus memiliki struktur yang


khas sebagai penompang fungsi-fungsi tersebut. Struktur nucleus akan
membantu dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel, Matriks dan
lamina nukleus,Nukleuplasma ?
2. Bagaimana letak dan Susunan dari Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti
sel, Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
3. Bagaimana Proses pembentukan Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
4. Apakah Fungsi dan manfaat Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
5.Bagaimana Mekanisme kerja Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi dari Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel, Matriks
dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
2. Mengetahui Letak dan Susunan dari Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti
sel, Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
3. Mengetahui Proses pembentukan Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
4. Mengetahui Fungsi dan manfaat Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?
5. Mengetahui Mekanisme kerja Nukleus, Nukleolus, Selaput Inti, Pori pada inti sel,
Matriks dan lamina nukleus,Nukleuplasma ?

BAB II

PEMBAHASAN

Nukleus

Nukleus adalah struktur intraseluler pertama yang ditemukan dan pada


awalnya dijelaskan oleh Franz Bauer pada 1802 dan kemudian dipopulerkan oleh
Robert Brown. Organel ini menarik banyak perhatian karena perilakunya yang
menarik, kompleks dan menyenangkan secara estetika selama pembelahan sel dan
perannya yang jelas dalam proses-proses penting, seperti pembuahan dan
pewarisan (Dundr,2001).
Nukleus dikatakan organel seluler yang paling kompleks karena organel
ini menampung sebagian besar dari materi genetik organisme dan merupakan
bagian utama semua proses pengaturan genom (Gorski,2015),terletak di sel
eukariotik (mitokondria dan kloroplas) nukleus rata rata berdiameter sekitar 5μm
(Campbell,2011)
Nukleus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Nukleus tersusun dari kromosom dimana terdiri dari DNA yang disusun
menjadi unit-unit tersendiri
2. terdapat struktur nukleolus, yang tidak membelah
3. terdapat pori inti, yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas molekul masuk dan
keluar dari nukleus.
4. terdapat pada tumbuhan dan hewan

Nukleus memiliki susunan sebagai berikut:


1. Nuclear envelope : double membran yang menutupi inti; dilubangi oleh pori-
pori; diteruskan dengan ER
2. Nukleolus : Struktur yang terlibat dalam produksi ribosom; nukleous memiliki
satu nukleoli lagi
3. Kromatin : terdiri dari DNA dan Protein; tampak sebagai kromosom individu
dalam sel pembagi.
Menurut miroslav Dundr dan Tom Misteli pada jurnalnya yang berjudul
“Functional architecture in the cell nucleus”, mereka berspekulasi bahwa
organisasi mandiri mungkin memainkan peran penting dalam membangun dan
memelihara organisasi nukleus, banyak proses dapat diatur dalam ruang nukleus,
telah menyebabkan pendapat bahwa matriks nuklir mengatur arsitektur nukleus
(Dundr dkk, 2001).
Adapun manfaat nukleus sebagai berikut:
● Sekuistrasi dan modifikasa DNA
● Transkripsi dan Modifikasi RNA
●Pertukaran molekul secara selektif, seperti RNA, transfer RNA (tRNA) dengan
sitoplasma melalui pori-pori nukleus
● Memproduksi ribosom dalam nukleus
Beberapa juta makromolekul secara selektif melewati antara nukleus dan
sitoplasma setiap menit. Dasar untuk lalu lintas selektif melintasi nukleus
jalan paling baik dipahami untuk protein yang diimpor dari sitoplasma ke
nukleus. Protein semacam itu bertanggung jawab atas semua aspek struktur dan
fungsi genom; mereka termasuk adanya, DNA polimerase, RNA polimerase,
faktor transkripsi, faktor splicing, dan banyak lainnya.Protein ini ditargetkan ke
inti oleh asam amino spesifik yang disebut Nuclear Localization Sequence (NLS)
yang dikenali oleh reseptor transportasi dan mengarahkan pengangkutan protein
melalui kompleks pori nukleus.

B. Nukleolus
1. Definisi Nukleolus
Nukleolus adalah struktur yang menonjol dalam inti, dan bila diamati di
bawah mikroskop elektron, tampak sebagai massa granula yang berwarna
gelap dan serat-serat yang bergabung dengan bagian kromatin. Ditemukan
lebih dari 200 tahun yang lalu dan terkenal karena perannya dalam biogenesis
ribosom nukleolus baru-baru ini terbukti memiliki segudang peran tambahan,
bertindak sebagai hub pusatdalam mengatur berbagai proses nuklir dan seluler
yang diperlukan untuk mempertahankan selulerhomeostasis. Beberapa di
antaranya termasuk organisasi nuklir, regulasi ekspresi gen
global,metabolisme energi, dan pensinyalan stres. Selain itu, kekurangan
dalam banyak proses initelah dikaitkan dengan penyakit manusia seperti
degenerasi saraf dan kanker dan alamiproses seperti penuaan.
Nukleolus merupakan struktur menonjol dalam nukleus yang tidak
membelah (Campbell, 2010). Nukleolus merupakan sebuah struktur terikat
tanpa membran yang terdiri dari protein dan asam nukleat dalam inti sel.
Lodish, dkk juga mengemukakan bahwa nukleolus adalah sub kompartemen
inti sejati yang tidak dikelilingi oleh membran (gambar 7). Mark (2010)
mengemukakan bahwa nukleolus merupakan subdominan nukleus yang
menyusun subunit ribosom dalam sel eukariotik.
2. Letak Nukleolus
Nukleolus dapat ditemukan dalam sel eukariotik, termasuk pada sel
tumbuhan dan hewan (Gambar 8). Kadang-kadang terdapat dua atau lebih
nukleolus dalam nukleus, hal ini tergantung pada jenis dan tahap dalam siklus
reproduksi sel (Lam, dkk, 2013).

2. Struktur
Seperti semua struktur intranuclear lainnya, nukleolus tidak tertutup
membran, tetapikombinasi kepadatannya yang unik dan struktur yang kuat
menjadikannya salah satuNukleolusstruktur subselular yang paling nyaman
untukmemurnikan.
Struktur nukleolus (anak inti) akan terlihat di bawah pengamatan
mikroskop elektron berukuran lebih besar daripada ukuran butir-butir
kromatin. Ultrastruktur nukleolus dapat divisualisasikan melalui mikroskop
elektron, sedangkan organisasi dan dinamika dapat dipelajari melalui 
penandaan protein berpijar  dan pemulihan neon
setelah photobleaching (FRAP). Kepadatan antara nukleolus dannukleoplasma
sekitarnya berbeda, itu mudahterlihat di sel hidup atau tetap yang
dilihatdengan kontras fase atau diferensialoptik gangguan kontras (DIC)(panel
kiri atas). (Trinkle-Mulcahy et al., 2003)
Kerusakan nukleolus dapat menjadi penyebab untuk beberapa penyakit
manusia. Diperlukan sampai sekitar 25% dari volume nuklir.Nukleolus
merupakan tempat berlangsungnya transkripsi gen yang dari proses tersebut
didapatkan molekul rRNA. rRNA (ribosomal RNA) adalah salah satu jenis
RNA yang merupakan materi penyusun ribosom. Kandungan RNA dalam
anak inti jika dibandingkan dengan bagian lain dari inti sel adalah tidak tetap,
yaitu diperkirakan 5%-20%.
Ukuran nukleolus berubah-ubah yang terjadi pada jumlah komponen
granular saat penyalinan gen ribosomal. Saat sedang mensintesis protein,
nukleolus mencapai 25% dari seluruh volume nukleus. Pada saat interfase,
nukleolus tampak jelas, pada saat menjelang mitosis, nukleolus mengecil dan
pecah menjadi serpihan-serpihan kecil, akhirnya pada saat metafase nukleolus
menghilang. Menghilangnya nukleolus ini seiring dengan terbentuknya
kromosom dan berhentinya sintesis RNA. Di akhir telofase, nukleolus mulai
tampak kembali sebagai butir-butir halus yang lama kelamaan akan melebur
membentuk sebuah atau lebih nukleolus.
Struktur internal nucleolustelah dipelajari secara rinci oleh
keduanyatransmisi dan pemindaian elektron mikroskopi. Misalnya, bidang
emisipemindaian mikroskop elektron (FESEM)analisis nukleolida HeLa
terisolasimemberikan tampilan resolusi tinggi (~ 1 nm)dari kontur 3D
nucleoluspermukaan dan antarmuka antaranukleolus dan nukleoplasma
(utamagambar pusat). Struktur internal PTnukleolus terungkap melalui
transmisimikroskop elektron (TEM) tipisbagian memotong nukleolus.
Berdasarkanmorfologi yang diungkapkan oleh TEM tersebutgambar, tiga
subkompartemen milikitelah diidentifikasi dalam interiornukleolus. Ini
termasuk pusat serat(FC), yang dikelilingi oleh padatkomponen pengisi
(DFC), danKompleks FC-DFC tertanam di dalamkomponen granular (GC).
Immuno-EM
Percobaan menunjukkan bahwa banyak nucleolusprotein terakumulasi
dalam satu atau duasubkompartemen ini, menyarankan merekamasing-masing
memiliki komposisi protein yang berbedadan fungsi (Schwarzacher
danMosgoeller, 2000).
Misalnya,Subunit RNA polimerase I RPA39 adalahsebagian besar
terlokalisasi di FC,sedangkan fibrillarin, protein yangterlibat dalam metilasi
ribosa 2′-O darirRNA, terakumulasi dalam DFC, dannucleolar phosphoprotein
B23 ditemukandalam GC. Belakangan ini, garis sel telah didirikan yang secara
bersamaan untuk menunjukkan ketiga protein ini yang ditandai dengan protein
fluoresen yang berbeda . Ini memungkinkan perakitan dan pembongkaran
masing-masing kompartemen subnucleolar menjadi di analisis dalam sel hidup
selama mitosis oleh mikroskop cahaya resolusi tinggi (Leunget al., 2004).
Data terbaru juga mengungkapkan bahwa beberapa faktor dalam nukleoli di
lokalisasikan di daerah sub nukleolar yang tidak tepat dalam berkorelasi
dengan tiga sub kompartemen terkenal(Politz et al., 2002), yang menunjukkan
bahwa nukleolus itu lebih kompleks daripada jumlah FC, DFC dan GC.
3. Fungsi Nukleolus
Campbell (2010) mengatakan bahwa jenis RNA ribosomal (rRNA)
disintesis atas petunjuk DNA di dalam nukleolus. Transkripsi molekul rRNA
di dalam nukleolus menjamin terbentuknya molekul ribosom yang ada di
dalam sitoplasma. Untuk kebutuhan tersebut, maka di dalam nukleolus
terdapat sejumlah potongan-potongan DNA (rDNA) yang ditranskripsi
menjadi rRNA secara berulang-ulang dan berjalan sangat cepat dengan
bantuan enzim RNA polimerase I. Potongan-potongan DNA tersebut
dinamakan nucleolar organizer. Kemudian, RNA diproses dan dirakit dengan
protein yang diimpor dari sitoplasma. Subunit ribosom yang dihasilkan
kemudian diekspor melalui pori-pori nukleus ke sitoplasma. Lodish dkk
(2008) juga mengatakan bahwa beberapa protein ribosom ditambahkan ke
RNA ribosom dalam nukleolus. Subunit ribosom yang sudah selesai melewati
pori nukleus ke dalam sitosol untuk proses sintesis protein.

4. Fungsi Nukleus yang terjadi dalam Nukleolus


Nukleolus adalah struktur di mana interaksi dan translokasi yang besar
letak jumlah protein dan RNA dilakukan dan dikoordinasikan (ditinjau oleh
Fromont-Racine et al., 2003). Selama biogenesis subunit ribosom, pra-
rRNAtranskrip ditranskripsi oleh RNA polimerase I dari kluster yang
diulanggen rDNA. Proses ini jelas diperagakan saat sel eukariotik bengkak
dan menyebar dalam basa,solusi hipotonik di hadapandeterjen (mis. Chooi dan
Leiby, 1981;Mougey et al., 1993; Osheim et al.,2004). Dalam kondisi seperti
ini (Millermenyebar), pengulangan rDNA sepenuhnya diperpanjang dan, di
sepanjang DNA pusat sumbu ini, transkrip rRNA yang baru tumbuh dapat
dilihat muncul dari masing-masing rDNA satuan. Sebagai hasil transkripsi
dari titik inisiasi, transkrip rRNA menjadi semakin lama, menghasilkan model
tree Pohon Natal ’(diulas olehTrendelenburg et al., 1996). Tidak jelas
bagaimana struktur kompleks ini berkumpul di nukleolus.

Beberapa fungsi nukleus antara lain adalah:

a. Memuat dan menyimpan informasi genetik berupa DNA, yang


mentukan bagaimana sel akan berfungsi, sebagaimana struktur dasar
dari sel (beberapa organela: mitokondria dan kloroplas, memiliki
beberapa DNA, tapi mayoritas sangat banyak DNA sel terdapat
didalam nukleus). Sebagai bahan genetik, DNA melakukan proses
replikasi. Proses replikasi merupakan proses yang mengawali
pertumbuhan sel.
Mekanisme Replikasi DNA

Replikasi DNA dilakukan sebelum sel membelah diri. Replikasi


DNA merupakan proses pengkopian rangkaian molekul DNA sehingga
dihasilkan molekul anakan yang identik. Replikasi DNA menganut
model semi konservatif, dimana setiap molekul untaian ganda DNA
anakan terdiri atas 1 untai tunggal DNA induk dan 1 untai tunggal
DNA anak (DNA hasil sintesis). Model semi konservatif dikemukakan
oleh Watson & Crick.

Tahap-tahap replikasi DNA

Dua untaian DNA induk mengalami pemisahan menggunakan


enzim DNA helikase. Kedua untaian DNA induk yang sudah terpisah
membentuk garpu replikasi. Dua untai DNA induk yang sudah terpisah
masing-masing merupakan cetakan untuk mensintesis DNA yang baru.
Garpu replikasi membuka secara bertahap dua untaian DNA induk
mulai dari titik awal (origin of replication). Setelah pemisahan untai
DNA induk, protein pengikatan beruntai tunggal (single strand binding
protein) berikatan dengan untai-untai DNA yang tak berpasangan dan
menstabilkan untai tersebut. Pembukaan dua untaian DNA induk
menyebabkan aliran dan tegangan yang lebih ketat di depan garpu
replikasi, dan enzim topoisomerase membantu mengurangi tegangan
tersebut.
Replikasi DNA hanya dapat dimulai jika tersedia molekul primer,
yakni suatu molekul yang digunakan untuk mengawali proses
polimerisasi untaian DNA. Molekul primer ini dapat berupa DNA,
RNA atau protein yang spesifik. 12 Molekul Primer yang berupa RNA
disintesis oleh enzim primase. Setelah primer disintesis, maka primer
akan menempel pada DNA cetakan, lalu dilakukan sitesis DNA yang
baru. Molekul primer ini digunakan untuk menempelkan nukleotida
pertama pada untaian DNA yang baru.
Dua untai DNA yang sudah terpisah, akan disintesis dengan arah
yang geometris yang berlawanan. Satu untai DNA, disintesis searah
dengan arah pembukaan garpu replikasi, dan dilakukan tanpa terputus
(sintesis kontinu).
Untai DNA ini dinamakan untai DNA awal atau maju (leading
strand). Pada untai DNA ini, hanya diperlukan satu molekul primer
pada titik awal replikasi. Untaian DNA baru disintesis oleh enzim
DNA polimerase III secara terus menerus tanpa ada pembentukan
fragmen Okazaki. Untai DNA yang lain, disintesis berlawanan arah
dengan arah pembukaan garpu replikasi dan dilakukan fragmen demi
fragmen (sintesis diskontinu). Untai DNA ini disebut untai lambat atau
lamban (lagging strand). Fragmen DNA pendek yang disintesis
dinamakan fragmen Okazaki. Setiap fragmmen pada untai lamban,
memerlukan satu primer tersendiri dalam melakukan sintesis. DNA
polimerase III menambahkan nukleotida ke primer, membentuk
fragmen Okazaki 1. Setelah mencapai primer RNA berikutnya, DNA
polimerase III terlepas. Sesudah mendapatkan primer, DNA
polimerase III menambahkan nukleotida DNA hingga mencapai
primer fragmen 1 dan melepaskan diri. Enzim DNA polimerase I
menggantikan nukleotida RNA primer dengan nukleotida versi DNA,
menambah nukleotida satu demi satu ke ujung 3’ fragmen Okazaki
yang bersebelahan. Enzim DNA ligase menggabungkan ujung 3’ dari
DNA yang menggantikan primer ke bagian lain dari untai lamban dan
menggabungkan fragmen-fragmen Okazaki untai lamban.
Replikasi berakhir saat DNA polimerase mengenali daerah basa
nitrogen yang diulang-ulang, daerah ini disebut telomer. Maka
terbentuklah rantai DNA yang baru.
b. Nukleus memiliki peran utama untuk mengatur semua aktivitas sel.
Nukleus melakukan hal ini dengan mengontrol enzim. Enzim terbuat
dari asam amino (Brain , 2013). DNA dalam nukleus berisi informasi
untuk produksi protein. Sel menggunakan proses transkripsi dan
translasi untuk mengubah informasi yang dikode dalam DNA menjadi
protein (Berk, dkk).
Sintesis Protein
Sintesis protein adalah proses pembentukan asam amino melalui
kode gen yang dibuat DNA. Sintesis Protein terdiri atas dua tahap,
yakni transkripsi dan translasi.
Transkripsi merupakan proses penyalinan kode-kode genetik yang
ada pada urutan DNA menjadi molekul RNA. Urutan nukleotida pada
salah satu untaian molekul DNA dipakai sebagai template atau cetakan
sintesis molekul RNA yang komplementer. Pada tahap ini, setiap basa
nitrogen DNA dikodekan ke dalam basa nitrogen RNA. Sebagai misal,
jika urutan basa nitrogen DNA adalah ACC AAA CCG AGT, maka
urutan mRNA hasil transripsi adalah UGG UUU GGC UCA.
Molekul RNA yang disintesis melalui proses transkripsi antara
lain:
1) mRNA (messenger RNA)
mRNA merupakan RNA yang mengandung salinan kode-kode
genetik pada DNA yang pada proses translasi diterjemahkan
menjadi urutan asam amino penyusun protein tertentu (Yuwono,
2005)
2) tRNA (transfer RNA)
Molekul tRNA adalah RNA yang berperan membawa asam amino
spesifik yang akan digabungkan dalam proses translasi.
3) rRNA (ribosomal RNA)
rRNA merupakan RNA yang digunakan untuk menyusun ribosom.
Molekul tRNA dan rRNA tidak mengalami translasi karena
molekul yang dipakai adalah RNA nya itu sendiri. DNA
Proses transkripsi berlangsung di nukleus. Kemudian, setelah
terbentuk mRNA, maka mRNA ditranspor ke sitoplasma, yakni di
ribosom tempat berlangsungnya proses translasi (Campbell, 2010).
Pada organisme eukariotik, proses transkripsi menghasilkan pre
mRNA, kemudian dengan pemrosesan lebih lanjut menghasilkan
mRNA.

Dalam proses transkripsi, ada beberapa komponen utama yang


terlibat, diantaranya adalah :
1) Enzim RNA polimerase
Merpakan enzm yang memisahan kedua untai DNA dan
menggabungan nuleotida RNA saat membentuk pasangan basa di
sepanjang cetakan DNA (Yuwon 2005)
2) Promoter
Promoter merupakan bagian dari gen yang berperan sebagai
sekuens DNA, tempat RNA polimerase melekat dan memulai
proses transkripsi.
3) Unit transkripsi
Unit transkripsi adalah rentangan DNA yang ditranskripsi menjadi
RNA (Yuwono, 2005).

Tahapan dari proses transkripsi antara lain:


1) Pengikatan RNA Polimerase dan Inisiasi Transkripsi
Tahap ini diawali dengan melekatnya enzim RNA polimerase pada
untai heliks DNA. Disini, fungsi promoter adalah sebagai situs
pengikatan RNA polimerase, menentukan dimana transkripsi
dimulai dan menentukan manakah diantara dua untai heliks DNA
yang dipakai sebagai cetakan. Sekelompok protein yang
dinamakan faktor transkripsi melekat ke promoter, baru kemudian
RNA polimerase II berikatan dengan promoter, dan enzim mulai
mentranskripsi cetakan. Untai DNA yang menjadi cetakan mRNA,
dinamakan untai sense. Sedangkan untai DNA yang tidak
ditranskripsi dinamakan pita antisense.
2) Pemanjangan Untai RNA (Elongasi)
Saat RNA polimerase bergerak di sepanjang DNA, maka enzim ini
akan terus membuka puntiran heliks ganda. Enzim ini
menambahkan nukleotida ke ujung 3’ RNA yang sedang tumbuh
sambil menyusuri heliks ganda ke arah hilir. Laju transkripsi
adalah 40 nukleotida per detik.
3) Terminasi Transkripsi
RNA polimerase II mentranskripsi sekuens pada DNA yang
dinamakan sekuens sinyal poliadenilasi yang mengkodekan suatu
sinyal poliadenilasi (AAUAAA) pada pre-mRNA (Campbell,
2010). Lalu, pada suatu titik kira-kira 10-35 nukleotida yang
mengarah ke hilir dari sinyal poliadenilasi, protein yang berasosiasi
dengan transkrip RNA yang sedang tumbuh memotong bagian itu
hingga terlepas dari RNA polimerase. Sehingga pre mRNA
terlepas, dan untai heliks DNA terbentuk kembali.

Selanjutnya pre mRNA akan mengalami proses modifikasi pada


setiap ujungnya, yakni di ujing 5’ membentuk tudung 5’ dan ujung 3’
yang akan membentuk ekor poli-A (Campbell, 2010). Tudung 5’
merupakan bentuk termodifikasi dari nukleotida guanin yang
ditambahkan ke ujung 5’ setelah transkripsi 20 sampai 40 nukleotida
pertama. Sedangkan ekor poli-A merupakan 50 sampai 250 nukleotida
adenin yang ditambahkan oleh sejenis enzim tertentu. Fungsi dari
tudung dan ekor poli-A antara lain, menfasilitasi ekspor mRNA dari
nukleus, membantu melindungi 17 mRNA dari degradasi enzim
hidrolitik dan membantu ribosom melekat ke ujung 5’ mRNA
(Campbell, 2010).

Sekuens nukleotida yang mengkodekan polipeptida eukariot tidak


berkesinambungan, melainkan terpisah menjadi beberapa segmen.
Segmen yang bukan pengode dari asam nukleat yang terletak di antara
wilayah pengode, dinamakan segmen penyela (intron). Sedangkan
wilayah yang ditranslasi menjadi sekuens asam amino dinamakan
ekson. Intron dipotong dan dibuang dari molekul, sedang ekson
digabung-gabungkan membentuk molekul mRNA dengan sekuens
pengode yang tak terputus. Proses ini dinamakan penyambungan RNA
(splicing) (Campbell, 2010). Setelah pre mRNA mengalami modifikasi
dan penyambungan (splicing), maka akan berubah menjadi mRNA
yang nantinya keluar dari nukleus menuju ribosom untuk dilakukan
proses translasi.

Translasi merupakan proses penerjemahan kode mRNA oleh tRNA


ke dalam urutan asam amino. Translasi
berlangsung di ribosom.

C. Selaput Inti Sel (Membran Inti/ Nucleus


Envelope)

Selaput inti ( Membran Inti) merupakan


bagian terluar dari inti sel (nukleus) yang
membatasi antara nukleus dengan sitoplasma.
Letak selaput inti berada diantara sitoplasma dan nukleus. (for recent review seen
Frake et al 1981; Gerace 1986; Dingwall & Laskey, 1986; Newport & Forbes,
1987).

Selaput inti juga disebut selubung Nuklear memiliki ciri berupa selaput
tipis yang elastic dan menyelubungi nukleus yang terdiri dari selaput rangka. Dua
lembar selaput rangkap tersebut hampir berhimpitan hanya dipisahkan oleh
ruangan sempit yang disebut polinuklear. Tidak mengandung mukopolisakarida
seperti pada membrane plasma, tetapi terdapat pori yang berupa celah atau
saluran-saluran halus.(R, Issoegianti, 1993)
Sumber: Swafford, 2015)

Adapun susunan dari selaput inti atau selubung nuclear terdiri dari 2
lapisan membrane (bilayer) yaitu lembaran yang terdapat di sebelah dalam disebut
selaput dalam (inner nuclear) atau bisa juga disebut selaput nukleoplasmik dan
lembaran luar di beri nama selaput luar (outer nuclear) atau selaput sitosilik.
Selubung nuclear tidak berupa lembaran-lembaran yang utuh melainkan
berlubang-lubang di beberapa tempat, sehingga apabila dibentangkan tampak
seperti penapis. Lubang-lubang ini disebut pori nuclear yang terbentuk akibat
menyatunya dwilapis lipida dari selaput dalam (inner nuclear) dan selaput luar
(outer nuclear). Lapisan luar (outer membrane ) langsung terhubung dengan
permukaan reticulum endoplasma kasar. Lapisan dalam (inner membrane) pada
selaput inti mengandung lapisan protein yang disebut nuclear lamina, yang
mengandung kromatin dan isi lainnya pada nukleus. Dua lapisan membrane ini
berukuran 30-50 nm. (Gruenbaum et al., 2005; Stewart et al., 2007).
Ket: Gambar mekanisme menghilang dan terbentuknya selubung nuclear pada
proses pembelahan mitosis dan meisosis.( Sumber: Diniari, 2018)

Selaput inti (Selubung nuclear) akan pecah dari proses pembelahan


mitosis atau meiosis. Namun terbentuk kembali setelah telofase. Pecahnya
selubung inti ini disebabkan oleh adanya trigger protein (protein pemicu) yang
menyebabkan rapuhnya struktur selubung inti. Selain itu spindle fibers (gelendong
pembelahan) yang dihasilkan pada profase juga menekan selubung inti sehingga
mempercepat pemecahan. Pada fase prometafase selubung nuclear menghilang
menyebabkan hubungan antara kromosoma dengan mikrotubula dari setiap
sentroma. Pada saat fase telofase selubung nuclear tersebar, terakit membentuk
dua nukleus anakan yang berada pada stadium interfase. Pada mitosis, paling
sedikit tiga bagian dari selubung nuclear yang perlu diperhatikan selama
penyapaian dan perakitannya kembali. Yaitu pertama, selubung nuclear terutama
selaput luar yang berhubungan dengan RE, kedua: lamina nuclear yang
berinteraksi dengan selaput dalam, kromatin, dan porus nuclear, dan ketiga: porus
nuclear yang terbentuk dari berbagai protein. Di saat profase, banyak protein
mengalami fosforilasi molekul H1 diduga membantu pemampatan kromosoma,
maka fosforilasi lamina nuclear membantu penguraian dan pembangunan kembali
selubung nuclear. (R, Issoegianti, 1993)
(Sumber: Ardiyanto, 2011)

Selaput Inti atau selubung nuclear memiliki fungsi antara lain:


menyelubungi nukleoplasma dan sebagai batasan atau penengah antara sitoplasma
dan nukleus sehingga menghalangi perpindahan molekul dari dan ke sitoplasma,
untuk air, ion, dan mikromolekul dari senyawa organik, seperti gliserol dan
sukrosa dapat melewati selubung nuclear dengan mudah dan cepat. Namun pada
makromolekul seperti protein yang mempunyai berat molekul sekitar 55.000
dalton, apabila protein ini globular diameternya berkisar antara 2-4 nm, cukup
kecil untuk dapat melewati pori nuclear. Permeabilitas selubung nuclear berbeda
untuk setiap jenis sel, namun sebagian besar menunjukkan bahwa tidak ada
hambatan bagi protein yang diperlukan di nukleus untuk replikasi dan transkrip
DNA. (R, Issoegianti, 1993)

selaput inti atau selubung nuclear ini memiliki 2 lapisan membrane yaitu
selaput luar (outer nuclear) dan selaput dalam (inner nuclear), dimana selaput luar
selubung nuclear berhubungan langsung dengan reticulum endoplasma.
Sesungguhnya, selaput luar ini dapat dianggap sebagai daerah istimewa dari
reticulum endoplasma. Seperti halnya selaput reticulum endoplasma, permukaan
sitosilik selaput luar penuh ditempeli ribosom yang terlibat dalam sintesis protein.
Protein yang disentesis dalam ribosoma ini dicurahkan ke dalam ruang
perinuklear yang berhubungan dengan sisterna (lumen) reticulum endoplasma.
Dari permukaan sitosilik selaput luar, tampak terpencar filament-filamen yang
bermantra kurang lebih 10 nm. Filamen-filamen tersebut berikatan dengan protein
perifer permukaan sitosolik selaput luar. Ujung yang lain dari filament-filamen ini
sebagian menempel atau berikatan dengan selaput organela-organela, sebagian
lagi berikatan dengan selaput sel. (R, Issoegianti, 1993)

C. Pori pada Inti Sel

1. Definisi

Pori-pori nukleus adalah kompleks protein besar yang melintasi selubung inti,
yang merupakan membrane ganda yang mengelilingi inti sel eukariotik. Ada
sekitar rata-rata 2.000 kompleks porinukleus (NPC), dalam selubung inti sel
vertebrata, tetapi bervariasi tergantung pada jenis sel dan tahap dalam siklus
hidup. Protein yang membentuk kompleks pori inti dikenal sebagai nucleoporins.
Setiap NPC mengandung setidaknya 456 molekul protein individual dan terdiri
dari 30 protein yang berbeda (nucleoporins) (hisham, 2020)
2. Letak

Pori nukleus yang terletak pada membran luar inti sel berfungsi
menyediakan saluran untukkomunikasi langsung antara nukleoplasma dengan
sitoplasma (Jane, 2012)
3. Struktur

Namun pori ini tidak tersebar secara merata sehingga jumlah pori dapat
berkisar dari beberapa lusin sampai dengan ribuanda lam jenis sel yang secara
metabolik bersifat sangat aktif. Secara garis besar pori nukleus berbentuk silinder
dengan diameter luar 120-150 nm dan diameter dalam 9 nm. Pori nukleus
tersusun atas empat subunit yaitu, subunit kolom, subunit anular, subunit
lumenal,dan subunit ring. Sub unit merupakan subunit yang berfungsi untuk
membentuk dinding porinukleus. Sub unit anular berperan dalam pembentukan
spoke yang mengarah ke tengah dari pori.Subunit ketiga merupakan subunit
lumenal yang mengandung protein transmembran yang akanmenempelkan
kompleks pori nukleus pada membrane nukleus (Stanislaw & Joseph, 2017).

Terakhir yaitu subunit ring yang berperan dalam pembentukan permukaan


sitosolik dan nuklear dari kompleks pori nukleus. Permukaan sitosolik merupakan
permukaan yang berhadapan dengan sitoplasma sedangkannuklear merupakan
permukaan yang berhadapan dengan nukleoplasma.Jika membran tipis, pori
tampak ditutupi oleh diafragma poti tipis. Sedangkan jika bersifatnegatif, akan
tampak sejumlah struktur non-membran pada pori. Tepian luar dan dalam dari
porinukleus tersusun atas dua cincin yang berdiameter 120 nm. Setiap cincin
tersebut terdiri atasdelapan subunit yang berdiameter 15-20 nm. Subunit ini
menjulurkan delapan jari-jari ke granula atau bercak pusat secara radial.
Keseluruhan dari delapan subunit dari cincin, jari-jari radial,serta ikatan
penghubungnya akan membentuk kerangka struktur yang akan memberi pori
nukleussimetri oktagonal sekitar sumbu yang tegak lurus terhadap bidang
membrane nukleus. Unsur-unsur membran maupun non-membran dari struktur
tersebut disebut dengan kompleks porinukleus(Stanislaw & Joseph, 2017).

4. Fungsi

Kompleks pori nukleus mempunyai fungsi dalam transpor zat secara


selektif melintasi membraninti. Transpor melalui pori bersifat dua arah. Molekul-
molekul yang diekspor dari dalam nukleuske sitoplasma mencakup transfer RNA,
subunit ribosom, dan mRNA. Molekul-molekul yangdiimport dari sitoplasma ke
dalam nukleus adalah polymerase DNA dan RNA, protein ribosom, protein
regulator gen, dan histon.Ada beberapa faktor yang dapat menghambat
pengangkutan zat melalui pori nukleus. Antibodi monoklonal, jika disuntikkan ke
dalam sitoplasma akan menghambat total transpor nukleo-sitoplasma dari RNA
ribosom dan RNA transpor namun tidak menghambat difusi molekul kecil. Tiga
glikoprotein yang disebut dengan nukleoporin telah diketahui juga dapat
menghambat pengangkutan zat jika diikat oleh lektin. Nukleoporin merupakan
komponen dari kompleks pori (Jane, 2012).

5. Mekanisme Kerja

Mekanisme transport pori nukleus ialah mekanisme yang digunakan


oleh pori nukleus pada difusi pasif serta transpor aktif. Difusi pasif dapat terjadi
karena porus nukleus bersifat permiabel terhadap ion-ion dan molekul-
molekulkecil dengan radius molekuler yang mendekati 4.5 nm. Jika molekul
seperti protein dengandiameter 9 nm, pori tidak akan memperbolehkannya untuk
masuk.Transpor aktif akan terjadi jika molekul yang akan masuk membran
melalui pori mempunyai diameter lebih besar dari 9 nm atau berupa kompleks
makromolekuler. Transpor aktif ini merupakan proses yang dimediasi oleh
reseptor sehingga diperlukan ATP. Agar dapat mengangkut kompleks
pori nukleus, protein harus mempunyai satu atau dua rangkaian lokasinuklear atau
nuclear location sequence pada rangkaian asam amino primer. NLS merupakan
rangkaian peptida pendek dengan empat sampai dengan delapan asam amino
positif. NLS dapatterletak dimana pun dalam protein tersebut dan sebuah protein
dapat memiliki lebih dari satu NLS(Jane, 2012).

Mekanisme transpor aktif dapat berupa mekanisme dari sitoplasma ke dalam


nukleus atau sebaliknya. Ada dua langkah dalam proses mekanisme transpor aktif
dari sitoplasma ke nukleus. Langkah pertama adalah penempelan kompleks
dengan reseptor. Protein yangmengandung NLS mengikat protein sistolik spesifik
untuk membentuk sebuah kompleks. Kompleks inilah yang akan menempel ke
reseptor pada bagian peripheral dari kompleks porinukleus. Tahap kedua adalah
translokasi. Protein yang mengandung NLS akan ditranspormelalui kompleks pori
nukleus dan protein sistolik akan dikembalikan ke sitoplasma. Translokasi
merupakan proses yang memerlukan ATP. Sebagian energi yang dihasilkan dari
hidrolisis ATP akan digunakan untuk membantu dilatasi pori nukluus yang
mengakomodasi ukuran dan bentukdari protein yang diangkut. Mekanisme
transport aktif dari nukleus ke sitoplasme masih kurang jelas. Yang diketahui
adalah bahwa transport RNA dan subunit ribosom juga bersifat selektif. dan
memerlukan reseptor (Jane, 2012).
D. Matriks dan Lamina Nuklear

1. Matriks Nuklear

Semula dinyatakan bahwa selubung nukleus berperan sebagai kantung


untuk menahan dan mempertahankan kromosoma tetap berada di dalamnya dan
terpisah dari komponen-komponen lainnya yang berada di dalam sel. Sekarang
ternyata hal ini tidak betul. Keutuhan nukleus tidak ditentukan oleh selubungnya
dan tidak juga oleh adanya kromatin. Dari berbagai kajian jelas bahwa bentuk dan
fungsi nukleus erat hubungannya dengan suatu cairan yang disebut matriks
nuklear atau nukleoplasma. Matriks nuklear bukan suatu yang berstruktur statis,
seperti yang terlihat pada pengamatan mikroskopi elektron. Berdasarkan pada
berbagai kegiatan yang terjadi di nukleus jelaslah bahwa matriks nuklear
merupakan struktur dinamis. Kemungkinan matriks nuklear lah yang
mengarahkan dan mengatur beberapa kegiatan yang terjadi di nukleus.
Matriks nukleus ini adalah jaringan serat protein asam halus yang berfungsi
sebagai perancah untuk kromatin. Di pinggiran, di bawah selubung nukleus,
matrik inti membentuk lapisan berserat padat yang disebut lamina inti di mana
ujung terminal serat kromatin atau telomere tertanam.

Matriks merupakan salah satu organel mitokondria yang berfungsi untuk


menyimpan bagian-bagian yang penting pada mitokondria. Di dalam matriks
terdapat berbagai molekul DNA yang bertanggung jawab pada proses respirasi
sel.

Dari beberapa percobaan dengan cara mengisolasi matriks, didapat hasil


yang menyatakan bahwa komponen kimia yang terbanyak adalah protein. Kadar
protein di dalam matriks nuklear bervariasi sesuai dengan jenis sel atau
jaringannya, berkisar antara 90% dari seluruh bahan matriks nuklear. Sisanya
terdiri dari RNA, DNA dan fosfolipida. Protein matriks nuklear bersifat asidofilik.
Protein-protein ini terlarut di dalam gel SDS-akrilamid menjadi 3 buah pita utama
masing-masing dengan berat molekul berkisar antara 60.000 sampai 70.000
dalton. Salah satu sifat istimewa dari protein matriks nuklear yaitu
kemampuannya merentang dan mengkerut. Perentangan dan pengkerutan ini
dipengaruhi oleh kadar ion-ion Ca++ dan Mg++. Mekanisme perentangan-
pengkerutan ini tidak seperti pengkerutan pada jenis aktin-miosin.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa matriks nuklear berperan dalam


tiga kegiatan utama nukleus yaitu: penggandaan (replikasi), penyalinan
(transkripsi), dan kegiatan pasca penyalinan.
Fungsi dan manfaat matriks Nukleus

1. Matriks nukleus berperan struktural dalam sel eukariotik dan bertanggung


jawab untuk mempertahankan bentuk inti.
2. Matriks nukleus juga berperan dalam beberapa proses seluler, seperti
replikasi atau perbaikan DNA, ekspresi gen, transportasi RNA,
pensinyalan dan diferensiasi sel, pengaturan siklus sel, apoptosis dan
karsinogenesis.

2. Lamina nucleus

Selaput nukleus luar berhubungan langsung dengan retikulum endoplasma.


Permukaan selaput nucleus bagian luar ini di tempeli oleh ribosom dengan
diameter 15 nm yang terlibat dalam sintesisi protein. Selaput nukleus bagian
dalam dilapisi oleh anyaman setebal 10 sampai 20 nm. Anyaman ini dinamakan
lamina nukleus (nuclear lamina). Lamina nukleus tersusun dari filamen
intermedia yang pada mamalia terdiri dari 3 jenis protein, yaitu lamin A, B, dan C.
Lamina nukleus merupakan struktur yang menyerupai jaring yang terdiri dari
filamen protein. Filamen protein yang tersusun seperti jaring inilah yang
mempertahankan bentuk nucleus dengan cara memberikan sokongan mekanis
pada selaput nucleus (Davidson, 2010).
Lamina ini dapat dipisahkan dari selaput dalam. Protein-protein penyusun
lamina nukleus berikatan dengan protein integral maupun perifer dari selaput
dalam. Selain itu, protein-protein lamina ini juga berikatan dengan benang-benang
halus yang terdapat di dalam nucleus. Benang-benang halus ini tidak lain adalah
pembawa materi genetik.

Lamina nukleus bersifat sangat dinamis. Pada sel-sel yang sedang


membelah, tepatnya pada profase akhir, fosforilasi sementara terhadap beberapa
residu serin pada lamin menyebabkan lamina nuclear terurai menjadi lamin A-
fosfat, lamin C-fosfat, dan lamin B yang tetap terikat pada selaput dalam. Bila
pembelahan berakhir, terjadi defosforilasi dan lamina nuklear terakit kembali.
Lamina nukleus hanya di temukan pada sel hewan.
Fungsi dan manfaat Lamina Nukleus

1. Lamina nukleus berfungsi untuk mempertahankan bentuk nukleus dengan


memberikan sokongan mekanis kepada membran nukleus.
2. Lamina nukleus juga berperan penting dalam proses perakitan dan
pembongkaran, sebelum dan sesudah mitosis.
3. Fungsi lain dari lamina nukleus yaitu sebagai tempat perlekatan kromatin
dan memperkuat selaput inti.
4. Lamina nukleus berfungsi untuk membantu pengaturan kromatin, replikasi
DNA, pengaturan siklus sel, perbaikan DNA dan apoptosis

E. Nukleoplasma

1. Definisi Nukleoplasma
Nukleoplasma adalah isi inti sel. Ini adalah protoplasma di dalam
membran nukleus. Itu termasuk :

a. Banyak molekul yang lebih kecil, dan air.


b. Molekul besar seperti enzim dari banyak jenis, dan nukleotida.
c. Organel yang lebih besar seperti kromosom dan nucleolus
d. Jaringan saluran nucleolus membuat rantai continue antara
nukleoplasma dan bagian dalam nucleolus. Ribosom yang dibuat
dalam nucleolus dikirim ke retikulum endoplasma di sitoplasma.
Peran utama nukleoplasma adalah untuk menjaga kromosom
terpisah dari sitoplasma sel, dan mendukung translasi DNA ke RNA.

Inti dari sebagian besar sel mengandung zat yang menangguhkan


struktur didalam membrane nukleus. Sama seperti sitoplasma yang
ditemukan di dalam sel, nukleus mengandung nukleoplasma, juga dikenal
sebagai karyoplasma.
Nukleoplasma adalah jenis protoplasma yang sebagian besar terdiri
dari air, campuran berbagai molekul, dan ion terlarut. Nukleoplasma
sepenuhnya tertutup di dalam membran inti atau amplop nuklir.

Fungsi utama nukleoplasma adalah untuk melayani sebagai zat


suspense untuk orgenal di dalam nukleus. Ini juga membantu menjaga
bentuk dan struktur nukleus, dan memainkan peran penting dalam
pengankutan bahan yang penting bagi metabolisme dan fungsi sel. Banyak
zat seperti nukleotida dan enzim dilarutkan dalam nukleoplasma,
Nukleoplasma adalah salah satu organel sel yang mempunyai tekstur yang
padat dan juga dapat kita temukan di dalam inti sel atau Nukleus. Pada
organel sel Nukleoplasma ternyata terdiri dari serat Kromatin yang padat
dan juga membentuk sebuah Kromosom (Fitria Sri, 2019).

B. Proses Terbentuknya

Nukleoplasma terbentuk terutama dari air, ion, dan berbagai campuran


molekul lainnya (Fitria Sri, 2019).

C. Letak Nukleoplasma
Nukleoplasma terletak didalam nukleus dan sitoplasma menyerupai
beberapa aspek. Nukleoplasma terdiri dari inti, cairan sel, dan organel.
Nukleoplasma sebagian besar hadir dalam pinggiran membran sel dan
termasuk nukleus dan sitoplasma (Tedi Mulyadi, 2015).
D. Karakteristik Nukleoplasma
Nukleoplasma, juga disebut "jus nuklir" atau carioplasma, adalah
koloid protoplasma dengan sifat yang mirip dengan sitoplasma, relatif
padat dan kaya akan berbagai biomolekul, terutama protein..

Dalam zat ini adalah kromatin dan satu atau dua sel yang disebut
nukleolus. Ada juga struktur besar lainnya dalam cairan ini seperti tubuh
Cajal, tubuh PML, tubuh spiral atau bintik-bintik nuklir, antara lain.
Dalam tubuh Cajal terkonsentrasi struktur yang diperlukan untuk
pemrosesan pesan preRNA dan faktor transkripsi. itu bintik-bintik Sel-sel
nuklir tampaknya mirip dengan tubuh Cajal, mereka sangat dinamis dan
bergerak menuju daerah di mana transkripsi aktif. Tubuh PML tampaknya
menjadi penanda sel kanker, karena mereka meningkatkan jumlah mereka
secara luar biasa di dalam nukleus. Ada juga serangkaian tubuh nukleolus
dengan bentuk bulat yang berkisar antara 0,5 dan 2 μm dengan diameter,
terdiri dari gumpalan atau fibril yang, meskipun mereka telah dilaporkan
dalam sel sehat, frekuensinya jauh lebih tinggi dalam struktur patologis.
Struktur nuklir paling relevan yang tertanam dalam nukleoplasma
dijelaskan di bawah ini:
1. Nukleoli
Nukleolus adalah struktur bola yang luar biasa yang terletak di
dalam nukleus sel dan tidak dibatasi oleh jenis biomembran apa pun
yang memisahkan mereka dari sisa nukleoplasma.. Itu didasari di
daerah yang disebut NOR (daerah penyelenggara nukleolus
kromosom) tempat urutan pengkodean untuk ribosom berada. Gen-
gen ini ditemukan di daerah kromosom tertentu. Dalam kasus spesifik
manusia, mereka diatur dalam wilayah satelit kromosom 13, 14, 15,
21 dan 22. Sejumlah proses yang sangat diperlukan terjadi dalam
nukleolus, seperti transkripsi, pemrosesan, dan perakitan subunit yang
membentuk ribosom.. Di sisi lain, mengesampingkan fungsi
tradisionalnya, penelitian baru-baru ini menemukan bahwa nukleolus
berhubungan dengan protein penekan sel kanker, pengatur siklus sel
dan protein dari partikel virus..

2. Wilayah subnuklir
Molekul DNA tidak tersebar secara acak dalam nukleoplasma
seluler, ia diatur dalam cara yang sangat spesifik dan kompak dengan
seperangkat protein yang sangat terkonservasi sepanjang evolusi yang
disebut histones.. Proses organisasi DNA memungkinkan untuk
memasukkan hampir empat meter materi genetik ke dalam struktur
mikroskopis. Asosiasi bahan genetik dan protein ini disebut kromatin.
Ini diatur dalam wilayah atau domain yang didefinisikan dalam
nukleoplasma, yang dapat membedakan dua jenis: euchromatin dan
heterochromatin. Eucromatin kurang kompak dan mencakup gen yang
transkripsinya aktif, karena faktor transkripsi dan protein lain
memiliki akses berbeda dengan heterokromatin, yang sangat kompak.
Daerah heterokromatin terletak di pinggiran dan ekarromatin lebih ke
pusat nukleus, dan juga dekat dengan pori-pori nuklir. Dengan cara
yang sama, kromosom didistribusikan di zona spesifik dalam nukleus
yang disebut wilayah kromosom. Dengan kata lain, kromatin tidak
mengambang secara acak di nukleoplasma.

3. Matriks nuklir
Organisasi kompartemen nuklir yang berbeda tampaknya
ditentukan oleh matriks nuklir. Ini adalah struktur internal inti yang
terdiri dari lembaran yang digabungkan dengan kompleks pori nuklir,
residu nukleolus, dan seperangkat struktur berserat dan granular yang
didistribusikan ke seluruh nukleus yang menempati volume signifikan
yang sama.. Studi yang telah mencoba untuk mencirikan matriks telah
menyimpulkan bahwa terlalu beragam untuk mendefinisikan
konstitusi biokimia dan fungsionalnya.. Lembaran itu adalah sejenis
lapisan komposit protein yang membentang dari 10 hingga 20 nm dan
disandingkan dengan permukaan bagian dalam membran inti.
Konstitusi protein bervariasi tergantung pada kelompok taksonomi
yang diteliti. Protein yang membentuk lembaran mirip dengan filamen
menengah dan, selain pensinyalan nuklir, mereka memiliki daerah
globular dan silinder. Adapun matriks nuklir internal, mengandung
sejumlah besar protein dengan situs pengikatan untuk RNA messenger
dan jenis RNA lainnya. Replikasi DNA, transkripsi non-nucleolar, dan
proses preRNA messenger pasca transkripsi terjadi dalam matriks
internal ini.

4. Nukleoskeleton
Di dalam nukleus ada struktur yang sebanding dengan
sitoskeleton dalam sel yang disebut nukleoskeleton, terdiri dari protein
seperti aktin, α-spektrin, miosin dan protein raksasa yang disebut titin.
Namun, keberadaan struktur ini masih diperdebatkan oleh para
peneliti.

E. Struktur
Nukleoplasma adalah zat agar-agar di mana Anda dapat membedakan
berbagai struktur nuklir, yang disebutkan di atas. Salah satu komponen
utama nukleoplasma adalah ribonukleoprotein, terdiri dari protein dan
RNA yang dibentuk oleh daerah yang kaya akan asam amino aromatik
dengan afinitas untuk RNA. Ribonukleoprotein yang ditemukan dalam
nukleus secara khusus disebut ribonukleoprotein nuklir kecil.

1. Komposisi biokimia
Komposisi kimia dari nukleoplasma kompleks, termasuk
biomolekul kompleks seperti protein dan enzim nuklir dan juga
senyawa anorganik seperti garam dan mineral seperti kalium, natrium,
kalsium, magnesium, dan fosfor. Beberapa ion ini adalah kofaktor
yang sangat diperlukan dari enzim yang mereplikasi DNA. Ini juga
mengandung ATP (adenosin trifosfat) dan asetil koenzim A. Dalam
nukleoplasma tertanam serangkaian enzim yang diperlukan untuk
sintesis asam nukleat, seperti DNA dan RNA. Di antara yang paling
penting adalah DNA polimerase, RNA polimerase, NAD sintetase,
piruvat kinase, antara lain. Salah satu protein paling melimpah di
nukleoplasma adalah nukleoplasti, yang merupakan protein asam dan
pentamerik yang memiliki domain tidak sama di kepala dan ekor.
Karakteristik asamnya berhasil melindungi muatan positif yang ada
dalam histones dan mengelola untuk berasosiasi dengan nukleosom.
Nukleosom adalah struktur yang mirip dengan manik-manik dalam
kalung, yang dibentuk oleh interaksi DNA dengan histones. Molekul
kecil dari sifat lipid juga telah terdeteksi mengambang dalam matriks
semiacu ini (T. Pederson, 2000)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nukleus adalah struktur intraseluler pertama yang ditemukan dan pada
awalnya dijelaskan oleh Franz Bauer pada 1802 dan kemudian
dipopulerkan oleh Robert Brown. Nukleus dikatakan organel seluler
yang paling kompleks karena organel ini menampung sebagian besar
dari materi genetik organisme dan merupakan bagian utama semua
proses pengaturan genom
2. Nukleolus ( anak inti sel ) adalah struktur yang menonjol dalam inti,
dan bila diamati di bawah mikroskop elektron, tampak sebagai massa
granula yang berwarna gelap dan serat-serat yang bergabung dengan
bagian kromatin.
3. Selaput inti ( Membran Inti) merupakan bagian terluar dari inti sel
(nukleus) yang membatasi antara nukleus dengan sitoplasma. Letak
selaput inti berada diantara sitoplasma dan nukleus.
4. Pori-pori nukleus adalah kompleks protein besar yang melintasi
selubung inti, yang merupakan membrane ganda yang mengelilingi inti
sel eukariotik.
5. Matriks nukleus ini adalah jaringan serat protein asam halus yang
berfungsi sebagai perancah untuk kromatin. Di pinggiran, di bawah
selubung nukleus, matrik inti membentuk lapisan berserat padat yang
disebut lamina inti di mana ujung terminal serat kromatin atau
telomere tertanam.
6. lamina nukleus adalah Selaput nukleus luar berhubungan langsung
dengan retikulum endoplasma. Permukaan selaput nucleus bagian luar
ini di tempeli oleh ribosom dengan diameter 15 nm yang terlibat dalam
sintesisi protein. Selaput nukleus bagian dalam dilapisi oleh anyaman
setebal 10 sampai 20 nm.
7. Nukleoplasma adalah isi inti sel. Ini adalah protoplasma di dalam
membran nukleus.

B. Saran
a. Mahasiswa
Berdasarkan hasil penulisan ini, hendaknya para mahasiswa menelaah dan
mendalami materi mengenai sel terutama pada materi yang berkaitan
dengan materi kami yaitu nukleus dan bagian-bagian di dalamnya. Agar
mahasiswa memiliki wawasan yang luas dan pengetahuan mendalam
mengenai materi yang berhubungan dengan Biologi Sel.

b. Dosen

Dosen sebagai pembimbing dan pengajar, menuntun mahasiswa untuk


dapat mempelajari materi Biologi Sel lebih mendalam dengan berbagai
aspek atau metode pembelajaran guna meningkatkan kemampuan
mahasiswa berpikir kritis dan memiliki pemahaman yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Angus I. Lamond and Willam C. Earnshaw. Structure and Function in the


Nucleus. Science. www.sciencemag.org Vol 280. 24 April 1998
Davidson, M.W. 2010. The Cell Nukleus. Diakses melalui
http://micro.magnet.fsu.edu/cells/nucleus/nucleus.html pada tanggal 24
Maret 2020
Diniari, 2018. Apa itu Mitosis? Diakses melalui https://blog.ruangguru.com
Pada tanggal 23 Maret 2020
Campbell, Neil A. & Jane B. Reece. Biology 8th edition. San Fracisco. Benjamin
Cummings.
Caryn Navarro. Special Issue : The Nucleolus. Trends in Genetics, October 2019,
V 35, No.10
Cooper, G., & Hausman R. (2007). The cell a molecular approach. U.S.A. Bostom
University.

Davidson, M.W. 2010. The Cell Nukleus. Diakses melalui


http://micro.magnet.fsu.edu/cells/nucleus/nucleus.html pada tanggal 24
Maret 2020
Diniari, 2018. Apa itu Mitosis? Diakses melalui https://blog.ruangguru.com
Dundr, M., &Misteli, T. (2001). Functional architecture in the cell nucleus.Journal
Biochemical society. Doi:10.1042/bj3560297. Diakses pada tanggal 20
Maret 2020.

Gerace & Burke.1988. Functional Organization of The Nuclear Envelope.


Diakses melalui www.annualreviews.org. Pada tanggal 20 Maret 2020
Gorski, S., & Misteli, T. (2005). Systems biology in cell nucleus. National cancer
Institute. Doi:10.1242/jcs.02596. Diakses pada tanggal 20 Maret 2020.

Mulyadi Tedi. 2015. Fungsi Nkleoplasma Dalam Sel. Di akses melalui


https://budisma.net/2015/04/fungsi-nukleoplasma-dalam-sel.html pada
tanggal 25 Maret 2020.

Pederson. T. 2000. Setengah abad dari “The Nuclear Matrix”. Biologi Molekuler
Sel.Di akses melalui https://id.thpanorama.com/articles/anatoma-y-
fisiologa/nucleoplasma-caractersticas-estructura-y-funciones.html pada
tanggal 25 Maret 2020.
R, Issoegianti, 1993. Buku Ajar Biologi Sel. Universitas Gadjah Mada.
Yogjakarta.
Saefudin.1963. Biologi Sel. Di akses melalui
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19630701
1988031-SAEFUDIN/Biologi_sel_PLPG.pdf. Pada tanggal 25 Maret
2020.
Swafford. 2015. Nuclear Membrane: Definition & Functions.
Diakses melalui https://study.com. Pada tanggal 23 Maret 2020
Sri Fitria. 2019. Pengertian Nukleoplasma dan Fungsinya. Di akses melalui
http://www.sridianti.com/pengertian-nukleoplasma.html pada tanggal
25 Maret 2020.
Strahl dan Allis. 2000. Transcription and Chromatin. Nature 403, 41-45
Stubbs, M. & Suleyman, N. (2013). Cell biology and genetics. Elsevier.

Verdun, Daniele Hernandez., Roussel, Pascal., Thiry, Marc., Sirri, Valentina., and
Lafontaine, Denis L.J. 2010. The Nukleolus: Structure/Function
Relationship in RNA Metabolism.
Yun Wah Lam, Laura Trinle Mulcahy, and Angus L. Lamond. 2005. The
Nucleolus.Jurnal of Cell Science, 118, 1335-1337. The Company of
Bilogists.

Anda mungkin juga menyukai